Anda di halaman 1dari 12

ANGINA PECTORIS

Oleh :

Kelompok 1

1.Tarisa (221420104004)

2.Umi Kharista Sari (221420104002)

Dosen Pengampuh : Ns,Elsa Silvya,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

TAHUM AJARAN 2022-2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit cardiovascular adalah penyebab utama kematian global, terhitung lebih dari 17,6
juta kematian per tahun pada tahun 2016, jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi
lebih dari 23,6 juta pada tahun 2030 (American Heart Association, 2018). Kira-kira setiap 40
detik, seorang di Amerika akan mengalami serangan jantung. Pada tahun 2016, Penyakit Jantung
Koroner adalah penyebab utama (43,2%) dari kematian yang disebabkan oleh penyakit
cardiovascular di AS (American Heart Association, 2018). Penyakit cardiovascular paling
banyak diderita oleh penduduk di bagian Indo-Pasifik sebanyak 4.735.000 jiwa, diikuti oleh
penduduk wilayah benua Eropa, Asia Tenggara, Benua Amerika, benua Afrika dan Wilayah
Mediterania Timur. Wilayah Asia Tenggara yaitu Indonesia menempati urutan ke empat setelah
negara Laos, Kamboja dan Filiphina yang memiliki prevalensi penyakit jantung koroner tertinggi
( World Health Federation, 2018 ) Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk semua umur menurut provinsi di Indonesia dalam Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018, yaitu sebesar 1,5% dengan 1. 017. 290 diagnosis. Prevalensi
tertinggi berdasarkan terdiagnosis dokter adalah Kalimantan Utara 2 (2,2%) . Jawa Barat (1,6%)
merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi ke-9 di Indonesia pada tahun
2018 ( RISKESDAS, 2018 ).

Angina pectoris merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman seperti rasa tertekan di
daerah dada dan menjalar ke area lain disekitarnya yang berhubungan yang diakibatkan oleh
iskemia miokard, tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak nyaman tersebut sering kali
digambarkan seperti rasa tertekan, rasa terjerat, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak, dan rasa
seperti sakit gigi. ( M. Asikin, 2016 ). Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau
ketidaknyamanan akibat penyakit jantung koroner. Hal ini terjadi ketika otot jantung tidak
mendapat darah sebanyak yang dibutuhkan. Hal ini bisa terjadi karena satu atau lebih dari arteri
jantung yang menyempit atau tersumbat atau yang disebut juga iskemia (American Heart
Association, 2015) Jadi dapat disimpulkan bahwa angina pectoris merupakan suatu keadaan
dimana penderita merasakan nyeri pada daerah dada seperti tertekan yang diakibatkan oleh
iskemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Menururt sudut pandang kesehatan
masyarakat terdapat 5 tingkat pencegahan teradap penyakit, yaitu promotion of health, specific
prevention, early diagnostic and prom treatment, limitation of disability dan rehabilitation. Pada
bagian early diagnostic and prom treatment bisa dikatakan pula merupakan tindakan yang
berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat permulaan sehingga tidak akan
menjadi parah atau menuju pada tingkat yang selanjutnya. (Leavell dan Clark, 2012)

Angina pectoris merupakan tanda awal dari penyakit jantung koroner. Ketika seseorang
dengan angina pectoris tidak diberikan penatalaksanaan medis yang tepat dan dibiarkan akan
menyebabkan masuknya ke manifestasi akhir dari angina, yaitu penyakit jantung koroner hingga
menyebabkan kematian. Dengan memberikan perawatan yang optimal kepada klien dengan
angina pectoris akan pula membantu mengurangi tingkat penyakit gagal jantung koroner.
(Wijaya, 2013) Penyakit angina pectoris dapat mempengaruhi kegiatan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Diantaranya seperti gangguan rasa nyaman nyeri,
gangguan rasa aman cemas, gangguan pemebuhan kebutuhan aktivitas dan latihan sehari-hari.
Peran perawat adalah untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman klien dengan mengajarkan cara mengontrol nyeri,
menjelaskan tentang penyakit yang diderita kien untuk mengurangi cemas dan memberikan
pengetahuan agar serangan tidak terulang kembali. (Wijaya, 2013)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah “Bagaimanakah asuhan
keperawatan pada pasien angina pectoris?”

1.3 Tujuan Penulisan

Umum :

Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada klien dengan Angina Pectoris yang komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
Khusus :

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan Angina Pectoris.

b. Mampu mendeskripsikan tentang diagnosa keperawatan pada klien dengan Angina Pectoris.

c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Angina Pectoris.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Angina pectoris adalah nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia miocard yang
reversibel dan bersifat sementara (Kumar, 2013).Angina Pectoris adalah suatu sindrom klinis
yang ditandai dengan nyeri paroksismal atau perasaan berat pada dada anterior. Aliran darah
koroner yang tidak memadai menjadi penyebabnya, mengakibatkan suplai oksigen tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan miokard. Angina biasanya terjadi akibat penyakit jantung
aterosklerosis dan terkait dengan obstruksi yang signifikan pada arteri koroner mayor (Smeltzer,
2015).

2.2. Tipe Angina Pectoris

Menurut Kumar (2013) membagi Angina Pectoris ke dalam beberapa klasifikasi, antara lain:

a. Angina pectoris stabil (tipikal)

Yaitu nyeri dada episodik yang terjadi pada saat beraktivitas berat. Nyeri ini biasanya berkurang
dengan istirahat atau dengan obat seperti nitrogliserin.

b. Angina pectoris varian ( Prinzmetal )

Yaitu nyeri dada yang terjadi pada saat istirahat dan disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Nyeri ini dapat merespon nitrogliserin dengan cepat.

c. Angina pectoris tidak stabil

Yaitu nyeri yang terjadi pada saat istirahat atau aktivitas ringan dengan frekuensi nyeri yang
terus meningkat. Angina tidak stabil dihubungkan dengan adanya plak dan thrombosis, emboli
dari thrombus, dan atau vasospasme. Nyeri ini sering berkembang menjadi Miocard Infark.

2.3. Etiologi

Penyebab dari Angina Pectoris antara lain : ateroskelerosis, spasme pembuluh koroner,
latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stress. Karena hal ini kelanjutan
dari stenosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi,
peningkatan kebutuhan tubuh metabolik, takikardi paroksimal ( Barbara C Long, 2006).

Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit Angina Pectoris menurut
Smeltzer (2015) adalah sebagai berikut:

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin, ras dan riwayat penyakit
dalam keluarga.
b. Faktor risiko yang dapat diubah : Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi,
hiperglikemia, dan pola tingkah laku.

2.4. Patofisiologi

Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri
miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplai O2 ke miokardium yang
dapat menimbulkan iskemia, yang menyebabkan perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob
dan menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.Sejumlah faktor yang dapat
menimbulkan nyeri Angina menurut Smeltzer (2015) antara lain:

a. Latihan fisik yang dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung
b. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen
c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung.
d. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatkan tekanan darah, dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.5. Manifestasi klinis

Nyeri bervariasi mulai dari perasaan tidak nyaman pada pencernaan hingga tercekik atau
sensasi berat pada dada, yang dapat dirasakan mulai dari tidak nyaman hingga nyeri yang
menyiksa. Angina disertai dengan perasaan takut yang sangat dan perasaan seperti akan
meninggal. Nyeri biasanya bersifat retrosternal, jauh di dalam dada di bagian sepertiga atas atau
tengah sternum.

Ketidaknyamanan sulit dilokalisasi dan dapat menyebar ke leher, rahang, bahu, dan pada
bagian dalam lengan atas (biasanya lengan kiri). Perasaan lemah atau mati rasa pada lengan,
pergelangan tangan, telapak tangan, dan juga sesak nafas, pucat diaphoresis, pusing atau sakit
kepala, mual dan muntah, yang dapat menyertai nyeri. Kecemasan dapat pula terjadi pada saat
angina. Karakteristik dari angina, yaitu keluhan nyeri akan menuurun jika faktor pemicunya
diatasi atau dengan pemberiannitrogliserin (Smeltzer, 2015)

2.6. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer (2015) tujuan penatalaksanaan medis Angina adalah untuk


menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis
tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah
tujuan ini dicapai melalui melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri
coroner atau angioplasty coroner transluminal perkutan (PTCA).

a. Terapi farmakologi

1) Nitrat, merupakan terapi awal yang utama (nitrogliserin)


2) Penyekat beta-adrenergik (beta-adrenergic blockers) seperti metoprolol dan atenolol.
3) Penyekat saluran kalsium (calcium channel blocker)/ antagonis ion kalsium (amlodipine
dan diltiazem)
4) Obat-obat antiplatelet dan antikoagulan, seperti aspirin, klopidogrel, heparin, agens
glikoprotein IIb/IIIa (abciximab,tirofiban, apitibade)
5) Terapi oksigen

b. Kontrol terhadap faktor risiko

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung. Pasien
harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
untuk menurunkan kerja jantung dan menghindari faktor-faktor risiko lainnya
2.7. Komplikasi

a. Gagal jantung

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2015).

b. MI (Miocard Infark)

Miocard Infark merujuk pada suatu proses dinamik dimana jantung mengalami penurunan
oksigen yang berat dan lama karena aliran darah koroner yang tidak mencukupi yang akan
mengakibatnkan terjadinya nekrosis atau kematian jaringan otot jantung.

c. Kematian mendadak karena dysritmia

2.8. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan tuntutan dan suplai oksigen.


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supali oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan miokard
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
d. Ansietas berhubungan dengan nyeri dada, prognosis yang tidak pasti dan lingkungan
yang mengancam.
e. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan preload, afterload,
contractilitas, dan heart rate

2.9. Rencana keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan tuntutan dan suplai oksigen.

Tujuan dan kriteria hasil:

1) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampumenggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri dada, seperti suhu
3) Kurangi faktor presipitasi nyeri
4) Ajarkan tentang penanganan nyeri dengan teknik non farmakologi
5) Tingkatkan istirahat
6) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan preload, afterload, contractilitas, dan
heart rate.

Tujuan dan kriteria hasil:

1) Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)


2) Dapat mentoleransi aktivitas dan tidak kelelahan

Intervensi:

1) Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung


2) Monitor adanya perubahan tekanan darah
3) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
4) Monitor toleransi aktivitas klien
5) Monitor adanya dyspnea, fatigue, takipneu, dan ortopneu
6) Anjurkan untuk menurunkas stress

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supaly oksigen miokard


dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan miokard

Tujuan dan kriteria hasil:

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Intervensi:

1) Identifikasi aktivitas yang mampu dilakukan klien sesuai dengan


2) kemampuan yang dapat ditolerir
3) Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
4) Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
5) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

d. Ansietas berhubungan dengan nyeri dada, prognosis yang tidak pasti dan lingkungan yang
mengancam.

Tujuan dan kriteria hasil:

Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

Intervensi:

1) Identifikasi tingkat kecemasan


2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan
persepsi
3) Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
4) Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi

e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

1) klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2) klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3) klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan petugas kesehatan

Intervensi:

1) Jelaskan pengertian dan proses dari penyakit angina pectoris dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi.
2) Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit angina pectoris serta
kemungkinan penyebab.
3) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang pengobatan dan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi angina pectoris.
4) Diskusikan dengan klien dan keluarga pilihan terapi atau penanganan angina pectoris
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar: KeperawatanMedikal Bedah Ed.8.Jakarta: EGC.

Price, A. Sylvia. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC.

Vinay Kumar, Abul K. Abbas, Jon C. Aster. (2013). Basic Pathology (9th ed.). Philadelphia, PA:
Elsevier Saunders.

Anda mungkin juga menyukai