Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS 2
PEMBERIAN INSULIN

DOSEN PEMBIMBING:
Hepta Nur Anugraheni, S.Kep.Ns., M.Kep.

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................4
1.4 Manfaat................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
2.1 Konsep Insulin.....................................................................................6
2.1.1 Pengertian..................................................................................6
2.1.2 Mekanisme Kerja Insulin...........................................................7
2.1.3 Tujuan Pemberian Insulin..........................................................8
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Insulin..........................................8
2.1.5 Jenis Insulin...............................................................................9
2..1.6 Penggolongan Sediaan Insulin..................................................14
2..1.7 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Insulin........................15
2.1.8 Efek Samping Pemberian Insulin..............................................16
2.1.9 Cara Pemberian Terapi Insulin..................................................17
2.1.10 Lokasi Injeksi Insulin..............................................................19
2.1.11 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penyuntikan.........................20
2.1.12 Lokasi Penyuntikan Sesuai dengan Jenis Insulin....................23
2.1.13 Konsentrasi dan Rute Pemberian Insulin.................................24
2.1.14 Dosis Harian Total Insulin.......................................................25
2.1.15 Interaksi Obat dari Terapi Insulin............................................27
2.1.16 Penyesuaian Dosis Insulin.......................................................28
2.1.17 Intruksi Kerja Pemberian Insulin.............................................29
2.1.18 Protokol Pemberian Insulin di Rumah Sakit...........................32
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................35
3.1 Kesimpulan..........................................................................................35
3.2 Saran....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iii
BAB I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik atau
heterogen yang menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga
berdampak pada kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, dkk, 2010; William & Hopper, 2007). Dari sepuluh penyebab
utama kematian salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) yang
merupakan jenis penyakit tidak menular, keadaan ini terjadi baik di negara
maju maupun negara berkembang juga negara dengan ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural bangsa
sehingga dunia dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada
penyakit tidak menular, yang sudah mulai meningkat sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Oleh karena ini masyarakat perlu diberikan
pengetahuan tentang penyakit tidak menular dengan melihat kencenderungan
semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat,
termasuk kalangan masyarakat Indonesia. Sebelum ditemukan teknik sintesis
insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi atau
sapi, dan sangat sedikit insulin yang bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik
sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan
dengan drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.
Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat setiap tahunnya. International
Diabetes Federation (2015) mengatakan bahwa pada tahun 2015 sebanyak
415 juta penduduk dunia menderita Diabetes Melitus dan diperkirakan akan
meningkat 642 juta jiwa di tahun 2040. Pada tahun yang sama juga
ditemukan fakta bahwa 1 dari 11 orang dewasa didunia menderita Diabetes
Melitus dan setiap 6 detik satu orang meninggal karena Diabetes Melitus.
Indonesia menempati urutan ke-7 negara dengan penderita DM terbanyak
setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko. Yaitu
berjumlah 10.000.000 jiwa dan pada tahun 2040 diperkirakan penderita DM
di Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai 16.200.000 jiwa

1
2

(IDF, 2015). Menurut Kemenkes RI (2013) Kejadian DM di Indonesia


merupakan penyebab kematian tertinggi no 3 setelah penyakit stroke dan
jantung. Sumatera Barat menempati urutan ketiga provinsi dengan prevelansi
DM tertinggi di Indonesia setelah Aceh dan Sumatera Utara dengan perkiraan
penduduk yang terdiagnosis berjumlah 44.561 jiwa dengan perkiraan
penduduk yang terdiagnosis berjumlah 44.561 jiwa. Diabetes Melitus
merupakan sekelompok gangguan metabolik atau heterogen yang
menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga berdampak pada
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, dkk,
2010; William & Hopper, 2007).
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah, glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Sedangkan
insulin adalah suatu hormon yang di produksi pankreas yang berfungsi untuk
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia (Smeltzer dkk.,
2010). Pasien Diabetes Melitus tipe I tidak dapat menghasilkan insulin karena
tubuh telah kehilangan kemampuan untuk menghasilkan insulin, sehingga
pasien harus mendapatkan insulin eksogenous setiap hari dan dalam jumlah
tak terbatas. Pada pasien Diabetes Melitus tipe II, pasien mungkin dapat
mengontrol gula darah dengan obat oral, terapi nutrisi dan latihan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan mengenai
injeksi insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus masih rendah.
Surendranath dkk., (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa 41 orang
(81%) dari subjek penelitiannya memiliki pengetahuan yang tidak cukup dan
tidak ada seorangpun yang memiliki pengetahuan yang cukup. Sebanyak 72%
memiliki keterampilan yang buruk mengenai injeksi insulin mandiri, dan
tidak ada satupun partisipan yang memiliki keterampilan yang baik.
Terapi farmakologi pada pasien Diabetes Melitus terdiri dari obat
antidiabetes oral dan terapi insulin. Obat antidiabetes oral diberikan pada
pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan.
3

Sedangkan terapi insulin diberikan pada pasien diabetes tipe I dan tipe II.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari atau bahkan lebih
sering lagi untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah
makan dan pada malam hari (Smeltzer dkk., 2010). Pasien Diabetes Melitus
harus memiliki pengetahuan tentang injeksi insulin mandiri berhubungan
dengan komplikasi penyakit yang dapat terjadi serta harus memiliki
kompetensi dan perilaku yang benar dalam injeksi insulin mandiri
(Surendranath dkk., 2012). Dikarenakan adanya dampak yang diakibatkan
oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan pasien dalam injeksi insulin
mandiri, maka perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan injeksi
insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus, salah satunya melalui
pendidikan kesehatan. Dalam Smeltzer dkk., (2010) dijelaskan bahwa ada
beberapa hal yang harus diajarkan kepada pasien Diabetes Melitus yang
melakukan injeksi insulin mandiri. Seperti tempat menyimpan insulin,
memilih lokasi injeksi, merotasi lokasi injeksi, persiapan kulit sebelum
injeksi insulin, serta efek samping dari injeksi insulin dan cara mencegahnya
(seperti gejala hipoglikemia, cara mencegah dan cara menanggulanginya).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
disusun beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan insulin?
2. Apa tujuan pemberian insulin?
3. Apa saja jenis insulin?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemberian insulin?
5. Apa saja efek samping pemberian insulin?
6. Bagaimana cara pemberian insulin?
7. Dimana lokasi injeksi insulin?
8. Dimana lokasi penyuntikan yang disesuaikan dengan jenis insulin?
9. Apa saja interaksi obat dari terapi insulin?
10. Bagaimana penyesuaian dosis insulin
11. Bagaimana instruksi kerja pemberian insulin?
4

12. Bagaimana protokol pemberian insulin di Rumah Sakit?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Diketahuinya pengetahuan tentang konsep dasar pemberian insulin
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian insulin.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan pemberian insulin.
3. Mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi
pemberian insulin.
Mahasiswa mampu mengetahui lokasi penyuntikan yang disesuaikan dengan jenis
insulin.
5. Mahasiswa mampu mengetahui konsentrasi dan rute pemberian insulin.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dosis harian total insulin.
7. Mahasiswa mampu mengetahui interaksi obat dari terapi insulin.
8. Mahasiswa mampu mengetahui penyesuaian dosis insulin.
9. Mahasiswa mampu mengetahui instruksi kerja pemberian insulin.
10. Mahasiswa mampu mengetahui protokol pemberian insulin di Rumah
Sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Definisi Insulin


Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari
darah ke dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi
tidak pada sel sistem saraf pusat). Hormon ini menurunkan kadar
glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong
penyimpanan zat-zat gizi tersebut [ CITATION Guy06 \l 1033 ]
Hormon tersebut berperan dalam proses meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa, sehingga bisa menurunkan
glukosa darah. Oleh karena itu, kekurangan insulin atau
kekurangpekaan reseptor-reseptor memainkan peran sentral dalam
segala bentuk diabetes mellitus. Sebagian besar karbohidrat dalam
makanan akan diubah dalam waktu beberapa jam ke dalam bentuk gula
monosakarida yang merupakan karbohidrat utama yang ditemukan
dalam darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Insulin
dilepaskan ke dalam darah oleh sel beta (β-sel) yang berada di pankreas,
sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah, biasanya setelah
makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh
yang menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai
bahan bakar, untuk konversi ke molekul lain yang diperlukan, atau
untuk penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari
glukosa ke glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel
otot.Tingkatan insulin yang lebih tinggi menaikkan anabolic (rangkaian
jalur metabolisme untuk membangun molekul dari unit yang lebih
kecil), seperti proses pertumbuhan sel dan duplikasi, sintesa protein,
lemak dan penyimpanan. Insulin adalah sinyal utama dalam
mengkonversi banyak bidirectional proses metabolisme dari catabolic
(rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-molekul ke

dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi) ke


anabolic, dan sebaliknya. Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih
6

rendah berguna sebagai pemicu masuk keluarnya ketosis (fase


metabolik pembakaran lemak). [ CITATION Dam15 \l 1033 ]
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk
untuk merespon efek dari insulin (kekurangpekaan atau perlawanan
terhadap insulin), atau jika insulin cacat/defective, maka gula tidak akan
diserap dengan baik oleh orang-orang sel-sel tubuh yang
memerlukannya dan tidak akan disimpan dengan baik di hati dan otot.
Efek selanjutnya adalah tingkat gula darah yang tetap tinggi , miskin
sintesis protein, dan lainnya kekacauan metabolisme lainnya, seperti
acidosis yaitu meningkatnya keasaman (konsentrasi ion hidrogen)
dalam darah. Insulin telah digunakan sebagai terapi pada manusia sejak
awal tahun 1990.

2.1.2 Tujuan Pemberian Insulin


Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah hingga mencapai kadar gula darah yang
mendekati normal. Terapi insulin wajib diberikan pada penderita DM I.
Sedangkan pada penderita DM II, sekitar 40% harus menjalani terapi
insulin. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan yaitu jernih dan
keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

2.1.5 Jenis jenis Insulin


Berdasarkan waktu yang diperlukan dalam bekerja, insulin
terbagi dalam 4 jenis insulin yaitu reaksi pendek, reaksi panjang, reaksi
menengah dan reaksi cepat.

Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia


adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai
bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke
dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai
3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8
jam kemudian. Maka penderita diabetes harus mengulang beberapa kali
dalam sehari jika menggunakan insulin jenis ini. Insulin reaksi panjang
7

merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia


disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak
memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam
waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita
diabetes. Karena pengaruhnya dapat bertahan dalam waktu yang lama,
maka penderita dapat tetap mimiliki energi meskipun ia tidak
mengkonsumsi makanan.Obat insulin yang termasuk jenis ini adalah
Levemir dan Lantus.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Russel Jones pada tahun 2007
mengungkapkan bahwa Levemir lebih mampu ditoleransi oleh tubuh
manusia dengan baik karena menimbulkan efek penambahan berat
badan yang minimal. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang
mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam
setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal
selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya
Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.Insulin reaksi cepat akan langsung
bekerja 5-15 menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki
tingkat reaksi maksimal selama 30-90 menit, dan pengaruhnya akan
segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian. Contoh obat insulin ini
berupa lispro, actrapid, novorapid, dan velosulin. a. Lispro

Sumber : https://s3.amazonaws.com/myglu-content production


/secure-wp-content-glu/uploads/2019/05/02093301/insul-lispro.jpg

b. Actrapid
8

Sumber :
https://products.dawaai.pk/2017/11/20809/zoom/novact20
809_101521098521.jpg
c. Novorapid

Sumber : https://ixirix.com/product/novorapid-100-iu-1-vial/
d. Velosulin

Sumber : https://www.baptistjax.com/health-library/drug-images/
velosulin-br
e. Levemir
9

Sumber : https://worldhistoryproject.org/2005/6/16/fda-appr
oves-novo-nordisks-levemir

f. NPH

Sumber : https://www.sciencephoto.com/media/283962/view/
phial-of-nph-isophane-insulin-with-syringe

g. Mixtard 30/70 40 IU Injection

Sumber : https://www.netmeds.com/prescriptions/human-
mixtard30-70-40iu-injection-1x10ml
Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh kemampuan
tubuh seseorang dalam merespon obat ini. Maka diproduksi pual jenis
insulin campuran, yang merupakan kombinasi dari dua jenis-jenis
insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan
dokter untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap
penderita.
Berdasarkan lama kerjanya, Insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc
Insulin /CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam
bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid,
10

Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum


makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat
bertahan samapai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
(NPH). Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya
tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai
dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Jenis ini awal kerjanya adalah 4 – 6 jam. Puncaknya tercapai
dalam 14 – 20 jam. Merupakan campuran dari insulin dan
protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan
sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam.

Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.


4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah.
Preparatnya: Mixtard 30/40. Pemberian insulin secara sliding scale
dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena
didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah
diperiksa setiap 6 jam sekali. Jenis ini awal kerjanya adalah 0,5 jam.
Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan
sampai dengan 18 – 24 jam

2.1.7 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Insulin


Indikasi :
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila
terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan


pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan
insulinbila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
11

f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.


g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan
energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin
eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi
peningkatan kebutuhan insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketonik
Kontra indikasi :
Kontra indikasi pemberian injeksi insulin adalah alergi terhadap
obat hipoglikemi oral.

2.1.9 Cara Pemberian Terapi Insulin


Cara pemberian insulin yang umum dilakukan adalah dengan
semprit dan jarum, pen insulin, atau pompa insulin (CSII).
1. Pen Insulin
Pen insulin merupakan kombinasi jarum suntik dan isi
insulin pada satu unit, membuat insulin ini mudah diberikan pada
banyak suntikan. Sebagian orang membawa dua atau lebih pen jika
mereka menggunakan insulin lebih dari sekali pada waktu yang
berbeda dalam sehari. Jika pasien membutuhkan untuk
menggunakan dua insulin yang berbeda pada waktu bersamaan,
pasien akan membutuhkan dua alat pen dan menyuntikannya sendiri.
Salah satu keuntungannya yaitu mudah dibawa [CITATION CDA11 \l
14345 ] Pen insulin kini lebih popular dibandingkan jarum
suntik. Cara penggunaannya lebih mudah dan nyaman, serta dapat
dibawa kemana-mana. Kelemahannya adalah kita tidak dapat
mencampur dua jenis insulin menjadi berbagai kombinasi, kecuali
yang sudah tersedia dalam sediaan tetap (Insulin Premixed).
12

Sumber :
http://www.eatingwell.com/article/290852/how-to-use-an-insulinpen
2. Jet Injeksi
Jet injeksi tidak mempunyai jarum suntik sama sekali. Alat
ini melepaskan insulin dengan cara arus kecil, kemudian menembus
ke dalam kulit karena tekanan (CDA, 2008).

Sumber : https://statik.tempo.co/data/2012/05/26/id_121864/121864
_620.jpg
3. Jarum suntik
Jarum suntik sekarang lebih kecil dari yang dahulu, sehingga
mengurangi sakit pada waktu penyuntikan sangatlah mungkin. Jika
pasien membutuhkan dua tipe insulin untuk digunakan pada waktu
yang sama, pasien dapat mencampur insulin dan menyuntikannya
sekali, atau dengan insulin campuran [CITATION CDA11 \l 14345 ].
Pemakaian semprit dan jarum cukup fleksibel serta memungkinkan
kita untuk mengatur dosis dan membuat berbagai formula campuran
insulin untuk mengurangi jumlah injeksi per hari. Keterbatasannya
adalah memerlukan penglihatan yang baik dan ketrampilan yang
13

cukup untuk menarik dosis insulin yang tepat.


Sumber : https://www.pngdownload.id/png-amfn5z/
4. Pompa Insulin
Pompa insulin yang paling aman, jalan yang efektif untuk
mengantar insulin pada terapi. Alat ini menggunakan pipa kecil,
yang disematkan dibawah kulit, dan sebuah pompa, yang sebesar
pager, dan berada di luar tubuh. Pompa tersebut sebagai penyuplai
dan dapat diprogram untuk mengantarkan sejumlah kecil insulin
pada waktu yang ditentukan [CITATION CDA11 \l 14345 ]

Sumber : http://www.pasiensehat.com/2015/02/cara-injeksi-
insulindan-tempatnya.html

2.1.10 Lokasi Pemberian Terapi Insulin


Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat
dipakai sebagai tempat injeksi insulin termasuk abdomen, paha, lengan
atas, pinggang dan kuadran atas luar dari bokong. Secara umum insulin
akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian
deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong. Rotasi dari
injeksi terus dianjurkan guna menghindari absorpsi yang terhambat
karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi berulang hanya
pada satu tempat. Asosiasi Diabetes America menganjurkan insulin
14

dapat diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu
dengan jarak setiap injeksi 1 ½ inci (satu ruas jari tangan) dengan
penyuntikan insulin secara sub cutan atau tepat di bawah lapisan kulit.

Sumber : http://www.pasiensehat.com/2015/02/cara-injeksi-insulindan-
tempatnya.html
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Insulin mempunyai beberapa pengaruh dalam jaringan tubuh. Insulin
menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel kemudian meningkatkan
sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah
penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan
glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen didalam sel otot dan hati. Insulin endogin adalah
insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan insulin eksogin adalah
insulin yang disuntikkan dan merupakan suatu produk farmasi.

3.2 Saran
Meskipun telah ditemukannya sintesis insulin, namun tetap saja kita
harus berpola hidup yang sehat baik pola makannya maupun yang lainnya
karena pada zaman sekarang makanan banyak mengandung gula yang tinggi
untuk itu jangan sembarangan makan makanan yang belum pasti
keamanannya untuk dikonsumsi. Penulis juga menyarankan agar berolah
raga yang teratur guna membakar gula yang berada dalam tubuh kita. Dengan
berpola hidup yang sehat, berarti kita telah mencegah penyakit diabetes
melitus.

35
iii
DAFTAR PUSTAKA

Goodman, & Gilman. (2010). Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.

Misnadilarly. (2006). Diabetes Melitus, Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali


Gejala Menanggulangi Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Pouler
Obor.

Laksmita, M. M. (2020, September 22). Penggunaan Terapi Insulin Pen Pada


Pasien Diabetes Mellitus. Apoteker RSUD Ungaran.

Wisman, Hakimi, Siregar, C. D., & Deliana, M. (2007). Pemberian Insulin Pada
Diabetes Melitus. ResearchGate, 9.S

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (5 ed.). Jakarta: ECG.

Romadhon, H. (2017). SOP PEMBERIAN INSULIN. Dalam Standar Prosedur


Operasional (SOP) (hal. 1-2). Pasuruhan: RSUD dr. R. Soedarsono.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan (6nd


ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Guyton AC, H. J. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Banjarnahor, E., & Wangko, S. (2012). Sel Beta Pankreas SintesisDan Sekresi
Insulin. Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, 156-162.

S.A., S., & dkk. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB PERKENI.

iv

Anda mungkin juga menyukai