JOURNAL OF HEALTH, EDUCATION AND LITERACY (J-HEALT)
HTTPS://OJS.UNSULBAR.AC.ID/INDEX.PHP/J-HEALT/ Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi adalah ACS (Acute Coronary Syndrome) yang merupakan bagian dari penyakit jantung koroner/PJK. Bagian dari ACS meliputi angina pektoris tidak stabil (Unstable Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST Elevasi (ST Elevation Myocard Infarct (STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi ( Non ST Elevation Myocard Infarct/STEMI (Smit & Lochner, 2019). Penyakit jantung Acute Coronary Syndrome secara klinis ditandai dengan adanya nyeri dada (angina) atau dada terasa tertekan ketika beraktivitas. Mekanisme nyeri dada pada pasien jantung disebabkan oleh adanya sumbatan diarteri koroner atau penurunan curah jantung, akibatnya suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme menurun. diperlukan penatalaksanaan non-farmakologis untuk dapat diterapkan sebagai pengganti intervensi atau kombinasi dalam menurunkan intensitas nyeri (Kneale & Davis, 2011). Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer berdasarkan pada teori keseimbangan yang bersumber dari isi alam raya dan sifat-sifatnya yang disebut Yin dan Yang. Pelaksanan akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Kelebihan teknik akupresur yaitu aman, mudah, praktis, tidak memerlukan biaya besar, tidak menimbulkan efek samping dan bisa dilakukan siapa saja (Widyaningrum, 2013). Nyeri merupakan suatu sensasi yang ditangkap oleh medulla spinalis kemudian diterima oleh medulla oblongata dan diterjemahkan sebagai suatu sensasi yang tidak enak pada saraf pusat yang dapat dijelaskan melalui suatu teori gate control. Dengan memberikan tekanan fisik pada titik L14 pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri dapat meningkatkan kadar endofrin dalam darah maupun sistemik, tetapi memiliki daerah tangkap yang berbeda, sehingga penggunanan titik akupresur berbeda sesuai dengan organ yang akan dituju dan sesuai indikasi. Intervensi terapi akupresur/sentuhan diberikan pada lokasi titik LI4 terletak di bagian belakang tangan kanan/kiri antara tulang metacarpal pertama dan kedua dan hampir sepanjang tulang radial. HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN RESPON KECEMASAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG ALAMANDA RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2020. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh(Depkes RI 2013). Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada penderita jantung koroner adalah kecemasan. Prevalensi gangguan cemas pada populasi dengan penyakit jantung cukup tinggi, yakni antara 28% sampai 44% pada kelompok usia yang lebih muda. Pada kelompok usia yang lebih tua, prevalensi gangguan cemas diperkirakan antara 14% sampai 24%. Pasien dengan penyakit jantung koroner yang stabil memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, dengan prevalensi antara 16% sampai 42% (Krisnayanti 2013). Tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk menurunkan derajat kecemasan pasien penyakit jantung koroner salah satunya ialah dengan menerapkan perilaku caringyang baik. Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual. Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan (Sitorus, 2007). Sampai sekarang ini perawat di Indonesia masih belum mampu menerapkan caring secara optimal. Secara kualitas perawat dalam menerapkan caring perlu ditingkatkan (Nursalam 2013) Penelitian yang dilakukan Lestari (2013) di RSUD Prengsewo Lampung menunjukkan perawat dalam memberikanpelayanan (caring) terhadap pasien mayoritas rendah yaitu sebanyak 54 responden (56,3 %) dan yang menilai pelayanan dengan caring yang tinggi sebanyak 42 responden (43,8 %). Perilaku caring sangat penting dilaksanakan terutama pada penderita penyakit jantung koroner untuk mengatasi kecemasan pasien jantung koroner. Kecemasan merupakan suatu keadaan tidak tentram dimana individu merasakan adanya bahaya yang datang (Swartz, 2010; 21). Kecemasan bagi pasien jantung koroner dapat membahayakan kesehatannya. Cemas yang berkelanjutan akan memberikan dampak pada serangan jantung yang berikutnya (Muttaqin 2012). Sebuah studi prospektif terhadap penderita penyakit jantung koroner menemukan adanya peningkatan risiko terjadinya serangan infark miokard baik yang bersifat tidak fatal maupun yang berujung dengan kematian pada kelompok ini. Peningkatan risiko tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya derajat kecemasan penderita (Krisnayanti 2013)
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis