Anda di halaman 1dari 46

TAK HARGA DIRI

RENDAH
NAMA ANGGOTA :

1. Alfina Kartikasari (S17109)

2. Arfianti Hermingsih (S17113)

3. Durrotul Mustafidah (S17122)

4. Maya Putri Sinar Hayati (S17136)

5. Nurul Chotimah (S17142)

6. Palma Agum Sukandar (S17143)

7. Fauziah Triska (S17126)

8. Erika Munna (S17125)

9. Riski Nanda Yaniar (S17147)

10. Rika Novia Paramitha (S17146)

11. Umu Zulaihah Al Fitroh (S17156)


PENGERTIAN HARGA DIRI RENDAH

• Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart, Gail, W, 1998)
• Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif, dapat seara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Town, send, Maryc,
1998).
TANDA DAN GEJALA

• Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu
dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti
kanker.
• Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan mengejek
diri sendiri.
• Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu
apa – apa.
• Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka
menyendiri.
• Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif tindakan.
• Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin mengakhiri
kehidupan.
PSIKODINAMIKA

1. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, diceraikan
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuau terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau
dirawat, klien ini mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya.
2. Proses perjalanan penyakit
Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman pribadi
individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar dirinya,
konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia.
Konsep diri belum ada saat saat bayi dilahirakan, tetapi mulai berkembang
secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang
lain dan mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbicara individu,
pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena
keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu. Perasaan diterima
atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk
mengidentifikasi perilaku orang lain dan mempunyai penghargaan yang pantas
tentang tujuan, perilaku dan nilai.
Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal yang dapat
meningkatkan harga diri anak, yaitu:
1. Memberi kesempatan untuk berhasil
2. Menanamkan idealisme
3. Mendukung aspirasi atau ide
4. Membantu membentuk koping
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
3. Komplikasi
• Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
• Isolasi sosial.
• Waham.
RENTANG RESPON

• Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga Kerancauan Depersonalisasi


Diri positif Diri Rendah Identitas
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis.
STRESOR PENCETUS MUNGKIN DITIMBULKAN DARI
SUMBER INTERNAL DAN EKSTERNAL SEPERTI :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami
frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
• Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan
ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya,
nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
• Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian.
• Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini
mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh (anatomi dan
fisiologi);
• Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit;
• Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh;
• Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Faktor yang mempengaruhi harga diri:
• Penolakan
• Kurang penghargaan
• Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut
• Persaingan antar saudara
• Kesalahan dan kegagalan berulang
• Tidak mampu mencapai standar
3. Faktor yang mempengaruhi peran:
• Sterotifik peran seks
• Tuntutan peran kerja
• Harapan peran cultural
4. Faktor yang mempengaruhi identitas:
• Ketidak percayaan orang tua
• Tekanan dari “peer group”
• Perubahan struktur social

b. Faktor Presipitasi
1. Trauma
2. Ketegangan peran
MANIFESTASI KLINIS

• Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit


• Rasa bersalah terhadap diri sendiri
• Merendahkan martabat
• Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain,
lebih suka sendiri.
• Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
• Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
MEKANISME KOPING

1. Pertahanan jangka pendek


• Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari kritis, misalnya: kerja keras, nonton,
dll.
• Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya: ikut kegiatan
social, politik, agama, dll.
• Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya: kompetisi pencapaian
akademik.
• Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
• Penutupan identitas
• Identitas negative
3. Mekanisme pertahanan ego
• Fantasi
• Dissosiasi
• Isolasi
• Proyeksi
• Displacement
• Marah atau amuk pada diri sendiri
SUMBER KOPING

• Individu
• Keluarga
• Teman bermain
• Masyarakat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)


• EEG (Electro Enchefatograf)
• CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
POHON MASALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri Masalah akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core problem

Berduka disfungsional Masalah penyebab


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah


2. Isolasi social
3. Gangguan citra tubuh
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah


a. Tujuan umum
• Klien memiliki konsep diri yang positif.
b. Tujuan khusus
1. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rencana Tindakan:
• Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
• Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
• Perkenalkan diri dengan sopan.
• Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
• Jelaskan tujuan pertemuan.
• Jujur dan menepati janji.
• Tunjukan sikap empati dan menerikam klien apa adanya.
• Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : KLIEN DAPAT MENGIDENTIFIKASI ASPEK POSITIF
DAN KEMAMPUAN YANG DIMILIKI.

Rencana Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang:
• Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
• Kemampuan yang dimiliki klien.
2. Bersama klien buat daftar tentang:
• Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
• Kemampuan yang dimiliki klien.
3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.
TUK 3 : KLIEN DAPAT MENILAI KEMAMPUAN YANG
DIMILIKI UNTUK DILAKSANAKAN

Rencana Tindakan:
• Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
• Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
TUK 4 : KLIEN DAPAT MERENCANAKAN
KEGIATAN SESUAI DENGAN KEMAMPUAN
YANG DIMILIKI.
Rencana Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
klien.
• Kegiatan mandiri.
• Kegiatan dengan bantuan.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
TUK 5 : KLIEN DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN SESUAI
RENCANA YANG DIBUAT.

Rencana Tindakan:
• Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
• Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
• Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
• Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
TUK 6 : KLIEN DAPAT MEMANFAATKAN SISTEM
PENDUKUNG YANG ADA

Rencana Tindakan:
• Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
• Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
• Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Anna Issacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara medis yaitu terapi somatic antara lain:

1. Psikofarmakologi
a) Medikasi psikotropik (psikoaktif)
b) Neurotransmitter
c) Terapi elektrokonvulsif (ECT)
2. Antipsikotik (neuroleptik)
a) Chlorpromazine (CPZ)
b) Haloperidol (HR/ Resperidone)
c) T rihexyphenidyl (THP)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ann Isaacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara keperawatan yaitu
terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga. Terapi aktivitas kelompok meliputi:
• Dinamika kelompok
• Proses kelompok

Sedangkan untuk terapi keluarga meliputi:


• Terapi keluarga
• Terapi structural
• Terapi interaksional
• Peran perawat pada terapi keluarga
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

• Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter atau tenaga ksehatan lainnya.
• Interdependen
Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli fisioterapi, ahli laboratorium, dan dokter.
• Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKN KEPERAWATN UNTUK
KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH YAITU:
a. SP I pasein:
• Membina hubungan saling percaya
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
• Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.
• Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien.
• Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
• Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. SP II pasien :
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Melatih kemampuan kedua
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
c. SP I keluarga:
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
• Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien berserta proses terjadinya.
• Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.

d. SP II keluarga:
• Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
• Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah.

e. SP III keluarga:
• Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat(dischargc planning)
• Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
EVALUASI KEPERAWATAN

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai


tujuan. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas
tindakan keperawatan yaitu :
• Evaluasi proses formatif
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan.
• Evaliasi hasil sumatif
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:


Jakarta.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.

Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed.


St Louis. Mosby Year Book. 2001.

Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa(edisi revisi).PT. Rafika Aditama.


TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri


• Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan .
2. Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .
• Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Ruangan nyaman dan tenang .
• Alat
1. Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK .
• Metode
1. Diskusi
2. Permainan
• Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah .
3. Membuat kontrak dengan klien .
4. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .
1. FASE ORIENTASI

• Salam terapiutik
1. Salam dan terapis pada klien .
2. perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ) .
3. menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama) .
• Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini .
• Kontrak
1. Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap – cakap tentang hal positif diri sendiri .
2. Terapis menjalaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin kepada terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .
2. FASE KERJA

1. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan
nama .
2. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien .
3. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
4. Terapis memberi pujian atas peran serta klien
5. Terapis membagikan kertas yang kedua
6. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang
dimiliki ,kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit
7. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran
sampai semua klien mendapatkan bergiliran .
8. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
3. FASE TERMINASI

• Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
• Tindak lanjut
1. Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
• Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah .
2. Menyepakati waktu dan tempat
SESI 2 : MELATIH POSITIF PADA DIRI

• Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan .
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih .
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih .
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih .
• Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih .
3. Ruangan nyaman dan tenang .
• Alat
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
• Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran
• Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
1.FASE ORIENTASI

• Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
• Evalauasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini .
2. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien .
• Kontrak

1. terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif


pada klien .
2. terapis menjelaskan aturan main berikut .
3. jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
4. lama kegiatan 45 menit
5. setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. FASE KERJA

1. terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih
satu untuk dilatih.
2. terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard .
3. terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard . Kegiatan yang paling banyak
dipilih diambil untuk dilatih .
4. terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang dipilih dengan cara berikut .
5. terapis memperagakan
6. klien memperagakan ulang
7. berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien .
8. Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan/ kegiatan yang berbeda .
3. FASE TERMINASI

• Evaluasi
1. terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK .
2. terapis memberikan pujian kepada kelompok .
• Tindak lanjut
1. terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan
sehari - hari
• Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain .
2. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih .
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai