Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS 2
PEMBERIAN INSULIN

DOSEN PEMBIMBING:
Hepta Nur Anugraheni, S.Kep.Ns., M.Kep.

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................4
1.4 Manfaat................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
2.1 Konsep Insulin.....................................................................................6
2.1.1 Pengertian..................................................................................6
2.1.2 Mekanisme Kerja Insulin...........................................................7
2.1.3 Tujuan Pemberian Insulin..........................................................8
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Insulin..........................................8
2.1.5 Jenis Insulin...............................................................................9
2..1.6 Penggolongan Sediaan Insulin..................................................14
2..1.7 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Insulin........................15
2.1.8 Efek Samping Pemberian Insulin..............................................16
2.1.9 Cara Pemberian Terapi Insulin..................................................17
2.1.10 Lokasi Injeksi Insulin..............................................................19
2.1.11 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penyuntikan.........................20
2.1.12 Lokasi Penyuntikan Sesuai dengan Jenis Insulin....................23
2.1.13 Konsentrasi dan Rute Pemberian Insulin.................................24
2.1.14 Dosis Harian Total Insulin.......................................................25
2.1.15 Interaksi Obat dari Terapi Insulin............................................27
2.1.16 Penyesuaian Dosis Insulin.......................................................28
2.1.17 Intruksi Kerja Pemberian Insulin.............................................29
2.1.18 Protokol Pemberian Insulin di Rumah Sakit...........................32
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................35
3.1 Kesimpulan..........................................................................................35
3.2 Saran....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik atau
heterogen yang menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga
berdampak pada kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, dkk, 2010; William & Hopper, 2007). Dari sepuluh penyebab
utama kematian salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) yang
merupakan jenis penyakit tidak menular, keadaan ini terjadi baik di negara
maju maupun negara berkembang juga negara dengan ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural bangsa
sehingga dunia dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada
penyakit tidak menular, yang sudah mulai meningkat sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Oleh karena ini masyarakat perlu diberikan
pengetahuan tentang penyakit tidak menular dengan melihat kencenderungan
semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat,
termasuk kalangan masyarakat Indonesia. Sebelum ditemukan teknik sintesis
insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi atau
sapi, dan sangat sedikit insulin yang bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik
sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan
dengan drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.
Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat setiap tahunnya.
International Diabetes Federation (2015) mengatakan bahwa pada tahun
2015 sebanyak 415 juta penduduk dunia menderita Diabetes Melitus dan
diperkirakan akan meningkat 642 juta jiwa di tahun 2040. Pada tahun yang
sama juga ditemukan fakta bahwa 1 dari 11 orang dewasa didunia menderita
Diabetes Melitus dan setiap 6 detik satu orang meninggal karena Diabetes
Melitus. Indonesia menempati urutan ke-7 negara dengan penderita DM
terbanyak setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko.
Yaitu berjumlah 10.000.000 jiwa dan pada tahun 2040 diperkirakan penderita
DM di Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai 16.200.000 jiwa

1
2

(IDF, 2015). Menurut Kemenkes RI (2013) Kejadian DM di Indonesia


merupakan penyebab kematian tertinggi no 3 setelah penyakit stroke dan
jantung. Sumatera Barat menempati urutan ketiga provinsi dengan prevelansi
DM tertinggi di Indonesia setelah Aceh dan Sumatera Utara dengan perkiraan
penduduk yang terdiagnosis berjumlah 44.561 jiwa dengan perkiraan
penduduk yang terdiagnosis berjumlah 44.561 jiwa. Diabetes Melitus
merupakan sekelompok gangguan metabolik atau heterogen yang
menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga berdampak pada
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, dkk, 2010;
William & Hopper, 2007).
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah, glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Sedangkan
insulin adalah suatu hormon yang di produksi pankreas yang berfungsi untuk
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia (Smeltzer dkk.,
2010). Pasien Diabetes Melitus tipe I tidak dapat menghasilkan insulin karena
tubuh telah kehilangan kemampuan untuk menghasilkan insulin, sehingga
pasien harus mendapatkan insulin eksogenous setiap hari dan dalam jumlah
tak terbatas. Pada pasien Diabetes Melitus tipe II, pasien mungkin dapat
mengontrol gula darah dengan obat oral, terapi nutrisi dan latihan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan mengenai
injeksi insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus masih rendah.
Surendranath dkk., (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa 41 orang
(81%) dari subjek penelitiannya memiliki pengetahuan yang tidak cukup dan
tidak ada seorangpun yang memiliki pengetahuan yang cukup. Sebanyak 72%
memiliki keterampilan yang buruk mengenai injeksi insulin mandiri, dan
tidak ada satupun partisipan yang memiliki keterampilan yang baik.
Terapi farmakologi pada pasien Diabetes Melitus terdiri dari obat
antidiabetes oral dan terapi insulin. Obat antidiabetes oral diberikan pada
pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan.
3

Sedangkan terapi insulin diberikan pada pasien diabetes tipe I dan tipe II.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari atau bahkan lebih
sering lagi untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah
makan dan pada malam hari (Smeltzer dkk., 2010). Pasien Diabetes Melitus
harus memiliki pengetahuan tentang injeksi insulin mandiri berhubungan
dengan komplikasi penyakit yang dapat terjadi serta harus memiliki
kompetensi dan perilaku yang benar dalam injeksi insulin mandiri
(Surendranath dkk., 2012). Dikarenakan adanya dampak yang diakibatkan
oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan pasien dalam injeksi insulin
mandiri, maka perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan injeksi
insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus, salah satunya melalui
pendidikan kesehatan. Dalam Smeltzer dkk., (2010) dijelaskan bahwa ada
beberapa hal yang harus diajarkan kepada pasien Diabetes Melitus yang
melakukan injeksi insulin mandiri. Seperti tempat menyimpan insulin,
memilih lokasi injeksi, merotasi lokasi injeksi, persiapan kulit sebelum
injeksi insulin, serta efek samping dari injeksi insulin dan cara mencegahnya
(seperti gejala hipoglikemia, cara mencegah dan cara menanggulanginya).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
disusun beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan insulin?
2. Bagaimana mekanisme kerja insulin?
3. Apa tujuan pemberian insulin?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi absorbsi insulin?
5. Apa saja jenis insulin?
6. Bagaimana penggolongan sediaan insulin?
7. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemberian insulin?
8. Apa saja efek samping pemberian insulin?
9. Bagaimana cara pemberian insulin?
10. Dimana lokasi injeksi insulin?
11. Apa saja pertimbangan dalam pemilihan lokasi penyuntikan insulin?
4

12. Dimana lokasi penyuntikan yang disesuaikan dengan jenis insulin?


13. Bagaimana konsentrasi dan rute pemberian insulin?
14. Berapa dosis harian total insulin?
15. Apa saja interaksi obat dari terapi insulin?
16. Bagaimana penyesuaian dosis insulin
17. Bagaimana instruksi kerja pemberian insulin?
18. Bagaimana protokol pemberian insulin di Rumah Sakit?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Diketahuinya pengetahuan tentang konsep dasar pemberian insulin
dan keterampilan dalam melakukan injeksi insulin sesuai dengan dosis.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian insulin.
2. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme kerja insulin.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan pemberian insulin.
4. Mahasiswa mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi absorbsi
insulin.
5. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai jenis insulin.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penggolongan sediaan insulin.
7. Mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian
insulin.
8. Mahasiswa mampu mengetahui efek samping pemberian insulin.
9. Mahasiswa mampu mengetahui cara pemberian insulin.
10. Mahasiswa mampu mengetahui lokasi injeksi insulin.
11. Mahasiswa mampu mengetahui pertimbangan dalam pemilihan lokasi
penyuntikan insulin.
12. Mahasiswa mampu mengetahui lokasi penyuntikan yang disesuaikan
dengan jenis insulin.
13. Mahasiswa mampu mengetahui konsentrasi dan rute pemberian insulin.
14. Mahasiswa mampu mengetahui dosis harian total insulin.
15. Mahasiswa mampu mengetahui interaksi obat dari terapi insulin.
5

16. Mahasiswa mampu mengetahui penyesuaian dosis insulin.


17. Mahasiswa mampu mengetahui instruksi kerja pemberian insulin.
18. Mahasiswa mampu mengetahui protokol pemberian insulin di Rumah
Sakit.

1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
terhadap pembelajaran di dalam pendidikan keperawatan, terutama pada
mata kuliah keperawatan kritis khususnya yang membahas tentang
pengetahuan dan keahlian injeksi insulin mandiri pada pasien Diabetes
Melitus.
2. Manfaat bagi Penderita Diabetes Melitus
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
penderita Diabetes Mellitus mengenai injeksi insulin mandiri dan
diharapkan setelah penelitian pasien Diabetes Melitus dapat melakukan
injeksi insulin mandiri dengan benar.
3. Manfaaat bagi Fasilitas Kesehatan/ Pelayanan Keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumbangan ilmiah dan
bahan literatur bagi institusi rumah sakit serta sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi tenaga kesehatan terutama perawat dalam memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien Diabetes Melitus yang mendapatkan
terapi injeksi insulin mandiri.
4. Manfaat bagi Peneliti Berikutnya
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai data dasar
ataupun sebagai pembanding bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian injeksi
insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Insulin


2.1.1 Definisi Insulin
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari
darah ke dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi
tidak pada sel sistem saraf pusat). Hormon ini menurunkan kadar
glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong
penyimpanan zat-zat gizi tersebut [ CITATION Guy06 \l 1033 ]
Hormon tersebut berperan dalam proses meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa, sehingga bisa menurunkan
glukosa darah. Oleh karena itu, kekurangan insulin atau
kekurangpekaan reseptor-reseptor memainkan peran sentral dalam
segala bentuk diabetes mellitus. Sebagian besar karbohidrat dalam
makanan akan diubah dalam waktu beberapa jam ke dalam bentuk gula
monosakarida yang merupakan karbohidrat utama yang ditemukan
dalam darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Insulin
dilepaskan ke dalam darah oleh sel beta (β-sel) yang berada di pankreas,
sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah, biasanya setelah
makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh
yang menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai
bahan bakar, untuk konversi ke molekul lain yang diperlukan, atau
untuk penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari
glukosa ke glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel
otot.Tingkatan insulin yang lebih tinggi menaikkan anabolic (rangkaian
jalur metabolisme untuk membangun molekul dari unit yang lebih
kecil), seperti proses pertumbuhan sel dan duplikasi, sintesa protein,
lemak dan penyimpanan. Insulin adalah sinyal utama dalam
mengkonversi banyak bidirectional proses metabolisme dari catabolic
(rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-molekul ke

6
7

dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi) ke anabolic,
dan sebaliknya. Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih rendah
berguna sebagai pemicu masuk keluarnya ketosis (fase metabolik
pembakaran lemak). [ CITATION Dam15 \l 1033 ]
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk
untuk merespon efek dari insulin (kekurangpekaan atau perlawanan
terhadap insulin), atau jika insulin cacat/defective, maka gula tidak akan
diserap dengan baik oleh orang-orang sel-sel tubuh yang
memerlukannya dan tidak akan disimpan dengan baik di hati dan otot.
Efek selanjutnya adalah tingkat gula darah yang tetap tinggi , miskin
sintesis protein, dan lainnya kekacauan metabolisme lainnya, seperti
acidosis yaitu meningkatnya keasaman (konsentrasi ion hidrogen)
dalam darah. Insulin telah digunakan sebagai terapi pada manusia sejak
awal tahun 1990.

2.1.2 Mekanisme Kerja Insulin


Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu
transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin
menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke
dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya
sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat
memproduksi energi sebagaimana seharusnya. Sekresi insulin dapat
dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum makan)
dan insulin prandial (setelah makan).
a. Sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu
makan, waktu malam hari dan keadaan puasa.
b. Sekresi insulin prandial menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih
besar dari kadar insulin basal dan diproduksi secara pulsatif dalam
waktu 0,5-1 jam sesudah makan dan mencapai puncak dalam 30-45
menit, kemudian menurun dengan cepat mengikuti penurunan kadar
glukosa basal. Kemampuan sekresi insulin prandial berkaitan erat
dengan kemampuan ambilan glukosa oleh jaringan perifer.
8

Pada pasien diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk


mengambil dan menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah
meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memproduksi
insulin. Sehingga pemberian insulin eksogen diperlukan.  Pada diabetes
tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon
insulin dengan normal. Namun demikian, insulin juga digunakan pada
diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap insulin.

2.1.3 Tujuan Pemberian Insulin


Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah hingga mencapai kadar gula darah yang
mendekati normal. Terapi insulin wajib diberikan pada penderita DM I.
Sedangkan pada penderita DM II, sekitar 40% harus menjalani terapi
insulin. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan yaitu jernih dan
keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Insulin


Tingkat kontrol glukosa plasma dapat dimodifikasi dengan
mengubah absorpsi insulin, faktor-faktor yang mengubah kerja insulin,
makanan, olah raga, dan faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang
menentukan laju absorpsi insulin setelah pemberian subkutan mencakup
tempat injeksi, jenis insulin, aliran darah subkutan, merokok, aktivitas
otot regional pada tempat injeksi, serta volume dan konsentrasi insulin
yang diinjeksikan.
Insulin umumnya diinjeksikan secara subkutan pada abdomen,
bokong, paha atas, atau lengan atas. Rotasi tempat injeksi insulin
umumnya dianjurkan untuk menghindari lipohipertrofi atau lipoatrofi.
Abdomen merupakan tempat injeksi yang dipilih dipagi hari karena
insulin diabsorpsi lebih cepat dari tempat tersebut daripada dari lengan.
Jika pasien menolak untuk diinjeksi di abdomen, akan lebih baik jika
9

dipilih tempat injeksi yang tetap untuk tiap komponen pengobatan


insulin (contohnya, dosis sebelum sarapan ke paha, dosis malam ke
lengan).
Peningkatan aliran darah subkutan (setelah mandi dengan air
panas atau latihan) menaikkan laju absorpsi insulin. Saat postur tubuh
tegak lurus, aliran darah subkutan banyak berkurang di kaki dan pada
bagian yang lebih rendah di dinding abdomen. Perubahan volume atau
konsentrasi insulin yang diinjeksikan memengaruhi laju absorpsi dan
durasi kerja. Ketika insulin regular dicampur dengan insulin lente atau
ultralente, beberapa insulin regular menjadi termodifikasi,
menyebabkan kehilangan sebagaian dari komponen kerja-pendek. Oleh
sebab itu, injeksi campuran sediaan insulin harus diberikan tanpa
penundaan. Terdapat penundaan absorpsi insulin regular yang lebih
sedikit ketika dicampur dengan insulin NPH.
Pemberian insulin subkutan dapat berakibat pada pembentukan
antibody IgG anti-insulin. Pada sebagian besar pasien, antibody anti-
insulin yang bersirkulasi tidak mengubah farmakokinetik hormon yang
diinjeksikan. Farmakokinetik sediaan insulin jarang dapat diubah,
berpotensial menyebabkan peningkatan hiperglikemia sesudah makan
(akibat penurunan kerja insulin regular), tetapi terjadi hipoglikemia
pada malam hari (akibat kerja insulin kerja-sedang yag diperpanjang).
Karena kekhawatiran bahwa antibody anti-insulin IgG dapat menembus
plasenta dan menyebabkan hiperglikemia pada fetus dengan
menetralisir insulin janin atau menyebabkan hipoglikemia pada janin
atau bayi akibat pelepasan insulin dari kompleks antingen-antibodi yang
tidak dapat diprediksi, maka selama kehamilan direkomendasikan
hanya menggunakan insulin manusia [ CITATION Goo10 \l 1057 ].

2.1.5 Jenis jenis Insulin


Berdasarkan waktu yang diperlukan dalam bekerja, insulin
terbagi dalam 4 jenis insulin yaitu reaksi pendek, reaksi panjang, reaksi
menengah dan reaksi cepat.
10

Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia


adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai
bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke
dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai
3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8
jam kemudian. Maka penderita diabetes harus mengulang beberapa kali
dalam sehari jika menggunakan insulin jenis ini. Insulin reaksi panjang
merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia
disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak
memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam
waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita
diabetes. Karena pengaruhnya dapat bertahan dalam waktu yang lama,
maka penderita dapat tetap mimiliki energi meskipun ia tidak
mengkonsumsi makanan.Obat insulin yang termasuk jenis ini adalah
Levemir dan Lantus.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Russel Jones pada tahun 2007
mengungkapkan bahwa Levemir lebih mampu ditoleransi oleh tubuh
manusia dengan baik karena menimbulkan efek penambahan berat
badan yang minimal. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang
mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam
setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal
selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya
Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.Insulin reaksi cepat akan langsung
bekerja 5-15 menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia
memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90 menit, dan pengaruhnya
akan segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian. Contoh obat insulin
ini berupa lispro, actrapid, novorapid, dan velosulin.
a. Lispro
11

Sumber : https://s3.amazonaws.com/myglu-content production


/secure-wp-content-glu/uploads/2019/05/02093301/insul-lispro.jpg
b. Actrapid

Sumber : https://products.dawaai.pk/2017/11/20809/zoom/novact20
809_101521098521.jpg
c. Novorapid

Sumber : https://ixirix.com/product/novorapid-100-iu-1-vial/
d. Velosulin
12

Sumber : https://www.baptistjax.com/health-library/drug-images/
velosulin-br
e. Levemir

Sumber : https://worldhistoryproject.org/2005/6/16/fda-appr
oves-novo-nordisks-levemir

f. NPH

Sumber : https://www.sciencephoto.com/media/283962/view/
phial-of-nph-isophane-insulin-with-syringe

g. Mixtard 30/70 40 IU Injection


13

Sumber : https://www.netmeds.com/prescriptions/human-mixtard-
30-70-40iu-injection-1x10ml
Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh kemampuan
tubuh seseorang dalam merespon obat ini. Maka diproduksi pual jenis
insulin campuran, yang merupakan kombinasi dari dua jenis-jenis
insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan
dokter untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap
penderita.
Berdasarkan lama kerjanya, Insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal
Zinc Insulin /CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu
dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain :
Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit
sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya
dapat bertahan samapai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
(NPH). Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya
tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai
dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Jenis ini awal kerjanya adalah 4 – 6 jam. Puncaknya tercapai
dalam 14 – 20 jam. Merupakan campuran dari insulin dan
protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan
14

sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam.


Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah.
Preparatnya: Mixtard 30/40. Pemberian insulin secara sliding scale
dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena
didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah
diperiksa setiap 6 jam sekali. Jenis ini awal kerjanya adalah 0,5 jam.
Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan
sampai dengan 18 – 24 jam 

2.1.6 Penggolongan Sediaan Insulin


Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis
antara lain :
1. Kerja cepat (rapid acting)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 1-3 jam setelah
penyuntikan, durasi kerja sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya
insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa dicampur
dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang. Contoh:
Actrapid, Humulin R, Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin/ CZI).
Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan
netral. Contoh sediaan CZI misalnya velosulin, semilente.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5-2.5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4-15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil,
dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja
obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.
Dengan menambah protamin (NPH/Neutral Protamin Hagedom)
atau zinc (pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi
yang akan memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih
15

panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik karena protamin bukanlah


protein. Contoh : insulatard, monotard, humulin, NPH, insulin lente.
3. Kerja panjang (long acting)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi
dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang
dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Insulin bentuk ini
diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang
konstan. Semua jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat
murni, sebab apabila tidak murni akan memicu imunogenitas,
resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi. Contoh: Insulin Glargine,
Insulin Ultralente, PZI (Protamine Zinc Insulin).
4. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin
premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan
insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi
sedang (24 jam). Contoh : Mixtard 30 / 40.
5. Insulin basal analog
Insulin basal analog merupakan insulin jenis baru yang
mempunyai kerja panjang sampai dengan 24 jam. Di Indonesia saat
ini sudah tersedia insulin glargine dan detemir, keduanya
mempunyai profil kerja yang lebih terduga dengan variasi harian
yang lebih stabil dibandingkan insulin NPH. Insulin ini tidak
direkomendasikan untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun.
[ CITATION Cha07 \l 1057 ]

2.1.7 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Insulin


Indikasi :
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila
terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
16

c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan


pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil
membutuhkan insulinbila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan
energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau
ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketonik
Kontra indikasi :
Kontra indikasi pemberian injeksi insulin adalah alergi terhadap
obat hipoglikemi oral [CITATION Kee96 \l 14345 ].

2.1.8 Efek Samping dan Komplikasi Terapi Insulin


Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya
dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan
jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang
diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi
lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak.
Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi
pada wanita muda terutama terjadi di negara yang
memakai insulin tidak begitu murni.
Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di
tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di
negara yang memakai insulin  murni. Regresi terjadi bila insulin tidak
lagi disuntikkan di tempat tersebut. Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih
17

sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan sediaan yang


kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat
suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.
Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu
sesudah pengobatan insulin dimulai.
Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan
kulit kurang baik, penggunaan antiseptik yang menimbulkan sensitisasi
atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara
spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem,
gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang
ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian. Jika insulin diberikan
lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk metabolisme glukosa  timbul
reaksi hipoglikemia atau syok insulin  dapat diatasi dengan memberikan
gula peroral atau intravena meningkatkan  pemakaian insulin. Pada
keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat
dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak, pemakaian
asam lemak untuk energi menimbulkan ketoasidosis [ CITATION Goo10 \l
1057 ].
Pada kasus yang ekstrim, insulin justru dapat mengakibatkan
peningkatan kadar gula darah. Kondisi tersebut bisa menimbulkan
gejala rasa haus berlebihan, sering berkemih dan lemas.

2.1.9 Cara Pemberian Terapi Insulin


Cara pemberian insulin yang umum dilakukan adalah dengan
semprit dan jarum, pen insulin, atau pompa insulin (CSII).
1. Pen Insulin
Pen insulin merupakan kombinasi jarum suntik dan isi
insulin pada satu unit, membuat insulin ini mudah diberikan pada
banyak suntikan. Sebagian orang membawa dua atau lebih pen jika
mereka menggunakan insulin lebih dari sekali pada waktu yang
berbeda dalam sehari. Jika pasien membutuhkan untuk menggunakan
dua insulin yang berbeda pada waktu bersamaan, pasien akan
18

membutuhkan dua alat pen dan menyuntikannya sendiri. Salah satu


keuntungannya yaitu mudah dibawa [CITATION CDA11 \l 14345 ]
Pen insulin kini lebih popular dibandingkan jarum suntik.
Cara penggunaannya lebih mudah dan nyaman, serta dapat dibawa
kemana-mana. Kelemahannya adalah kita tidak dapat mencampur
dua jenis insulin menjadi berbagai kombinasi, kecuali yang sudah
tersedia dalam sediaan tetap (Insulin Premixed).

Sumber :
http://www.eatingwell.com/article/290852/how-to-use-an-insulin-
pen
2. Jet Injeksi
Jet injeksi tidak mempunyai jarum suntik sama sekali. Alat
ini melepaskan insulin dengan cara arus kecil, kemudian menembus
ke dalam kulit karena tekanan (CDA, 2008).

Sumber : https://statik.tempo.co/data/2012/05/26/id_121864/121864
_620.jpg
3. Jarum suntik
Jarum suntik sekarang lebih kecil dari yang dahulu, sehingga
mengurangi sakit pada waktu penyuntikan sangatlah mungkin. Jika
19

pasien membutuhkan dua tipe insulin untuk digunakan pada waktu


yang sama, pasien dapat mencampur insulin dan menyuntikannya
sekali, atau dengan insulin campuran [CITATION CDA11 \l 14345 ].
Pemakaian semprit dan jarum cukup fleksibel serta memungkinkan
kita untuk mengatur dosis dan membuat berbagai formula campuran
insulin untuk mengurangi jumlah injeksi per hari. Keterbatasannya
adalah memerlukan penglihatan yang baik dan ketrampilan yang

cukup untuk menarik dosis insulin yang tepat.


Sumber : https://www.pngdownload.id/png-amfn5z/
4. Pompa Insulin
Pompa insulin yang paling aman, jalan yang efektif untuk
mengantar insulin pada terapi. Alat ini menggunakan pipa kecil,
yang disematkan dibawah kulit, dan sebuah pompa, yang sebesar
pager, dan berada di luar tubuh. Pompa tersebut sebagai penyuplai
dan dapat diprogram untuk mengantarkan sejumlah kecil insulin
pada waktu yang ditentukan [CITATION CDA11 \l 14345 ]

Sumber : http://www.pasiensehat.com/2015/02/cara-injeksi-insulin-
dan-tempatnya.html
20

2.1.10 Lokasi Pemberian Terapi Insulin


Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit  yang longgar dapat
dipakai sebagai tempat injeksi insulin termasuk   abdomen, paha, lengan
atas, pinggang dan kuadran atas luar dari  bokong. Secara umum insulin
akan lebih cepat diabsorpsi  dari bagian atas tubuh  seperti bagian
deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong. Rotasi  dari
injeksi  terus dianjurkan guna menghindari absorpsi yang terhambat
karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi berulang  hanya
pada satu tempat.  Asosiasi  Diabetes America menganjurkan insulin
dapat diinjeksikan pada satu daerah  yang sama selama satu minggu
dengan jarak setiap injeksi  1 ½ inci (satu ruas jari tangan)
dengan  penyuntikan insulin  secara sub cutan atau tepat di bawah
lapisan kulit.
21

Sumber : http://www.pasiensehat.com/2015/02/cara-injeksi-insulin-
dan-tempatnya.html

2.1.11 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penyuntikan Insulin


Dalam menentukan pemilihan lokasi penyuntikkan insulin,
insulin akan bekerja paling cepat saat disuntikkan di perut, yaitu di atas
atau daerah samping pusar, insulin akan masuk ke sistem tubuh sedikit
lebih lama jika disuntikkan pada lengan bagian atas, lebih lambat lagi
jika disuntikkan di bagian kaki ataupaha dan paling lambat ketika
disuntikkan di daerah bokong [ CITATION Mis06 \l 1057 ]
Dalam penyuntikkan insulin disarankan untuk mengganti titik
injeksi penyuntikan pen insulin setelah waktu dua hari berturut-turut,
jangan menggunakan titik yang sama secara berulang-ulang karena
dapat menyebabkan kulit iritasi dan merusak jaringan lemak dibawah
kulit. Mengganti titik injeksi, bukan berarti mengganti area injeksi,
hanya saja menyuntik pada area injeksi yang sama namun letaknya
tidak dititik yang sama seperti penyuntikan sebelumnya. Berikanlah
jarak sekitar 2 cm dari titik injeksi sebelumnya [ CITATION Lak20 \l 1057 ] .
Riset penelitian telah membuktikan bahwa insulin dapat diabsorbsi di
perut, lengan depan atas, paha depan dan samping, dan lambat pada
pantat.
1. Lengan Atas
Lengan atas tidak direkomendasikan untuk penyuntikan
insulin karena jarak yang minimal antara otot dengan kulit.sehingga
memungkinkan resiko tinggi penyuntikan di IM. Pada dasarnya,
lokasi yang di injeksi bukanlah lengan atas, akan tetapi pada
lekukan lengan di bawah otot deltoid.
22

Sumber : http://surabayakneecentre.com/cara-penyuntikan-insulin/
2. Perut
Penyerapan insulin lebih cepat terjadi di jaringan adiposa
perut di banding di paha. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa
penyuntikan di jaringan adiposa paha membutuhkan sekurang-
kurangnya 3 jam untuk penyerapan 50% insulin yang diberikan, dan
hanya dibutuhkan 1-1,5 jam untuk diserap di perut. Selain
kecepatan penyerapan, dengan penyuntikan di perut dapat
memberikan variasi minimal terhadap hasil pengukuran glukosa
darah.

Sumber : https://kabartangsel.com/di-manakah-bagian-tubuh-untuk-
suntik-insulin-yang-paling-baik/
3. Paha
23

Insulin rapid acting diserap dengan sangat lambat oleh


jaringan lemak di paha, sekitar 50% diserap setelah 5 jam diberikan.
Penelitian menemukan bahwa ketika insulin rapid action
disuntikkan, ditemukan adanya kadar glukosa darah yang rendah
pada malam hari dan jauh dari kejadian hipoglikemia. Selain insulin
rapid action, insulin intermediate action (Insulatard, Humulin NPH
dan Insuman basal) pun juga akan diserap lebih lambat jika
diinjeksikan di paha, walaupun rcntang penyerapannya lebih
konstan dibandingkan di perut.

Sumber : https://kabartangsel.com/di-manakah-bagian-tubuh-untuk-
suntik-insulin-yang-paling-baik/
4. Pantat atau Bokong
Pantat lebih cepat penyerapannya dibanding paha dengan
perbandingan 155 menit dibanding 165 menit. Pantat bisa menjadi
pilihan bagus untuk injeksi insulin intermediate dan slow acting.

Sumber :
https://scienceofmidwife.wordpress.com/2016/05/26/macam-
macam-injeksi/
24

Penyuntikan insulin harus dilakukan pada waktu yang sama tiap


harinya dan pada area anatomik yang sama untuk memastikan
keseragaman absorpsi insulin. Rotasi pada area anatomikal yang sama
akan mengurangi variabilitas kadar glukosa darah. Untuk
mempermudah menentukan lokasi penyuntikan, direkomendasikan
menggunakan bagan penyuntikan (injection chart).
1) Rotasi dalam 1 area
Direkomendasikan untuk menyuntikkan insulin pada titik
yang berbeda pada bagian tubuh. Beberapa saran yang dilansir oleh
[ CITATION Bec09 \l 1057 ] saat menyuntikkan harus mengubah titik
atau sisi penyuntikan dalam satu area. Misalnya pada paha, maka
gunakan lah pada paha kiri pada 1 malam, dan paha kanan pada
malam berikutnya dengan memberikan jarak 1 jari setiap suntikan.
2) Rotasi 4 dan 2 kuadran besar
Menurut [ CITATION Fri09 \l 1057 ] dalam new injection
recommendations for patients with diabetes, by TITAN,
direkomendasikan untuk melakukan dan mempertahankan rotasi.
Satu skema dibagi menjadi 2 kuadran pada pantat, dan 4 kuadran
pada perut. Setiap kuadran digunakan dalam 1 minggu dan area
paha dan berputar searah jarum jam. Saat penyuntikan, berikan
jarak minimal 1 cm dari titik suntikan sebelumnya untuk mencegah
trauma jaringan. Sedangkan untuk pompa kanul harus diletakkan
minimal 3 cm dari sisi sebelumnya.
Manfaat injeksi secara rotasi
Beberapa manfaat rotasi sistematik saat injeksi insulin adalah:
Menghindari terjadinya lipodistropi (lipohiper- tropi dan
lipoartropi)
1. Menghindari nyeri, perdarahan, jaringan parut dan penebalan
kulit
2. Optimalisasi penyerapan insulin
3. Meningkatkan kontrol glikemik yang baik
25

4. Meningkatkan proses kesembuhan jaringan vang sudah injuri


sebab trauma injeksi

2.1.12 Lokasi Pemberian Terapi Insulin Berdasarkan Jenis Insulin


Insulin kerja cepat dianjurkan di daerah abdomen sedangkan
insulin kerja sedang di daerah paha dan bokong. Potensi dan efek
hipoglikemia insulin kerja pendek atau insulin regular, hampir sama
dengan insulin kerja cepat. Selain dapat diberikan subkutan, insulin
kerja sedang dapat diberikan secara intra vena [ CITATION Wis07 \l 1057 ].
Lokasi yang direkomendasikan sesuai dengan tipe insulin antara lain:
1. Rapid acting insulin analouge
Insulin ini dapat diberikan pada salah satu lokasi penyuntikan
selama penyerapannya tidak mengenai sisi yang spesifik. Tidak
direkomendasikan memberikan insulin rapid acting ini secara intra
muskuler walaupun ada penelitian menunjukkan bahwa
penyerapannya mirip dengan penyerapan di jaringan lemak dan otot
yang istirahat. Penyuntikan beberapa menit sebelum makan dapat
membantu untuk memastikan bahwa aktifitas analouge ini lebih
bagus untuk berdampingan dengan proses penyerapan glukosa.
2. Slow acting insulin analouge
Penyuntikan insulin tipe ini dapat dilakukan pada salah satu
lokasi yang biasanya dipakai, yang terpenting adalah menghindari
penyuntikan lewat intra muskuler karena resiko hipoglikemia.
Khususnya pada klien atletik setelah disuntik Lantus atau levemir
maka perlu diberi peringatan akan kemungkinan terjadi
hipoglikemia.
3. Human and Pre-mixed insulin
Insulin ini termasuk insulin regular dan insulin NPH.
Direkomendasikan untuk menghindari pemberian suntikan melalui
intramuskular untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Pada
26

pemberiannya, seharusnya tidak diberikan ketika menginginkan


efek cepat, sedangkan lokasi yang lebih bagus adalah di perut.
Khusus untuk insulin NPH, lokasi yang lebih bagus untuk
mendapatkan efek basal dan absorbsi yang lebih lambat adalah di
paha atau pantat.

2.1.13 Konsentrasi dan Rute Pemberian Insulin


Insulin kerja singkat dapat diberikan secara intravena,
intramuskular atau subkutan dan tidak bergantung pada pH bahan
pelarut. insulin kerja sedang atau panjang tak dapat diberikan secara
intravena karena bahaya emboli. Insulin kerja singkat dapat
ditambahkan dalam cairan infus seperti asam amino, glukosa dan
elektrolit serta sebaiknya tidak diberikan bersama darah atau serum
karena mengandung hidrolisat atau enzim yang dapat merusak insulin.
Konsentrasi insulin dalam cairan infus tidak mempengaruhi
stabilitas campuran tersebut. Penambahan labumin pada cairan infus
tidak memberikan hasil yang berbeda makna. Pemberian insulin pada
daerah anatomis yang berbeda akan memberikan absorbsi dan kontrol
metabolik yang berbeda
1. Intravena
Insulin yang diberikan secara intravena akan bekerja cepat,
2,5 menit sesudah pemberiannya sudah akan tampak efek
penurunan kadar glukosa darah. Pada keadaan ketoasidosis diabetik
diperlukan insulin 1-2 mU/kg berat badan/menit agar kadar dalam
plasmanya kira-kira 100mU/dl. Untuk mempertahankan keadaan ini
dilakukan usaha-uasah seperti pemberian insulin dosis kecul
intravena secara terus menerus atau memberikannya melalui infus
dengan dosis 7,2 U/jam.
2. Intramuskular
Secara intramuskular insulin kerja singkat ternyata
mempunyai penyerapan 2 kali lebih cepat dibanding suntikan
27

subkutan. Sehingga, Alberti memilih menggunakannya untuk


menanggulangi diabetik ketoasidosis
3. Subkutan
Absorbsi setelah pemberian insulin subkutan berfariasi dan
bergantung pada lokasi penyuntikan dan variasi individu. Pemberian
insulin subkutan yang terus menerus memberikan hasil yang
memuaskan untuk pengendalian keadaan diabetik.

2.1.14 Dosis Harian Total


Dosis Harian Total Insulin (insulin total daily dose, ITTD) dalam
[ CITATION LeM16 \l 1057 ].
1. Jumlah total insulin yang pasien berikan tiap hari lewat injeksi
(kerja cepat atau kerja singkat dengan kerja sedang atau kerja lama)
misalnya, 48 U (30 Unit NPH dan 18 unit insulin reguler).
2. 0,5-1 unit/kg (fungsi ginjal/hati normal yang telah mendapat
insulin) 48 unit untuk pasien 96 kg.
3. 0,3 – 0,5 unit/kg (menurunkan fungsi ginjal/hati atau terapi insulin
awal) Periksa glukosa darah dengan strip pemeriksaan AC sebelum
makan dan HS (sebelum tidur).
4. Dosis Basal : 40-50% Insulin Total Daily Dose (ITDD)
a. Pompa insulin, kalikan ITDD dengan 50% (48,0 x 0,5 = 24 unit)
dosis pompa insulin basal pasien ini adalah 24 unit. Bago dosis
pompa insulin basal dengan 24 untuk mendapatkan dosis dan
lagu pompa basal per jam, (24/24 = 1,0 unit/jam). Gunakan
insulin kerja cepat atau reguler.
b. Insulin subkutan. Kalikan ITDD dengan 50% (48,0 x 0,5 = 24
unit). Ini akan diberikan sebagai satu injeksi 50 insulin glargine
per hari atau injeksi NPH 12 unit dua kali sehari. Dosis basal ini
dibuat dengan insulin kerja lama atau kerja sedang.
5. Dosis Bolus Waktu Makan
a. Pompa insulin : untuk menghitung dosis bolus , ambil sisa 50%
insulin dan bagi dengan 4 dosis sesuai rencana makan pasien
28

dalam satu hari. Misalnya; sisa 50% dapat dibagi menjadi : 20%
pada waktu makan pagi=10 unit, 10% pada waktu makan siang
= 5 unit, 15% pada waktu makan malam = 8 unit dan 5 % pada
waktu kudapan sebelum tidur = 2 unit. Untuk menghitung unit
tiap4 dosis bolus harian ini, kalikan presentasi bolus tiap kali
makan dikali dosis pompa insulin harian total.
b. Dosis waktu makan insulin subkutan : bagi separuh ITDD
menjadi tiga dosis waktu makan. Makan pagi = 8 unit, makan
siang 8 unit, makan malam 8 unit. Tidak ada dosis sebelum tidur
yang diberikan. Insulin kerja cepat diberikan bersamaan dengan
makanan.
6. Dosis Koreksi Waktu Makan
Dosis ini berbeda dari dosis skala sliding karena diberikan
sebelum terjadi hipoglikemia dan berbeda dari dosis insulin
terjadwal. Diberikan dengan insulin kerja cepat bersama dengan
dosis waktu makan.
a. Periksa glukosa darah sebelum setiap kali makan. Jika mg/dl
glukosa darah adalah < 80 atau simpomatik untuk hipoglikemia
ikuti protokol hipoglikemia.
b. 81-100 tidak diperlukan dosis koreksi
c. 101-150 tambahkan 1 unit atau 2 unit jika dosis waktu makan
adalah > 20 unit
d. 151-200 tambahkan 2 unit atau 3 unit jika dosis waktu makan
adalah > 20 unit
e. 201-250 tambahkan 3 unit atau 4 unit jika dosis waktu makan
adalah > 20unit
f. 251-300 tambahkan 4 unit atau 5 unit jika dosis waktu makan
adalah > 20 unit
g. >300 tambahkan 5 unit atau 10 unit jika dosis waktu makan
adalah > 20 unit.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu
a. Gula darah < 60 mg % = 0 unit
29

b. Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit


c. Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
d. Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
e. Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
f. Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

2.1.15 Interaksi Obat dari Terapi Insulin


Beberapa hormon bersifat antagonis terhadap efek hipoglikemik
insulin adalag hormon pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid,
tiroid, estrogen, progestin dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi
insulin dan merangsang glikogenoisis. Peningkatan kadar hormon ini
perlu diperhitungkan dalam terapi insulin. Salisilat meningkatkan
sekresi insulin, mungkin menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia
cenderung terjadi pada pasien dengan penghambat adenoreseptor β
akibat pengahambat efek katekolamin pada glukoneogenesis dan
glikogenesis, obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia.
Potensi efek hipoglikemik insulin terjadi dengan penghambat MAO,
steroid antibolik dan febfluramin [ CITATION LeM16 \l 1057 ].

2.1.16 Penyesuaian Dosis Insulin


Penyesuaian dosis insulin bertujuan untuk mencapaikontrol
metabolik yang optimal tanpa mengabaikan kualitas hidup pasien baik
jangka panjang maupunjangka pendek dengan pengaturan dosis insulin
yangtidak terlalu kaku maupun terlalu fleksibel. Penyesuaiandosis
dibutuhkan pada honeymoon period, masa remaja,masa sakit, saat
operasi, dan saat berpuasa.
1. Honeymoon period
Pada perjalanan penyakitnya, DM tipe-1 sering ditandai
dengan fase remisi yang dikenal dengan honeymoonperiod. Saat
honeymoon period anak sering mengalamiserangan hipoglikemia
sehingga kebutuhan akan insulinharus dikurangi, bahkan pada
beberapa kasus keadaanmetabolik terkontrol tanpa pemberian
30

insulin samasekali. Dosis insulin pada saat ini perlu disesuaikan


untukmenghindari serangan hipoglikemia, lebih rendah dariterapi
inisial (0,3 U/kg perhari).
2. Masa remaja
Pada masa remaja, kebutuhan insulin meningkat karena
kerja hormon seks steroid, terjadi peningkatan amplitudodan
frekuensi sekresi growth hormone, yang merupakanhormon anti
insulin, serta oleh karena kebiasaan remajasuka makanan jajanan
atau kudapan.
3. Saat sakit
Pada saat sakit, dosis insulin perlu disesuaikan denganasupan
makanan tetapi jangan menghentikan insulinsama sekali, karena
dapat meningkatkan lipolisis danglikogenolisis sehingga kadar
glukosa darah meningkatdan pasien rentan untuk menderita
ketoasidosis.
4. Operasi
Tindakan operasi emergensi sebaiknya ditunda padakeadaan
kadar glukosa tidak stabil atau pada pasienetoasidosis sampai
keadaan membaik dan stabil,kecuali ada indikasi klinis absolut.
Pada tindakan operasi elektif, anak sebaiknya berada dalam kontrol
metabolik yang baik.
5. Puasa
Pada bulan puasa, pasien DM tipe-1 dapat melakukan ibadah
puasa dengan syarat kontrol metabolik baik. Pemberian insulin
disesuaikan dengan waktu makan(sahur dan buka puasa). Perlu
diperhatikan jarak waktuantara bersahur dan berbuka pada
penentuan dosis dan jenis insulin yang digunakan.
6. Olahraga
Olahraga membantu kerja metabolisme tubuh sehingga
dapat mengurangi kebutuhan insulin. Kadar glukosa darah <100
mg/dl selama olahraga atau exercise memerlukan penambahan
asupan karbohidrat 15 gram. Pada olahraga atau exercise yang
31

terencana dengan baik, penurunan dosisinsulin lebih disukai dari


pada penambahan jumlah kalori.
7. Efek Somogyi dan fenomena Down
Kedua fenomena ini mengakibatkan hiperglikemiapada pagi
hari. Pada efek Somogyi terjadi akibatpemberian insulin yang
berlebihan pada malam hari,maka terjadi hipoglikemia sehingga
tubuh berupayamengatasinya dan berakibat terjadi hiperglikemia.

2.1.17 Instruksi Kerja Pemberian Insulin


Prosedur Keperawatan Pemberian Injeksi Insulin menggunakan
spuite dan insulin pen :
a. Tahap Pra Interaksi
Persiapan alat :
1) Spuite insulin 2 ml dengan jarum berukuran 25 panjang sekitar
1,3-1,6 cm atau insulin pen
2) Vial insulin
3) Kapas alkohol (Alkohol Swab)
4) Handscoon
5) Buku catatan pemberian obat atau daftar obat Klien
6) Bak injeksi
7) Bengkok
8) Plaster
9) Kasa steril
b. Tahap orientasi
1) Mengucapkan salam dan menyebutkan nama
2) Mengidentifikasi klien
3) Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
pemberian injeksi insulin
4) Menjaga privacy klien
c. Tahap Kerja
1) Cuci tangan dan memakai handscoon
32

2) Mengambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang


diperlukan klien (berdasarkan daftar obat klien)
3) Memilih lokasi penusukan. Periksalah apakah dipermukaan kulit
klien terdapat kebiruan inflamasi dan edema.
4) Merotasi tempat penyuntikan
5) Untuk insulin vial yang menggunakan spuite
a) Usap tutup vial insulin menggunakan kapas alkohol/alkohol
swab, lalu ambilah udara, sejumlah insulin yang akan
diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah
terjadi ruang vakum dalam vial.
b) Setelah insulin masuk ke dalam spuite, periksa apakah
mengandung gelembung atau tidak, kemudian periksalah
dosis insulin yang ingin diinjeksikan.
c) Mendisinfeksi area penyuntikkan dengan kapas
alkohol/alkohol swab, dengan gerakan memutar dari dalam
ke luar
d) Mencubit kulit tempat area penusukan pada klien yang kurus
dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan
yang tidak dominan. Jarum disuntikkan dengan bagian
miring menghadap keatas membentuk sudut 45 derajat agar
tidak terjadi penyuntikkan intra muskular.
e) Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit
(subkutan), kulit dijepit. Menyuntikkan insulin secara
subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut dan
perlahan.
6) Insulin Pen
a) Buka penutup insulin pena, pasang jarum ke pena, lalu buka
penutup luar dan penutup dalam jarum. Bila insulin baru
pertama kali digunakan, putar ujungnya sebesar 2 unit,
kemudian ketuk dan tekan tombol dosis untuk membuang
gelembung udara.
33

b) Putar tombol dosis sesuai yang diinginkan, pegang pena


insulin dengan cara digenggam dengan 4 jari dengan ibu jari
pada tombol dosis.
c) Cubit kulit lokasi penyuntikan kemudian injeksikan ke
lokasi secara tegak lurus. Tekan tombol dosis dengan ibu jari
hingga menunjukkan angka 0 dan tahan selama minimal 6
detik untuk mencegah insulin keluar dari tempat
penyuntikan.
7) Tarik perlahan-lahan dengan posisi tetap tegak lurus dengan
penusukan. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh dipijat,
hanya dilakukan penekanan pada area penyuntikkan dengan
menggunakan kapas alkohol/alkohol swab
8) Membuang spuite ke dalam keadaan jarum yang sudah tertutup
atau menutup jarum
9) Lepas handscoon dan cuci tangan
d. Tahap Terminasi
1) Rapikan alat dan klien
2) Cuci tangan
3) Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30
menit setelah injeksi insulin dilakukan
4) Meninspeksi tempat penyuntikan dan mengamati adanya edema
atau hematoma atau tidak
e. Dokumentasi
1) Mencatat respon klien setelah pemberian injeksi insulin
2) Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin
3) Mencatat tanggal dan waktu pemberian injeksi insulin

2.1.18 Protokol Pemberian Insulin Di Rumah Sakit


Standar operasional prosedur pemberian insulin menurut RSUD dr.
R. Soedarsono Kota Pasuruan :
1. Pengertian
34

Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan


kadar gula darah pada diabetes melitus. Insulin pen adalah insulin
yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc
insulin.
2. Tujuan
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3. Prosedur Kerja
a. Persiapan alat
1) Spuite insulin atau insulin pen (Acrapid Novolet)
2) Vial insulin
3) Kapas dan alkohol atau alkohol swab
4) Handscoon bersih
b. Persiapan pasien
1) Memberi salam pada pasien
2) Menjelakan kepada klien tentang persiapan dan tujuan
c. Prosedur pemberian injeksi insulin
1) Menjaga privacy klien
d. Pelaksanaan
1) Pemakaian spuite insulin
a) Mencuci tangan
b) Alat didekatkan pada sebelah kanan atau kiri penderita
c) Ambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang
diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat
klien/intruksi medik)
d) Memilih lokasi penyuntikan. Periksa apakah dipermukaan
kulitnya terdapat sianosis, inflamasi atau edema
e) Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin.
Lihat catatan perawat sebelumnya.
f) Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas
alkohol/alkohol swab, dimulai dari bagian tengah secara
sirkuler ± 5 cm
35

g) Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang


kurus dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan
tangan yang tidak dominan
h) Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan
yang tidak dominan secara lembut dan perlahan
i) Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage,
dengan menggunakan kapas alkohol/alkohol swab
j) Membuang spuite ketempat yang telah ditentukan dalam
keadaan jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.
k) Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
l) Mebereskan alat
m) Mencuci tangan
2) Pemakaian insulin pen
a) Mencuci tangan
b) Alat didekatkan pada sebelah kanan atau kiri penderita
c) periksa apakah Novolet berisi insulin yang sesuai dengan
kebutuhan
d) ganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru
e) pasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak
sejajar dengan indikator dosis
f) pegang novolet secara horizontal dan menggerakkan
insulin pen (bagian cap) sesuai dosis yang telah
ditemukan sehingga indikator dosis sejajar dengan jumlah
dosis insulin yang akan diberikan kepada klien. Skala
pada cup : 0,2,4,6,8,10,12,14,16,18 unit (setiap bunti
“klik” yang dirsakan saat memutar cap insulin pen
menandakan 2 unit insulin tersedia).
g) Pilih lokasi suntikan. Periksa apakah permukaan kulit
terdapat sianosis, inflamasi atau edema
h) lakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat
catatan perawat sebelumnya.
36

i) Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas


alkohol/alkohol swab, dimulai dari bagian tengah secara
sirkuler ± 5 cm
j) Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang
kurus dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan
tangan yang tidak dominan
k) Suntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
dominan secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan
bagian atas Insulin Pen sampai tidak terdengar lagi bunti
“Klik” dan tinggi Insulin pen sudah kembali seperti
semula (tanda obat tekah diberikan sesuai dengan dosis)
l) Tahan jarum insulin pen 5-10 detik di dalam kulit klien
sebelum dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang
n) Cabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage,
dengan menggunakan kapas alkohol/alkohol swab
m) Jelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
n) Bersihkan alat
o) Mencuci tangan
e. Dokumentasi
1) Mencatat respon klien setelah pemberian injeksi insulin
2) Mencatat kondisi tempat penusukan injeksi insulin
3) Mencatat tanggal dan waktu pemberian injeksi insulin
[ CITATION Rom17 \l 1057 ].
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Insulin mempunyai beberapa pengaruh dalam jaringan tubuh. Insulin
menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel kemudian meningkatkan
sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah
penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan
glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen didalam sel otot dan hati. Insulin endogin adalah
insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan insulin eksogin adalah
insulin yang disuntikkan dan merupakan suatu produk farmasi.

3.2 Saran
            Meskipun telah ditemukannya sintesis insulin, namun tetap saja kita
harus berpola hidup yang sehat baik pola makannya maupun yang lainnya
karena pada zaman sekarang makanan banyak mengandung gula yang tinggi
untuk itu jangan sembarangan makan makanan yang belum pasti
keamanannya untuk dikonsumsi. Penulis juga menyarankan agar berolah raga
yang teratur guna membakar gula yang berada dalam tubuh kita. Dengan
berpola hidup yang sehat, berarti kita telah mencegah penyakit diabetes
melitus.

35
iii

DAFTAR PUSTAKA

Goodman, & Gilman. (2010). Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.

Misnadilarly. (2006). Diabetes Melitus, Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali


Gejala Menanggulangi Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Pouler
Obor.

Laksmita, M. M. (2020, September 22). Penggunaan Terapi Insulin Pen Pada


Pasien Diabetes Mellitus. Apoteker RSUD Ungaran.

Wisman, Hakimi, Siregar, C. D., & Deliana, M. (2007). Pemberian Insulin Pada
Diabetes Melitus. ResearchGate, 9.S

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (5 ed.). Jakarta: ECG.

Romadhon, H. (2017). SOP PEMBERIAN INSULIN. Dalam Standar Prosedur


Operasional (SOP) (hal. 1-2). Pasuruhan: RSUD dr. R. Soedarsono.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan (6nd


ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Guyton AC, H. J. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Banjarnahor, E., & Wangko, S. (2012). Sel Beta Pankreas SintesisDan Sekresi
Insulin. Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, 156-162.

S.A., S., & dkk. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB PERKENI.
iv

Anda mungkin juga menyukai