Anda di halaman 1dari 3

Topik health Education

1. Pengaruh mobilisasi terhadap heart rate pada pasien sindroma koroner akut pasca infark
2. Pengaruh Thermotrapy untuk mengatasi nyeri dada pada pasien sindroma koroner akut
(SKA)
3. Pengaruh pemberian Terapi akupresure untuk mengurangi nyeri dada pada pasien
sindroma koroner akut
4. Pendidikan kesehatan tentang Perubahan gambar ekg pasien sindroma koroner akut
setelah pemberian oksigen nasal kanul
5. Pendidikan kesehatan tentang Manfaat HE pada pasien acute koronery syndrome (ACS)
6. Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap
Prehospital Delay Time Sindrom Koroner Akut
7. Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Terarah pada Penderita Sindrom Koroner Akut
Untuk Memperbaiki Otot Jantung
Literatur review
1. Santosa, Heru Dkk. (2021). Media Husada Journal of Nursing Science. Vol 2(No 3),81-
88. Pengaruh Mobilisasi Terhadap Heart Rate Pada Pasien Sindroma Koroner Akut Pasca
Infark
2. Ervina Setia Ningsih, W Yuniartika.  Proceeding of The URECOL, 2020. Thermotrapy
Untuk Mengatasi Nyeri Dada Pada Pasien Sindroma Koroner Akut (SKA).
3. Irwan surya Wibisono Kambu, B Kristinawati. Journal of Health, 2020. Terapi
Akupresure Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Mengurangi Nyeri Dada Pada
Pasien Sindroma Koroner Akut.
4. Endah Suprihatin, M Al Mahmuda, Karno Efendi, (2013). Perubahan Gambar EKG
Pasien Sindroma Koroner Akut Setelah Pemberian Oksigen Nasal Kanul.
5. Lilis Sulastri, Yanny Trisyani, Titin Mulyati, (2020). Manfaat HE Pada Pasien Acute
Coronery Syndrome (ACS).
6. Winda Gusya, Yuly Peristiowati, Rahmania Ambarika, (2020). Pemberian Pendidikan
Kesehatan Dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Prehospital Delay Time
Sindrom Koroner Akut Pada Kelompok Resiko Tinggi Kelurahan Tosaren
7. Fatin Lailatul Badriyah. (2017). Efektifitas Latihan Terarah Penderita Post Sindrom
Koroner Akut Upaya Memperbaiki Otot Jantung Di RS Siti Khodijah Sepanjang
Ringkasaan Jurnal
2. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kondisi yang dimana darah yang dihasilkan oleh
pasokan ke arteri coroner mempengaruhi otot jantung yang tidak dapat digunakan
dengan baik. Nyeri dada adalah indikator utama dari sindrom koroner akut yang sering
menjalar kelengan kiri, leher, rahang dan punggung. Kualitas nyeri dada yang dirasakan
jantung seperti sesak, terasa berat, terasa diremas remas, atau sensasi cengukan dan terasa
mual, muntah dan berkeringat. Salah satunya terapi non farmakologi yang diterapkan untuk
mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya dengan terapi panas
(Thermotherapy). Thermotherapy adalah pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk
mengurangi gejala nyeri akut maupun nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi
nyeri, terapi ini biasanya digunakan untuk meningkatkan aliran darah dengan melebarkan
pembuluh darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain itu
dapat meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.
Cara Kerja Thermotherapy adalah meningkatkan aktivitas molekuler (sel) dengan metode
pengaliran energi melalui konduksi (pengaliran lewat media padat), konveksi (pengaliran
lewat media cair atau gas), konversi (pengubahan berbentuk energi) dan radiasi
(pemancaran energi). Efek teraupetik Thermotherapy antara lain mengurangi nyeri,
mengurangi ketengangan otot, mengurangi edema/pembekakan pada fase kronis dan
meningkatkan aliran darah, Aplikasi Thermotherapy banyak jenisnya salah satu jenis yang
digunakan adalah hot pack (kantung panas) adalah berisi silika gel yang direndam dengan air
panas yang diaplikasi selama 15-20menit. Hot pack diindikasi untuk mendapatkan relaksasi
tubuh secara umum dan mengurangi siklus nyeri, spasme, iskemi dan hipoksia.
4. Indikator keberhasilan pemberian oksigen pada pasien sindroma koroner akut adalah
perubahan pada gambaran EKG. Namun masih sedikit penelitian yang mengungkap tentang
pengaruh pemberian oksigen terhadap perubahan gambaran EKG pada pasien sindroma
koroner akut. Sebelum diberikan oksigen dengan nasal kanul, sebagian besar (70%)
gambaran EKG pasien sindroma koroner akut adalah ST elevasi dan sebagian kecil (30%) ST
depresi. Pasien sindroma koroner akut, sebagian besar miokard mati sehingga tidak dapat
menghantarkan arus listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, hal ini mengakibatkan
elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar
area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Sesudah diberikan oksigen dengan nasal kanul,
hampir setengahnya (40%) gambaran EKG pasien sindroma koroner akut adalah ST elevasi
dan sebanyak 30% ST depresi dan isoelektrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
1. Pada pasien sindroma koroner akut terjadi trombus di arteri koroner yang menghambat
aliran darah yang membawa oksigen ke miokard. Sehingga daerah oksigen menjadi iskemik
dan cedera. Perubahan gambaran EKG dari ST elevasi menjadi normal disebabkan kebutuhan
oksigen di otot jantung terpenuhi sehinga miokard yang mengalami iskemik membaik yang
ditandai dengan perubahan gambaran EKG dari ST elevasi menjadi normal/isoelektrik.
5. Pasien yang mengalami serangan ACS dapat berada dalam kondisi yang mengancam
jiwa. Pasien dengan ACS sebagian besar mengalami defisiensi fisik dan keterbatasan
fungsional, serta masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan, dimana hal tersebut
berdampak besar terhadap kualitas hidup pasien ACS. Penting juga untuk keluarga dalam
memberikan dukungan dan strategi kepada pasien ACS untuk meningkatkan kepatuhan
perawatan diri (self-care) seumur hidup dalam melakukan pencegahan sekunder salah satu
faktor yang mempengaruhi Selfeffficacy adalah pengetahuan yang tinggi akan meningkatkan
self-efficacy pada pasien penyakit jantung koroner. Oleh karena itu pemberian health
education penting diberikan kepada pasien ACS, untuk meningkatkan pengetahuan pasien
sehingga pasien dapat meningkatkan self-efficacy terhadap penyakit yang dideritanya yang
akhirnya berdampak terhadap kualitas hidup pasien (quality of life). Quality of life
didefinisikan oleh WHO sebagai “persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan,
dalam Lilis Sulastri: Manfaat Health Education Pada Paien Acute Coronary Syndrome (ACS)
konteks budaya dan sistem nilai dimana ia tinggal dan hubungannya dengan dirinya, tujuan,
standar harapan menjadi perhatian. Notoadmodjo (2014) mengemukakan bahwa health
education merupakan bagian dari promosi kesehatan yang memiliki tujuan untuk merubah
perilaku individu atau suatu kelompok.
6. Sebelum dilakukan penyuluhan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah terhadap tanda dan gejala hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
responden tentang tanda dan gejala penyakit sindrom koroner akut yang sedang dialami atau
pernah dialami oleh responden atau anggota keluarga. diketahui bahwa kurangnya edukasi
dan informasi tentang penyakit sindrom koroner menyebabkan tingkat pengetahuan lansia di
posyandu nusa indah menjadi rendah. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, dalam penelitian ini yang menjadi faktor utama kurangnya
pengetahuan masyarakat adalah rendahnya pendidikan. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan orang yang memiliki pendidikan
tinggi akan semakin luas pula pengetahuannya. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan
berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah karena saat seseorang mengenyam
pendidikan orang tersebut akan mendapatkan ilmu yang baru secara terus menerus.
Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan.
Seseorang yang informasi tentang kesehatannya banyak maka orang tersebut akan bersikap,
berperilaku, dan patuh dalam melaksanakan program kesehatan. Sesuai dengan perilaku
seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap,namun perilaku tersebut baru akan
muncul ketika ada dorongan yang beralasan. Salah satu bentuk dorongan dalam dunia
kesehatan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya maupun masyarakatnya.Pendidikan kesehatan sebagai intervensi keperawatan
mandiri dapat direncanakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami sindrom koroner akut. Keluarga merupakan sumber
daya penting pemberian layanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga.
Hal ini penting untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang optimum.

Anda mungkin juga menyukai