Anda di halaman 1dari 32

Asuhan keperawatan

Klien Perilaku Kekerasan


Oleh :
Ns. Hasmira Ubaidy, S.Kep,M.Kep,Sp.J
OUTLINE

• DEFENISI
• PENYEBAB (FAKTOR PREDISPRESI)
• SUMBER KOPING
• MEKANISME KOPING
• POHON MASALAH PK
• PSIKOFARMAKA PK
• TAHAPAN PK
• RENTANG RESPON MARAH
• TINDAKAN KEPERAWATAN
Defenisi

• Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stressor dimana
individu berisiko melakukan tindakan atau perilaku yang bertujuan untuk melukai
orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Dapat diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat et al, 2010).
• Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri (Stuart, 2013).
• Perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain atau lingkungan (Keliat et al, 2015).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa resiko perilaku kekerasan adalah suatu respon
terhadap perasaan terancam dimana individu mengekspresikannya dengan melakukan
tindakan mengancam, mencederai orang lain atau menganggu lingkungan.
Penyebab
Faktor Predisposisi

Faktor biologis
• Riwayat masuk RS sebelumnya (berapa kali rawat,pengobatan sebelumnya)
• Riwayat minum obat (teratur atau tidak minum obat, kapan terakhir minum
obat)
• Riwayat kejang, jatuh / trauma
• Riwayat penggunaan NAPZA / penggunaan halusinogen
• Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa ( PK sering ditemukan pada
pasien yang mengalami skizofrenia dimana genetic merupakan predisposisi)
Faktor psikologis

• Perasaan klien setelah perawatan (komentar negatif orang-orang di sekitarnya, peran


yang terganggu akibat dirawat)
• Pengalaman tidak menyenangkan (kepribadian klien (mudah kecewa, kecemasan
tinggi, mudah putus asa dan menutup diri))
• Konsep diri (riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas diri tak jelas, harga diri
rendah, krisis peran dan gambaran diri negatif
• Motivasi (riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan)
• Pertahanan psikologi (ambang toleransi terhadap stres rendah dan adanya riwayat
gangguan perkembangan)
• Self control (adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang datang, misalnya
suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan)
Faktor sosiokultural

Riwayat pendidikan (riwayat putus sekolah dan gagal sekolah)


Riwayat pekerjaan (kecukupan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan, siapa yang menanggung biaya hidup selama dirawat)
Tinggal dengan siapa, berapa saudara, siapa orang yang paling berarti.
Riwayat mengalami kehilangan orang yang dicintai (perceraian,
kehilangan harta benda, penolakan dari masyarakat)
Sosial ekonomi yang rendah dan adanya isolasi sosial menjadi faktor
resiko terjadinya perilaku kekerasan pada klien dengan Skizofrenia
(Belli & Ural, 2012).
Faktor presipitasi

Biologi
• Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak (enchepalitis) atau
trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah frontal, temporal dan limbik sehingga
terjadi ketidakseimbangann neurotransmitter dopamin dan serotonin
• Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB,
rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang berdampak pada pemenuhan glukosa
di otak yang dapat mempengaruhi fisiologi otak terutama bagian fungsi kognitif
• Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas, kecacatan fisik, kanker dan
pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan penampilan fisik
• Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat mempengaruhi
metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis otak
Psikologis

• Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur di lobus frontal
dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu sehingga mempengaruhi
kemampuan dalam memahami informasi atau mengalami gangguan persepsi dan
kognitif
• Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami kerusakan yang
mempengaruhi fungsi bicara
• Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral:
lingkungan keluarga yang broken home, konflik atau tinggal dalam lingkungan
dengan perilaku sosial yang tidak diharapkan
• Konsep diri: Harga diri rendah, perubahan penampilan fisik, ideal diri tidak
realistik, gangguan pelaksanaan peran (konflik peran, peran ganda,
ketidakmampuan menjalankan peran, tuntutan peran tidak sesuai dengan usia)
• Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
dan ketidakmampuan mempercayai orang lain
• Motivasi: tidak mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas
• Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang
tinggi sampai panik, menutup diri
Sosial Budaya

• Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas perkembangan


dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam penyelesaian tugas perkembangan
atau regresi ketahap perkembangan sebelumnya
• Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender (model peran negatif)
• Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan gagal
sekolah
• Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja (PHK)
• Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak mempunyai
pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
• 
• Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak mempunyai sistem
pendukung dan menarik diri
• Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara rutin.
Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat yang tidak diharapkan
• Kegagalan dalam berpolitik: kegagalan dalam berpolitik
• Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan: perang, bencana, kerusuhan,
tekanan dalam pekerjaan, kesulitan mendapatkan pekerjaan, sumber-sumber
personal yang tidak adekuat akibat perang, bencana
• Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial, diskriminasi dan praduga
negatif, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain
• 
Origin
• Internal: Persepsi klien yang buruk tentang personal higiene, toileting,
berdandan dan berhias
• Eksternal: Kurangnya dukungan sosial keluarga dan ketersediaan
alat/fasilitas.
Time
• Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
• Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
• Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan
stressor yang lain saling berdekatan
•  
Number
• Sumber stress lebih dari satu (banyak)
• Stress dirasakan sebagai masalah yang berat
Sumber Koping

Personal ability ( Kemampuan apa yang sudah dimiliki, kemampuan yang sudah
dilatih. Kemampuan yang seharusnya dimiliki klien) :
• Tidak komunikatif dan cenderung menarik diri
• Kesehatan umum klien, terdapat kecacatan,atau kelemahan otot
• Ketidakmampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
• Kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat
• Pengetahuan tentang masalah perawatan diri
• Kurang mampu melakukan perawatan diri
• Integritas ego yang tidak adekuat
• 
Sosial Support
• Orang terdekat yang mendukung keluarga, teman, kelompok
caregiver klien, kemampuan caregiver / keluarga dalam merawat,
kelompok/peer group dengan penyakit yang sama, kader
kesehatan jiwa di lingkungan tempat tinggal. Care giver utama
adalah seseorang yang menghabiskan waktu paling banyak untuk
merawat klien, memberikan support, menjadi pengawas minum
obat dan aktifitas sehari-hari klien (Caqueo-Urízar, Rus-Calafell,
Urzúa, Escudero, & Gutiérrez-Maldonado, 2015).
Positive Belief
• Keyakinan dan nilai positif terhadap kesehatan, tidak memilki motivasi untuk
sembuh, penilaian negatif tentang pelayanan kesehatan, tidak menganggap apa
yang dialami merupakan sebuah masalah.
 
Material asset
• Finansial: pekerjaan klien sebelum dirawat, penghasilan sebelum dirawat, siapa
yang menanggung biaya berobat klien, apakah memiliki tabungan, jaminan
kesehatan yang digunakan?
• Yankes: jika kontrol/kambuh berobat kemana, fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat dengan tempat tinggal.
Mekanisme Koping

• Konstruktif: negosiasi, kompromi, meminta saran, perbandingan yang positif,


penggantian reward, dan antisipasi. Aktivitas yang memberikan pelarian
sementara dari krisis identitas diri, aktivitas yang memberikan identitas
pengganti sementara, aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu, membangun kepercayaan diri dan optimis,
memanfaatkan dukungan keluarga/ orang terdekat, komunikasi terbuka,
pemenuhan peran yang signifikan, mengungkapkan penerimaan diri,
menerima kritikan dari orang lain, mengidentifikasi alternatif dan
kemungkinan yang akan timbul, mengidentifikasi sumber-sumber yang
diperlukan untuk mendukung setiap alternatif.
• Destruktif: regresi, proyeksi, supresi, withdrawl, isolasi, represi, kompensasi,
displacement
Pohon masalah PK
Psikofarmaka PK

Perawat berperan dalam melakukan evaluasi efek samping yang


mungkin timbul akibat pemberian anti psikotik, melakukan edukasi
kepada klien dan keluarga terkait pengobatan untuk meningkatkan
kepatuhan dan meminimalisir dampak dari efek samping yang
mungkin timbul (Barker, 2009).
Tahapan PK

Triggering incidents
• Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa faktor
yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi, respon terhadap
kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan frustrasi,
pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak terpenuhi.
Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
Escalation phase
• Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan dengan respon
fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak, dan belum terjadi
tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien gangguan psikiatrik
bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat,
kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif.
Crisis point
• Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de escalation gagal
mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan tindakan kekerasan.
Settling phase
• Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya. Mungkin masih ada
rasa cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase awal.
Post crisis depression
• Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan berfokus pada
kemarahan dan kelelahan.
Return to normal functioning
• Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi, dan kelelahan.
Rentang respon marah

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang di manifestasikan
oleh perasaan marah yang berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.

respon marah
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan


Asertif
Kemarahan atau tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain akan member kelegaan pada individu
dan tidak akan menimbulkan masalah.
Frustasi
Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak
realistik atau hambatan dalm proses pencapaian tujuan. Dalam
keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain, selanjutnya individu
merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
Pasif. Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya.
Agresif
Perilaku yang meyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol,perilaku
yang tampak dapat berupa muka suram, bicara kasar disertai
kekerasan.
Kekerasan
Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yg
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilangnya kontrol,dimana individu dpt merusak diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan

Tindakan Keperawatan Generalis


Tindakan keperawatan untuk klien.
Tujuan:
• Mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, dan cara yang digunakan ketika marah
• Mampu mengontrol perilaku marah
• Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan
• Mampu menyebutkan apa itu perilaku kekerasan, jenis, akibat, cara
mengendalikan/mencegah perilaku kekerasan
• Mampu mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, spiritual, sosial dan dengan
terapi psikofarmaka.
• Mampu mengevaluasi manfaat dari cara-cara yang telah digunakan.
Tindakan
• SP 1: Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari
perilaku kekerasan
• SP 1: Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam
dan cara fisik 2: pukul kasur/bantal
• SP 2 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara
teratur
• SP 3: Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara baik-baik
dan deekskalasi
• SP 4: Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Tindakan keperawatan generalis untuk keluarga
• Tujuan: keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan dirumah.
• Tindakan keperawatan untuk keluarga
• SP 1: membantu keluarga mengenal masalah resiko perilaku kekerasan
• SP 2 : membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat
klien resiko perilaku kekerasan
• SP 3 : membantu keluarga merawat klien resiko perilaku kekerasan
• SP 4: membantu keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk
klien resiko perilaku kekerasan.
Terapi Aktifitas Kelompok
• Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi
• Sesi I : Mengenal perilaku kekerasan
• Sesi II : Mencegah PK dengan kegiatan fisik
• Sesi III : Mencegah PK dengan patuh minum obat
• Sesi IV : Mencegah PK dengan kegiatan asertif
• Sesi V : Mencegah PK dengan kegiatan ibadah
• Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Resiko Perilaku
Kekerasan.
References

 
• Barker, P. (2009). Psychiatric and mental health nursing: The craft of caring. (Second edition). London: Edward Arnold
• Caqueo-Urizar, A. et al. (2015). The role of family therapy in the management of schizophrenia: challenges and
solutions. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 11
• Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams & Wilkins
• Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
• Engqvist, I., & Nilsson, K. (2013). Involving the Family in the Care and Treatment of Women with Postpartum Psychosis:
Swedish Psychiatrists’ Experiences. Psychiatry Journal, 2013, 1–7. https://doi.org/10.1155/2013/897084
• FIK UI. (2016). Draft Buku Saku Terapi Spesialis Keperawatan Jiwa. Tidak dipublikasikan
• FIK UI. (2016). Draft Modul Terapi Keperawatan Jiwa. Tidak dipublikasikan
• FIK UI. (2016). Draft Standar Asuhan Keperawatan. Tidak dipublikasikan
• Keliat, B. A., Akemat, Daulima, N. H. C. & Nurhaeni, H. (2015). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN basic
course. Jakarta: EGC.
• 
• Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I. Jakarta: EGC
• Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Ramadhany D. W., Dahrianis, Nur M. (2013). Hubungan keterlibatan keluarga terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di
wilayah kerja Puskesmas Samata Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 3(3), 30–36.
• Shives, L. R. (2012). basic concepts of psychiatric-mental health nursing (eighth). philadelphia: lippincott williams & wilkins.
• Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (tenth). St. Louis: Elsevier Mosby.
• Townsend, M. C. (2011). essentials of psychiatric mental health nursing: Concepts of care in evidence-based practice (fifth).
philadelphia: F. A Davis.
• Utami, dkk (2013). Influence Of Group Activity Therapy Of Perception Stimulation Towards The Ability To Control Hallucination
On Schizophrenia At Grhasia Hospital Diy Province. Retrieved from
journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/24/20
• Pramujiwati, D., Anna Keliat, B., & Ice Yulia Wardani, D. (2013). Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam
Penanganan Pasien Harga Diri Rendah Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green Di Rw 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor
Utara. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2), 170–177.
• Wardani, I. Y., Hamid, A. Y. S., Wiarsih, W., & Susanti, H. (2012). Dukungan Keluarga : Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Klien.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(1), 1–6
• 

Anda mungkin juga menyukai