Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA SECARA GLOBAL

Disusun oleh kelompok 1

 Ade Yuni C2014201101


 Alfian Wariyanto C2014201102
 Alfonsius Ricky Nonseo C2014201103
 Anggun Cahyani C2014201104
 Angraini Ta’ba C2014201105
 Arini Adelia C2014201106
 Bernadetha Yamsaref C2014201107
 Brigita Sarbunan C2014201108
 Chensya Souisa C2014201109
 Cristin Chaterine S C2014201110
 Cristo Nataniel Tulak C2014201111
 Cindi Ariani Kalvin C2014201112
 Cristiani Mira Patadi C2014201113
 Delpiana weni samara C2014201114
 Dewi Nurhayati A.Md.Kep C2014201115
 Diana Main C2014201116

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM S1 KHUSUS

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
Kata pengantar

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang trend dan issue dalam
kesehatan yang berinti membahas
tentang “tradisi leluhur dalam kesehatan spiritual”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4

A .LATAR BELAKANG...................................................................................4

B. PERUMUSAN MASALAH.........................................................................5

C .TUJUAN PENULISAN...............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6

A .KESEHATAN JIWA...................................................................................6

B .CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT.................................................................7

C .PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA...........8

D .PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA.....................................................9

E .TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA...................................................10

F .MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA............................................16

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A .KESIMPULAN........................................................................................... 17

B .SARAN......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak
ada gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang
positif menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
UU nomor 18 tahun 2014, menjamin setiap orang dapat hidup sejahtera
lahir dan batin serta memperoleh pelayanan kesehatan dengan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Tujuan pembangunan
kesehatan yang hendak di capai yaitu terwujudnya derajat kesehatan
setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di lakukan berbagai
upaya kesehatan termasuk upaya kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa
harus di selenggarakan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/masyarakat.
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang
paling mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa
selalu meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama
semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah
tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini
penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia
tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan
jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti
menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri. Kasus
bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia eperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh
perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit
skizofrenia. Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha
meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan
4
Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya
dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang


sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggan ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3. Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa
5. Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. untuk memahami tentang keperawatan jiwa secara global.
2. bagaimana peran perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan
bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat.
3. memahami tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan
standar aturan keperawatan yang berlaku dan memberikan bimbingan
kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa.
4. menjelaskan tentang masalah-masalah dalam keperawatan jiwa
5. menerangakan perkembangan dalam keperawatan jiwa

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KESEHATAN JIWA
Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Menurut UU nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa secara
umum disebutkan bahwa setiap orang dapat hidup sejahtera lahir dan batin
serta memperoleh pelayanan kesehatan dengan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan yang hendak di
capai yaitu terwujudnya derajat kesehatan setinggi-tingginya. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu di lakukan berbagai upaya kesehatan
termasuk upaya kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa harus di
selenggarakan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/masyarakat. Pada jiwa yang sehat
ada beberapa faktor yang dapat memprngaruhinya. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal
dengan sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah
mental yang sehat di pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang
mengalami kecacatan genetik mempengaruhi seseorang untuk
mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang
berbeda, ada yang sensitive dan ada yang temperamental semua itu
dipengaruhi oleh lingkungannya.
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga
akan mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan
positif ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan
6
mau menerima. Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga akan
mempengaruhi mental sang anak seperti kekurangan kasih sayang ibu,
penolakan dari orang tua dan kegagalah komunikasi awal.
3. Life Circumstance (Keadaan Hidup)
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang
dimulai dari dia lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di
sekolah, keuangan yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan
yang menyenangkan dan perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan
hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan dan
perkawinan yang tidak sukses.

B. CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT

Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang
bisa mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang
yang memilih jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa
yang sehat memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
1. Menurut WHO :
a) Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk
b) Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c) Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d) Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e) Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f) Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g) Mempunyai kasih sayang
2. Menurut Abraham Maslow
a) memiliki persepsi realita yang efektif.
b) Menerima diri sendiri
c) Spontan
d) Sederhana dan wajar

7
3. Menurut Jahoda
a) Sikap positif terhadap diri sendiri
b) Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c) Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal suasana
hati dan emosi
d) Otonomi :keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima
konsekuensi atas perilakunya,bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
keputusannya, tindakannya dan perasaannya.
e) Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan tentang
dunia luar melalui pengalaman berfikir.
f) Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat atau kelompok menghadapi dunia luar
secara efektif, mendapatkan kepuasan hidup.

C. PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA


Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa
juga harus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga
kesehatan jiwa sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Bagi seseorang yang tidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan
menyebabkan gangguan pada jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat
memiliki pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami gangguan
jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku
manusia.
2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat
menguatkan dan melemahkan

Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya,


walaupun pasien tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu
seorang perawat juga akan melakukan evaluasi tentang kesehatan pada
jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :
8
1. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan memenuhi
peran yang menantang

2. Status psikologi; (alarm emosional dan intelektual) perasaan


kesejahteraan, status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup, sumber
daya memaksimalkan potensi pribadi

3. Status klinis :dimensi kesehatan fisik.

D. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA

Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses dimana


perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep
diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih
harmonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.

Menurut Kaplan Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal


yang berupayauntuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
akan mendukung integrasi, pasien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi dan komunitas.
Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah
area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

E. TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA


Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Berikut ini beberapa contoh tren dan isu yang terjadi dalam keperawatan jiwa

9
:
1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19
tahun dan jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
Perkembangan pada saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah
kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi bahkan sebelum
pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya keterkaitan
kesehatan fisik dan mental seseorang ketika berada dalam kandungan di
masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa
kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi. Berikut ini
merupakan hasil dari penelitian :

a) Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik,
mental dan emosional yg lebih baik.
b) Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam
kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi
sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari.
Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi
pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko
menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan kembali teori
perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita
skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam
kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya
kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara
rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi- fungsi eksekusi
sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan
neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam
kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan

10
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-
zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi,
perilaku yang aneh dan gangguan emosi.
2. Tren peningkatan masalah kesehatan
Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat,
hal ini sudah terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh
beban hidup yang semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien
gangguan jiwa bukan hanya dari kalangan bawah tetapi juga dari
kalangan mahasiswa, pns, pegawai swasta pejabat dan masyarakat
kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi karena sebagian besar
masyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga
bisa disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi jabatan. Pada
saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi mengenal strata social
dan usia. Banyak orang kaya yang terkena gangguan jiwa karena
hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan
yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang
berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas
penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan
psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara
kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain,
seperti mengamuk.

3. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder


Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk

11
tidak mengalami stress yang demikian. Mereka menjadi manusia yang
invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak
produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat
individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara
ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang
eksistensi kejiwaan.
4. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja
Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering
dijumpai dalam pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri,
sikap dan buah pikiran itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat
dibuktikan sebaliknya. Pasien yang berisiko bunuh diri perlu diamati
secara cermat. Alas an seseorang bunuh dir adalah putus asa dengan
masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak berdaya. Di dunia pun bunuh
diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka
kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari
100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh
diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25
orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per
100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat
bunuh diri.
Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari
angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di
Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan
bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam
atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi
nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984. Lockheed
terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan
pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
12
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya
atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari
tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor
kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan
pistol, menggantung diri dan minum racun.
5. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka
pola asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah
pola asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai
dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua
menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi
anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya
agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya saat punya
masalah. Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga
anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih mandiri dan
mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang sangat
penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang
cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan
tugas-tugas di rumah sepert: mencuci, menyiram bunga dan lain-lain.

6. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung


ditemukannya obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku
klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi
dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif. Perubahan hospital based care menjadi
community based care merupakan trend yang signifikan dalam
pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan tiga kunci
utama :
a) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat

13
serta hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b) Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c) Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan
dan promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community
based care. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting,
terutama keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun
kualitas
7. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri
a) Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena masih kurangnya hasil-hasil riset
tentang keperawatan jiwa klinik.
b) Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikannya yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek
yang diakui secara internasional.

c) Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan


pengalaman sering kali tidak jelas “position description” job
responsibility dan system reward dalam pelayanan.
d) Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik
(mahasiswa keperawan
8. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat
dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling
menunjang). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu
atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama
tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk
jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah
penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya
adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung
telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita

14
penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak
pada siraman keimanan yang kuat.
Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu
menyokong pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu
kematian. Dimensi spiritual merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan dalam masyarakat Indonesia. Walaupun hal ini sering kali
terabaikan. Pengertian tentang pentingnya memahami kebutuhan
spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan beragama, nilai dan
pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus tenaga
kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan secara
ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut Randi (1984)
adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan
untuk ditemani pada saat sakratul maut.

F. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik,
memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab.
Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dengan
klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada
peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar
daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat,
1998). Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a) Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :
1) Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2) Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
3) Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa
15
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
4) Peningkatan kepuasan kerja.
5) Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
6) Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
b) Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :
1) Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
2) Terhindar dari malpraktik

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah
yang didapat selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang
akan mendapatkan masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu
mengontrol emosi dan mengelola stresnya, sehingga akan melakukan yang
hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu ada sebagian orang
yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah besar
di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag yang mengalami
gangguan jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan
NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu
meningkat yang menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada saat
sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat berkembang.
Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja
tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya dialami
oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga kalangan menengah ke
atas.
B. SARAN
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi
dan kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental.
Orang yang mengalami depresi atau stress akan berusaha menghilangkan
stresnya dengan menggunakan NAPZA dan ada yang melakukan bunuh
diri. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bisa merawat pasien
dengan gangguan jiwa dengan baik agar tidak melakukan hal-hal yang tidak
baik. Penigkatan pelayanan terhadap pasien juga harus diperhatikan. Untuk
mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan dengan dimensi spiritual,
sehingga pasien harus lebih diperkenalkan dengan agamanya dan
memperkuat imannya.
17
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta.
Widya Medika.

Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa


(I); Jakarta. Buku Kedokteran ECG.

Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4);


East Washington Square. Lippincott.

Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam


Merawat Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman.
4 (1), 15-19

18

Anda mungkin juga menyukai