Disusun Oleh :
ADE ARI SATRI
08170100175
Disusun oleh:
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
iii
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 71
D. Pengumpulan Data ........................................................................................... 74
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 80
A. Gambaran Umum Lahan Paktik ....................................................................... 80
B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 81
C. Pembahasan Penelitian ..................................................................................... 89
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................. 93
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 93
B. Rekomendasi ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR DIAGRAM
vi
DAFTAR SKEMA
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Diabetes
penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico
(IDF, 2015).
1
2
provinsi DKI Jakarta sebesar 1,8%, di Provinsi Jawa Barat sebesar 0,8%,
melakukan kontrol kadar gula darah, periksa rutin gula darah, konsumsi
obat hiperglikemi, latihan fisik ringan dan patuh dalam diit rendah kalori
(Arisman, 2011).
medikasi yang telah diresepkan yang terkait dengan waktu, dosis, dan
rendah, 80% pasien DM menyuntik dengan cara yang tidak tepat, 58%
menyuntik insulin dengan dosis yang tidak sesuai, 77% memantau dan
menginterprestasikan gula darah secara tidak tepat, dan 75% tidak mau
rendah lemak; cukup karbohidrat; protein; tinggi serat terutama serat larut
kangkung, wortel, terong, kol, bayam, buncis, apel merah, belimbing, pir
ada salah satu tanaman yang banyak mengandung serat dan antioksidan.
minuman yaitu sebagai teh. Teh rosella ini dibuat dengan cara menyeduh
Teh rosella ini disebut juga terapi tanaman obat (terapi herbal). Untuk
mempunyai warna yang menarik dan rasa manis asam yang sangat kuat.
Banyak yang belum menyadari bahwa ternyata teh rosella ini mempunyai
rosella, yaitu asam sitrat, asam malat, vitamin C, antosianin, protein dan
gula darah ini diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
menit terakhir yaitu menit ke-90 dari uji paired sample test pada
kelompok I, II, III adalah > 0,05 dan pada kelompok IV adalah <0,05
(Arifiyani, 2009).
Meskipun baru di uji cobakan pada mencit dan masih banyak orang
yang belum menyadari tentang manfaat rosella yang cukup baik untuk
dengan kadar gula darah yang kadang jauh diatas normal. Kedua diabetisi
mengkonsumsi teh rosella kurang lebih selama 3 bulan, kadar gula darah
kadar gula darah 450 mg/dl, setelah hampir satu bulan mengkonsumsi teh
rosella kini kadar gula darahnya menjadi 130 mg/dl. Sedangkan pada
gula darah 320 mg/dl, setelah hampir tiga bulan mengkonsumsi teh
rosella kini kadar gula darahnya menjadi 101 mg/dl (Fakta tentang
rosella,2009).
meningkat pada tahun 2016 yaitu sejumlah 2610 orang dari 664 orang
pada tahun 2015. Dan pada 6 bulan terakhir di Poliklinik penyakit dalam
dari bulan Oktober 2017 - Maret 2018 di dapatkan data dari 3287
daun insulin dan daun kumis kucing tetapi tidak dikonsumsi lagi karena
B. Rumusan Masalah
dari hasil rekam medis di Rsu Adhyksa ternyata angka kejadian Diabetes
mellitus terus meningkat dari tahun ke tahun maka dari itu peneliti tertarik
antara pemberian teh rosella dengan penurunan Kadar Gula Darah (KGD)
Tahun 2018?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tahun 2018.
Tahun 2018.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Aplikatif
masyarakat.
2. Manfaat Teoritis
penelitian sejenis.
3. Manfaat Metodologis
dengan pengaruh daun the rosella terhadap penurunan kadar gula darah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
11
12
b. Klasifikasi
berikut :
dalam otot) dan lemak. Jika insulin tidak ada, produk sampingan
hasil penghancuran lemak dan otot akan menumpuk dalam darah dan
menghasilkan suatu zat yang dinamakan keton. Jika hal ini dibiarkan
Nabyl, 2012).
pun tidak banyak, dan resiko terkena ketoasidosi koma pun kecil
(Bilous, 2008).
3) Diabetes Gestasional
pada 2-5 persen ibu hamil. Biasanya gula darah kembali normal bila
tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka
banyaknya)
minum yang banyak, dingin, manis dan segar. Hal inilah yang
2012).
diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan
e. Kriteria DM
1) Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia
b) Hiperglikemia
(Boedisantoso, 2011).
19
2) Komplikasi Kronik
a) Retinopati
menyebabkan kebutaan.
b) Nefropati
subtitusi.
(Sudoyo, 2006).
g. Pengelolaan DM
pengelolaan.
21
perilaku.
1) Edukasi (penyuluhan)
(Kariadi, 2009).
2008).
3) Latihan Jasmani/Olahraga
berbagai kondisi.
transport oksigen dan juga oleh faktor eksternal seperti suhu yang
ekstrim, injury, alergen, radiasi, zat-zat kimia (Potter & Perry, 2010).
air panas, uap air, terkena api atau terbakar, listrik dan petir
(Frank, 2009).
gangguan sensasi saraf terutama pada bagian tubuh perifer atau yang
dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan
pada kaki juga menjadi faktor risiko yang memicu terjadinya luka,
1) Grade 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
5) Grade 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki, dengan tanpa
selulitis.
grade 5, apalagi grade 6 jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas
harus ada dokter bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler atau
sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan
adanya rasa nyeri yang timbul akibat rangsangan, iritasi atau trauma
2004).
2012).
b) Ulkus Arteri
ekstremitas.
c) Ulkus Vena
e) Ulkus dekubitus
1) Efektifitas waktu:
2) Efektivitas dressing :
3) Efektivitas hasil :
atau mayor).
1) Fase Hemostasis
Rothenberg, 2013).
2) Fase Inflamasi
epitel. Hal ini diperantarai oleh mast cell lokal (Orsted et al,
3) Fase Proliferasi
4) Fase Remodelling
4. Nyeri
a. Pengertian Nyeri
orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang
sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau
b. Klasifikasi Nyeri
akut dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau
1) Nyeri akut
yang singkat (kurang dari 6 bulan). Nyeri akut yang tidak diatasi
37
2) Nyeri kronik
2010).
dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan
antara lain:
2) Umur
nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang lebih umum terjadi
3) Jenis Kelamin
2010).
41
4) Sosial Budaya
pasien dan akan lebih akurat dalam rnengkaji nyeri dan reaksi
5) Nilai Agama
2010).
d. Fisiologi nyeri
spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh
menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri yang dapat
VDS adalah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak terasa nyeri” sampai
tersebut dan meminta klien untuk memilih skala nyeri terbaru yang
46
setiap titik dari rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih
skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat dan tidak dapat
Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
sampai wajah yang sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang
f. Manajemen nyeri
Snyder, 2010).
a) Stimulasi kutaneus.
nyeri.
b) Imobilisasi
spinalis.
d) Relaksasi
e) Hipnosis
f) Massage
menyampaikan perhatian.
g) Distraksi
h) Akupresure
dalam akupuntur.
i) Aromaterapi
5. Aromaterapi
a. Pengertian
bahwa aroma yang segar dan harum merangsang reseptor sensori dan
1) Lavender
secara langsung pada rasa sakit dari luka bakar atau melepuh
2) Lemon
3) Vanila
pikiran.
54
4) Pappermint
5) Rosemary
c. Manfaat Aromaterapi
dihasilkan bakteri.
meningkatkan immunoglobin.
d. Mekanisme Aromaterapi
Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
2) Melalui inhalasi
2007).
4) Kompres
5) Berendam
B. Penelitian Terkait
data menggunakan uji Paired t-test. Berdasarkan analisis data atas dapat
analisis data atas dapat diketahui bahwa ada pengaruh intensitas nyeri
lavender secara inhalasi pada pasien primipara inpartu kala satu fase aktif
analisis data atas dapat diketahui bahwa ada pengaruh intensitas nyeri
C. Kerangka teori
Managemen nyeri:
Luka kaki
a. Penatalaksanaan
diabetik Farmakologi
b. Penatalaksanaan Non
Farmakologi
Nyeri 1. Stimulasi kutaneus
Tingkat nyeri 2. Imobilisasi
3. TENS
saat perawatan
4. Relaksasi
Tidak 5. Hipnosis
luka
6. Massage
nyeri
7. Distraksi
8. Akupresur
9. aromaterapi
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Konsep
strain mikrobakteri. Hal ini menyebar melalui udara ketika orang yang memiliki
batuk infeksi TB aktif bersin, atau menyebarkan cairan pernapasan melalui udara
bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif. Hal tersebut akan
menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan secret yang akan
pernafasan kembali efektif, salah satunya yaitu tindakan mandiri yang bisa
dilaksanakan pasien untuk mengeluarkan sputum yaitu teknik batuk efektif. Batuk
64
65
efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dan pasien dapat mengeluarkan
dahak dengan maksimal. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada orang yang
bahwa Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Peneliti ingin meneliti tentang Perilaku klien
TB Paru yang sudah diberikan penkes tentang teknik batuk efektif dan peneliti
mengurangi nyeri pada bagian dada dan tidak harus mengeluarkan banyak tenaga
Tabel 3.1
Variabel dan Definisi Operasional
Definisi
Alat
No Variabel Operasion Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
al
1 Perilaku Kebiasaan Lembar Melakuka Kriteria baik bila Ordinal
Pasien responden check list n Klien TB paru
Tuberkulos dalam pengamata mendapatkan nilai
is Paru berperilaku n langsung > 2,7 perilaku baik
Melakukan untuk kepada
Tekhnik melakukan responden Kriteria tidak baik
Batuk teknik batuk untuk jika klien tb paru
Efektif efektif melakukan mendapat nilai≤
teknik 2,7 perilaku tidak
Batuk baik
efektif (Sudjana,2005)
dengan
mengguna
kan Skala
Guttman
benar : 1
jika salah
diberi nilai
:0
2. Jenis Ciri Lembar Alat 1= Laki-laki Nominal
Kelamin Biologis checklist pengumpu 2= Perempuan
Yang lan data
dimiliki penelitian
responden bagian
dan data
dibedakan karekterist
menjadi ik
laki-laki responden
dan
perempuan
3. Umur Lama waktu Lembar Alat Usia Produktif Rasio
hidup sejak checklist pengumpu dari 15-50 tahun.
67
berdasarkan bagian
lamanya data
pengobatan karekterist
OAT ik
Tuberkulosi responden
s.
8 Frekuensi Status dari Lembar Alat Berapakali Rasio
Perawatan Responden checklist pengumpu responden TB Paru
TB Paru Tuberkulosi lan data menjalani perawatan
s Paru penelitian
berdasarkan bagian
Frekuensi data
perawatan karekterist
ik
responden
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu metode
Bentuk pelaksanaan penelitian deskriptip terdiri dari berbagai jenis, salah satu
diantaranya adalah survei. Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang
umumnya survei bertujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
perilaku pasien TB Paru dalam melakukan teknik batuk efektif, selanjutnya hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber data dan menggunakan penelitian
69
70
langkah yang terstruktur. Setelah itu akan diketahui perilaku yang diolah dengan
1. Waktu Kegiatan
tahapan, yaitu :
a. Tahap persiapan
Pada tahapan ini dilaksanakan uji proposal dengan tim penguji sebelum
melakukan observasi berdasarkan SOP batuk efektif pada tanggal 23 April 2015
– 26 Mei 2015.
c. Tahap penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap terakhir yang meliputi analisis data dan penyusunan
laporan. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan juni 2015. Dan selanjutnya
2. Tempat Penelitian
tempat tersebut karena ruangan tersebut merupakan salahsatu ruangan rawat inap
paru dewasa.
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
3. Jumlah Sampel
dua hal, yaitu pertama adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
menentukan batas maksimal dan dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari
(Notoatmodjo,2010).
72
Desain penelitian ini adalah deskriptif, maka rumus besar sampel minimal yang
2
Keterangan : Z1−a/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1 – a tertentu
1–a 90 % 95 % 99 %
2
Z1−a 1.64 1,96 2,58
d = presisi / kemaknaan = 10 %, 5 %, 1 %
Kabupaten Bogor tahun 2014 jumlah Pasien TB Paru di Rawat Inap 20741.
Pada Februari 2015 jumlah klien penyakit paru-paru yang menjalani rawat inap
sebanyak 181 orang. Pasien TB Paru yang menjalani Rawat inap bulan februari
50,2%
Presisi : 10 %= 0,1
73
2
Z1−a/2 ∗ P(1 − P)2
n=
( d )2
2
1,961−a/2 ∗ 0,5 (1 − 0,5)2
n=
( 0,1 )2
0,4802
n=
0,01
4. Metode Penelitian
juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
5. Kriteria Sampel
b. Kriteria Eksklusi
mewakili sampel karena tidak dapat memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
yang penyebabnya antara lain Pasien TB Paru menolak menjadi responden atau
penelitian.
D. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
75
menggunakan prosedur dalam melakukan teknik Batuk Efektif yang dikutif dari
teori pada tinjauan pustaka. Kemudian data diambil melalui pengisian lembar
Checklist. Lembar Checklist ini berisi prosedur dalam melakukan teknik batuk
efektif dimana peneliti hanya memberi tanda Checklist (√) pada kolom yang telah
dengan skor dari tindakan yang dilakukan responden sesuai tahapan yang ada
checklist (√ ) diberikan pada kolom “YA” dan skor 0 untuk tahapan yang tidak
2. Etika Penelitian
penelitian.
3. Prosedur penelitian
ajar maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak Rumah Sakit
Paru Dr Gunawan.
4. Pengolahan data
Data yang masih mentah (row date) harus di olah sedemikian rupa
a. Editing
pengumpulan data atau setelah data terkumpul Hal yang diperiksa meliputi
b. Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu variabel.
untuk jawaban responden, pada data isian lembar Checklist dengan cara
b. Data Entry
Jawaban yang telah diberi kode dimasukan kedalam tabel dengan cara
c. Data Cleaning
yang sudah terentry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
semua data dari setiap sumber data atau responden selesai ke computer.
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di input,
78
5. Analisa data
terhadap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisa ini didapatkan hasil
berdasarkan nilai mean atau median. Setelah data di olah maka hasil yang
didapat oleh peneliti memiliki distribusi data yang normal, kemudian dari
perilaku baik dan perilaku yang tidak baik, untuk ketentuannya apabila
skor > 2,7 maka responden tersebut dikatakan memiliki perilaku baik dan
6. Interpretasi Data
79
sebagai berikut:
a. 0 % : Tidak satupun
d. 50 % : setengahnya
f. 76 % - 99 % : sebagian besar
g. 100 % : seluruhnya
BAB V
PEMBAHASAN
adalah rumah sakit BLU khusus kelas A sesuai keputusan menteri kesehatan
penyakit paru-paru yang berdiri sejak tahun 1908, dan ditetapkan menjadi RS
pariwisata yang berhawa sejuk puncak dan berada pada ketinggian kurang
lebih 500 – 800 M dari permukaan laut, tepatnya di jalan raya puncak KM
83, PO BOX 28, desa cibeureum, kecamatan cisarua kode pos 16750,
bogor memiliki pelayanan rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat dan
penunjang medis. Untuk rawat inap tersedia 170 tempat tidur. Yang terdiri
dari Perinatalogi 7 TT, ICU 2 TT, Melati VIP 16 TT, Anggrek kelas I 38 TT,
Tanjung kelas II 6 TT, Kelas III 13 TT, Kaca piring kelas II 18 TT, Mawar
kelas III 22 TT, dan Teratai khusus dewasa paru kelas III berjumlah 48 TT
Visi RSPG adalah “menjadi rumah sakit rujukan penyakit paru yang
berkualitas dengan unggulan kanker paru tahun 2019”. Dan misinya adalah
80
81
transparan,dan reponsibel.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian dan analisa data.
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram, tabel dan narasi.
1. Kareteristik Responden
a. Usia
Tabel 5.1
tahun, rata –rata usia penderita TB Paru di Ruangan rawat inap teratai
b. Jenis Kelamin
Diagram 5.1
Perempuan
Laki laki
Interpretasi data:
c. Pendidikan terakhir
Tabel 5.2
Interpretasi data:
SARJANA.
84
d. Pekerjaan
Tabel 5.3
Interpretasi data:
e. Riwayat pengobatan
Diagram 5.2
Kambuh
Putus
Baru
Interpretasi data:
Diagram 5.3
≤ 6 bulan ≥ 6 bulan
Interpretasi data:
≥ 6 bulan.
87
g. Frekuensi perawatan
Tabel 5.4
Standar
Variabel Mean Min – Max
deviasi
Lama
Perawatan 1 kali 0.6 1 – 3 kali
2. Varabel penelitian
Diagram 5.4
Interpretasi data:
C. Pembahasan Penelitian
tahun 2015.
tidak baik. Dilihat dari masing masing lembar observasi pada saat
melakukan teknik batuk efektif yaitu seluruh responden posisi duduk atau
tidur miring pada saat batuk, dari 54 responden tidak ada satupun yang
meminum air hangat pada saat batuk efektif, 9 responden melakukan tarik
napas dalam 2 kali, 9 responden melakukan tahan napas pada saat batuk
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori, salah satunya adalah
teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green, (1980) yang dikutip dalam
terbentuk dari tiga faktor yaitu : faktor predisposisi atau faktor yang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Azwar, 2009). Dari hasil
berupa tindakan.
teori menurut Ghana (2008) dalam Agung (2014) yaitu pendidikan sangat
(Azwar, 2009).
Selain itu, hasil penelitian ini terdapat kesesuaian dengan konsep teori
perilaku baik dalam melakukan teknik batuk efektif, hal ini adanya faktor
pendukung yaitu fasilitas dari rumah sakit dan faktor pendorong yaitu
di catatan perawat.
BAB VI
A. Kesimpulan
berikut:
berikut:
93
94
orang (45%).
B. Rekomendasi
1. Peneliti
penelitian ini sehingga penelitian yang penulis lakukan dapat menjadi data
Paru.
3. Pelayanan kesehatan
inap lebih ditingkatkan lagi pendidikan kesehatan tentang batuk efektif dan
95
Bibliography
Gumilar, A. R. (2014). Gambaran pelaksanaan perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial (cuci tangan) di Rumah Sakit Salak Bogor,KTI tidak dipublikasikan . Bogor:
Nursalam. (2008). konsep dan keperawatan dan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: EGC.
P. &. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit edisi 6, volume 2. Jakarta:
EGC.