Disusun Oleh:
Rizqina Putri
1408465586
Pembimbing :
dr. Diah Siswanti, Sp.JP-FIHA
koroner ini terjadi akibat proses aterosklerosis atau spasme ataupun kombinasi
dari keduanya.1,2
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tercatat bahwa
lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002,
angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020.
American Heart Association (AHA) pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi
PJK di Amerika Serikat sekitar 13 juta. Angka kematian karena PJK di seluruh
dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan di negara berkembang terdapat 39
juta.3 Survei dari Badan Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari
1000 penduduk Indonesia menderita PJK, pada tahun 2007 terdapat sekitar 400
ribu penderita PJK dan pada saat ini penyakit jantung koroner menjadi pembunuh
nomor satu di dalam negeri dengan tingkat kematian mencapai 26%.3
Sindrom koroner akut berkaitan dengan patofisiologi secara umum yang
diketahui berhubungan dengan kebanyakan kasus Unstable Angina Pectoris
(UAP), infark miokard tanpa ST elevasi (NSTEMI) dan infark miokard dengan
ST elevasi (STEMI). 2
Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh
iskemia miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atas tiga
varian utama angina pectoris yaitu angina pektoris tipikal (stabil), angina pektoris
prinzmetal (varian), dan angina pektoris tak stabil.1
Di Amerika Serikat setiap tahun 1 juta pasien dirawat dirumah sakit karena
angina pectoris tidak stabil, dimana 6 sampai 8 persen kemudian mendapat
serangan infark jantung yang tidak fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah
diagnosis ditegakan.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Definisi
Angina pektoris merupakan suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri
dada yang khas, yaitu dada seperti ditekan benda berat, seperti ditusuk-tusuk dan
nyeri sering menjalar ke lengan kiri atau ke kedua lengan. Nyeri timbul biasanya
saat melakukan aktifitas dan dapat menghilang saat aktifitas dihentikan, nyeri juga
dapat dipicu oleh aktifitas emosional. Angina terjadi sebagai konsekuensi dari
iskemia miokardium. Faktor utama yang mempengaruhi konsumsi oksigen
miokardium antara lain tegangan dinding sistolik, keadaan kontraktil dan denyut
jantung. Berikut adalah klasifikasi dari angina:4,5
a.
Angina stabil
Nyeri dada yang dicetuskan oleh sejumlah stimulus, angina stabil hilang
serangan
yang
lama
dan
hanya
menghilang
sebagian
dengan
nitrat
Angina prinzmetal
Angina prinzametal adalah angina yang muncul saat istirahat dan elevasi
berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil,
lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya,
3.
2.3
Epidemiologi
Peneletian yang dilakukan oleh Guthrie, Vlodaver, Nicoloff, dan Edwards
Patogenesis
Menurut American Heart Association (AHA) patogenesis angina pektoris tak
stabil disebabkan karena adanya ruptur plak, trombosis dan agregasi trombosit,
Gambaran Klinis
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan
angina yang bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih
berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena
aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual,
sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan
jasmani seringkali tidak ada yang khas. Pemeriksaan fisik sewaktu angina dapat
tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau
ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat
menurun, menetap, atau meningkat pada waktu serangan angina.4,8
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American
Heart Association (AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi
segmen ST (NSTEMI) ialah apakah iskemia yang timbul cukup berat sehingga
dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya petanda
kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil bila pasien
mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak ada kenaikan troponin maupun CKMB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG untuk iskemia, seperti adanya depresi
segmen ST ataupun elevasi yang sebentar atau adanya gelombang T yang
negative. Karena kenaikan enzim biasanya dalam waktu 12 jam, maka pada tahap
awal serangan, angina tak stabil seringkali tidak bisa dibedakan dari NSTEMI.
Gambar 1. Algorithm to risk stratify patients with unstable angina based on ECG and
repeated Troponin measurements6
2.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa:4,8
Elektrokardiografi (EKG)
Gambaran EKG penderita angina pektoris tak stabil dapat berupa depresi
segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang
ikatan his dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG
pada UAP bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri
ataupun bersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina dan
kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam
waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi elevasi
gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
Uji latih
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat
normal, stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
Tujuan dari stress test adalah:
menunjukan tanda resiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan alat
treadmill. Bila hasilnya negative maka prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya
positif, lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan
untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner, untuk menilai keadaan
pembuluh koronernya apakah perlu dilakukan tindakan revaskularisasi PCI karena
resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis
angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal
ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding
regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
Rontgen Thoraks
Rontgen toraks biasanya normal pada pasien dengan angina. Pembesaran
jantung dapat menandakan adanya disfungsi pada organ jantung sebelumnya.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah diterima
sebagai petanda paling penting dalam diagnosis SKA. Menurut Europian Society
of Cardiology (ESC) dan ACC dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I
positif dalam 24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian
bertambah dengan tingkat kenaikan troponin.
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan d otot
skeletal, tapi berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam
beberapa jam dan kembali normal dalam 48 jam.
Pada dasarnya pengobatan pada angina pektoris bertujuan untuk
memperpanjang hidup dan memperbaiki
Penatalaksanaan
10
Pengobatan Medikal
Berdasarkan International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendation
(AHA/ACC) tahun 2010, tatalaksana SKA dibagi atas Pra Rumah Sakit
(Prehospital) dan Rumah Sakit (Hospital). Adapun algoritmanya adalah sebagai
berikut:9
Unstable Angina Pectoris/Non ST Elevation Myocardial Infarction
(UAP/NSTEMI) Risiko Tinggi:9
SKA risiko rendah atau sedang (normal EKG atau perubahan segmen ST-T
non diagnostik):9
11
menit
Kontraindikasi pada TD<90mmHg atau 30mmHg lebih rendah dari
pemeriksaan
TD
awal,
bradikardia
<50x/menit
atau
takikardia
pemeliharaan 75mg
Pasien untuk invasif terapi diberikan dosis 600mg
Tindakan Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk memberi darah yang lebih banyak kepada otot
jantung dan memperbaiki obstruksi arteri koroner. Ada 4 dasar jenis
pembedahan:10
1. Ventricular aneurysmectomy : rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel
kiri.
2. Coronary arteriotomy : memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri
koroner.
3. Internal thoracic mammary : revaskularisasi terhadap miokard.
4. Coronary Artery Baypass Grafting (CABG) : Hasilnya cukup memuaskan
dan aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas
hanya 1 % pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah :
1. Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PCTA)
2. Percutaneous rotational coronary angioplasty (PCRA)
3. Laser angioplasty
2.8
Komplikasi
12
Prognosis4
Delapan puluh persen dengan angina tak stabil dapat distabilkan dalam 48
untuk
medikamentosa
atau
menentukan
pasien
apakah
membutuhkan
pasien
cukup
pemeriksaan
dengan
angiografi
terapi
dan
13
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Y
Usia
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Tanggal MRS
: 10 Desember 2015
1 tahun SMRS pasien mulai merasakan keluhan nyeri dada. Nyeri dada
dirasakan saat beraktifitas terutama setiap saat mandi. Nyeri dada timbul
pada saat pasien mengambil air dengan gayung. Nyeri seperti dihimpit
14
benda berat. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar. Nyeri disertai dengan
sesak napas. Nyeri yang dirasakan hilang dalam hitungan menit (5-10
menit). Nyeri berkurang setelah beristirahat. Keluhan nyeri dada dirasakan
semakin sering dan semakin berat, dahulunya nyeri dada dirasakan 2-3
kali dalam seminggu (saat beraktifitas) dan keluhan hilang setelah 5-10
menit. Seiring waktu nyeri dada hampir dirasakan setiap hari, terkadang 23 kali dalam sehari. Nyeri dada dirasakan selama 30 menit hingga 1 jam.
Nyeri dada mulai sering dirasakan saat pasien beristirahat. Pasien
mengaku pernah merasakan nyeri dada yang disertai sesak napas yang
dirasakan selama 2 jam. Karena keluhan nyeri dadanya ini pasien
berulang kali berobat ke RSUD Arifin Ahmad, RS Santa Maria dan RS
-
15
Pemeriksaan fisik
-
Kesadaran
: Composmentis
Kaadaan gizi
: Baik
Tekan darah
: 140/100 mmHg
Nadi
: 97 kali/menit
Pernapasan
: 24 kali/menit
: 36,6 0C
Suhu
Pemeriksaan fisik
Kepala dan Leher
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
JVP tidak meningkat (5-2 cm H2O)
Pembesaran KGB di leher (-)
-
Thorak
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi: Batas jantung kanan 2 jari lateral linea parasternalis
dextra,
batas jantung kiri 1 jari lateral LMC sinistra ICS V
Auskultasi
: Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-),
gallop (-)
-
Abdomen
Inspeksi
-
Auskultasi
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan lien tidak
teraba
-
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema (-/-)
Tampak sianosis pada kuku (-)
Deformitas (-)
Diagnosis Kerja : Angina Pektoris Tak Stabil dd/ NSTEMI
-
17
Na+
: 145 mmol/L
K+
: 4,52 mmol/L
Cl
: 102,7 mmol/L
Interpretasi :
Irama sinus rhytm, rate 94x/menit, aksis deviasi ke kiri, gelombang T
Cor
Kesan : Kardiomegali
Resume
-
dada sebelah kiri sejak 11 jam SMRS. 1 tahun SMRS pasien mulai
merasakan keluhan nyeri dada. Nyeri dada dirasakan saat beraktifitas
terutama setiap saat mandi. Nyeri dada timbul pada saat pasien mengambil
air dengan gayung. Nyeri seperti dihimpit benda berat. Nyeri yang
dirasakan tidak menjalar. Nyeri disertai dengan sesak napas. Nyeri yang
dirasakan hilang dalam hitungan menit (5-10 menit). Nyeri berkurang
setelah beristirahat. Keluhan nyeri dada dirasakan semakin sering dan
semakin berat, dahulunya nyeri dada dirasakan 2-3 kali dalam seminggu
(saat beraktifitas) dan keluhan hilang setelah 5-10 menit. Seiring waktu
nyeri dada hampir dirasakan setiap hari, terkadang 2-3 kali dalam sehari.
Nyeri dada dirasakan selama 30 menit hingga 1 jam. Nyeri dada mulai
sering dirasakan saat pasien beristirahat. Pasien mengaku
pernah
merasakan nyeri dada yang disertai sesak napas yang dirasakan selama 2
jam. Karena keluhan nyeri dadanya ini pasien berulang kali berobat ke
RSUD Arifin Ahmad, RS Santa Maria dan RS Awal Bros, baik berobat
jalan maupun rawat inap.
-
kebas pada ekstremitas (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Namun
pasien mengeluhkan nyeri di ulu hati. Pasien memiliki kebiasaan suka
makan makanan berlemak dan bersantan. Pasien mengaku tidak pernah
olahraga.
-
Dispepsia
DD
: NSTEMI
Rencana Penatalaksanaan
Non farmakologis
Pasien bed rest
Posisi pasien semifowler
Pemberian O2 nassal canul 3L/menit
Farmakologis
IVFD RL 20 tpm
Aspilet 1x160 mg
ISDN 3x5 mg
Lovenox 2x0,4 cc (sc)
Clopidogrel 1x75 mg
Atorvastatin 1x40 mg
Inj. Ranitidin 2x1 amp
FOLLOW UP
FOLLOW UP
Tan
ggal
10/1 -Nyeri dada
2/20 berkurang,
-Sesak napas
15
berkurang,
-Badan masih
Komposme
A
-
ntis
T: 120/70
mmHg
terasa lemah,
-Demam (-),
-BAK & BAB
lancar,
-Nafsu makan
84x/menit
-
S: 36,5 C
P: 22
(+),
-Agak sulit
-
tidur
11/1 -Nyeri dada (-),
-Sesak napas
2/20
(-),
15
-Demam (-),
-BAK & BAB
12/1
N:
Komposme
ntis
T: 110/70
mmHg
(+).
S: 36,3 C
P: 20
N:
80x/menit
x/menit
Pasien diperbolehkan pulang
2/20
15
-
Simvastatin 1x20 mg
Ranitidin 2x1 tab
Alprazolam 1x0,5 mg
-
x/menit
lancar,
-Nafsu makan
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA