Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KARDIOVASKULER

ACS (Acute Coronary Syndrome)

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 8

1. Taufikurrahman 6. Galih Dika A


2. Lalu Sahdan 7. Aufa Aldhea O
3. Sari Rumania 8. Itsna Khoirunnisa
4. Sri Mulyani 9. Faiqotul Maula
5. Yunda Wardani 10. Seli Martha Purnami

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang


utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang
meliputi angina pektoris tidak stabil (unstable angina/UA), infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (non-ST elevation myocardial infarction/NSTEMI), dan infark miokard
dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Douglas,2010).
Setiap tahun, lebih dari satu juta penduduk Amerika menderita Acute Coronary
Syndrome(ACS). Faktor risiko Acute Coronary Syndrome (ACS) meliputi jenis kelamin
(pria sedikit lebih tinggi risikonya), usia (pria > 45 tahun dan wanita > 55 tahun), riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, dan faktor risiko yang dimodifikasi. Faktor
risiko yang dimodifikasi meliputi hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, gaya hidup
sedentari, dan merokok (Jeff C,2010).
Menurut Depkes(Departemen Kesehatan), hipertensi merupakan penyakit yang
sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas(Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat
menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat (Depkes, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, etiologi, jenis-jenis dan komplikasi dari ACS?
2. Bagaimana Aritmia dan pacu jantung pada gangguan kardiovaskular?
3. Bagaimana pengertian IABP, indikasi dan kontraindikasi, dan komplikasi IABP?
4. Bagaimana pengertian dan perawatan post bedah jantung?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, etiologi, jenis-jenis dan komplikasi dari ACS.
2. Untuk mengetahui Aritmia dan pacu jantung pada gangguan kardiovaskular.
3. Untuk mengetahui pengertian IABP, indikasi dan kontraindikasi, dan komplikasi
IABP.
4. Untuk mengetahui pengertian dan perawatan post bedah jantung.
BAB II

LANDASAN TEORI

ACUT CORONARY SYNDROME


1. Pengertian

Merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan


kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah (Kumar, 2007).

Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke
jantung secara mendadak. Beberapa gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada seperti
serangan jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik ringan,
keringat yang berlebihan secara tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di bagian
tubuh lain seperti lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak (cardiac
arrest). (Wikipedia,2014)

2. Etiologi

Faktor risiko dibagi menjadi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor risiko
konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan dengan proses
aterotrombosis (Braunwald, 2007).
Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok, hipertensi, hiperlipidemia,
diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti keterlibatan
tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor yang baru antara lain CRP,
Homocystein dan Lipoprotein (Santoso, 2005).
Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis yang tak dapat
diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Hubungan antara usia dan
timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan
terhadap faktor-faktor aterogenik (Valenti, 2007).
Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai masa menopause,
dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini diduga oleh karena adanya efek
perlindungan estrogen (Verheugt, 2008).
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat
proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kadar lipid serum, hipertensi,
merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.
SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia
yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian
yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan “pasien usia muda”
dengan penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA). IMA mempunyai insidensi
yang rendah pada usia muda (Wiliam, 2007). SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia
diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita
penyakit tersebut. Banyak penelitian yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun
untuk mendefenisikan “pasien usia muda” dengan penyakit jantung koroner atau infark
miokard akut (IMA). IMA mempunyai insidensi yang rendah pada usia muda (Wiliam,
2007).

3. Penyakit yang Termasuk ACS

Yang termasuk kedalam Sindroma koroner akut adalah angina tak stabil, miokard infark
akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark akut tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) (Bassand, 2007).
a. Angina Pektoris Tak Stabil
1). Definisi Angina Pektoris Tak Stabil
Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atas tiga varian utama
angina pektoris: angina pektoris tipikal (stabil), angina pektoris prinzmetal (varian),
dan angina pektoris tak stabil. Pada pembahasan ini akan lebih difokuskan kepada
angina pektoris tidak stabil (Kumar, 2007).
Angina pektoris tak stabil ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya
meningkat. Serangan cenderung di picu oleh olahraga yang ringan, dan serangan
menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil. Angina
tak stabil merupakan tanda awal iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin
ireversibel sehingga kadang-kadang disebut angina pra infark. Pada sebagian besar
pasien, angina ini di picu oleh perubahan akut pada plak di sertai trombosis parsial,
embolisasi distal trombus dan atau vasospasme.Perubahan morfologik pada jantung
adalah arterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya (Kumar, 2007).
2). Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina
yang bertambah dari biasa nyeri dada pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang
minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak nafas, mual sampai muntah,
kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik sering kali tidak ada
yang khas.
3). Pemeriksaan penunjang
 Elektrokardiografi (EKG)

 Pemeriksan laboratorium
 Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah di terima sebagai
pertanda paling penting.
4). Penatalaksanaan Angina Pektoris Tak Stabil
a). Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit sebaiknya di unit intensif koroner,
pasien perlu di istirahatkan (bed rest), di beri penenang dan oksigen; pemberian
morfin atau pentidin perlu pada pasien yang masih merasakan nyeri dada
walaupun sudah mendapatkan nitrogliserin. (Trisnohadi,2006)
b). Terapi medikamentosa
 Obat anti iskemia
 Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium.

 Obat anti agregasi trombosit

 Aspirin, tiklodipin, klopidogrel, inhibitor glikoprotein IIb/ IIIa

 Obat anti trombin

 Unfractionnated Heparin , low molecular weight heparin

 Direct trombin inhibitors


b. Infark Miokard Dengan Eleavansi ST (STEMI)
1). Pengertian
Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai “serangan jantung”,
merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindustri dan merupakan salah satu
diagnosis rawat inap tersering di negara maju (Kumar, 2007).
2). Diagnosis Dan Pemeriksaan
Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri
dada yang di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada
tipikal (angina). Faktor resiko seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia,
merokok, serta riwayat penyakit jantung koroner di keluarga (Alwi, 2006).
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI,
seperti aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai.
Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian di
laporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa
istirahat.Seringkali ektremitas pucat di sertai keringat dingin.Kombinasi nyeri dada
substernal > 30 menit dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI. Tanda fisis
lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung
pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur
midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara (Alwi, 2006).
Selain itu diagnosis STEMI ditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST
kurang lebih 2mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau
kurang lebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan
enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis (Alwi,
2006).
3). Penatalaksanaan STEMI
a). Tatalaksana di rumah sakit
ICCU; Aktivitas, Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.Diet, karena resiko
muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien harus puasa atau hanya
minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam pertama. Diet mencakup lemak < 30%
kalori total dan kandungan kolesterol <300mg/hari. Menu harus diperkaya serat,
kalium, magnesium, dan rendah natrium.
Bowels, istirahat di tempat tidur.Penggunaan narkotik sering menyebabkan efek
konstipasi sehingga di anjurkan penggunaan pencahar ringan secara rutin.
Sedasi, pasien memerlukan sedasi selama perawatan, untuk mempertahankan
periode inaktivasi dengan penenang (Alwi, 2006).

b). Terapi farmakologis


 Fibrinolitik
 Antitrombotik
 Inhibitor ACE
 Beta-Blocker

c. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)


1). Diagnosis Dan Pemeriksaan NSTEMI
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium dengan
ciri seperti di peras, perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa
penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejala yang sering di temukan pada
penderita NSTEMI. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkop atau
nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang
lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
Gambaran EKG, secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting
yang menentukan resiko pada pasien.
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih di
sukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK dan CK-
MB. Pada pasien dengan infark miokard akut, peningkatan awal troponin pada daerah
perifer setelah 3-4 jamdan dapat menetap sampai 2 minggu (Sjaharuddin, 2006).
2). Penatalaksanaan NSTEMI
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG untuk
deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
 Terapi antiiskemia
 Terapi anti platelet/antikoagulan
 Terapi invasif (kateterisasi dini/ revaskularisasi)
 Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS.
3). Komplikasi Sindroma Koroner Akut
1. Syok Kardiogenik
2. Aritmia Malignant
3. Gagal Jantung
4. Mechanical ruptur, MR akut, VSD
5. Gangguan Hantaran

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airways

1) Sumbatan atau penumpukan secret


2) Wheezing atau krekles
b. Breathing

1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat


2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation

1) Nadi lemah , tidak teratur


2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik

1) Aktifitas

Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup menetap, Jadwal olah raga
tidak teratur
Tanda :

a) Takikardi
b) Dispnea pada istirahat atau aktifitas
2). Sirkulasi

Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :

a) Tekanan darah, Dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri
b) Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c) Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan konraktilits atau komplain ventrikel
d) Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e) Friksi ; dicurigai Perikarditis
f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g) Edema
h) Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
i) Warna :Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego

Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga

4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Tanda : perubahan mental, kelemahan
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
8. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala :
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
b. Lokasi: Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
c. Kualitas: “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
d. Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
e. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:

Tanda :
a. peningkatan frekuensi pernafasan
b. nafas sesak / kuat
c. pucat, sianosis
d. bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Gejala :
a. dispnea tanpa atau dengan kerja
b. dispnea nocturnal
c. batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
10. Interkasi social

Tanda :

a. Kesulitan istirahat dengan tenang


b. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
c. Menarik diri
d. Gejala :
e. Stress
f. Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS

B. Data penunjang lain dan Laboratorium

Tes laboratorium yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
EKG Masa setelah serangan:

Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q


patologis dan elevasi segmen ST

Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST


berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap

Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.

Laboratorium: Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino


transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-
Enzim/Isoenzim
MB)merupakan indikator spesifik IMA.
Jantung
Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk
Radiologi mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat
ditemukan kardiomegali.

Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan


sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan
Ekokardiografi
luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma
ventrikel, trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea,
ruptur septum, tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma
jantung.

Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya IMA.


Radioisotop

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan faktor resiko perubahan


kontraktilitas
3. Resiko ketidakefektipan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan faktor resiko kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat

D. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI(NIC)

1 DX 1 1. Respiratory status : gas 1. Monitoring respirasi


exchange dan O2
2. Respiratory status: 2. Monitoring rata-rata
ventilation kedalaman, irama dan
3. Vital signs status
usaha respirasi
Kriteria hasil : 3. Monitor pola
nafas:bradipnea,
1. Mendemonstrasikan
takipnea, kussmaul,
peningkatan ventilasi
hiperpentilasi, cheyne
dan oksigenasi yang
stokes,biot
adekuat 4. Auskultasi suara
2. Memelihara kebersihan
nafas, catet
paru-paru dan bebas
area/penurunan/tidak
dari tanda-tanda
adanya ventilasi dan
distress pernafsan
3. Tanda –tanda vital suara tambahan
5. Auskultasi suara paru
dalam rentang normal
stelah tindakan untuk
mengetahui
2. DX 2 1. Cardiac pump 1. Catat adanya tanda
effectiveness dan gejala cardiac
2. Circulation status
otput,
3. Vital signs status
2. Catat adanya
Kriteria hasil:
distritmia jantung
3. Monitor status
1. Tanda vital dalam
kardiovaskuler
rentang normal 4. Monitor adanya
2. Tidak ada edema paru,
perubahan tekanan,
perifer, dan tidak ada
asietas suhu, nadi dan RR
5. Monitor jumlah dan
irama jantung
6. Monitor sianosis
perifer
3. DX3 1. Sirculaiton status 1. Perawatan sirkulasi
2. Tissuperfusion:
alat bantu mekanik
cerebral 2. Menejemen
Kriteria hasil: elektrolit/cairan
3. Pengaturan
Mendemonstrasikan status hemodinamika
sirkulasi yang ditandai 4. Monitor ekstremitas
dengan : 1. tekanan systole atas
5. Terapi oksigen
dan diastole dalam rentang 6. Pencahan luka tekan
yang diharpakan 7. Monitor tanda-tanda
vital
2 tidak ada tanda- tanda
peningkatan intracranial
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ACS merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan
kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah. Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok,
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di
dalamnya bukti keterlibatan tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor yang
baru antara lain CRP, Homocystein dan Lipoprotein. Aritmia dapat merupakan kelainan
sekunder akibat penyakit jantung atau ekstra kardiak, tetapi dapat juga merupakan
kelainan primer. Kesemuanya mempunyai mekanisme yang sama dan penatalaksanaan
yang sama juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda maupun
usia lanjut.

Pacu jantung permanen adalah suatu sirkuit di mana sebuah generator


mengeluarkan arus listrik yang mengalir ke otot jantung (miokard) melauli sebuah kabel
(wire) penghantar untuk merangsang jantung berdenyut, dan selanjutnya kembali ke
generator. Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu jantung mekanik
yang bermanfaat pada pasien dengan dengan masalah sirkulasi yang nyata atau
mengancam keselamatan. Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk
melakukan operasi jantung.

B. Saran

Pasien kritis pada gangguan kardiovaskuler membutuhkan penanganan segera


karena mengancam nyawa. Bahkan pertolongan harus dilakukan segera misalnya di
Ambulance dan ruang gawat darurat. Pasien kritis dengan gangguan kardiovaskuler,
harus tetap di pantau jalan nafasnya terlebih dulu karena dapat menyebabkan penurunan
curah jantung dan bisa mengakibatkan kematian.

Daftar pustaka

Herdman,T. Heather, S.Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis


keperawatan: Definisi dan Klasrifikasi 2015-2017.Edisi 10. Ahli Bahasa Budi Ana Keliat, dkk.
Jakarta:EGC

Sudoyo,Ari w.dkk.2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi V. Jakarta :
internaPublishing

Morton, Gatricia Gonce .dkk. 2013. Keperawatan Kritis. Vol.1 . edisi 8. Ahli bahasa :
Nike Budhi Subekti,dkk.Jakarta EGC

Mooheread,Sue.dkk. 2015. Nursing Outcomes Cassification,NOC. Edisi V ahli bahasa:


Intansari Nurjannah,dkk.elsevier:Jakarta

Bulechek,Gloria M.,dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification,NIC. Edisi VI ahli


bahasa: Intansari Nurjannah,dkk.elsevier:Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23084/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada


tanggal 03 Oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai