Anda di halaman 1dari 7

Kepada Yth :

Rencana baca :
Tempat :
Referat
Endokrin dan Metabolik
ANGINA PECTORIS
Nurfiani
Program Studi Ilmu Patologi Klinik
Program Pendidikan Dokter Spesialis
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin / RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

I. PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular (CVD) menjadi penyebab kematian dan
kecacatan yang paling sering di Amerika Serikat, dengan biaya perawatan
kesehatan setiap tahun melebihi $ 3 triliun dan diperkirakan mendekati $ 6
triliun pada tahun 2027.6
Angina pektoris didefinisikan sebagai nyeri dada substernal, rasa
tertekan, atau ketidaknyamanan yang biasanya disebkan oleh aktivitas yang
berat, kecemasan, emosional atau gangguan mental lainnya, berlangsung lebih
dari 30 sampai 60 detik, dan berkurang dengan istirahat dan atau dengan
pemberian nitrogliserin. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dapat menjalar ke
lengan, naik ke leher, ke rahang bawah, ke epigastrium, dan terkadang ke
punggung. Biasanya berlangsung antara 5 dan 15 menit. Kadang-kadang
digambarkan sebagai sakit atau terbakar.1,7

II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan sekitar 10 juta orang di Amerika Serikat menderita angina
pektoris dan lebih dari 500.000 kasus baru yang didiagnosis per tahun.1
Angina pectoris stabil terjadi sekitar 30.000 hingga 40.000 orang per juta
orang di negara-negara barat. Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia
pada pria dan wanita. Perkiraan prevalensi untuk pria dan wanita berusia 45
hingga 64 tahun masing-masing adalah 4 hingga 7% dan 5 hingga 7%. Pada
pria dan wanita berusia 65 hingga 84 tahun, perkiraan prevalensi masing-
masing adalah 14 hingga 15% dan 10 hingga 12%.5

1|Page
REFARAT
Gambar 1. Berbagai jenis penyakit arteri koroner. Angina stabil, angina tidak
stabil, angina varian.5

Faktor risiko angina yang dapat dimodifikasi adalah hiperlipidemia,


hipertensi, merokok, diabetes mellitus, obesitas/sindrom metabolik.
Peningkatan indeks massa tubuh merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
arteri koroner (CAD). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adlaah
bertambahnya usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga dengan penyakit
jantung koroner, dan etnis.5

III. PATOMEKANISME
Patofisiologi angina pektoris didahului dengan iskemia miokard, akibat
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen untuk miokardium.2,5
Sel endotel melapisi arteri koroner; sel-sel ini bertugas untuk mengatur
tonus pembuluh darah dan mencegah trombosis intravaskular. Setiap gangguan
pada kedua fungsi ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Berbagai
mekanisme dapat menyebabkan cedera atau kerusakan lapisan endotel.
Mekanisme ini tidak terbatas pada stres, hipertensi, hiperkolesterolemia, virus,
bakteri, dan kompleks imun. Cedera endotel memicu respons imun, yang pada
akhirnya mengarah pada pembentukan jaringan fibrosa. Remodeling otot
polos/fibrous caps dapat menyebabkan stenosis arteri koroner atau bahkan
sindrom koroner akut.5
Stenosis arteri koroner adalah penyebab paling umum dari iskemia
2|Page
REFARAT
miokard. Selama peningkatan kebutuhan oksigen miokard, stenosis mencegah
pasokan oksigen miokard yang optimal. Empat faktor utama yang berperan
terhadap kebutuhan oksigen: denyut jantung, tekanan darah sistolik, tegangan
dinding miokard, dan kontraktilitas miokard. Dalam kondisi peningkatan
kebutuhan oksigen seperti sakit, stres, dan olahraga. Perlu kemampuan tubuh
untuk mengatur pasokan oksigen miokard secara tepat.5
Empat faktor utama yang berkontribusi terhadap suplai oksigen miokard
meliputi diameter dan tonus arteri koroner, aliran darah kolateral, tekanan
perfusi, dan detak jantung. Sementara stenosis arteri koroner adalah kondisi
lain yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen miokard. Contoh-
contoh nya tidak terbatas pada, vasospasme arteri koroner, emboli, diseksi, dan
penyakit mikro-vaskular.5
Ketika permintaan oksigen miokard melebihi pasokan oksigen miokard,
akan sering bermanifestasi dengan gejala. Iskemia miokard merangsang
reseptor kemosensitif dan mekanoreseptif di dalam serat otot jantung dan

3|Page
REFARAT
mengelilingi pembuluh koroner. Aktivasi reseptor ini memicu impuls melalui
jalur aferen simpatis dari jantung ke tulang belakang leher dan dada. Setiap
tulang belakang memiliki dermatom yang sesuai; ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh pasien akan sesuai dengan pola dermatom.5
Tabel 1. Klasifikasi angina berdasarkan patofisiologi4

IV. GEJALA KLINIS


Pasien dengan ACS paling sering mengalami angina, yang biasanya
digambarkan oleh pasien sebagai nyeri, rasa tertekan, sesak, atau rasa berat di
dada, dengan penjalaran ke rahang atau lengan kiri disertai sesak napas,
diaforesis, mual, atau kombinasi dari hal-hal di atas. Nyeri dada dapat dipicu
oleh aktivitas dan berkurang dengan istirahat dan pemberian nitrogliserin pada
kasus angina stabil. Dalam kasus angina tidak stabil atau infark miokard (MI)
[non-ST elevasi miokard infark (NSTEMI) / ST elevasi miokard infark
(STEMI)], nyeri dada tidak akan sepenuhnya hilang dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin. Dalam kasus angina stabil, gejala dapat berlangsung 5
menit sebelum sembuh setelah istirahat atau pemberian nitrogliserin.5
Pemeriksaan fisik tidak didapatkan hasil yang bermakna, namun pasien
tampak tidak nyaman atau cemas, berkeringat atau rasa tertekan pada dadanya.
Tanda-tanda vital didapatkan normal atau paling sering menunjukkan

4|Page
REFARAT
takikardia dan takipnea.5

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA


Penting untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh untuk
menentukan penyebab angina, memahami etiologi akan memungkinkan
optimalisasi medis dan pengelolaan faktor risiko yang tepat.5
1. Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram untuk mengevaluasi iskemia aktif atau
penyebab infark sebelumnya.3
2. Pemeriksaan rontgen dada
Pemeriksaan rontgen dada untuk membantu menyingkirkan penyebab
nonkardiak untuk nyeri dada (yaitu, infeksi, trauma, pneumotoraks, dll.). 3
3. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap, panel metabolik komprehensif, panel lipid,
dan troponin. Pemeriksaan laboratorium penting dalam tujuan stratifikasi risiko
dan mengesampingkan penyebab nonkardiak (yaitu, anemia, infeksi, penyakit
ginjal, dll. 3

5|Page
REFARAT
VI. RINGKASAN

Angina pektoris didefinisikan sebagai nyeri dada substernal, rasa tertekan,


atau ketidaknyamanan yang biasanya disebkan oleh aktivitas yang berat,
kecemasan, emosional atau gangguan mental lainnya, berlangsung lebih dari 30
sampai 60 detik, dan berkurang dengan istirahat dan atau dengan pemberian
nitrogliserin. Diperkirakan sekitar 10 juta orang di Amerika Serikat menderita
angina pektoris dan lebih dari 500.000 kasus baru yang didiagnosis per tahun.
Faktor risiko angina yang dapat dimodifikasi adalah hiperlipidemia, hipertensi,
merokok, diabetes mellitus, obesitas/sindrom metabolik.
Patofisiologi angina pektoris didahului dengan iskemia miokard, akibat
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen untuk miokardium. Pasien
dengan ACS paling sering mengalami angina, yang biasanya digambarkan oleh
pasien sebagai nyeri, rasa tertekan, sesak, atau rasa berat di dada, dengan
penjalaran ke rahang atau lengan kiri disertai sesak napas, diaforesis, mual, atau
kombinasi dari hal-hal di atas. Penting untuk melakukan pemeriksaan dan
evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab angina, memahami etiologi
akan memungkinkan optimalisasi medis dan pengelolaan faktor risiko yang
tepat.

6|Page
REFARAT
DAFTAR PUSTAKA

1. Kloner R, Chaitman B. (2017). Angina and Its Management. Cardiovascular


Pharmacology Core Review

2. Manfredi R, Verdoia M, Compagnucci P et all. (2022). Angina in 2022: Current


Perspectives. Journal of Clinical Medicine.
3. Gillen C, Goyal A. (2023). Stable Angina. StatPearls Publishing LLC.
4. Ford TJ, Berry J. (2020). Angina: Contemporary Diagnosis and Management.
Chronc Ischaemic Heart Disease.
5. Hermiz C, Sedhai YR. (2023). Angina. StatPearls Publishing LLC.
6. Ferraro R, Latina J, Alfaddagh A et all. (2020). Evaluation and Management of
Patients With Stable Angina: Beyond the Ischemia Paradigm. Journal of the
American College of Cardiology.
7. Rousan T, Thadani U. (2019). Stable Angina Medical Therapy Management
Guidelines: A Critical Review of Guidelines from the European Society of
Cardiology and National Institute for Health and Care Excellence. Radcliffe
Cardiology.

7|Page
REFARAT

Anda mungkin juga menyukai