Anda di halaman 1dari 14

1

Nama : Wahyu Rahmat


NIM. : 111 20 025 0069
Prodi : S1 keperawatan

1. Menurut Tarwoto (2013), masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien stroke
hemoragik diantaranya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik, hambatan
komunikasi verbal, gangguan perawatan diri (ADL), hingga gangguan eliminasi.

2. Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan
tekanan diastolnya di atas 90 mmHg.
Tanda dan gejala nya itu hepitaksis,sakit kepala, rasa berat di tengkuk,mata berkunang-
kunang,mual,muntah, kelemahan/letih,kenaikan tekanan darah dari normal,sesak nafas,dan pandangan
mata kabur
Diagnosa dan intervensi
1.Ngangguan fungsi jaringan selebral berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral
Intervensi : 1.mempertahangkan tirah baring selama fase akut
2 Pantau tanda tanda vital
3.kolaborasi dengan tim dokter pemberian terapi analgetik
4.ajarkan tehnik relaksasi
2.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak kuat
Intervensi : 1.beri makana dalam porsi sedikit tapi sering
2.Kaji ulang pola makan pasien
3.motivasi pasien untuk makan
4.beri higyene oral sebelum dan sesudah makan
3. Aritmia adalah gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit ini menyebabkan
detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang bisa lebih cepat atau lebih lambat.
Diagnosa dan intervensi

1.resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi eletrika,
penurunan kontraktilitas miokardia
Kriteria hasil : mempertahankan atau meningkatkan curah jantung adekuat di buktikan dalam
nadi rentang normal,nadi teraba sama status mental

2. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana


ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah
aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). PJK merupakan gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner. Secara
klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa
tertekan berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburuburu pada saat
berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013).
Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung akibat
penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat suplai oksigen
dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan otot bahkan
kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara
subyektif seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusu
Gejala tanda dan klasifikasi

1
2

Manifestasi klinis pada PJK ini khas yang menimbulkan gejala dan komplikasi
sebagai akibat penyempitan lumen arteri penyumbatan aliran darah ke jantung.
Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah tidak adekuat
(iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot iskemia terjadi dalam
berbagai tingkat, manifestasi utama dari iskemia miokardium adalah sesak nafas, rasa
lelah berkepanjangan, irama jantung yang tidak teratur dan nyeri dada atau biasa
disebut Angina Pektoris. Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak
diserati kerusakan irreversibel sel-sel jantung terdiagnosis PJK.(Wijaya dkk: 4, 2013).
Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu asimtomatik (silent
myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh nyeri dada baik saat istirahat atau
beraktifitas, angina pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5
menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi segmen ST pada pengukuran
EKG, angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu nyeri dada yang berlangsung bisa
lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat istirahat biasanya akan terdapat
deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG, Infark miokard yaitu nyeri dada yang
terasa ditekan, diremas berlangsung selama 30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil
rekaman EKG terdapat elevasi segmen ST (Potter & Perry, 2010).

Penyakit Hepatitis
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati yang di sebabkan oleh virus
hepatitis B (VHB). Keadaan ini mengakibatkan pembengkakan dan peradangan pada
hati, dan sering pula megakibatkan kerusakan hati.
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dapat teratasi dengan tindakan keperawatan berupa kolaborasi pemberian diit
dengan ahli gizi di dukung dengan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang
diperbolehkan dan dilarang di konsumsi pasien Hepatitis B. Perlu dilakukan edukasi
tentang penyakit Hepatitis B kepada pasien dan keluarga

Penyakit CHF
Latar belakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau
saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung.
CHF dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi distolik) dan atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2015)
Congestive Heart Failure masih menduduki peringkat yang tinggi,
menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007
dilaporkan CHF mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan
meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien
dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10%
lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO
memprediksi bahwa peningkatan penderita CHF mencapai ±23 juta jiwa di
dunia.
Adapun tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain
dyspnea, fatigue dan gelisah. Congestive Heart Failure merupakan salah
satu masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara
berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012 dalam Didik Aji Asmoro,

2
3

2017).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan
pada klien dengan CHF Di RSUD Arifin Ahcmad Pekanbaru”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan
CHF.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus
1) Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan CHF.
2) Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CHF.
3) Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan CHF.
4) Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF

3. Contoh perawatan dan pendidikan kesehatan pada pasien Sama


Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka
kejadian asma dengan menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan, hindari merokok dan asap rokok serta asap
korbondiaksoda, hindari binatang yang mempunyai bulu yang
halus dan menjaga pola makan agar tidak terjadinya obesitas,
karena obesitas juga merupakan faktor resiko terjadinya asma
pada individu.
Peran perawat untuk merawat pasien dengan Asma
adalah melalui pendekatan proses keperawatan. Asuhan
keperawatan yang diberikan melalui pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu
memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien dan

3
4

keluarga untuk tetap menjaga kesehatan, menyarankan kepada


pasien dan keluarga agar tetap tabah, sabar, dan berdoa agar
diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawat pasien
dirumah dengan mengikuti semua anjuran dokter dan perawat.

Bronkopneumonia
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menambah sumber
wawasan dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan pada klien untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang bronkopneumonia supaya angka
kejadian bronkopneumonia menurun. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan
adalah pemebrian fisioterapi dada dengan teknik clapping dan tenting pada klien
yang lebih kecil. Tindakan fisioterapi dada cukup efektif dilakukan karena dapat
menurunkan jumlah frekuensi nafas pada klien dan tindakan ini tidak
menimbulkan traumtaik pada anak. Pendidikan kesehatan yang dilakukan dapat
menerapkan teori Health Belief Model dan Health promotion Model dalam
pengaplikasiannya, toeri tersebut bertujuan untuk menanamkan komitmen
didalam diri setiap individu terkait perilaku kepatuhan dan perilaku komitmen
untuk mencegah terjadinya res

PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis
kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif
kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial
reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis harus didiagnosa dan
dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien PPOK mempunyai
tanda dan gejala kedua penyakit tersebut.( Amin, Hardhi, 2013).
Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang
menjadi penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000
kematian dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK
meningkat cepat, terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Angka
penderita PPOK di Indonesia sangat tinggi.
Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah
lanjut. Padahal, sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif
untuk mendeteksi PPOK. Menurut Dr Suradi, penyakit PPOK di Indonesia
menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian.
Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada
tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai
penyebab kematian. "Pada dekade mendatang akan meningkat ke peringkat
ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin
meningkat.
penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan
perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk
memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah.

4
5

4.penamganan DM
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula
(glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul
berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ
yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah
glukosa menjadi energi.
Jenis-Jenis Diabetes
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1
terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi
kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu
timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah
disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh
sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak
dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen
penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.

Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan
diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah
akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

Faktor risiko diabetes


Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.


Menderita infeksi virus.
Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat
muncul pada usia berapapun.
Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika
memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

Kelebihan berat badan.


Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
Memiliki ras kulit hitam atau asia.
Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi,
dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan
seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.

5
6

Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik
atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko
mengalami diabetes tipe 2.
Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami
diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome
(PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.

Diagnosis Diabetes
Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat
muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal
kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani
pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:

Orang yang berusia di atas 45 tahun.


Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.
Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.
Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe
1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes
atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan
dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:

Tes gula darah sewaktu

Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak
memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan
kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.

Tes gula darah puasa

Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta
berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur
kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100
mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL
menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau
lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.

Tes toleransi glukosa

Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien
kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien
akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali
setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan
kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL
menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih
menunjukkan pasien menderita diabetes.

6
7

Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes
ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi
membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih
dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-
6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5%
menunjukkan pasien menderita diabetes. Selain tes HbA1C, pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata
(eAG) juga bisa dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah dengan lebih akurat.

Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien
didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan
dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan
tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh,
termasuk pankreas.

Pengobatan Diabetes
Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur,
protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pilihan makanan untuk penderita
diabetes juga sebaiknya benar-benar diperhatikan.

Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman untuk
penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan keluarganya dapat melakukan konsultasi gizi dan
pola makan dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.

Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap
insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari.
Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.

Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari.
Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk
mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk
obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara
menyuntiknya.

Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan
(transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1
yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus
mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.

Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin,
obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes
lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah
pasien makan, juga dapat diberikan.

7
8

Dokter juga dapat menyertai obat-obatan di atas dengan pemberian suplemen atau vitamin untuk
mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes yang sering mengalami gejala
kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.

Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-vitamin tersebut
bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini sangat penting untuk dijaga pada
pasien diabetes tipe 2 untuk menghindari komplikasi neuropati diabetik yang cukup sering terjadi.

Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula
darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien
dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula
darah selama 2-3 bulan terakhir.

Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:

Penyakit jantung
Stroke
Gagal ginjal kronis
Neuropati diabetik
Gangguan penglihatan
Katarak
Depresi
Demensia
Gangguan pendengaran
Frozen shoulder
Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
Kerusakan kulit atau gangrene akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri pemakan daging
Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh
komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul
pada bayi adalah:

Kelebihan berat badan saat lahir.


Kelahiran prematur.
Gula darah rendah (hipoglikemia).
Keguguran.
Penyakit kuning.
Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.
Pencegahan Diabetes
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2
dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah:

Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat


Menjaga berat badan ideal
Rutin berolahraga
Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun

8
9

5.asuhan keperawatan dan pendidikan keperawatan pada pasien pada anak DHF
Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang.
Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lainlain, sedangkan
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan terlihat
sesuai tumbuh kembangnya (Yuliastati ,2016).
Hockenberry & Wilson (2009) anak dapat dikelompokkan menurut fase
perkembangannya. Fase perkembangan anak terdiri dari fase prenatal, fase
neonatal, fase infant, fase toddler, fase prasekolah, fase sekolah, dan fase remaja.
Fae prenatal mencakup masa kehamilan sampai anak dilahirkan. Fase neonatal
merupkan masa saat bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant adalah fase saat
bayi berusia 1 bulan sampai 12 bulan. Fase toddler merupakan saat anak berusia
1-3 tahun. Setelah di fase ini akan memasuki pra sekolah yaitu saat anak
memasuki usia 3-6 tahun. Fase sekolah merupakan fase fase berusia 6-12 tahun,
dan terakhir fase remaja yaitu saat anak memasuki usia 12-18 tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak pertama kali ditemukan pada
tahun 1950-an di Filipina dan Thailand, telah menjadi penyebab utama kematian
di kalangan anak-anak dan dewasa. Diperkirakan terjadi antara 50 juta hingga 100
juta kasus DBD di seluruh dunia setiap tahunnya. Sekitar 500.000 penderita DBD
dirawat inap dengan 2,5% diantaranya meninggal dunia. Selain itu, diperkirakan

Penyakit ISPA
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan
penyakit akut dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai
negara berkembang termasuk negara Indonesia. Infeksi saluran pernafasan akut
disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah
satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau
berdahak. 1 Program pemberantasan penyakit ISPA oleh pemerintah dimaksudkan
adalah untuk upaya-upaya penanggulangan pneumonia pada balita. (Sofia, 2017).
Bakteri yang dapat menyebabkan ISPA paling banyak ialah Haemophilus
influenza dan Streptoccocus pneumonia. Selain itu, terjadinya ISPA juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, gizi buruk; polusi udara dalam ruangan (indoor air
pollution); BBLR; kepadatan penduduk;kurangnya imunisasi campak;dan kurangnya
pemberian ASI eksklusif. (Kemenkes RI, 2012).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada
golongan usia balita, ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA

6 TBC
.Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini,
belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman

9
10

Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya
perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita
TB adalah usia produktif (15-55 tahun).

HIV Dan AIDS


Kesadaran masyarakat mengenai penyakit HIV dan AIDS (HIV/AIDS) telah meningkat dalam
beberapa dekade terakhir. Namun, bukan berarti upaya kita mencari cara memberantas penularan HIV
berhenti sampai di situ. Sebab kenyataannya kasus HIV dan angka kematian akibat AIDS secara
global masih cukup tinggi.

Memahami bagaimana cara penularan HIVmerupakan inti dari pencegahan penyebaran penyakitnya
beserta komplikasi HIV yang merugikan. Terlebih, masih banyak mitos tentang penyebaran HIV dan
AIDS beredar di luaran sana yang harus diluruskan agar kesalahpahaman tidak lagi menelan korban.
Hubungan seks yang melibatkan penetrasi vaginal (penis ke vagina) atau penetrasi anus (penis ke
dubur) tanpa menggunakan kondom merupakan cara penularan HIV/AIDS yang paling umum.

Penularan virus HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani, cairan vagina,
atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV.

Cairan tersebut bisa dengan mudah menginfeksi tubuh orang lain ketika ada luka terbuka atau lecet
pada alat kelamin.

Penularan dari seks vaginal paling umum terjadi pada kelompok pasangan heteroseksual, sedangkan
seks anal lebih berisiko menularkan HIV pada kelompok pasangan homoseksual.

7. Asuhan keperawatan pada pasien TBC


Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)
tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)

10
11

Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB
paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

INTERVENSI
Intervensii yang dilakukan pada pasien tuberculosis paru yaitu manajemen jalan napas, pengisapan
lender, terapi oksigen, dan terapi tambahan berupa batuk efektif dan latihan pernafasan dengan teknik
memutar.

HIV AIDS
Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV
tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).
Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan
Lorraine (2012) yaitu: Kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk pelaporan
tingkat nasional, mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam satu definisi
kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan atau lebih,
definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu kriteria
laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).
Bukti laboratorium untuk infeksi HIV mencangkup reaksi positif berulang
terhadap uji-uji penapisan antibodi yang dikonfirmasi dengan uji suplementer
(misal,ELISA, dikonfirmasi dengan uji Western blot) atau hasil positif atau
laporan terdeteksinya salah satu uji nonantibodi atau virologi HIV: uji antigen
p24 HIV dengan pemeriksaan netralisis, biakan virus HIV, deteksi asam
nukleat (RNA atau DNA) HIV (misalnya, reaksi berantai polimerase atau RNA
HIV-1 plasma, yang berinteraksi akibat terpajan pada masa perinatal).

Diagnosis HIV dan AIDS


Tes antibodi. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan
infeksi HIV. ...

11
12

Tes kombinasi antigen-antibodi. ...


Tes asam nukleat atau nucleic acid test (NAT)

8. Edukasi TBC dan HIV AIDS


Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia
meletakkan kesehatan adalah salah satu komponen utama pengukuran selain pendidikan dan
pendapatan.

Kondisi umum kesehatan Indonesia dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa komponen antara lain ketersediaan
dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah
Indonesia, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala.

Dalam kondisi keterjangkauan pelayanan yang masih belum merata dan kebutuhan perubahan
perilaku masyarakat, negara telah mengakui peran penting organisasi masyarakat sipil, terutama bagi
respon atas penyakit menular yang tingkat penyebarannya masih relatif tinggi di lingkungan
masyarakat, seperti TBC, Malaria dan HIV/AIDS.

Penabulu meyakini bahwa perbaikan sistem penganggaran layanan kesehatan, perbaikan tata kelola
layanan kesehatan, disamping penguatan organisasi masyarakat sipil dalam menjangkau komunitas
populasi kunci dan mendorong efektifitas perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci penting
upaya perbaikan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia jangka panjang.

Program terutama bekerja untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas organisasi
masyarakat sipil yang bekerja di isu kesehatan masyarakat, baik pada aspek manajemen kelembagaan
maupun pada kemampuan organisasi dalam memberdayakan dan memobilisasi komunitas populasi
kunci; mendorong terbangunnya sistem perencanaan dan penganggaran terpadu pada tingkat
kabupaten, dan penyempurnaan mekanisme pelaksanaan program dukungan kesehatan out sendiri

bahaya HIV (human immunodeficiency virus) sepatutnya diberikan sejak dini, seiring dengan
pemberian pendidikan seksual. Hal ini perlu dimulai sejak masa sekolah sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dalam menghindari perilaku berisiko. Menurut Permenkes No. 21 Tahun 2013 yang
mengatur mengenai penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, promosi kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan
menghilangkan stigma serta diskriminasi.

9. Kanker serviks
Edukasi dan promosi kesehatan pada masyarakat luas sangat penting untuk mencegah terjadinya
kanker serviks. Edukasi dan promosi kesehatan yang baik dapat meningkatkan kesadaran wanita
untuk melakukan skrining secara rutin.

Edukasi Pasien

12
13

Pasien yang menderita kanker serviks perlu diedukasi mengenai penyakit yang diderita, komplikasi
yang bisa ditimbulkan, prognosis, serta modalitas terapi yang tersedia. Untuk pasien kanker serviks
stadium awal sebaiknya pasien disarankan untuk segera melakukan terapi dan kontrol teratur ke
dokter sebelum jatuh ke stadium kanker yang lebih lanjut.

Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

Kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV dan
melakukan skrining secara rutin. Skrining kanker serviks merupakan pemeriksaan yang dilakukan
oleh semua wanita walaupun tidak memiliki gejala. Skrining bertujuan untuk mendeteksi lesi pre
kanker yang bila tidak ditangani segera dapat berkembang menjadi kanker.

Skrining kanker serviks umumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pap smear dan deteksi HPV.
Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan di bagian area transformasi
serviks. Untuk melakukan pemeriksaan pap smear, pasien berbaring di meja periksa dengan posisi
litotomi. Dokter akan memasukkan alat spekulum cocor bebek untuk melihat serviks. Setelah itu,
dokter akan memasukkan sikat khusus di area transformasi seviks untuk mengambil sampel jaringan.
Sampel jaringan yang terambil akan dioleskan di slide kaca atau ditempatkan di tempat yang berisi
cairan khusus untuk kemudian dikirim ke laboratorium patologi anatomi. Pemeriksaan ini dapat
dibarengi dengan deteksi infeksi HPV.

Berdasarkan pedoman yang dilakukan oleh American Cancer Society bekerja sama dengan American
Society for Clinical pathology pada tahun 2012 merekomendasikan wanita yang berusia 21 – 29 tahun
dan yang sudah pernah melakukan hubungan intim, untuk melakukan pemeriksaan pap smear setiap 3
tahun. Pada pasien wanita yang berusia 30 sampai 65 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan
pap smear dan tes HPV setiap 5 tahun atau melakukan pemeriksaan pap smear saja setiap 3 tahun.[15]
Sebelum melakukan pemeriksaan pap smear disarankan untuk tidak melakukan hubungan intim
beberapa hari sebelumnya atau menggunakan cairan pembersih vagina.

Selain pemeriksaan pap smear, khususnya di negara berkembang, terdapat pemeriksaan skrining
kanker serviks lain yaitu Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Pemeriksaan IVA tidak membutuhkan
peralatan dan laboratorium yang canggih. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh dokter ataupun
tenaga medis lain seperti bidan dan paramedis. Prosedur ini menggunakan larutan asam asetat 3-5%
yang dioleskan pada permukaan serviks. Asam asetat dapat menyebabkan koagulasi pada protein di
inti sel sehingga area serviks yang abnormal dapat berubah warna menjadi putih. Hasil tes IVA yang
positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan pap smear untuk memastikan lesi pra kanker atau
kanker. Pemeriksaan IVA bisa disertai dengan tindakan kriyoterapi.[16]

Selain skrining, kanker serviks juga dapat dicegah dengan Vaksinasi HPV. Saat ini ada dua jenis
vaksin HPV yang digunakan sebagai profilaksis kanker serviks yaitu vaksin bivalen (mengandung 2
tipe viirus) dan vaksin quadrivalen (mengandung 4 tipe virus). Pemberian vaksinasi HPV
direkomendasikan untuk perempuan yang berusia 11-12 tahun walaupun vaksin ini juga dapat
diberikan untuk wanita yang berusia 13 – 26 tahun yang belum pernah melakukan vaksinasi.
Vaksinasi HPV idealnya diberikan kepada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual,
walaupun wanita yang sudah aktif seksual juga mendapatkan manfaat dari pemberian vaksin tersebut.
Selain vaksinasi, kanker serviks juga dapat diminimalisir dengan penggunaan kondom serta
menghindari berganti-ganti pasangan

13
14

10. Program kesembuhan TB paru DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB
[aru agar menelan obat secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Mengacu pada
kondeisi tersebut diperlukan adanya penanggulangan penyakit TBC ini. Pelaksanaan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) di rumah sakit merupakan salah satu upaya penting dalam
penanggulangan TB. Tujuan penelitian mengetahui hubungan peran perawat dalam keberhasilan
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) pada pasien TB paru. Jenis penelitian
adalahkuantitatif, dengan metode cross sectional. Jumlah responden sebanyak 50 responden.

14

Anda mungkin juga menyukai