Disusun Oleh:
Kelompok II
1. Ardinanto Kalumbang (1804028)
2. Dian Puji Rahmanti (1804035)
3. Eka Kristina Asi (1804036)
4. Ervina Nanda Sari (1804039)
5. Inkarizki Sellodella (1804044)
6. Ivana Chris Atmaja (1804045)
7. Jariaman Puay (1804046)
8. Laiticia Naibaho (1804048)
9. Lidya Chrisnawati (1804049)
10. Maria Paulina Oematan Guntur (1804052)
11. Marianus De Spiritu Santo Meol (1804053)
12. Mursiyah (1804059)
13. Virginia Mareta Kurnia Putri (1804075)
14. Yosep Lestari (1804081)
Laporan Analisis Jurnal Deep Breathing Exercise dan Active Range Of Motion
Efektif Menurunkan Dyspnea pada Pasien Congestive Heart Failure Dengan
Jurnal Pembanding Pengaruh Ventilatory Muscle Trainig (VMT) Terhadap
Penurunan Dyspnea pada Penderita Congestive Heart Failure
.
Mengetahui,
(Isnanto, S.Kep., Ns. MAN) (Heri Widiarso, S.Kep., (Andar Setyawati, S.Kep., Ns)
Ns.,M.Nur)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor
satu kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus meningkat hingga
mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (Yancy, 2013; Depkes, 2014). Masalah
tersebut juga menjadi masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi di Indonesia (Perhimpunan Dokter Kardiovaskuler,
2015).
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi patofisiologi dicirikan
oleh adanya bendungan (kongesti) di paru atau sirkulasi sistemik yang disebabkan
karena jantung tidak mampu memompa darah yang beroksigen secara cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Saputra, 2011). Pada umumnya CHF
diderita lansia yang berusia > 50 tahun, CHF merupakan alas an yang umum bagi
lansia untuk dirawat dirumah sakit (usia 65-75 tahun mencapai presentase sekitar
75,2% pasien yang dirawat dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh
CHF, sekitar 5-10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan dan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat (Black dan Jane, 2014).
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea, fatigue dan
gelisah. Dyspnea merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita
CHF. CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi
penimbunan cairan di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi
dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang muncul adalah
perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga terjadi dyspnea (Johnson,
2008; Wendy, 2010).
Berdasarkan hasil uraian tersebut, tim penulis akan menganalisis jurnal terkait
penanganan dyspnea pada pasien CHF. Peunlis akan menganalisis Deep Breathing
Exercise dan Active Range Of Motion Efektif Menurunkan Dyspnea pada Pasien
Congestive Heart Failure Dengan Jurnal Pembanding Deep Breathing Exercise
dan Active Range Of Motion Efektif Menurunkan Dyspnea pada Pasien Congestive
Heart Failure.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi dan melengkapi praktik stase peminatan diruang ICCU Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2019.
2. Mahasiswa mampu menganalisis jurnal utama dan pembanding
menggunakan teknik analisa PICO
BAB II
ABSTRAK UTAMA
A. Jurnal Utama
Kata kunci: active range of motion, congestive heart failure,deep breathing exercise
dyspnea
B. Jurnal Kedua
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Dyspnea pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) menyebabkan terbatasnya aktivitas hidup sehari-hari, menurunkan
kapasitas fungsional, dapat menyebabkan gangguan tidur, peningkatan respon
cemas dan depresi, selain itu juga kondisi dyspnea dapat meningkatkan angka
kematian. Tujua penelitian untuk mengetahui pengaruh Ventilatory Muscle
Trainig (VMT) untuk mwnurukan dyspnea. Metode: Metode penelitian
mneggunakan quasi-eksperiment pendekatan pre-posttest without control group
design. Metode sampling secara accidental. Pengukuran dyspnea dengan skala
modifikasi Borg. Intervensi VMT dilakukan selama 3 hari. Analisis data
meggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Hasil dyspnea sebelum intervensi 4,2± 1,1,
Jurnal II :
Pengaruh Ventilatory Muscle Training (VMT)
Terhadap Penurunan Dyspnea Pada Penderita
Congestive Heart Failure
Critical Thingking:
CHF mengakibatkan kegagalan fungsi
pulmonal sehingga terjadi penimbunan cairan
di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak
dapat berfungsi dengan maksimal dalam
memompa darah. Dampak lain yang muncul
adalah perubahan yang terjadi pada otot-otot
respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu
sehingga terjadi dyspnea (Johnson, 2008;
Wendy, 2010).
Congestive Heart Failure adalah
ketidakmampuan otot jantung memompakan
sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.( Solomon, 2012). Beberapa
faktor resiko yang mempengaruhi gagal
jantung adalah kebiasaan merokok,
kurangnya aktifitas fisik, perubahan pola diet,
kelebihan berat badan, hiperlipidemia,
diabetes, hipertensi, usia, jenis kelamin dan
keturunan. ( Kasron, 2016). Penyebab
dispnea adalah penurunan Cardiac Output
(COP) jantung tang terjadi saat klien
beraktifitas sehingga menyebabkan
kelelahan otot pernafasan.
2 I (Intervensi) YA Jurnal I:
Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of
Motion Efektif Menurunkan Dyspnea Pada
Pasien Congestive Heart Failure
Total responden berjumlah 32 orang yang dibagi
menjadi kelompok kontrol dan intervensi.
Kelompok kontrol hanya mendapatkan intervensi
standar rumah sakit sedangkan kelompok
intervensi mendapatkan intervensi standar rumah
sakit dan intervensi deep breathing exercise dan
active range of motion. Waktu penelitian bulan
April-Juni 2017 di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dan RS PKU Muhammadiyah
Gamping
Alat ukur penelitian menggunakan modified Borg
scale.
Intervensi dengan memberikan deep breathing
exercise sebanyak 30 kali dilanjut dengan active
range of motion masing-masing gerakan 5 kali.
Intervensi sebanyak 3 kali sehari selama 3 hari.
Intervensi:
1. Nilai dyspnea antara 0 sampai 10 dengan
skor terendah adalah 0 berarti pasien tidak
ada kesulitan bernafas dan skor tertinggi
adalah 10 yang berarti pasien kesulitan
bernafas normal. Instrumen ini diisi oleh
pasien dengan didampingi peneliti.
2. Pengukuran dyspnea dilakukan 15 menit
sebelum intervensi dimulai.
3. Setelah pre-test dilakukan, peneliti
melakukan intervensi sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP) deep
breathing exercise dan active range of
motion yang telah dibuat sebelumnya
pada kelompok intervensi.
4. Intervensi dilakukan setelah 48 jam pasien
masuk rumah sakit.
5. Latihan diawali dengan melakukan deep
breathing exercise yang dilakukan selama
5 siklus (1 siklus 1 menit yang terdiri dari
5 kali nafas dalam dengan jeda 2 detik
setiap 1 kali nafas) dilanjutkan dengan
active range of motion secara bertahap
dengan masing-masing gerakan dilakukan
selama 5 kali.
6. Latihan tersebut dilakukan tiga kali sehari
selama 3 hari.
7. Pada kelompok kontrol mendapatkan
intervensi sesuai dengan prosedur di
rumah sakit yaitu pemberian posisi dan
oksigenasi.
8. Peneliti melakukan post-test setelah 15
menit dari berakhirnya intervensi pada
hari ketiga
Jurnal II:
Pengaruh Ventilatory Muscle Training (VMT)
Terhadap Penurunan Dyspnea Pada Penderita
Congestive Heart Failure
1. Intervensi pada jurnal ini adalah dengan
Ventilatory Muscle Training (VMT)
2. Pengambilan data dilakukan dengan
mengukur dyspnea sebelum intervesi VMT
dilakukan dan setelah hari ketiga intervensi.
3. VMT dilakukan selama 20 menit, satu kali
sehari dan dilakukan selama 3 hari.
4. Pengukuran dyspnea dengan skala
modivikasi Borg.
Critical Thingking:
Jurnal I:
Breathing exercise merupakan latihan untuk
meningkatkan pernafasan dan kinerja
fungsional (Cahalin, 20145). Salah satu
breathing exercise yang dapat dilakukan
adalah deep breathing exercise yaitu
aktivitas keperawatan yang berfungsi
meningkatkan kemampuan otot-otot
pernafasan untuk meningkatkan compliance
paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi
dan memperbaiki oksigenasi (Smelzer, 2008;
Price, 2006). Range of motion (ROM)
merupakan latihan gerak dengan
menggerakkan sendi seluas gerak sendi.
Latihan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah ke otot sehingga
meningkatkan perfusi jaringan perifer (Babu,
2010).
Jurnal II:
Ventilatory Muscle Training (VMT) adalah
proses memperbaiki kekuatan dan endurance
(daya tahan) otot pernafasan. Teknik VMT di
fokuskan untuk meningkatkan kekuatan otot
pernafasan. Untuk menurunkan dyspnea
dapat menggunakan beberapa treatmen pada
pasien CHF sesuai dengan kondisi penyerta
yang mengganggu baik oksigenasi,
managemen farmakologi dan training
exercise ( Nicholson, 2014). Borg Scale atau
skala Borg adalah yang digunakan untuk
mengukur sesak nafas, pemantauan sesak
nafas dapat membantu dalam memantau
aktifitas. Skala Borg memiliki penilaian
saverity dengan skor 0-10 di setiap
pernyataan. ( Rolio F, 2016)
3 C (Comparation) YA Jurnal I:
Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of
Motion Efektif Menurunkan Dyspnea Pada
Pasien Congestive Heart Failure
Jurnal II:
Pegaruh Ventilatory Muscle Training (VMT)
Terhadap Penurunan Dyspnea Pada Penderita
Congestive Heart Failure
Critical Thingking :
Jurnal I:
Responden diambil dengan kriteria inklusi
yakni pasien dengan status hemodinamik
stabil, pasien CHF NYHA II dan III, pasien
yang tidak mengalami kelemahan pada kedua
ekstremitas, pasien berusia 18 tahun, dan
pasien yang mendapatkan terapi farmakologi
yang sama.
Kriteria eksklusi adalah pasien yang disertai
penyakit neuromusculo-skeletal, sistemik
berat, gangguan mental dan komunikasi dan
penyakit pernafasan
Jurnal II
Ventilatory Muscle Training (VMT) adalah
proses memperbaiki kekuatan dan endurance
(daya tahan) otot pernafasan. Teknik VMT di
fokuskan untuk meningkatkan kekuatan otot
pernafasan. Beberapa jenis pelatihan yang
biasa di terapkan dalam VMT meliputi:
sthrengthening diaphragma menggunakan
pemberat, inspiratory resisten training dan
incentive respiratory spirometry.
4 O (Outcome) YA Jurnal I:
Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of
Motion Efektif Menurunkan Dyspnea Pada
Pasien Congestive Heart Failure
Jurnal II :
Pengaruh Ventilatory Muscle Training (VMT)
Terhadap Penurunan Dyspnea Pada Penderita
Congestive Heart Failure
Critical Thingking :
Jurnal I :
Dyspnea pada pasien CHF juga dipengaruhi
oleh aktivitas pasien sehingga New York
Heart Assosiation (NYHA) membagi CHF
menjadi 4 kategori berdasarkan tanda dan
gejala dari aktivitas yang dilakukan (Johnson,
2010; Wendy; 2010).
Pasien dengan NYHA IV akan terengah-
engah setiap hari bahkan saat aktivitas ringan
atau saat beristirahat. Hal ini karena dyspnea
berpengaruh pada penurunan oksigenasi
jaringan dan produksi energi sehingga
kemampuan aktifitas pasien sehari-hari juga
akan menurun yang dapat menurunkan
kualitas hidup pasien (Sepdianto, 2013).
Penelitian yang berbentuk systematic review
dan meta analisis mengungkapkan
rehabilitasi gagal jantung dilakukan pada
gagal jantung dengan resiko rendah dan
sedang (NYHA II dan III) (Sagar, 2015).
Jurnal II:
Hasil penelitian pemberian training aktifitas
fisik pada penderita CHF, menunjukan
adanya peningkatan kekuatan otot aksesori
pernafasan dan menurunkan tingkat dyspnea
serta membantu meningkatkan Quality Of
Life. (Fleg, 2015)
Inspiratory resisten training adalah bentuk
khusus menekan/ menghambat pernafasan
yang bertujuan memperbaiki streght dan
endurance otot inspirasi dan mengurangi
kelelahan otot.
Incentive respiratory spiromrtri merupakan
bentuk loe level resistance training yang di
fokuskan untuk memaksimalkan inspirasi.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis diatas ditemukan bahwa, maka dapat disimpulkan bahwa
Terapi ini dapat digunakan sebagai intervensi masalah keperawatan antara lain:
Johnson, Miriam J and Stephen G. Oxberry. 2008. Review of the Evidence for the
Management of Dyspnoea in People with Chronic Heart Failure. Current
Opinion in Supportive and Palliative Care. 2:84-88
Novita Nirmalasari. 2017. Deep Breathing Exercise dan Active Range Of Motion
Efektif Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure.
Yogyakarta: STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Price, Sylvia A dan Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2017. RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
Sagar VA, Davies EJ, Briscoe S, Coats AJS, Dalal HM, Lough F, et al. 2015. Exercise-
based rehabilitation for heart failure: systematic review and meta-analysis.
Sepdianto, Tri Cahyo dan Maria Diah Ciptaning Tyas. 2013. Peningkatan Saturasi
Oksigen Melalui Latihan Deep Diaphragmatic Breathing pada Pasien Gagal
Jantung. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 1(8)
Smeltzer, Susanna and B. Bare. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing: Brunner
and Suddarth's. 11th ed. Philadelpia: Lippincott William Wilkins.
Wendy C. 2010. Dyspnoea and Oedema in Chronic Heart Failure. Pract Nurse. 39(9)