Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN
DIAGNOSA CONGENITIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG HCU RSUD WONOSARI

Disusun Guna Menyusun Salah Satu Tugas Stase KDP


Program Profesi Ners Universitas Alma ata Yogyakarta

Disusun Oleh : Kelompok C


1. Winanthi Surya Astuti 230301008
2. Endang Sulistiana 230301052
3. Fila Trianti 230301057
4. Piasih Marjihani Tuarita 230301074
5. Cici Deviyani 230301045

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dan memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan secara cukup, baik saat kondisi istirahat
maupun aktivitas (1)
Gagal Jantung juga dapat berarti kumpulan sindrom klinis yang memiliki gejala di
antaranya : sesak nafas dan mudah Lelah serta tanda berupa peningkatan Jugular Venouse Pressure
(JVP) dan edema prifer yang disebabkan oleh kelainan structural dan fungsional pada jantung yng
mengakibatkan penurunan cardiag output (CO) dan peningkatan tekanan intracardial baik saat
istirahat maupun aktivitas. (2)
Data yang di peroleh dari WHO tahun 2016 menunjukan bahwa pada tahun 2015 terdapat
23 juta atau sekitan 54% rai total kematian disebabkan oleh chf . menurut penelitian di amerika
serikat menunjukan bahwa resiko berkembangnya chf adalah 20% untuk usia kurang lebih 40
tahun dengan kejadian kurang dari 650 kasus baru yang di diangnosis chf , selama beberapa delade
terakir. Kejadian chf kian meningkan dengan bertambahnya umur yang menjadi factor penyebab
peningkatan kematian untuk chf sekitar 50% dalam kurun waktu 5 tahun menurut risparti 2019
Pravelensi gagal jantung di Indonesia berdasarkan riskesdas 2013 yang terdiagnosis
sebesar 0,13% /atau sekitar 229.696 orang. Sedangkan yang terdiagnosis dokter atau menunjukan
gejala sebesar 0,3% atau sekitar 530.068 orang menurut RI bpdpkk 2013.Berdasarkan riskesdas
tahun 2018 pravelensi penyakit jantung yang terdiagnosis dokter pada semua umur di Indonesia
sebanyak 1,5% atau diperkirakan sebesar 2.650.340 oramg yang mana prevelensi tersebut tidak
ada penurunan disbanding prevelensi di lima tahun terakhir
Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) membutuhkan tidur yang cukup
dikarenakan dengan kualitas tidur yang baik akan memperbaiki sel-sel otot jantung.pasien perlu
sekali beristirahat baik secara fisik maupun emosional.Istirahat akan mengurangi kerja
jantung,meningkatkan tenaga kerja jantung,dan menurunkan tekanan darah.lamanya berbaring
juga akan merangsang diuresis karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal.istirahat juga
mengurangi kerja otot pernafasan dan penggunaa oksigen.Frekuensi jantung menurun,yang akan
memperpanjang periode distole pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.(3)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , maka dapat dirumuskan masalah yang timbul
adalah “ bagaimana cara melakukan perawatan pada asein dengan CHF ?
C. Tujuan Umum
1. Tujuan umum
Memberikan informasi dan membatu pasien dalam pemantauan kebutuhan dasar manusia
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui teori ilmiah CHF
b) Mengetahui diagnose keperawatan pada pasien CHF
c) Memberikan informasi tentang perawatan pada pasien CHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) keadaan jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah untuk mencukupi kebutuhan nutrien dan oksigen sel- sel tubuh dan biasanya terjadi pada
ventrikel jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi akibat kurangnya
pengetahuan tentang pencegahan.
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu penyakit jantung yang terus
meningkat kejadian dan prevalensinya setiap tahun. Hal ini mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian Congestive Heart Failure (CHF) masih terus mengalami peningkatan.
Gagal jantung dapat di definisikan sebagai abnormalitas dari struktur jantung atau fungsi yang
menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Secara
klinis, gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana seseorang memiliki
tampilan berupa: gejala gagal jantung, tanda khas gagal jantung, dan adanya bukti obyektif dari
gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat.(4)
B. Penyebab
Penyebab utama CHF yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, kardiomiopati dan penyakit
jantung lainnya.dari sejumlah penyebab tersebut, penyakit jantung koroner (biasanya disertai
dengan riwayat serangan jantung sebelumnya) adalah yang paling umum. Faktor-faktor utama
yang berkontribusi pada penyakit jantung koroner meliputi: kegemukan, diet tinggi lemak jenuh
dan kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, merokok, dan aktivitas fisik.(5)
C. Manefestasi Klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan
terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada
kegagalan jantung. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung
pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Menurut aspiani (2014) manefestasi klinis pada congestive Heart Failure yaitu:
a. Gagal jantung kiri, manifestasinya :
Kongesti paru menon jol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi yang terjadi yaitu :
1. Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat
terjadi ortopnu.
2. Batuk
3. Mudah Lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta penurunannya pembuangan sisa hasil kata bolisme juga terjadi karena
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena
disstress pernafasan dan batuk.
4. Kegelisahan dan kecemasan
Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
5. Sianosis
b. Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan visceral
2. Edema ekstremitas bawah ( edema dependen ), biasanya edema pitting, penambah berat
badan.
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
5. Nokturia.
6. Kelemahan.
D. Klasifikasi
Menurut Nurhidayat Saiful, gagal jantung berdasarkan derajat fungsional diklasifikasikan
menjadi :
1. Kelas I : Pada klasifikasi kelas 1 ini akan timbul gejala sesak apabila melakukan aktivitas fisik
yang terlalu berat namun, aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
2. Kelas II : Pada klasifikasi kelas II akan timbul gejala sesak apabila melakukan aktivitas yang
sedang dan mengakibatkan aktivitas seharihari sedikit terganggu.
3. Kelas III : Pada klasifikasi III ini akan timbul gejala sesak jika digunakan untuk aktivitas yang
ringan. Jadi, pada klasifikasi III ini sudah jelas akan menganggu aktivitas sehari-hari
4. Kelas IV : Pada klasifikasi IV akan timbul gejala sesak pada aktivitas yang sangat ringan atau
istirahat.
Klasifikasi CHF menurut New York Heart Association (NYHA), (2013).
Kelas Definisi Istilah
1 Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa Disfungsi ventrikel yang
pembatasan pada aktivitas fisik. asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikut pembatasan
III Klien dengan gagal jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabkan banyak pembatasan aktivitas
fisik
IV Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung berat
dimanifestasikan dengan segala bentuk
aktivitas fisik akan menyebabkan keluhan

E. Patofisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah. Apexnya (puncak) miring ke sebelah bawah kiri. Berat jantung kira-
kira 300 gram. Agar jantung dapat berfungsi sebagai pompa yang efisien, otot-otot jantung di
bagian atas dan bawah akan berkrontraksi secara bergantian. Laju denyut jantung atau kerja pompa
ini dikendalikan secara alami oleh suatu pengatur irama (pace maker) yang di sebut nodus
sinoarterial. Nodus sinoarterial ini terletak di dalam dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik
yang ditransmisikan dari nodus sinoarterial ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi
secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di teruskan ke dinding dinding bilik, yang pada
gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut sistol.
Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode rilaksasi pendek – kira-kira 0.4 detik – yang
disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinoarterial menghasilkan antara 60-
72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga
dikendalikan oleh satu bagian sistim syaraf yang disebut sistim syaraf otonom, yang bekerja di
luar keinginan kita. Sistim listrik built up inilah yang menghasilkan kontraksikontraksi otot
jantung berirama yang disebut denyut jantung.
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu gangguan mekanik
(beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu beban tekanan,
beban volume, tamponade jantung atau kontriksi perikard, jantung tidak dapat diastole, obstruksi
pengisian ventrikel, aneurisme ventrikel, disenergi ventrikel, restriksi endokardial atau
miokardial) dan abnormalitas otot jantung yang terdiri dari primer (kardiomiopati, miokarditis
metabolic (DM, gagal ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika) dan sekunder (iskemia,
penyakit sistemik, penyakit infiltrative, dan korpulmonal) (6).
F. Komplikasi
Komplikasi Congestive Heart Failure antara lain:
1. Kegagalan organ tubuh lain
Salah satu organ yang bisa mengalami kegagalan fungsi adalah ginjal. Hal ini terjadi
karena pada penderita gagal jantung kongestif, aliran darah ke ginjal akan berkurang. Jika tidak
diberikan pengobatan, dapat berujung kepada kerusakan organ ginjal atau gagal ginjal.
Penumpukan cairan juga bisa terjadi pada organ hati. Ketika kondisi ini tidak ditangani, maka
dapat terjadi gangguan fungsi hati.
2. Gangguan katup jantung
Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan peningkatan tekanan aliran darah jantung.
Kondisi ini lama kelamaan dapat menyebabkan gangguan katup jantung. Gagal jantung
kongestif stadium lanjut juga dapat menyebabkan pembengkakan jantung atau membesarnya
jantung, sehingga fungsi katup jantung tidak dapat berjalan dengan normal.
3. Aritmia
Aritmia atau gangguan irama jantung dapat diderita oleh pasien gagal jantung kongestif.
Aritmia ini dapat terjadi karena gangguan aliran listrik jantung yang berfungsi mengatur irama
dan detak jantung. Jika penderita gagal jantung kongestif kemudian menderita aritmia, maka
ia akan berisiko tinggi terkena stroke. Penderita juga rentan mengalami tromboemboli, yaitu
sumbatan pada pembuluh darah akibat bekuan darah yang terlepas.
4. Henti jantung mendadak
Salah satu komplikasi berbahaya yang perlu diwaspadai pada gagal jantung kongestif
adalah henti jantung mendadak. Ketika fungsi jantung terganggu dan tidak tertangani, lama
kelamaan kinerja jantung akan mengalami penurunan drastis dan berisiko mengalami henti
jantung mendadak. Ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini dapat terjadi pada gagal
jantung kongestif. Di antaranya karena jantung tidak mendapat cukup oksigen, terjadi
gangguan saraf yang mengatur fungsi jantung, atau akibat perubahan bentuk jantung.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269.
Web: www.almaata.ac.id

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Nama Kelompok Kelompok C Tanggal Pengkajian 12 Oktober 2023

Tempat Praktek RSUD Wonosari Ruang Hcu

I. Identitas Diri Klien


Nama : Ny. T
Tempat/tgl lahir : Gunung Kidul / 17 September 1961
Umur : 62 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pacing Lor 01/22 Pacarejo Semanu
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : Atrial Fibrilasi, Nstemi, HHD, CHF, Hipertensi, Stress
Hiperglikemi, ISK
No. CM : 0069xxxx
Tgl masuk RS : 12 Oktober 2023
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
II. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nfas dan nyeri dada
III. Riwayat Keluhan Saat Ini
Pasien datang kerumah sakit pada tanggal 12 oktober 2023 pasien datang di IGD dengan
keluhan sesak nafas berat, nyeri dada di sebelah kiri , muntah 2 kali, keringat dingin dan juga
deg-degkan .setelah dilakukan pemerikasaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD : 150/70
mmHg suhu : 36⁰C, nadi : 68 x/menit, respirasi :30 x/menit ; SPO2 : 99% . Keluarga
mengatakan bahwa pasien mual dan muntah hingga tidak mau makan.
IV. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien pernah opname terakhir 1 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama di rumah sakit
Pasien memiliki riwayat Penyakit Jantung lalu control obat rutin , obat yang dikonsumsi adalah
atorvastatin, cpg, miniaspi, spironolakton, captopril 12,5 mg. pasien juga pernah menjalani
oprasi pada bagian ekstermitas bawah sebelah kiri 5 tahun yang lalu .
V. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi, keturunan
hipertensi di turunkan dari ibu pasein
VI. Genogram

x x x x

Keterangan :
X : meninggal
↗ : pasien
 : tidak ada keturunan

VII. Pola Kesehatan Saat Ini


1. Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Pasien mengatan bahwa pasien sering mengunjungi fasilitas kesehatan untuk berobat
2. Nutrisi dan Cairan
 Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 45 / 150 cm
c. BB dalam 1 bulan terakhir : [ √ ] tetap
[ ] meningkat : ……… kg
alasan :
[ ] menurun : ………..kg
alasan :
d. Jenis makanan : Bubur, Telur, Lauk, Sayur
e. Makan yang disukai : Sayur sup
f. Makanan Pantang : Tidak ada Alergi : Tidak ada
g. Nafsu Makan :[ ] Baik
[ √ ] Kurang
alasan : Nafsu Makan Berkurang
h. Masalah Pencernaan : [ √ ] Mual
[ √ ] Muntah
[ ] Kesulitan Menelan
[ ] Sariawan
i. Riwayat Operasi/trauma gastrointestinal : -
j. Diit RS : diet rendah garam
[ ] Habis
[ ] ½ Porsi
[ ] ¾ Porsi
[ √ ] Tidak Habis
alasan : Nafsu Makan Berkurang, mual, muntah
 Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : 3-4 kali
b. Konsumsi air/hari : 1 botol kecil ± 600 ml
c. Turgor Kulit : Baik
d. Support IV Line : Ya / Tidak
Jenis : Infus NaCl dosis : 10 tpm
3. Aktivitas dan Latihan
 Aktivitas
a. Pekerjaan : Petani
b. Olahraga rutin :-
c. Frekuensi :-
d. Alat Bantu :[ ] Walker
[ √ ] Kruk
[ ] Kursi Roda
[ ] Tongkat
e. Terapi :[ ] Traksi, di
f. [ ] Gips, di
g. Kemampuan melakukan ROM : Pasif / Aktif

Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum √
BAB/BAK √
Mandi √
Ambulasi √
Berubah posisi √
Keterangan : 0  mandiri
1  dengan alat
2  dengan bantuan
3  dengan alat dan bantuan
 Oksigenasi
a. Sesak nafas saat aktivitas :[ ] Tidak
[ √ ] Ya
b. Frekuensi : sering
c. Kapan Terjadinya : Saat pasien beraktivitas berat
d. Faktor Yang Memperberat : ketika aktivitas yang berlebihan
e. Faktor Yang Memperingan : saat tidur atau duduk bersender
4. Tidur dan Istirahat
a. Lama Tidur : 6-7 Jam
b. Kesulitan Tidur di RS : ya / Tidak
c. Alasan :-
d. Kesulitan Tidur :[ ] Menjelang Tidur
[ ] Mudah/Sering terbangun
[ ] Merasa tidak segar saat bangun
5. Eliminasi
 Eliminasi fekal / bowel
a. Frekuensi : 1 Kali Penggunaan pencahar : -
b. Waktu : pagi/siang/sore/malam
c. Warna : Darah : - Konsistensi : -
d. Ggn. Eliminasi bowel : [√ ] Konstipasi
[ - ] Diare
[ - ] Inkontinensia Bowel
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan

 Eliminasi Urin
a. Frekuensi : sering tapi sedikit-sedikit Penggunaan pencahar : -
b. Warna : keruh agak pekat Darah : -
c. Ggn. Eliminasi bladder : [ √ ] Nyeri saat BAK
[ - ] Bumming sensation
[ √ ] Bladder terasa penuh setelah BAK
[ - ] Inkontinensia Bladder
d. Riwayat dahulu : [ - ] penyakit ginjal
[ - ] batu ginjal
[ √] injury / trauma
e. Penggunaan kateter : Ya / Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL Bladder : Mandiri/ Tergantung/ Dg bantuan
6. Koping Keluarga
Pasien mengatakan jika ada masalah keluarga selalu di komunikasikan dan di selesaikan
bersama keluarga, keluarga juga tidak ada yang apatis terhadap keluarga yang lainnya.
7. Kognitif Keluarga
 Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Ya / Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Ya / Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya / Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Ya / Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Ya / Tidak
f. Riwayat penyakit :[ - ] eye surgery
[ - ] otitis media
[ - ] luka sulit sembuh
 Kenyamanan dan nyeri
a. Nyeri : ya
b. Paliatif/provokatif : saat beraktivitas
c. Qualitas : seperti di tusuk
d. Region : dada sebelah kiri
e. Severity :3
f. Time : hilang timbul 5-10 mwnit
g. Ambulasi di tempat tidur : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
VIII. Pengkajian Fisik
1. Kondisi Umum
Keadaan umum , keasadaran composmentis, suhu : 36⁰C, nadi : 68 x/menit, respirasi : 29
x/menit ; SPO2 : 99% BB : 45 kg ; GCS : E4 M6 V5, TD 150/70

2. Kulit
Warna sawo matang, turgor kulit baik, kuku bersih, tidak ada scar.

3. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak ada edema.

4. Mata
Konjungtiva anemis , ada reaksi terhadap cahaya, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.

5. Telinga
Bentuk simetris, bersih dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

6. Hidung
Menggunakan selang oksigen (nasal kanul) 3 lpm tidak ada pernapasan cuping hidung.

7. Mulut dan tenggorokan


Tidak ada gangguan bicara / menelan, mulut bersih, mukosa bibir pucat

8. Leher
Tidak ada edema dan pembesaran kelenjar tiroid.

9. Thoraks / dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerak dada simetris, tidak ada luka, tidak ada retaksi
dinding dada, iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak ada benjolan, vocal fremitus tidak ada, tidak ada gerak yang
tertinggal
Perkusi : Suara paru : sonor
: Suara jantung : pekak
Auskultasi : Suara paru terdengar sonor
Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada kemerahan, tidak ada luka, tidak ada asites.,
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus peristaltic

10. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral hangat, ekstremitas atas dapat digerakkan dan
ekstremitas bawah kiri susah untuk digerakkan, ada bekas operasi dibagian ekstremitas
bawah kiri.
4 5
5 3

IX. Data Laboratorium


Hari / Tanggal : Kamis / 12 Oktober 2023
Jenis Pemeriksaan :Darah Lengkap
No Jenis Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Interpretasi
1 Hemoglobin 13,5 12-16 g/dl Normal
2 Leukosit 10,5 4,7-10,3 /ul Meningkat
3 Eritrosit 4,37 4-5 juta/ul Normal

4 Trombosit 452 150-450 ribu/ul Meningkat


5 Hematokrit 41 37-44 % Normal
6 GDS 334 < 180 mg/dL. Meningkat

7 Cholestrol 137 > 200 mg/Dl Tidak normal


8 HDL 37 35-65 mg/Dl Normal
9 LDL 79 <100 Normal
10 SGOT 35 5–40 µ/L Normal
11 SGPT 25 7–56 µ/L Normal
12 Natrium 149 135-145 mel/q Meningkat
13 Kalium 4,28 3,5-5,3 mel/q Normal
14 Troponin 0,45 0–0,04 Meningkat
15. HbA1c 5,6% <5,7 Normal
Tabel pemeriksaan urinaria

Keton negative
pH 6,0 - 4,8-7,4
protein negative Mg/dL negative
eritrosit 40 /hpf 0,1 High
leukosit 32 /HPF 3-5/LPB High
Leukosit esterase 3+ negative High
Silinder negative /lpf negative High
glukosa negative - negative High
Berat jenis >= 1,030 - 1.015-1.025 High
nitrit positive - negative High
bakteri positive - negative High
urobilinogen 32 Mg/dl normal High
blood 2+ negative High

Pemeriksaan hematologi
parameter hasil Nilai normal flag
HbA1c 5,6 % <5,7

X. Hasil Pemeriksaan diagnostik lain


Pemeriksaan rongten thorax :
Odema pulmo cardiomegaly, aortosklerosis
Pembacaan EKG : Ventikular takikardi
XI. Pengobatan
Hari / Tanggal : 12 Oktober 2023

No Nama Obat Dosis Kegunaan

1 Infus Nacl 10 tpm Menambah kalori dan


mengembalikan keseimbangan
elektrolit

2 Heparin 600 iu/jam Untuk menghentikan


terbentuknya gumpalan darah di
pembuluh darah
3 Injeksi Flurosemid 20 mg/jam Untuk menurunkan tekanan
darah tinggi, mencegah stroke,
serangan jantung, dan gangguan
ginjal

4 Miniaspi 80 mg/jam Untuk mencegah penggumpalan


darah, serta mengurangi risiko
terjadinya serangan jantung atau
stroke

5 CPG 75 mg/jam Mengencerkan darah dan


mencegah terjadinya pembekuan
darah sehingga mengurangi
resiko terkena serangan jantung
dan stroke.

6 Condesartan 8 mg/ 12 jam Untuk menurunkan tekanan


darah pada hipertensi.

8 ISDN 5 mg, (jika nyeri) Untuk menurunkan rasa nyeri

7 Nitrokaf 2,5 mg/ 12 jam Untuk mencegah dan terapi


jangka panjang untuk penderita
angina pektoris.

8 Bisoprolol 2,5 mg/ 24 jam Untuk mengatasi hipertensi atau


tekanan darah tinggi, angina
pektoris, aritmia, dan gagal
jantung

9 Digoxin 0,125 mg/ 24 jam Obat yang digunakan untuk


mengobati penyakit jantung,
seperti aritmia dan gagal jantung

10 Atorvastatin 40 mg/ 24 jam Menurunkan kolesterol jahat


(LDL) dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar kolesterol
baik (HDL) di dalam darah.

11 Novorapid 3 x 6 IV Untuk menurunkan gula


darah 10-20 menit setelah
disuntikkan kedalam tubuh.

12 Injeksi ondan 4 mg/ 8 jam Untuk mencegah serta


mengobati mual dan muntah
XII. Analisa Data
No. Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan nyerti dada sebelah kiri, pasien Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
mengatakan deg-degan dan sesak nafas, mual , muntah
DO : KU : lemas, compos mentis, ibu tampak meringis
P : nyeri dada akibat penyakit jantung (Nstemi)
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : dada sebelah kiri
S:3
T : hilang timbul setiap kurang lebih 5 menit sekali

2. DS: Pasien mengatakan makanan yang diberikan dirumah sakit Faktor psikologi (keenganan untuk Resiko defisit nutrisi
tidak dihabiskan, pasien mengakan nafsu makannya menurun makan)
dan mengeluh mual muntah

DO: BB :45 , TB, 155 IMT : 18,7


Makan habis 3 suap
Minum : 400ml

TTV
TD : 104/69
N : 67
RR: 28
S : 36,5⁰C
SPO2 : 96%
3 DS : Pasien mengatakan pernah jatuh di kamar mandi 4 bulan Resiko jatuh Kekuatan otot menurun
yang lalu, pernah melakukan operasi dibagian kaki sebelah kiri,
berjalan menggunakan kruk.
DO : Ada tanda bekas luka operasi di kaki bagian kiri, pasien
tampak lemas.

TTV
TD : 104/69
N : 67
RR: 28
S : 36,5⁰C
SPO2 : 96%

MFS : 60 ( resiko tinggi jatuh)

XIII. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologi (kengganan untuk makan)
3. Resiko jatuh b.d kekuatan otot memnurun
XIV. Nursing Care Plan (NCP)
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3 x24 Manajemen nyeri (1.08238)
jam di harapkan nyeri akut bd pencedera - Identifikasi lokasi ,karakteristik,
fisiologis durasi, frekuensi dan kualitas nyeri
Tingkat nyeri (L.08066) - Identifikasi skala nyeri
Indikator awal akhir - Berikan Teknik non farmakologi
Keluhan nyeri 3 1 untuk mengurangi rasa nyeri ( terapi
Meringis 3 1 rileksasi nafas dalam)
Keterangan : - Ajarkan Teknik non farmakologis
1: Meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
2: Cukup Meningkat - Kolaborasipemberian analgetik
3: Sedang
4: Cukup Menurun

2 Resiko defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi : (I.03119)
psikologi (kengganan untuk makan) selama 3x24 jam di harapkan resiko defisit - Identifikasi status nutrisi
nutrisi bd factor psikologi (kengganan untuk - Monitor asupan makanan
makan) - Anjurkan posisi duduk
Status Nutrisi : (L.03030) - Ajarkan diet yang diprogramkan
indikator awal akhir
Perasaan 4 1
cepat
kenyang
Frekuensi 1 4
makan
Nafsu makan 1 4
Keterangan :
1: Meningkat
2: Cukup Meningkat
3: Sedang
4: Cukup Menurun
Resiko jatuh b.d kekuatan otot Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh (I.14529)
menurun selama 3x24 jam di harapkan Intoleransi - Identifikasi faktor resiko jatuh
aktivitas b.d penggunaan alat bantu jalan dapat (gangguan keseimbangan),
teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik lingkungan yang dapat
Tingkat Jatuh (L.14138) meningkatkan potensi jatuh (mis.
indikator awal akhir lantai licin penerangan kurang)
Jatuh dikamar 2 4 - Memonitor keterampilan,
mandi keseimbangan dan tingkat kelelahan
Jatuh saat 2 4 dengan ambulai
naik tangga - Hitung resiko jatuh menggunakan
Jatuh saat 2 4 skala MFS
berjalan
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
XV. Implementasi Keperawatan
No. Hr/T Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda
gl Keperawatan tangan
1 12/10 08:30 Nyeri akut bd Manajemen nyeri (1.08238) 1. S : pasien mengatakan terasa
/2023 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, nyeri di dada
pencedera
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri O : Tampak meringis
fisiologi ttv : TD = 104/69 mmHg, Winanti
N = 67 x/m, R= 28 x/m, S
= 36,5oC.
p = saat beraktivitas
q = di tusuk-tusuk
r = dada
s=3
t = hilang timbul 5-10 menit
A : masalah nyeri belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

08:50 2. mendentifikasi skala nyeri 2. S : pasin mengatakan masih


terasa nyeri di dada
O : skala nyeri 3
A : masalah nyeri belum
teratasi Endang
P : intervensi dilanjutkan
09:00 3. memberikn Teknik non farmakologi 3. S : pasien mengatakan belum
untuk mengurangi rasa nyeri (terapi paham cara melakukan teknik
rileksasi nafas dalam) relaksasi nafas dalam
O : masih masih nampak
kebingunan dan sering
Endang
bertanya
A : Masalah belum teratasi
P : intervesi dilanjutkan

12:00 4. berkolaborasi untuk pemberian 4. S : pasien mengatakan masih


analgetik ( ISDN 5mg ), jika nyeri terasa nyeri
O : telah diberikan terapi obat
analgesic (ISDN 5mg) Winanti
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2 10:00 Resiko defisit Manajemen Nutrisi : (I.03119) 1. S : pasien mengatakan tidak


nutrisi b.d nafsu makan, mual, muntah
1. Mengidentifikasi status nutrisi
O : pasien tampak lemas,
faktor psikologi pasein di berikan injeksi ondan
4mg/8 jam Fila
A : masalah resiko deficit
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
10:30 2. Memonitor asupan makanan 2. S : pasien mengatakan saat
makan tidak dihabisakan
hanya makan 3 sendok
O : makan tersisa banyak
A : masalah resiko defisit
Fila
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

10:40 3. Menganjurkan posisi duduk 3. S : pasien mengatakan saat


makan kesulitan untuk duduk
dan harus dibantu
O : terlihat dibantu saat akan Cici
makan dan disuapin oleh
keluarga dan perawat
A : masalah resiko defisit
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

11:00 4. Mengajarkan diet yang diprogramkan 4. S : pasien mengatakan tidak


nafsu makan dengan makanan
RS
O : terlihat pasien makan
Sebagian makanan yang Cici
diberikan RS, terlihat pasien
paham saat diberikan edukasi
tentang diit yang diberikan
A : masalah resiko defisit
nutrisi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

3 15:00 Resiko jatuh b.d Pencegahan jatuh (I.14529) 1. S : pasien mengatakan pernah
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor jatuh dikamar mandi 4bln yang
kekuatan otot
yang mempengaruhi riwayat jatuh, lalu, kamar mandi licin, punya
menurum karakteristik lingkungan yang dapat riwayat operasi di ekstremitas
meningkatkan potensi jatuh (mis. lantai bawa kiri, pasien menggunakan Piasih
licin dan tangga terbuka) alat bantu jalan kruk
O : terlihat lemas, ada bekas
tanda operasi di ekstremitas
kiri bawah
A : masalah resiko jatuh belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

15:30 2. Memonitor keterampilan, keseimbangan 2. S : pasien mengatakan masih


dan tingkat kelelahan dengan ambulasi sulit untuk melakukan aktivits
O : aktivitas masih dibantu
A : masalah resiko jatuh belum
Piasih
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
16:00 3. Mengitung resiko jatuh menggunakan 3. S : pasien mengatakan sulit
skala MFS berativitas, pernah jatuh di
kamar mandi 4 bulan yang lalu,
berjalan menggunakan kruk,
punya penyakit lebih dari satu. Piasih
O : pasien terpasang infus di
ekstremitas atas kanan, ada
bekas tanda operasi di
ekstremitas kiri bawah, MFS =
60 (resiko jatuh tinggi),
terpasang infus di ekstremitas
kanan atas
kekuatan otot :
4 5

5 3
A : masalah resiko jatuh belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

1. 13/10 09:00 Nyeri akut b.d Manajemen nyeri (1.08238) 1. S : pasien mengatakan masih
/2023 agen pencedera 1. Mengidentifikasi lokasi ,karakteristik, terasa nyeri
fisiologi durasi, frekuensi dan kualitas nyeri O : Tampak meringis, ttv : TD
= 110/70 mmHg, N = 70 x/m, Winanti
R= 21 x/m, S = 36,4oC.
p = saat beraktivitas
q = di tusuk-tusuk
r = dada
s=2
t = hilang timbul 5 menit
A : masalah nyeri belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

09:20 2. Mendentifikasi skala nyeri 2. S : pasin mengatakan masih


terasa nyeri
O : tampak meringis, skala
nyeri 2 Winanti
A : masalah nyeri belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

09:30 3. Memberikn teknik non farmakologi 3. S : pasien mengatakan sudah


untuk mengurangi rasa nyeri ( terapi mengerti namun kadang lupa
rileksasi nafas dalam) melakukan teknik relaksasi
nafas dalam
O : masih masih nampak
kebingungan Endang
A ; Masalah belum teratasi
P : intervesi dilanjutkan

12:00 4. Berkolaborasi untuk pemberian 4. S : pasien mengatakan masih


analgetik (ISDN 5mg) terasa nyeri
O : telah diberikan terapi obat
analgesic (ISDN 5mg) Endang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2 15:30 1. S : pasien mengatakan tidak


Resiko defisit Manajemen Nutrisi : (I.03119)
nafsu makan.
nutrisi b.d 1. Mengidentifikasi status nutrisi O : mukosa bibir pasien tampak
pucat, lemas, mual (-), muntah
faktor psikologi
(-) Fila
A : masalah resiko defisit nurisi
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2. S : pasien mengatakan saat


16:00 2. Memonitor asupan makanan makan tidak dihabiskan, namun
sudah meningkat yang awal
hanya makan 3 sendok, hari ini
makan sebanyak 5 sendok.
O : makanan tersisa banyak Fila
A : masalah resiko defisit
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

16:15 3. S : pasien mengatakan saat


3. Menganjurkan posisi duduk
makan masih kesulitan untuk
duduk dan harus dibantu Cici
O : terlihat dibantu saat akan
makan dan disuapin oleh
keluarga dan perawat
A : masalah resiko defisit
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

17:00 4. Mengajarkan diet yang diprogramkan 4. S : pasien mengatakan sudah


mulai nafsu makan dengan
makanan RS
O : terlihat pasien makan
sebagian makanan yang
diberikan RS meskipun tidak Cici
dihabiskan, terlihat pasien
paham saat diberikan edukasi
tentang diit yang diberikan
A : masalah defisit nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 20:30 Resiko jatuh b.d Pencegahan jatuh (I.14529) 1. S : pasien mengatakan sulit
melakukan aktivitas seperti
kekuatan otot Memonitor keterampilan, keseimbangan dan
berubah posisi ditempat tidur,
menurun tingkat kelelahan dengan ambulasi pasien pernah jatuh di kamar
mandi 4 bulan yang lalu,
berjalan menggunakan kruk. Piasih
O : pasien terpasang infus di
ekstremitas atas kanan, ada
bekas tanda operasi di
ekstremitas kiri bawah, MFS =
60 (resiko jatuh tinggi),
terpasang infus di ekstremitas
kanan atas
kekuatan otot :
4 5
5 3
A : masalah resiko jatuh belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

1 14/10 09:00 Nyeri akut bd Manajemen nyeri (1.08238) 1. S : pasien mengatakan nyeri
/2023 pencedera 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, mulai berkurang
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri O : Tampak meringis
fisiologi
ttv : TD = 124/83 mmHg, Winanti
N = 99 x/m, R= 20x/m, S =
36,5oC.
p = saat beraktivitas
q = di tusuk-tusuk
r = dada
s=2
t = hilang timbul 3 menit
A : masalah nyeri teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan

09:20 2. Mendentifikasi skala nyeri 2. S : pasin mengatakan nyeri


mulai berkurang
O : skala nyeri 2, meringis
menurun
A : masalah nyeri teratasi Winanti
sebagian
P : intervensi dilanjutkan

09:30 3. Memberikn Teknik non farmakologi 3. S : pasien mengatakan nyeri


untuk mengurangi rasa nyeri (terapi mulai berkurang, sudah paham
rileksasi nafas dalam) cara melakukan teknik relaksasi
nafas dalam
O : pasien tampak lebih tenang Endang
dan nyaman
A ; masalah nyeri teratasi
sebagian
P : intervesi dilanjutkan
12:00 4. Berkolaborasi untuk pemberian analgetik 4. S : pasien mengatakan nyeri
ISDN (5 mg) mulai berkurang
O : telah diberikan terapi obat
analgesic (ISDN 5mg )
A : masalah nyeri teratasi
sebagian Endang
P : intervensi dilanjutkan

Manajemen Nutrisi : (I.03119) 1. S : pasien mengatakan nafsu


2 14:30 Resiko defisit makan mulai meningkat
1. Mengidentifikasi status nutrisi
nutrisi b.d O : mukosa bibir pasien sedikit
faktor psikologi pucat, lemas (-), mual (-),
muntah(-) Fila
A : masalah resiko defisit
nutrisi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

15:00 2. S : pasien mengatakan saat


2. Memonitor asupan makanan
makan tidak dihabiskan,
namun frekuensi makan sudah
sedikit meningkat.
O : makananan masih tersisa Fila
1/2 porsi
A : masalah resiko defisit
nutrisi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

15:15 3. Menganjurkan posisi duduk 3. S : pasien mengatakan saat


makan masih kesulitan untuk
duduk dan harus dibantu
O : terlihat dibantu saat akan
makan dan disuapin oleh Cici
keluarga dan perawat
A : masalah resiko defisit
nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

16:00 4. Mengajarkan diet yang di 4. S : pasien mengatakan sudah


mulai nafsu makan dengan
programkan
makanan RS
O : terlihat pasien makan Cici
sebagian makanan 1/2 porsi
dihabiskan
A : masalah resiko defisit
nutrisi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3 20:30 Resiko jatuh b.d Pencegahan Jatuh (I.14529) 1. S : pasien mengatakan sulit
melakukan aktivitas seperti
kekuatan otot 1. Memonitor keterampilan,
berubah posisi ditempat tidur.
menurun keseimbangan dan tingkat kelelahan O : ada bekas tanda operasi di
ekstremitas kiri bawah, MFS =
dengan ambulasi
60 (resiko jatuh tinggi), piasih
terpasang infus di ekstremitas
kanan atas
kekuatan otot :
4 5
5 3

A : masalah resiko jatuh belum


teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisi Jurnal
Judul Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi
Sesak
Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure
Nomor Jurnal Volume 13 Nomor 4, Oktober 2023
Penulis Satriani, Haeril Amir, Nurwahida, Rochfika, Sudarman,
Masita Duhaling
Kata Kunci congestive heart failure, relaksasi nafas dalam, studi kasus
Tahun 4 Oktober 2023
Penelitian
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan
manajemen relaksasi nafas dalam untuk mengurangi sesak
nafas pada pasien Congestive Heart Failure
Metode Penelitan ini merupakan studi kasus. Subek penelitian
digunakan pada studi kasus ini adalah 1 kasus Congestive
Heart Failure. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
wawancara dilakukan untuk mengetahui riwayat keluhan
yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti hal
tersebut dibuktikan pada pemeriksaan fisik yang digunakan
sebagai penunjang atas keluhan-keluhan yang sampaikan.
Observasi ini digunakan untuk mengamati atau mengukur
dan mencatat kejadian yang sedang diteliti dalam
sebuah lembar observasi yang berisi variabel-variabel yang
akan diteliti. Dokumentasi merupakan data pribadi klien
yang meliputi, nama, umur, diagnosa dan lain-lain.
Manajemen perawatan menggunakan konsep relaksasi
nafas dalam.
Intervensi Mengenai intervensi relaksasi nafas dalam beberapa teori
dan penelitian menyebutkan dapat mengurangi sesak dan
nyeri pada pasien. Mekanisme teknik relaksasi nafas dalam
yaitu dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Relaksasi
melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat
lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-
waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh Teknik
relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang
merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal
individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti
bradikinin, prostaglandin dan substansi p yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan saraf
simpatis mengalami vasokonstriksi
yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan
berbagai efek spasme otot yang akhirnya menekan
pembuluh darah. Mengurangi aliran darah dan
meningkatkan kecepatan Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023.
Metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls
nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan
sebagai nyeri Serta setelah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam terdapat hormon yang dihasilkan yaitu hormon
adrenalin dan hormon kortison yang merupakan
nuerotransmiter yang dapat menghambat pengiriman
rangsangan nyeri (Anifah & Yumni,
2019).
Hasil jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke
seluruh tubuh, diakibatkan karena fungsi
jantung tidak dapat berkerja dengan normal (Muzaki &
Pritania, 2022). Tanda dana gejala yang
sering timbul pada pasien dengan Congestive Heart
Failure adalah angina, dyspnea, batuk,
malaise, ortopnea, nocturia, kegelisahan dan kecemasan,
serta sianosis (Yunita et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Anita et al., (2021),
mengemukakan bahwa memiliki gejala
sugestif gagal jantung sesak napas, edema perifer,
dyspnea nocturnal paroksismal, dan nyeri
akut tetapi juga telah menpertahankan dungsi ventricular
kiri mungkin tidak memiliki disfungsi
diastolik. Salah satu gejala sugestif sesak nafas yang
dialami seperti saat sedang istirahat atau
aktivitas yang ditandai dengan takipnea, takikardi dan
ronchi paru (Amir, 2020).
Saran
Analisi jurnal dengan metode PICO

No Ktiteria Pembenaran & critical thinking


1. Populasi Dalam jurnal ini populasi berjumlah 1 orang
dnegan diagnose medis congestive heart failure di
ruang cvcu RSUD labuan bajo makasar
2 Intervensi Dalam jurnal ini alat ukur yang di gunakan adalah
wawancara, observasi dan dokumentas
wawancara dilakuakn untuk mengetahui tingkat
keluhan yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti , observasi digunakan untuk
mengamati atau mengukur dan mentatat kejaidan
yang sedang diteliti.
- Dokumentasi meruakan data pribadi klien
yang meliputi nama umur diagnose dn
lain-lain
- Tindakan yang dilakukan dalam
pengukuran nyeri adalah Teknik rileksasi
nafas dalam untuk mengurangi sesak
nafas
- Dalam penelitian ini Teknik rileksasi
nafas dalam dilakukan berulang kali
secara teratut
3 Controling/comparing Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
husain et al (2020) yang mengemukakan bahwa
Teknik rileksasi nafas dalam dan terapi guede
imagery dapat mengurangi sesak nafas pada
pasien chf
Pada penelitian nurjanah dan yuniartika (2020)
didapatkan hasil peneliian yang sejalan tentang
terapi rileksasi nafas dalam untuk mengurangi
hiperventilasi, dan menstimulasi system syaraf
simpatik
4 Outcome Penelitian ini telah di lakkukan di RSUD labunan
baji makasar pada bulan oktober 2023 , hasil
penelitian dengan jumlah responden 1 orang yang
telah dilakukan Teknik rileksasi nafas dalam
diberikan selama 3 hari , dimana hari pertama RR
; 26X/ menit , SPO2 : 96%, hari pertama RR :
22x/ menit , SPO2 : 98% , dan di hari ketiga RR :
22x/ menit , SPO2 98% . dan didapatkan hasil
dari pasien memngatakan sesak telah berkurang .
jadi dapat disimpulkan bahwa Teknik rileksasi
nafas dalam dapat mengurangi sesak nafas pada
pasien CHF
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.T dengan CHF di Ruangan
HCU RSUD Wonosari, dari tanggal 12 oktober 2023 sampai dengan 14 oktober 2023 dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien CHD dapat dilakukan dengan baik dan tidak
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.
2. Diagnosa
Pada masalah CHF diagnose keperawatan uang didapatkan yaitu :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Resiko defisit nutrisi b.d factor psikologis
c. Resiko jatuh b.d penggunaan alat bantu berjalan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Menjadi sumber tambahan bagi mahasiswa agar menambah wawasan dan memperluas
informasi agar mampu mengembangkan di masyarakat.
2. Bagi Institusi
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim
kesehatan dan pasien yang diajukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Dzakiyah a, anggriyani n, wijayahadi n. Hubungan anemia dengan kualitas hidup pasien gagal
jantung kronik. 2018;7(2):962–76.
Rocca hpb la, crijns hjgm. Iron i.v. In heart failure: ready for implementation? Vol. 36, european
heart journal. Oxford university press; 2015. P. 645–7.
Wahab a, sariyudin ss, safrudin b. Naskah publikasi analisis praktik klinik keperawatan pada pasien
congestif heart failure (chf) dengan intervensi inspiratory muscle training (imt) terhadap
kualitas tidur terhadap pasien di ruang iccu rsud abdul wahab sjahranie samarinda analysis
of clinical practice of nursing in patients with congestive heart failure (chf) by inspiratory
muscle training (imt) sleep quality in (iccu) room of the hospital.
Yunita a, nurchayati s, utami s, universitas fk, jalan r, no p, et al. Gambaran tingkat pengetahuan
pasien tentang pencegahan komplikasi congestive heart failure (chf). Vol. 11, jurnal ners
indonesia. 2020.
Sulistyawati n, rohman mansur a, tinggi ilmu kesehatan madani yogyakarta s. Identifikasi faktor
penyebab dan tanda gejala anak dengan cerebral palsy. Jurnal kesehatan karya husada.
2019;1(7).
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
Volume 13 Nomor 4, Oktober 2023
e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

MANAJEMEN RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGURANGI SESAK


NAFAS PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE: STUDI KASUS
Satriani, Haeril Amir*, Nurwahida, Rochfika, Sudarman, Masita Duhaling
Universitas Muslim Indonesia, Jl. Urip Sumoharjo No.km.5, Panaikang, Panakkukang, Makassar, Sulawesi
Selatan 90231, Indonesia
*haeril.amir@umi.ac.id

ABSTRAK
Kegagalan sistem kardiovaskuler atau dikenal dengan istilah gagal jantung ialah kondisi dimana jantung
tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak
terpenuhi secara menyeluruh. Penyakit kardiovaskular (CVDs) adalah penyebab utama kematian secara
global. Diperkirakan 17,9 juta orang meninggal akibat CVD pada tahun 2019, mewakili 32% dari semua
kematian global. Dari kematian tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nyata tentang pelaksanaan manajemen relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi sesak nafas pada pasien Congestive Heart Failure di Ruang CVCU RSUD
Labuang Baji Makassar. Penelitian ini adalah laporan kasus pada 1 kasus Congestive Heart Failure,
dimana manajemen perawatan menggunakan konsep relaksasi nafas dalam. Hasil penelitian
menunjukkan secara kuntitatif terdapat penurunan sesak napas setelah diberikan perlakuan selama 3
hari, dimana pada hari pertama respirasi rate 26x/menit dan SpO2 96%, hari kedua respirasi rate
22x/menit dan SpO2 98%, dan hari ketiga respirasi rate 22x/menit dan SpO2 98%, sedangkan secara
visual didapatkan Pasien mengatakan sesak telah berkurang, namun tampak masih ada otot bantu
pernapasan dan terpasang nasal kanul O2 5 lpm. Manajemen relaksasi nafas dalam sebagai intervensi
keperawatan yang dapat membatu pasien dalam mengurangi sesak pada penderita Congestive Heart
Failure.

Kata kunci: congestive heart failure; relaksasi nafas dalam; studi kasus

MANAGEMENT OF DEEP BREATHING EXERCISE TO REDUCE SHORTNESS OF


BREATH IN CONGESTIVE HEART FAILURE PATIENTS: A CASE STUDY

ABSTRACT
Cardiovascular system failure, also known as heart failure, is a condition in which the heart cannot
pump enough blood throughout the body so that the need for oxygen and nutrients is not fully met.
Cardiovascular diseases (CVDs) are the leading cause of death globally. An estimated 17.9 million
people died from CVD in 2019, representing 32% of all global deaths. Of these deaths, 85% are caused
by heart attacks and strokes. The purpose of this study was to find out a real picture of the
implementation of deep breathing relaxation management to reduce shortness of breath in Congestive
Heart Failure patients in the CVCU Room of Laburan Baji General Hospital, Makassar. This research
is a case report on 1 case of Congestive Heart Failure, where the management of care uses the concept
of deep breathing relaxation. The results showed that quantitatively there was a decrease in shortness
of breath after being given treatment for 3 days, where on the first day the respiration rate was
26x/minute and SpO2 was 98%, the second day the respiration rate was 22x/minute and SpO2 was 96%,
and the third day the respiration rate was 22x/minute and SpO2 96%, while visually the patient said
that the shortness of breath had reduced, but it appears that there are still supporting muscles for
breathing and a 5 lpm O2 nasal cannula is attached. Management of deep breathing relaxation as a
nursing intervention that can assist patients in reducing shortness of breath in patients with Congestive
Heart Failure.

Keywords: case study; congestive heart failure; deep breathing relaxation

1371
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Kegagalan sistem kardiovaskuler atau dikenal dengan istilah gagal jantung ialah kondisi dimana
jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi tidak terpenuhi secara menyeluruh. Gagal jantung terbagi menjadi 2 yaitu gagal jantung
kiri dan gagal jantung kanan. Jantung merupakan organ yang paling penting dalam tubuh
manusia karena memiliki fungsi utama yaitu memompa darah ke seluruh tubuh. Fungsi jantung
berfungsi normal apabila kondisi dan kemampuan otot jantung memompa darah cukup baik,
dan juga kondisi katup jantung serta irama pemompaan yang baik. Tetapi sebaliknya apabila
terjadi kelainan pada salah satu komponen jantung, sehingga dapat mengakibatkan gangguan
dalam pemompaan darah oleh jantung hingga mengalami kegagagalan memompa darah
(Purnamasari et al., 2023).

Penyakit kardiovaskular (CVDs) adalah penyebab utama kematian secara global. Diperkirakan
17,9 juta orang meninggal akibat CVD pada tahun 2019, mewakili 32% dari semua kematian
global. Dari kematian tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke (WHO, 2021).
Sedangkan penyakit CHF di Indonesia pada tahun 2018 prevalensi menunjukan sebesar (1,5%),
hal ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar (0,13%). Prevalensi CHF
berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Kalimantan Utara yaitu sebesar (2,2%), disusul
Gorontalo dan Yogyakarta yaitu sebesar (2,0%). Sedangkan Sulawesi Selatan menduduki
peringkat 16 dengan prevalensi sebesar (1,4%) (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data dari
RSUD Labuang Baji Makassar, menunjukkan bahwa jumlah pasien CHF pada tahun 2022
sebanyak 52 pasien (Rekam Medik Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar).

Congestive Heart Failure merupakan salah satu masalah kesehatan dalam sistem
kardiovaskuler yang angka kejadiaannya terus meningkat. CHF adalah suatu keadaan yang
progresif dengan prognosis yang buruk (Suharto et al., 2020). Congestive Heart Failure terjadi
karena jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Gagal jantung menjadi lingkaran yang tidak berkesudahan, semakin terisi
berlebihan pada ventrikel, semakin sedikit darah yang dapat dipompa keluar sehingga
akumulasi darah dan peregangan serabut otot bertambah (Waladani et al., 2019).

Gagal jantung disebabkan adanya defek pada miokard atau terdapat kerusakan pada otot jantung
sehingga suplai darah keseluruh tubuh tidak terpenuhi. Hal lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya CHF yaitu kelainan otot jantung, aterosklerosis coroner, hipertensi sistemik atau
pulmonal, peradangan dan penyakit miokardium degeneratif. Tanda dan gejala yang
ditimbulkan seperti angina, dyspnea, batuk, malaise, ortopnea, nocturia, kegelisahan dan
kecemasan, serta sianosis (Yunita et al., 2020).

American Thoracic Society menyatakan bahwa sesak nafas/dispnea merupakan pengalaman


subjektif dari ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari sensasi berbeda secara kualitatif yang
bervariasi. Dalam istilah yang lebih umum, sesak nafas adalah sensasi pernapasan tidak nyaman
yang subjektif dan sulit untuk didefinisikan oleh orang lain, pasien akan mengatakan akan tahu
ketika mereka merasakannya. Penatalaksanaan sesak nafas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara farmakologis dan non-farmakologis (Sari et al., 2023).

Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam menangani dyspnea pada pasien gagal
jantung kongestif salah satunya dengan relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam dapat
melatih otot-otot diafragma yang digunakan untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dan
meningkatkan efisiensi pernafasan sehingga dapat mengurangi sesak nafas. Latihan nafas yang
dilakukan berulang kali secara teratur dapat melatih otot-otot pernafasan, mengurangi beratnya

1372
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

gangguan pernafasan, menurunkan gejala dyspnea, sehingga terjadi peningkatan perfusi dan
perbaikan alveoli yang dapat meningkatkan kadar oksigen dalam paru sehingga terjadi
peningkatan saturasi oksigen (Astriani et al., 2021). Berdasarkan uraian latar belakang di atas
dan hasil yang ditunjukkan kasus, maka tujuan penelitian yakni manfaat manajemen nafas
dalam Mengurangi Sesak Nafas pada Pasien Congestive Heart Failure di Ruang CVCU RSUD
Labuang Baji Makassar.

KASUS
Tn. S ditemukan bahwa pasien mengatakan sesak nafas (dispnea), mengeluh lelah setelah
beraktivitas, tampak meringis, gelisah, lelah, skala nyeri 7 (nyeri berat), tampak adanya edema
anasarka bagian kaki sebelah kanan, tampak sesak dan terpasang nasal kanul O2 5 lpm, tampak
adanya otot bantu pernafasan, tampak fase ekspirasi memanjang, tampak pola napas takipnea,
tampak tidak mampu batuk atau mengeluarkan sekret yang tertahan, tampak pernapasan cuping
hidung, kadar HB turun 10.8 g/dl, gambaran EKG menunjukkan Iskemia. TTV: TD: 180/100
mmHg, P: 28x/ menit, N: 102x/ menit, S: 36,7 derajat celcius, SPO2: 96%.

METODE
Penelitan ini merupakan studi kasus. Subek penelitian digunakan pada studi kasus ini adalah 1
kasus Congestive Heart Failure. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. wawancara dilakukan untuk mengetahui riwayat keluhan yang
berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti hal tersebut dibuktikan pada pemeriksaan fisik
yang digunakan sebagai penunjang atas keluhan-keluhan yang sampaikan. Observasi ini
digunakan untuk mengamati atau mengukur dan mencatat kejadian yang sedang diteliti dalam
sebuah lembar observasi yang berisi variabel-variabel yang akan diteliti. Dokumentasi
merupakan data pribadi klien yang meliputi, nama, umur, diagnosa dan lain-lain. Manajemen
perawatan menggunakan konsep relaksasi nafas dalam.

HASIL
Berdasarkan Tabel 1 respirasi rate pada kasus terdapat penurunan dari skor perawatan pertama
26x/menit menjadi 22x/menit pada perawatan ketiga.

Tabel 1.
Respirasi Rate Tn. S
Perawatan Respirasi Rate Saturasi oksigen
Ke 1 26x/menit 96%
Ke 2 22x/menit 98%
Ke 3 22x/menit 98%

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan pada Tn. S ditemukan bahwa pasien mengatakan sesak nafas
(dispnea), mengeluh lelah setelah beraktivitas, tampak meringis, gelisah, lelah, skala nyeri 7
(nyeri berat), tampak adanya edema anasarka bagian kaki sebelah kanan, tampak sesak dan
terpasang nasal kanul O2 5 lpm, tampak adanya otot bantu pernafasan, tampak fase ekspirasi
memanjang, tampak pola napas takipnea, tampak tidak mampu batuk atau mengeluarkan sekret
yang tertahan, tampak pernapasan cuping hidung, kadar HB turun 10.8 g/dl, gambaran EKG
menunjukkan Iskemia. TTV: TD: 180/100 mmHg, P: 28x/ menit, N: 102x/ menit, S: 36,7
derajat celcius, SPO2: 96%.

CHF ialah suatu kondisi klinis atau serangkaian dari gejala yang diketahui dengan sesak napas
serta keletihan (Elgendy, 2019). CHF Yang ditimbulkan karena adanya edema paru sehingga

1373
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh, diakibatkan karena fungsi
jantung tidak dapat berkerja dengan normal (Muzaki & Pritania, 2022). Tanda dana gejala yang
sering timbul pada pasien dengan Congestive Heart Failure adalah angina, dyspnea, batuk,
malaise, ortopnea, nocturia, kegelisahan dan kecemasan, serta sianosis (Yunita et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Anita et al., (2021), mengemukakan bahwa memiliki gejala
sugestif gagal jantung sesak napas, edema perifer, dyspnea nocturnal paroksismal, dan nyeri
akut tetapi juga telah menpertahankan dungsi ventricular kiri mungkin tidak memiliki disfungsi
diastolik. Salah satu gejala sugestif sesak nafas yang dialami seperti saat sedang istirahat atau
aktivitas yang ditandai dengan takipnea, takikardi dan ronchi paru (Amir, 2020).

Rencana tindakan dilaksankan berdasarkan teori yang telah ditetapkan di dalam buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas, memonitor pola napas, memonitor kemapuan batuk efektif, memonitor adanya
sputum, mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien, mendokumentasikan
hasil pemantauan, menjelaskan tujuan prosedur pemantauan, menginformasikan hasil
pemantauan dan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam mengurangi sesak.

Relaksasi nafas dalam dapat melatih otot-otot diafragma yang digunakan untuk
mengkompensasi kekurangan oksigen dan meningkatkan efisiensi pernafasan sehingga dapat
mengurangi sesak nafas. Latihan nafas yang dilakukan berulang kali secara teratur dapat
melatih otot-otot pernafasan, mengurangi beratnya gangguan pernafasan, menurunkan gejala
dyspnea, sehingga terjadi peningkatan perfusi dan perbaikan alveoli yang dapat meningkatkan
kadar oksigen dalam paru sehingga terjadi peningkatan saturasi oksigen (Astriani et al., 2021).
Relaksasi nafas dalam dapat merangsang tubuh menghasilkan endorphin dan enfikelin. Hormon
endorphin dan enfikelinini adalah zat kimiawi endogen yang berstruktur seperti opioid, yang
mana endorphin dan enfikelin dapat menghambat imflus nyeri dengan memblok transmisi
implus didalam otak dan medulla spinalis (Lanina et al., 2020).

Dari hasil implementasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien dilakukan adalah pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang terdiri dari komponen
observasi, terapeutik dan edukasi serta pemberian intervensi relaksasi nafas dalam. Tanggal 16
Maret 2023 Jam 10.00 WITA mulai dilakukan pengkajian didapatkan pasien nampak sesak
nafas setelah itu diberikan intervensi relaksasi nafas dalam dan pengetahuan selanjutnya tahap
kerja. Kemudian tahap evaluasi pada hari ketiga pada tanggal tanggal 29 Maret 2023 Jam 10.20
WITA. Hasil evaluasi keperawatan pada pasien Tn. S setelah dilakukan asuhan keperawatan,
didapatkan pola napas tidak efektif belum teratasi dibuktikan dengan data subjektif pasien
mengatakan sesak (dispneu) telah berkurang dan data objektif didapatkan tampak masih ada
otot bantu pernapasan dan terpasang nasal kanul O2 5 lpm.

Mengenai intervensi relaksasi nafas dalam beberapa teori dan penelitian menyebutkan dapat
mengurangi sesak dan nyeri pada pasien. Mekanisme teknik relaksasi nafas dalam yaitu dapat
mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom.
Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh teknik
relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf
perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi
pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi p yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan saraf simpatis mengalami vasokonstriksi
yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah. Mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan

1374
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri Serta setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat
hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison yang merupakan
nuerotransmiter yang dapat menghambat pengiriman rangsangan nyeri (Anifah & Yumni,
2019).

Berdasarkan hasil penelitian Husain et al., (2020), mengemukakan bahwa teknik relaksasi nafas
dalam dan terapi guided imagery dapat mengurangi sesak nafas pada pasien asma. Penelitian
Nurjanah & Yuniartika (2020), terapi relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi
hiperventilasi dan, menstimulasi sistem saraf simpatik meningkatkan endorphin, menurunkan
heart rate, meningkatkan eskspansi paru sehingga berkembang maksimal dan otot-otot menjadi
rileks. Terapi relaksasi nafas dalam merupakan eksperimen non farmakologis berupa teknik
pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk memperbaiki ventilasi paru dan
meningkatkan perfusi oksigen ke jaringan perifer. Pada kasus kelolaan, peneliti memberikan
intervensi manajemen relaksasi nafas dalam untuk mengurangi sesak nafas pada Tn. S dengan
diagnosa medis Congestive Heart Failure. Berdasarkan evaluasi yang diperoleh pola napas
tidak efektif belum teratasi dibuktikan dengan data subjektif pasien mengatakan sesak (dispneu)
telah berkurang dan data objektif didapatkan tampak masih ada otot bantu pernapasan dan
terpasang nasal kanul O2 5 lpm.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian serta didukung oleh hasil jurnal yang terkait
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen relaksasi nafas dalam dapat mengurangi sesak
nafas pada dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure, tetapi penerapan manajemen
relaksasi nafas yang harus rutin dilakukan demi mendapatkan hasil yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, H., & Sudarman, S. (2020). Reflective Case Discussion (RCD) for Nurses : A Systematic
Review. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 332–337.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i2.306.
Anifah, F., & Yumni, F. L. (2019). Studi kasus pemberian teknik relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan tingkat nyeri pada Ny. A dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
diagnosa medis post operasi kista ovarium di Ruang Sakinah [Universitas
Muhammadiyah Surabaya]. https://repository.um-surabaya.ac.id/5925/
Anita, E. A., Sarwono, B., & Widigdo, D. A. M. (2021). Asuhan keperawatan pasien gagal
jantung kongestif: Studi kasus. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 16(1), 99–103.
https://doi.org/10.26630/jkep.v16i1.1714
Astriani, N. M. D. Y., Pratama, A. A., & Sandy, P. W. S. J. (2021). Teknik relaksasi nafas
dalam terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(1), 59–66. https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2368
Elgendy, I. Y.,Mahta, D.,& Pepine, C.J,. (2019). Medical Therapy for Heart Feilure Caused by
Ischemic Heart Disease . Circulation Research. 124 (11), 1520-39.
Husain, F., Purnamasari, A. O., Istiqomah, A. R., & Putri, A. L. (2020). Management
keperawatan sesak nafas pada pasien asma di unit gawat darurat: Literature review.
Aisyiyah Surakarta Journal of Nursing, 1(1), 10–15. https://doi.org/10.30787/
asjn.v1i1.648

1375
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 13 No 4, Oktober 2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Kemenkes RI. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan. https://www.kemkes.go.id
Lanina, G., Carolin, B. T., & Hisni, D. (2020). Pengaruh kombinasi teknik kneading dan
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri kala I persalinan di PMB Rabiah Abuhasan
Palembang. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 6(2), 1–7.
https://doi.org/10.59374/jakhkj.v6i2.146
Muzaki, A., & Pritania, C. (2022). Penerapan pemberian terapi oksigen dan posisi semi fowler
dalam mengatasi masalah pola napas tidak efektif di IGD. Nursing Science Journal,
20(1), 105–123. https://doi.org/10.53510/nsj.v3i2.143
Nurjanah, D. A., & Yuniartika, W. (2020). Teknik relaksasi nafas dalam pada pasien gagal
ginjal: Kajian literatur. Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 62–71. http://hdl.handle.net/11617/12351
Purnamasari, D., Musta’in, M., & Maksum. (2023). Gambaran pengelolaan hipervolemia pada
gagal jantung kongestif di rumah sakit. Jurnal Keperawatan Berbudaya Sehat, 1(1), 9–
15. https://jurnal.unw.ac.id/index.php/JKBS/article/view/2155
Sari, F. R., Inayati, A., & Dewi, N. R. (2023). Penerapan hand-held fan terhadap dyspnea pasien
gagal jantung di Ruang Jantung RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro. Jurnal Cendikia
Muda, 3(3), 323–330. https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/
index.php/JWC/article/view/475
Suharto, D. N., Agusrianto, A., Manggasa, D. D., & Liputo, F. D. M. (2020). Posisi tidur dalam
meningkatkan kualitas tidur pasien congestive heart failure. Madago Nursing Journal,
1(2), 43–47. https://doi.org/10.33860/mnj.v1i2.263
Waladani, B., Putri, P. A. K., & Rusmanto. (2019). Analisis asuhan keperawatan pada pasien
congestive heart failure dengan penurunan curah jantung. The 10th University Research
Colloqium, 878–882. http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/ article/view/736
WHO. (2021). Cardiovascular diseases (CVDs). World Health Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)
Yunita, A., Nurcahyati, S., & Utami, S. (2020). Gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang
pencegahan komplikasi congestive heart failure (CHF). Jurnal Ners Indonesia, 11(1), 98–
107. https://doi.org/10.31258/jni.11.1.98-107

1376

Anda mungkin juga menyukai