Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT & KRITIS


ANALISIS JURNAL
1 PENDAHULUAN

2 TINJAUAN TEORI

TABLE OF CONTENTS
3 SKENARIO KASUS &
ANALISI

4 PEMBAHASAN &
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
 Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut data dari
Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani rawat inap
di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF dan
menjalani rawat inap Selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan perawatan
ulang di rumah sakit adalah gagal jantung ( readmission ), walaupun pengobatan
dengan rawat jalan telah diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh
Rubeinstein (2007) bahwa sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan
diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian.
TINJAUAN TEORI

TANDA
DAN GEJALA
PENGERTIAN  Kelainan otot jantung
 Aterosklerosis koroner  Gejala paru berupa
 Hipertensi sistemik atau dyspnea, orthopnea
Gagal jantung kongestif pulmonal dan paroxysmal
adalah ketidakmampuan  Peradangan dan penyakit nocturnal dyspnea.
PENYEBAB  Gejala sistemik
jantung memompa darah miokardium degeneratif
 Penyakit jantung lain
berupa lemah, cepat
dalam jumlah yang cukup
lelah, oliguri, nokturi,
untuk memenuhi kebutuhan mual, muntah, asites,
jaringan terhadap oksigen hepatomegali, dan
dan nutrien (Andra, 2013).
edema perifer.
 Gejala susunan saraf
pusat berupa
insomnia, sakit
kepala, mimpi buruk
sampai delirium
TINJAUAN TEORI

FAKTOR
NON
RESIKO KOMPLIKASI
CHF FARMAKOLOGI

Pemicu terbesar CHF  Tromboemboli  Dukung istirahat untuk mengurangi beban


berkaitan dengan life  Komplikasi fibrilasi kerja jantung.
style seperti makanan atrium  Relaksasi Nafas Dalam
tinggi kolestrol,  Kegagalan pompa
merokok dan jarang progresif
berolahraga  Aritmia ventrikel
LANDASAN TEORI

AHA merekomendasikan latihan fisik


Deep breathing exercise yaitu aktivitas
dilakukan pada pasien dengan CHF
keperawatan yang berfungsi meningkatkan
yang sudah stabil. Manajemen
kemampuan otot-otot pernafasan untuk aktivitas bertahap pada pasien
meningkatkan compliance paru dalam tersebut merupakan kegiatan fisik

meningkatkan fungsi ventilasi dan yang ringan dan teratur sehingga


kondisi sirkulasi darah perifer dan
memperbaiki oksigenasi
perfusi jaringan dapat diperbaiki (Pina,
2003; Adsett, 2010).
SKENARIO

 Ny K umur 32 Tahun, beragama islam, alamat jeruksari 01/20, dirawat


di ICU RSUD Wonosari, mulai dirawat tanggal 07 Agustus 2018.

 Dari pengkajian pola kesehatan didapatkan data bahwa Ny P


mengeluh sesak nafas dan nyeri dada, Ny P didiagnosa CHF,
keadaan umum lemah, tekanan darah 130/70 nadi82x/mnt
pernafasan 27x/mnt BB40kg tinggi badan 150cm, tidak ada sumbatan
jalan nafas, bunyi nafas ronchi dengan tipe pernafasan dada, pola
BAB 1x sehari dan BAK 4-5x sehari
ANALISIS

P
Ny P mengeluh sesak nafas dan nyeri dada, didiagnosa CHF
(Problem)
Teknik nonfarmakologi DEEP BREATHING EXERCISE DAN ACTIVE
I
RANGE OF MOTION
(Intervention)

C Penelitian tentang breathing exercise pada pasien gagal jantung yang


(Comparation) dilakukan oleh Sepdianto (2013) dilakukan selama 15 menit sebanyak
3 kali sehari dalam waktu 14 hari

O Mampu memahami dan mengaplikasikan teknik non farmakologi


(Outcomes) DEEP BREATHING EXERCISE DAN ACTIVE RANGE OF MOTION
ANALISIS

I V
stratified random sampling
“DEEP BREATHING EXERCISE quasy experiment dengan rancangan
dengan total sampel DAN ACTIVE RANGE OF pretest-posttest control group design
sebanyak 32 yang dibagi
MOTION EFEKTIF
menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi dan
MENURUNKAN DYSPNEA
kontrol PADA PASIEN CONGESTIVE
HEART FAILURE”

Hasil penelitian ini menunjukan


Metodologi penelusuran
A intervensi deep breathing exercise dan
active range of motion efektif
Dengan Google Scholarsip
menurunkan dyspnea pada pasien
dengan congestive heart failure (CHF)
PEMBAHASAN
 AHA merekomendasikan latihan fisik dilakukan pada pasien dengan CHF yang sudah stabil. Latihan
fisik dilakukan 20-30 menit dengan frekuensi 3-5 kali setiap minggu. Sebelum memulai latihan fisik,
pasien dengan CHF memerlukan penilaian yang komprehensif untuk stratifikasi risiko dan dianjurkan
untuk beristirahat jika kelelahan, manajemen aktivitas bertahap pada pasien tersebut merupakan
kegiatan fisik yang ringan dan teratur sehingga kondisi sirkulasi darah perifer dan perfusi jaringan
dapat diperbaiki (Pina, 2003; Adsett, 2010).

 Breathing exercise merupakan latihan untuk meningkatkan pernafasan dan kinerja fungsional
(Cahalin, 2014). Salah satu breathing exercise yang dapat dilakukan adalah deep breathing exercise
yaitu aktivitas keperawatan yang berfungsi meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan untuk
meningkatkan compliance paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi
(Smelzer, 2008; Price,2006).
KESIMPULAN
 Salah satu penyelesaian masalah dyspnea yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
oksigenasi untuk menurunkan laju pernafasan. Pemberian posisi dan breathing exercise
dapat dilakukan untuk mengurangi usaha serta meningkatkan fungsi otot pernafasan. Latihan
fisik yang dapat ditoleransi juga menjadi penatalaksanaan dalam meningkatkan perfusi
jaringan dan memperlancar sirkulasi (Smeltzer, 2008; Sani, 2007).
 Dalam analisis uji beda, penelitian Widagdo (2015) menunjukkan bahwa intervensi deep
breathing exercise dan active range of motion efektif dan menurunkan dyspnea pasien CHF.
Hal ini terlihat dari penurunan secara bermakna sebelum dan sesudah diberikan tindakan.
Intervensi deep breathing exercise dan active range of motion merupakan nonfarmakologis
untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien
That’s all. Thank you! 

Anda mungkin juga menyukai