Anda di halaman 1dari 8

1

LATIHAN JALAN ENAM MENIT TERHADAP KEMAMPUAN


AKTIVITAS FISIK PASIEN HEART FAILURE

Lusiana Primasari1*, Fitrian Raya Sari2, Besral3, Diana Irawati4, Dian Noviati Kurniasih5
1
Rumah Sakit Izza Cikampek Kabupaten Karawang. Karawang. Jawa Barat. Indonesia
2
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta 10510. Indonesia
3
Universitas Indonesia. Depok. Jawa Barat. Indonesia
4
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta 10510. Indonesia
5
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. Jakarta 14340. Indonesia

*E-mail: primasarilusiana08@gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi didunia,
dimana gagal jantung menjadi salah satu penyakit dengan penyebab kematian terbanyak. Pasien gagal jantung
lebih disarankan untuk dilakukan bed rest ini dapat memicu menurunnya level toleransi aktivitas. Tujuan:
Untuk diketahuinya pengaruh latihan jalan enam menit terhadap kemampuan aktivitas fisik pasien heart failure.
Metode: penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan pendekatan two-group pretest-posttest with
control group. Jumlah responden sebanyak 38 responden. Masing-masing 19 responden untuk kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil: ada
peningkatan skor kemampuan aktivitas fisik yang bermakna secara statistik (masing-masing p-value <0,001).
Saran: Agar latihan jalan enam menit dapat dilaksanakan di ruangan biasa ataupun di lintasan khusus kepada
pasien heart failure sehingga dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fisik pada pasien heart failure selama
fase rawat inap.

Kata kunci: aktivitas fisik; gagal jantung; latihan jalan enam menit

Abstract

Background: Cardiovascular disease is the disease that causes the highest mortality in the world, where heart
failure is one of the diseases with the most causes of death. Heart failure patients are more advised to do bed
rest this can trigger a decrease in the level of activity tolerance. Objective: To determine the effect of six-minute
walking exercise on the physical activity ability of heart failure patients. Method: this study used quasi-
experimental with a two-group pretest-posttest approach with control group. The number of respondents was
38 respondents. 19 respondents each for the control group and the intervention group. The sampling technique
uses a consecutive sampling technique. Results: there was a statistically meaningful increase in physical activity
ability scores (p-values < 0.001 each). Suggestion: so that six-minute walking exercises can be carried out in
ordinary rooms or on a special track for heart failure patients so as to increase the ability of physical activity
in heart failure patients during the hospitalization phase.

Keyword: physical activity, heart failure; six minute walking test


2

Pendahuluan dikenal dengan intoleransi aktivitas


(Black, 2014).
Heart failure juga didefinisikan Dampak dari intoleransi aktivitas
sebagai sindroma klinik yang memiliki ini juga dapat menyebabkan terjadinya
gejala yang kompleks disertai keluhan- kekakuan otot, resiko atelectasis yang
keluhan berupa sesak, kelelahan baik disebabkan oleh edema, konstipasi, dan
dalam keadaan istirahat maupun penurunan kandung kemih, kerusakan
beraktivitas, disertai tanda-tanda retensi kulit (pressure ulcer) seperti dekubitus
cairan seperti kongesti paru dan edema akibat tekanan yang terlalu lama dan terus
pergelangan kaki (Harikatang et al., 2016). menerus. Jika intoleransi aktivitas yang
World Health Organization terjadi pada pasien heart failure tidak
(WHO) tahun 2019, menyebutkan bahwa ditangani dengan baik, maka akan
penyakit kardiovaskular merupakan menyebabkan terjadinya atropi. Hal ini
penyakit yang menyebabkan kematian terjadi karena otot tidak digunakan dalam
tertinggi didunia, dimana gagal jantung jangka waktu yang lama, sehingga
menjadi salah satu penyakit dengan mengakibatkan kandungan aktin dan
penyebab kematian terbanyak yakni myosin berkurang (Putri, 2019).
sebesar 17,9 juta kematian. Berdasarkan Peran perawat yang dapat
hasil laporan Riset Kesehatan Dasar pada dilakukan dalam mengatasi masalah
tahun 2018, menyatakan bahwa kasus intoleransi aktivitas pada pasien heart
penyakit jantung dan pembuluh darah di failure yaitu memberikan intervensi
Indonesia semakin meningkat setiap keperawatan terapi aktivitas fisik yang
tahunnya, dimana prevalensi penyakit bertujuan untuk memulihkan keterlibatan,
jantung di Indonesia berdasarkan frekuensi atau durasi aktivitas individu
diagnosis dokter berada di angka 1,5% atau kelompok, sehingga pasien heart
atau berjumlah sekitar 1.017.290 dari failure dapat mencapai tingkat kesehatan
penduduk Indonesia. yang lebih baik (PPNI, 2018).
Heart failure atau yang disebut Salah satu jenis latihan aktivitas
dengan gagal jantung mulai terjadi karena fisik yang dianjurkan untuk penderita
jantung tidak dapat mempertahankan heart failure yaitu latihan jalan enam
sirkulasi yang adekuat. Jika mekanisme menit. Latihan jalan enam menit dapat
kompensasi gagal, jumlah darah yang digunakan dalam latihan aktivitas fisik
tersisa pada ventrikel kiri pada akhir pada penderita heart failure khususnya
diastolik meningkat. Peningkatan darah pasien yang mengalami efek dari tirah
residual ini menurunkan kapasitas baring lama, efek tindakan medis, dan efek
ventrikel untuk menerima darah dari penyakit penyerta lainnya. Latihan jalan
atrium kiri. Atrium kiri harus bekerja lebih enam menit pada penderita heart failure
keras untuk mengejeksi darah, berdilatasi sangat diperlukan agar penderita dapat
dan hipertrofi. Atrium tidak dapat segera keluar dari rumah sakit dan mampu
menerima jumlah penuh darah yang masuk melakukan aktivitas sehari-hari dan dapat
dari vena pulmonalis dan terjadi melakukan perawatan mandiri, agar tidak
peningkatan tekanan atrium kiri, hal ini terjadi rehospitalisasi dan penurunan
akan menyebabkan edema paru. Akibatnya fungsi sosial di masyarakat yang dapat
akan terjadi gagal ventrikel kiri. Curah mengakibatkan stress berlebih pada
jantung yang tidak adekuat akan penderita heart failure (PERKI, 2019).
menyebabkan jaringan mengalami Penelitian terkait yang dilakukan
hipoksia dan memperlambat pembuangan oleh Harikatang pada tahun 2016 tentang
sampah metabolic yang akhirnya akan hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6
menyebabkan klien mengalami lemas, menit dan fraksi ejeksi pada pasien gagal
lesu, dan masalah dalam beraktivitas, atau jantung kronik terhadap kejadian
3

kardiovaskular, hasil penelitian failure dengan New York Heart


menunjukkan bahwa penelitian Association (NYHA) II dan III yang
memperlihatkan dari total pasien GJK dirawat di instalasi rawat inap. b) pasien
(n=31) didapatkan 17 sampel berjarak heart failure dengan tingkat kesadaran
tempuh 300 m berjumlah 14 orang, 42,8 % compos mentis. c) pasien heart failure
mengalami rehospitalisasi dan unstable yang kondisinya sudah stabil, sudah
angina. Hasil uji Chi-Square melewati aktivitas fisik fase I dan siap
menunjukkan tidak terdapat hubungan dalam melakukan latihan jalan enam menit
bermakna antara jarak tempuh tes jalan 6 dari dokter spesialis jantung dan pembuluh
menit dengan rehospitalisasi dan unstable darah (SpJP). d) mengkonsumsi obat
angina (p=0,252). antiangina dan obat-obatan rutin dari
dokter spesialis jantung dan pembuluh
Metode darah (SpJP) selama di rawat di instalasi
rawat inap. e) bersedia menjadi responden
Pada penelitian ini menggunakan penelitian. Sedangkan kriteria ekslusi pada
desain penelitian quasi eksperimen dengan penelitian ini adalah: a) pasien heart
pendekatan two-group pretest-posttest failure dengan hemodinamik tidak stabil
with control group. Populasi pada yang ditandai dengan hipertensi berat,
penelitian ini adalah seluruh pasien heart dimana pasien mengalami tekanan darah
failure yang dirawat di instalasi rawat inap yang tidak terkontrol (tekanan sistolik 200
di Rumah Sakit Izza Cikampek. Sampel mmHg, dan diastolic 120 mmHg saat
dalam penelitian ini adalah pasien heart istirahat), dan takikardi yang ditandai
failure yang sedang menjalani proses dengan nilai heart rate atau HR saat
perawatan dan pengobatan di instalasi istirahat lebih dari 120 kali permenit. b)
rawat inap Rumah Sakit Izza Cikampek. pasien heart failure dengan gangguan
Teknik pengambilan sampel dengan cara musculoskeletal yang menyebabkan
consecutive sampling dengan jumlah pasien mengalami gangguan pada saat
responden masing-masing 19 responden berjalan. c) pasien heart failure dengan
untuk kelompok intervensi dan 19 gangguan mental yang menyebabkan
responden untuk kelompok kontrol. pasien menjadi tidak kooperatif. Waktu
Pengukuran kemampuan aktivitas penelitian dilakukan bulan Juni sampai
fisik menggunakan Rating Of Perceived bulan Juli pada tahun 2022. Data akan
Exertion (RPE) Borg Scale yang memiliki dianalisa univariat untuk mendeskripsikan
rentang skala minimum 6 dan maksimum karakteristiksetiap variabel penelitian
20, dimana skala 6 yaitu tidak ada tenaga yang terdiri dari usia, tekanan darah,
sama sekali sedangkan 20 yaitu usaha denyut nadi, saturasi oksigen perifer, jenis
maksimal (PERKI, 2016). Skala ini telah kelamin, derajat keparahan berdasarkan
diuji validitas dan reliabilitas didasarkan New York Heart Association (NYHA), dan
pada hasil penelitian sebelumnya yaitu obesitas. Analisa bivariat digunakan untuk
penelitian Cabral et al., (2020) hasilnya membandingkan rata-rata nilai pre-test
menunjukkan nilai r corrected item total dan rata-rata nilai post-test pada kelompok
correlation lebih besar dari r tabel yaitu (r intervensi dan kelompok kontrol
corrected item total correlation = 0,80) menggunakan Paired T-Test, sedangkan
dan r tabel 0,37. Ini menunjukkan bahwa untuk menguji perbedaan mean 2
alat ukur sudah valid. Sedangkan nilai kelompok yaitu kelompok intervensi dan
Cronbach Alpha didapatkan nilai sebesar kelompok kontrol menggunakan
0,88, ini menunjukkan reliabilitas sangat Independent T-Test. Analisa multivariat
kuat. akan dilakukan uji statistik menggunakan
Kriteria inklusi responden pada uji regresi linier ganda atau multiple
penelitian ini adalah: a) Pasien heart regretion linier dimana tujuannya adalah
4

untuk mengetahui faktor dominan dari Tabel 2 Karakteristik Responden dan Hasil
masing-masing variabel yang diteliti Uji Homogenitas Pada Kelompok
terhadap kemampuan aktivitas fisik. Kontrol dan Kelompok Intervensi

Varia Intervensi Kontrol P-


Hasil bel Me Media Mi Me Media Mi val
an n n- an n n- ue
1. Gambaran Karakteristik Responden (SD M (SD M
Tabel 1. Karakteristik Responden dan ) ax ) ax
Usia 55.4 56.0 38 53. 59.00 21 0.6
Hasil Uji Homogenitas (8.8 - 6 - 03
5) 70 (11. 65
9)
Data Kontrol Intervensi P- Tekan 116. 120.0 10 121 120.0 10 0.1
(n=19) (n=19) value an 8 0- .5 0- 34
darah (10. 13 (8.9 13
f % f % sistole 0) 0 ) 0
Jenis Tekan 72.6 70.0 70 71. 70.0 70 0.4
an (4.5 - 5 - 40
Kelamin darah ) 80 (3.7 80
Laki-laki 9 40.9 13 59.1 0.324 diasto )
le
Perempuan 10 62.5 6 37.5 Deny 78.8 80.0 70 76. 78.0 70 0.1
Obesitas ut (5.5 - 2 - 84
nadi ) 88 (6.3 85
IMT < 25 15 53.6 13 46.4 0.713 )
kg/m2
IMT ≥ 25
Satur 96.4 96.0 96 96. 96.0 96 1.0
4 40.0 6 60.0 asi (0.6 - 4 - 00
kg/m2 Oksig ) 98 (0.5 97
en )
Derajat Perife
NYHA r

NYHA II 14 50.0 14 50.0 1.000


NYHA III 5 50.0 5 50.0 Berdasarkan tabel 2 diatas
menunjukkan bahwa rata-rata usia
Berdasarkan tabel 1. responden kelompok intervensi
menunjukkan bahwa karakteristik 55,4(±8,8), dan kelompok kontrol
responden sebagian besar berjenis kelamin 53,6(±11,9). Rata-rata tekanan darah
laki-laki, indeks masa tubuh paling banyak sistole pada kelompok intervensi
< 25 kg/m2, derajat keparahan berdasarkan 116,8(±10,0), dan kelompok kontrol
New York Heart Association lebih banyak 121,5(±8,9). Rata-rata tekanan darah
pada NYHA II, dan adanya kesetaraan diastole pada kelompok intervensi
(homogen) antara kelompok kontrol dan 72,6(±4,5), dan kelompok kontrol
kelompok intervensi dan diperolah nilai 71,5(±3,7). Rata-rata denyut nadi pada
(p-value > 0,05). kelompok intervensi 78,8(5,59), dan
kelompok kontrol 76,2(±6,3). Rata-rata
saturasi oksigen perifer pada kelompok
intervensi 96,42(±0,6), dan kelompok
kontrol 96,4(±0,5). Adanya kesetaraan
(homogen) antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dan diperolah nilai
(p-value > 0,05).
5

2. Efek Intervensi terhadap 3. Analisa Multivariat


Kemampuan Aktivitas Fisik Pasien Tabel 6 Hasil Analisa Multivariat Jalan
Enam Menit Terhadap Aktivitas
Heart Failure
Fisik Pasien Heart Failure
Tabel 4 Perbedaan Rata-Rata Setelah Dikontrol Variabel
Kemampuan Aktivitas Counfounding (n=38)
Fisik Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Variable Independen Coef. B P-value
Latihan Jalan Enam Usia -0.004 0.814
Menit Jenis kelamin 0.145 0.733
Derajat keparahan 0.241 0.575
Variabel Mean P- Persentase berdasarkan New York
(SD) value Heart Association
Kontrol (NYHA)
(n=19) Obesitas 0.678 0.140
Sebelum 6.8(0.8) <0.001 52% Tekanan darah
Sesudah 10.4(0.7) Systole -0.003 0.892
Selisih 3.6(-0.1) Diastole -0.041 0.357
(sesudah- Denyut nadi -0.014 0.672
sebelum) Saturasi oksigen -0.166 0.658
Intervensi perifer
(n=19) Latihan jalan enam -0.753 0.060
Sebelum 6.6(0.8) <0.001 68% menit
Sesudah 11.1(1.1)
Selisih 4.5(0.3) Berdasarkan hasil analisa
(sesudah- multivariat menjelaskan bahwa variabel
sebelum) latihan jalan enam menit hanya mampu
meningkatkan 0.753 skor aktivitas fisik
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan pasien heart failure, dibandingkan
latihan jalan pada kelompok kontrol (jalan kelompok kontrol, dan perbedaan ini tidak
standar yang terdapat diruangan rawat bermakna secara statistik (p-value 0.060).
inap) dan jalan enam menit pada kelompok Artinya, jalan standar yang terdapat
intervensi sama sama dapat meningkatkan diruangan rawat inap atau jalan enam
skor aktivitas fisik pasien heart failure. menit di lorong khusus sama sama dapat
meningkatkan skor aktivitas fisik pasien
heart failure.
6

Pembahasan fisik maka nilai kebugarannya (six minute


walking test) juga akan semakin
1. Perbedaan Rata-Rata Kemampuan meningkat. Responden melakukan latihan
Aktivitas Fisik Sebelum Dan Sesudah sesuai dengan kemampuannya. Latihan ini
dapat dianggap sebagai bentuk aktivitas
Intervensi Pada Kelompok fisik yang diwujudkan dalam bentuk
Intervensi Dan Kelompok Kontrol aktivitas sehari-hari. Sebagian besar
aktivitas yang dilakukan dapat berupa
Hasil penelitian didapatkan kegiatan jalan kaki merupakan bentuk dari
terdapat perbedaan yang signifikan/ latihan sederhana. Metode ini terbukti
bermakna rata-rata kemampuan aktivitas efektif untuk tetap menjaga bahkan
fisik pada kelompok intervensi. meningkatkan kemampuan fungsional. Ini
Berdasarkan analisis bahwa didukung oleh Suharsono, (2013), tipe
aktivitas fisik pada gagal jantung sedang aktivitas fisik yang sesuai bagi pasien
menjadi topik yang sering didiskusikan gagal jantung adalah latihan sederhana.
untuk menjadi bagian dari terapi standar
pasien gagal jantung. Perubahan fisiologis, Simpulan dan Saran
psikologis dan muskuloskeletal akibat
aktivitas fisik dilaporkan dapat 1. Simpulan
meningkatkan kapasitas fungsional.
a. Ada peningkatan skor kemampuan
Aktivitas fisik dapat
aktivitas fisik yang bermakna secara
meningkatkan volume cytocrome oxidase-
statistik (masing-masing p-value
positive mitokondria, mitokondria baik
<0,001) sesudah latihan jalan enam
yang dapat memproduksi adenisone
menit pada kelompok intervensi
triphosphat. Selama aktivitas fisik
(naik sebesar 68% dari 6.6 menjadi
berlangsung endotel pembuluh darah juga
11.1), dan pada kelompok kontrol
melepaskan vasodilating faktor, seperti
(naik sebesar 52% dari 6.8 menjadi
nitrit oxide. Perbaikan aliran darah ini
10.4).
berkontribusi terhadap penurunan tahanan
b. Tidak ada perbedaan jalan kaki enam
pembuluh darah perifer, peningkatan
menit dengan jalan biasa terhadap
ejeksi fraksi, dan perbaikan stroke volume.
tingkat aktivitas pada pasien heart
Latihan juga dapat memperbaiki pembuluh
failure (nilai p-value 0,060).
darah perifer yang berakibat meningkatkan
aliran darah koroner. Latihan yang
2. Saran
dilakukan pada pasien heart failure stabil
secara bertahap dapat meningkatkan Diharapkan perawat dapat
kemampuan ventrikel jantung untuk menerapkan latihan jalan enam menit di
memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen ruangan biasa ataupun di lintasan
jaringan, sehingga terjadi peningkatan khusus untuk meningkatkan
kapasitas fungsional yang menyebabkan kemampuan aktivitas fisik pada pasien
meningkatnya kemampuan aktivitas fisik heart failure selama fase rawat inap.
pada pasien heart failure (Suharsono, Latihan jalan enam menit dapat
2013). menjadi sumber informasi bagi
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan mengenai
Ghomim, (2017), penelitian ini aktifitas dan latihan fisik yang aman
berdasarkan pada hipotesis yang bagi pasien serta sesuai dengan
menyatakan bahwa didapatkan hubungan kapasitas fungsional yang dimiliki
yang signifikan antara kebugaran (six pasien yang akan menjalani latihan
minute walking test) dengan aktivitas fisik, jalan enam menit.
dimana semakin bertambahnya aktivitas
7

Referensi Hidayatullah Jakarta, Fakultas


Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan.
Balitbangkes. (2018). Laporan Nasional
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Riskesdas 2018.
bitstream/123456789/37346/1/saudai
Http://labdata.litbang.kemkes.go.id/i
l%20ghomim-fkik.pdf
mages/download/laporan/rkd/2018/la
poran_nasional_rkd2018_final.pdf
Harikatang, A. D., Rampengan, S. H., &
Benjamin, E. J., Muntner, P., Alonso, A.,
Jim, E. L. (2016). Hubungan Antara
Bittencourt, M. S., Callaway, C. W.,
Jarak Tempuh Tes Jalan 6 Menit Dan
Carson, A. P., Chamberlain, A. M.,
Fraksi Ejeksi Pada Pasien Gagal
Chang, A. R., Cheng, S., Das, S. R.,
Jantung Kronik Terhadap Kejadian
Delling, F. N., Djousse, L., Elkind,
Kardiovaskular. E-CliniC, 4(1): 249-
M. S. V., Ferguson, J. F., Fornage,
256.
M., Jordan, L. C., Khan, S. S.,
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016
Kissela, B. M., Knutson, K. L., …
.10963
Virani, S. S. (2019). Heart Disease
PERKI. (2019). Panduan Rehabilitasi
And Stroke Statistics-2019 Update: A
Kardiovaskular Edisi Pertama.
Report From The American Heart
Kelompok Kerja Prevensi Dan
Association.
Rehabilitasi Kardiovaskuler
https://www.ahajournals.org/doi/epu
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter
b/10.1161/CIR.0000000000000659
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
Black, Joyce M. dan Jane Hokanson
https://inaheart.org/wp-
Hawks. (2014). Keperawatan
content/uploads/2021/07/buku_pand
Medikal Bedah Manajemen Klinis
uan_rehabilitasi_kardiovaskular.pdf
Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi
PERKI. (2016). Pedoman Uji Latih
8 Bahasa Indonesia Buku 3.
Jantung: Prosedur dan Interpretasi.
Singapura: Elsevier Pte Ltd.
Perhimpunan Dokter Spesialis
Cabral, L. L., Nakamura, F. Y., Stefanello,
Kardiovaskular Indonesia.
J. M. F., Pessoa, L. C. V., Smirmaul,
https://inaheart.org/wp-
B. P. C., & Pereira, G. (2020). Initial
content/uploads/2021/07/Pedoman_
Validity and Reliability of the
Uji_Jantung.pdf
Portuguese Borg Rating of Perceived
PPNI. (2018). Standar Intervensi
Exertion 6-20 Scale. Measurement in
Keperawatan Indonesia Definisi dan
Physical Education and Exercise
Tindakan Keperawatan (Cetakan
Science, 24(2): 103–114.
Pertama). Indonesia: Dewan
https://doi.org/10.1080/1091367X.20
Pengurus Pusat Persatuan Perawat
19.1710709
Nasional.
Ghomim, S. (2017). Hubungan Antara
Putri, Eriskha Ayu Hermanto., Wibowo.,
Kebugaran (Six Minute Walking Test)
dan Felisitas A Sri S. (2019). Asuhan
Dengan Aktivitas Fisik, Status Gizi,
Keperawatan Pada Pasien
Asupan Nutrisi, Status Kesehatan
Congestive Heart Failure Dengan
Dan Perilaku Merokok Pada Calon
Masalah Keperawatan Intoleransi
Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Aktivitas. Journal of R Medicine
Universitas Islam Negeri Syarif
(General), 1-11.
8

Suharsono, T. (2013). Dampak Home


Based Exercise Training Terhadap
Kapasitas Fungsional Pasien Gagal
Jantung. Ejournal.Umm.Ac.Id, 4(1):
63–68. Retrieved from
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/
keperawatan/article/view/2382

Anda mungkin juga menyukai