OLEH :
JUMRIANI 12020009
NANDA 12020013
DOSEN :
PALOPO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perasaan
nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Angina (angina
pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga merupakan rasa tertekan pada
dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran
darah ke arteri yang mengalirkan darah ke jantung. Penyumbatan atau penyempitan arteri
jantung yang mengakibatkan angina adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.
Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik,lebih dari 6 juta
memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark miokard. Diet tinggi lemak
dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang sedentar sangat berkaitan dengan terjadinya
penyakit jantung iskemik ini. Di Amerika dan Eropa, penyakit jantung iskemik lebih sering
terjadi pada kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah daripada kelompok masyarakat
dengan tingkat penghasilan menengah ke atas (yang melakukan gaya hidup sehat) (European
Society of Cardiology, 2006).
Di Indonesia, penyakit system sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu penyakit
jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama
kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001
sebesar 26,3% kematian. Proporsi kematiansemakin meningkat dengan bertambahnya umur dan
meningkat nyata pada usia 35 tahun ke atas. Penyakit system sirkulasi darah sebagai penyebab
kematian lebih tinggi di perkotaan daripada dipedesaan (31% vs 23,7%) namun hamper tidak
berbeda menurut ienis kelamin.
Data Survei Sosial EkonomiNasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara penduduk
Indonesia umur 2-15 tahun, prevalensi sakit jantung (anginapectoris) berdasarkan informasi
Pernah di diagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya sebesar 1,3% dan yang
pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung (angina pectoris) menurut gejala
dilaporkan oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-21 tahun dimana 93% di antaranya
tercakup olehsistem pelayanan kesehatan.Menurut data SKRT 2004,prevalensi penyakit jantung
berdasarkan keterangan pernah didiagnosis oleh tenagakesehatan pada penduduk umur 15
tahun sebesar 2,2% dan prevalensi gejala penyakit jantung dalam 1 tahun terakhir sebesar 8,4 %.
2.2 Epidemiologi
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara penduduk
Indonesia umur 2-15 tahun, prevalensi sakit jantung (angina pectoris) berdasarkan informasi
pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya sebesar 1,3% dan yang
pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung (angina pectoris) menurut gejala
dilaporkan oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-21 tahun dimana 93% di antaranya tidak
tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan. Menurut data SKRT 2004, prevalensi penyakit
jantung berdasarkan keterangan pernah di diagnosis oleh tenaga kesehatan pada penduduk umur
15 tahun sebesar 2,2% dan prevalensi gejala penyakit jantung dalam 1 tahun terakhir sebesar 8,4
%.
2.3 Etiologi
Angina pectoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika
pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplay oksigen yang diterima sedikit,
maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard
untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel
miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi
meningkat.
2.3.1 Arterosklerosis
Aterosklerosis (atherosclerosis) adalah kondisi dimana material lemak menumpuk
pada dinding pembuluh darah arteri. Material lemak ini semakin tebal dan semakin keras
(membentuk deposit kalsium), dan akhirnya dapat menyumbat arteri.Aterosklerosis
merupakan salah satu jenis arteriosklerosis (arteriosclerosis), walaupun kedua istilah
tersebut seringkali disamakan penggunaannya.
2.3.2 Aorta insufisiensi
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal
dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau
refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole. Insufisiensi aorta
adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastole.
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah
dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta adalah penyakit
katup jantung dimana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup menutup erat-
erat. Hal ini menyebabkan mundurnya aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar)
ke dalam ventrikel kiri.
2.3.3 Spasme Arteri Koroner (Angina Prinzmetal)
AnginaPrinzmetal’s (salah satu varian angina) adalah jenis angina yang kurang
lazim yang disebabkan oleh spasme (kekejangan) satu atau lebih arteri koroner.Nyeri
dada akan terjadi, hampir selalu ketika Arida sedang istirahat, dan berbagai irama jantung
abnormal sering diasosiasikan dengan spasme. Sering sekali, spasme arteri muncul
bersamaan dengan stenosis arteri koroner yang melandasinya. Dalam kasus yang hebat,
spasme arteri koroner dapat menyebabkan serangan jantung. Akan terapi, dalam
kebanyakan kasus, berbagai pengobatan sangat efektif dalam pengobaran spasme arteri
koroner.
2. 4 Patofisiologi
Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri
miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke miokardium yang
dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat dari
perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang
merangsang timbulnya nyeri.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen
ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.
Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan
megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah) miokardium.
2.6 Klasifikasi
2.6.1 Angina Pectoris Stabil
Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini,
obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat.
Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi
tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul pada
setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus
inotropik jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik,
udara dingin dan makan yang banyak.
Sakit dada timbul setelah melakukan aktivitas.
Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit.
Bersifat stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.
Pada phisical assessment tidak selalu membantu dalam menegakkan diagnosa.
3.7 Diagnosa
3.7.1 Elektro Kardio Gram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan
pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau.
Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan
angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T
yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi
segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.