Anda di halaman 1dari 10

EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

PENGARUH LATIHAN SDB ( SLOW DEEP BREATHING )


TERHADAP INTENSITAS NYERI KEPALA AKUT PADA
Ny. S DENGAN STROKE SUB ARACHNOID BLEEDING
DI STROKE UNIT RSUD KARAWANG

OLEH :
FIPIT FAJRIYAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang

BAB I

Dewasa ini banyak penyakit yang


mengganggu kesehatan bahkan
menyebabkan kematian individu,
berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa
Barat tiga besar pola penyakit penyebab
kematian penderita rawat inap di rumah
sakit umur 4564 tahun di provinsi Jawa
Barat tahun 2007 adalah penyakit jantung
dan pembuluh darah (stroke), diabetes
militus dan gagal ginjal. (Dinkes Jabar,
2007).

LANJUTAN

Pada kasus ini didapat klien berinisial Ny. S usia 46th dengan stroke
subarachnoid bleeding. klien dirawat di stoke unit RSUD karawang sejak
tanggal 5-10-2016. Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu
tetapi klien jarang memeriksakan dirinya ke tempat pelayanan
kesehatan. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri kepala
bagian belakang seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 7 (0-10), nyeri
dirasakan bertambah berat bila klien bergerak, klien selalu memejamkan
matanya untuk menahan rasa nyerinya. Klien telah mendapatkan
therapy analgetik yaitu tramadol dan xetorolac akan tetapi klien
merasakan rasa nyeri kepalanya belum berkurang. Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk memberikan intervensi
keperawatan management nyeri berupa teknik relaksasi slow deep
breathing.

BAB II

Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi
tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti
pengendalian fisik, intelektual, emosional, sosial, dan keterampilan.
Walaupun otak berada dalam ruang yang tertutup dan terlindungi oleh
tulang tulang yang kuat namun dapat juga mengalami kerusakan. Salah
satu penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya Stoke yang dapat
mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga dapat
terganggu (Black & Hawks, 2009). Salah satu masalah yang sering muncul
pada pasien dengan stroke adalah Nyeri kepala. Nyeri kepala menurut The
Internasional Association for the Study of Pain (IASP, dalam Black & Hawks,
2009) adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan karena kerusakan atau potensial kerusakan jaringan otak.

LANJUTAN

Keadaan nyeri ini terjadi akibat perubahan


organik atau kerusakan serabut saraf otak,
edema otak dan peningkatan tekanan
intrakranial karena sirkulasi serebral yang
tidak adekuat (Black & Hawks, 2009). Nyeri
kepala pada pasien tentu menimbulkan
perasaan tidak nyaman dan hal ini akan
berpengaruh terhadap aktivitasnya, tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar, bahkan
dapat berdampak pada faktor psikologis,
seperti: menarik diri, menghindari
percakapan, dan menghindari kontak
dengan orang lain (Potter & Perry, 2006).

BAB III

Slow deep breathing adalah metode


bernapas yang frekuensi bernapas kurang
dari 10 kali permenit dengan fase ekshalasi
yang panjang (Breathesy, 2007). Slow deep
breathing adalah gabungan dari metode
nafas dalam (deep breathing) dan napas
lambat sehingga dalam pelaksanaan latihan
pasien melakukan nafas dalam dengan
frekuensi kurang dari atau sama dengan 10
kali permenit.

Langkah-langkah dalam latihan slow deep breathing,


menurut University of Pittsburgh Medical Center, (2003) :

1. Atur pasien dengan posisi duduk


2. Kedua tangan pasien diletakkan di atas perut
3. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan
dalam melalui hidung dan tarik napas selama 3 detik,
rasakan abdomen mengembang saat menarik napas
4. Tahan napas selama 3 detik
5. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan
hembuskan napas secara perlahan selama 6 detik.
Rasakan abdomen bergerak ke bawah.
6. Ulangi langkah 1 sampai 5 selama 15 menit.
7. Latihan slow deep breathing dilakukan dengan
frekuensi 3 kali sehari.

LANJUTAN

Pemberian therapy anti hipertensi, analgetik dan therapy untuk mengatasi edema
selebri yang dipadukan dengan Latihan Slow Deep Breathing yang dilakukan pada
pasien dengan stroke berhasil menurunkan tingkat nyeri dengan hasil intensitas
nyeri kepala sebelum intervensi menunjukan skala nyeri 7 (1-10)

dan setelah

dilakukan intervensi selama 2 hari menunjukan skala nyeri 3. Dengan perubahan


secara klinis menunjukan berbaikan hemodinamik klien, penurunan tekanan darah
dari 175/118mmhg dan pada hari ke 2 139/98mmhg. Dan juga pasien menunjukan
rasa nyaman dan lebih tenang dengan latihan relaksasi ini, dibuktikan klien sudah
mulai mau bercerita dengan perawat sehingga perawat dapat lebih dalam untuk
melakukan pengkajian terhadap klien. Teknik ini dapat dengan mudah dilakukan
kapan saja dan dimana saja untuk mengontrol dan mengendalikan nyeri. Maka
dapat disimpulkan bahwa teknik SDB dapat mengurangi intensitas nyeri kepala
pada pasien dengan stroke sehingga dapat di implikasikan oleh perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan juga sebagai educator
bagi klien.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Latihan SDB berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri
kepala pada pasien stroke dengan terapi kolaboratif dan diit RG.
Saran
Perawat diharapkan mampu memberikan hak pasien, diantaranya
memberikan pendidikan kesehatan dan latihan tentang relaksasi,
terutama bagi pasien stroke.

Bagi pelayanan keperawatan, latihan SDB dapat dijadikan salah
satu standar operasional prosedur intervensi keperawatan mandiri
untuk membantu menurunkan intensitas nyeri kepala pada pasien
stroke.

Diharapkan dengan EBP ini perawat dapat meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan penelitian dan keterampilan
melalui seminar atau pelatihan terkait teknik SDB.

Hatur nuhun

Anda mungkin juga menyukai