Anda di halaman 1dari 2

Fenomena:

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di negara maju maupun berkembang, penyakit ini menjadi

penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Penyakit jantung pada

orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit jantung koroner atau biasa

dikenal dengan aterosklerosis (Kemenkes RI, 2013). Aterosklerosis atau

pengerasan arteri merupakan suatu proses dimana serabut otot dan lapisan endotel

arteri kecil dan arteriola mengalami penebalan (Nurarif & Kusuma, 2016). Secara

klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada

terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-

buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Kemenkes RI, 2013). Di

Indonesia penyakit jantung dan terus meningkat dan akan memberikan beban

kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

masyarakat, dan Negara (Depkes, 2014 dalam Munir, 2016).

Menurut World Health Organization (2008), sindrom koroner akut

merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000

(12,2%) kematian terjadi akibat sindrom coroner akut (WHO, 2008 dalam

Kurniawan, 2015). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit jantung coroner sebanyak

1,5% dan di Jawa Timur sebesar 1,3% (Kemenkes RI, 2013).

Aterosklerosis disebabkan karena monosit sel darah putih pindah dari aliran

darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel yang mengumpulkan bahan

lemak, selanjutnya monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul dan
menyebabkan penebalan dinding arteri. Resiko terjadinya Aterosklerosis

meningkat pada penderita hipertensi, hiperkolesterolemia, perokok, diabetes

mellitus, obesitas, malas berolah raga dan usia lanjut. Hal ini akan menimbulkan

masalah berupa hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan

masa otot, kekuatan otot dan kaku sendi yang disebabkan kurangnya suplai darah

ke dalam otot (Nurarif & Kusuma, 2016).

Peran perawat dalam mengatasi hambatan mobilitas fisik dengan melakukan

monitoring mobilisasi pasien, mengajarkan untuk melakukan ambulasi, membantu

berjalan dengan menggunakan tongkat, melatih pasien untuk melakukan activity

of day living (Nurarif & Kusuma, 2016).

Judul:

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit jantung koroner dengan

hambatan mobilitas fisik

Anda mungkin juga menyukai