Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN GADAR

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKULER FEBRILASI(VF)

Nama Kelompok :
Hamdani : 08160100138
Sri Yosmeri : 08160100024
Sriwati : 08160100005
Desiana : 08160100003
Achmad : 08160100095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ( EKSTENSI )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Lansia”.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun
materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua semua anggota kelompok yang sudah ikut mengerjakan secara bersama.

Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Jakarta, 10 November 2017

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….…………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………….….………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. ………. 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. ….….…. .5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..….……. .5
1.4 Manfaat………………………………………………………………………… .…. …5
1.5 Epidemiologi…………………………………………………………………. ….…... 5
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 DefinisiVentrikel Fibrilasi……………………………………………….. …..………. 7
2.2 Etiologi Ventrikel Fibrilasi………………………………………………….………… 7
2.3 Patofisiologi Ventrikel Fibtrilasi……………………………………………………… 8
2.4 Tanda dan gejala Ventrikel Fibrilasi……………………………………….……….… 9
2.5 Prosedur Diagnostik Ventrikel Fibrilasi…………………………………….………… 9
2.6 Penatalaksanaan Medis Ventrikel Fibrilasi…………………………………………… 10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian………………………………………………………………….………… 13
3.2 Analisa Data Dan Masalah………………………………………………….…………14
3.3 Pathway………………………………………………………………….. .…………..15
3.4 Diagnosa Keperawatan (NANDA)………………………………………….……….. 15
3.5 Perencanaan keperawatan (NOC)…………………………………………….……….16
3.6 Intervensi keperawatan (NIC)………………………………………………..………..19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan jantung dekat
muara vena cava superior, yaitu pada punyak atrium kanan.Kumpulan sel-sel ini disebut NA
node yang bertindak sebagai pace maker.Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara
sinkron memompa darah ke sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh
tubuh).Suatu keadaan di mana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut sebagai
fibrilasi.Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel.Padaatrium dikenal sebagai fibrilasi
atrium sedangkan pada ventrikeldikenal sebgai fibrilasi ventrikel.
Disritmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama jantung. Disritmia bisa
diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan hantaran, atau kombinasi keduanya.
Ada beberapa macam jenis aritmia, salah satunya adalah fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel
(Ventricular Fibrillation) adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah
jantung (ventrikel). Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk dari gangguan irama jantung
dan merupakan bentuk serangan jantung.Pada kondisi fibrilasi ventrikel jantung memompa darah
ke seluruh tubuh pada jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
kontraksi jantung menjadi disorganisasi.Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya
berakhir dengan kematian dalam hitungan menit, kecuali segera dirawat misalnya implantable
cardiac defiblator (ICD) dan Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering mengikuti infark miokard
akut.Umumnya merupakan keadaan yang reversibel dengan pengobatan yang memadai, dan
pengenalannya menjadi dasar pemantauan kardiak dalam CCU.Faktor resiko termasuk
hipokalemia, ketidakseimbangan asam-basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.Harus dikenali
dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan bentuk kompleks QRS yang
kacau.Pengobatan adalah dengan kardioversi arus searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam
2 menit) dan natrium bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah
suatu periode henti jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi, dan tidak terlihat
gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga

4
ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu kesatuan.Kenyataannya, ventrikel kelihatan
seperti bergetar dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah
jantung.Sehingga tidak ada atau hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh
tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang kasar ( coarse ) dan halus ( fine ) tergantung pada
besarnya amplitudo gelombang fibrilasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Ventrikel Fibrilasi?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien penderita Ventrikel Fibrilasi?
1.2.3 Bagaiman algoritma sesuai AHA terbaru dan pembahasan jurnal mengenai Ventrikel
Fibrilasi?.

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian tentang Ventrikel Fibrilasi;
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien Ventrikel Fibrilasi;
1.3.3 Untuk mengetahui algoritma sesuai AHA dan pembahasan jurnal mengenai Ventrikel
Fibrilasi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Kita dapat menambah wawasan kita tentang Ventrikel Fibrilasi
1.4.2 Kita sebagai perawat dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan untuk pasien
dengan Ventrikel Fibrilasi.

1.5 Epidemiologi
Kejadian VF di dunia tidak msuk akal, sehingga sulit untuk menilai kejadian
yang sebenarnya.Dari300.000 kasus gangguan imun yang terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, hanya sepertiga yang dikaitkan dengan VF. Kejadian VF 0,08-0,16% pertahun pada
orang dewasa. Persentase ini lebih banyak daripada kematian yang diakibatkan oleh kanker paru,
kanker payudara dan AIDS. Pada usia anak dan remaja, kejadian bertahun mencapai 1,3-8,5 per
100.000 orang. Penyakit jantung koroner adalah penyebab terjadinya VF paling tinggi yakni
sekitar 50% kematian manusia.

5
Insidensi VF paling tinggi dialami pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan
3:1. Hal ini disebabkan karena insidensi penyakit jantung koroner banyak terjadi pada pria.
Insidensi VF sama dengan prevalensi penyakit jantung koroner, dengan tingkat puncak VF
terjadi pada usia45-75 tahun. Proporsi kematian mendadak dari penyakit jantung koroner dapat
menurunkan tingkat usia. Pada penelitian Framing Heart Study didapatkan bahwa kematian
mendadak dikarenakan penyakit jantung koroner pada pria yaitu 62% pada usia 45-54 tahun,
58% pada pria berusia 55-64 tahun dan 42% pada pria berusia 65-74 tahun. Menurut Kuller, 31%
kematian mendadak terjadi pada pasien berusia 20-29 tahun.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Ventrikel Fibrilasi


Ventrikel fibrilasi merupakan aritmia ventrikel yang sangat ekstrim,paling sering
mendahului kematian mendadak pada orang dewasa. VF terjadibila ventrikel mengalami
depolarisasi secara kacau dan cepat , sehingga ventrikel tidak berkontraksi sebagai satu unit
tetapi bergetar secara inefektif. Mekanisme yang terjadi pada VF adalah jantung tidak dapat
menghasilkan curah jantung , tekanan darah tidak terukur dan cardiac arrest.Memiliki irama
tidak teratur dengan frekuensi yang tidak dapat dihitung, gelombang P tidak ada dan kompleks
QRS lebar seta tidak teratur. Tidak ada jarak kompleks yang terlihat, hanya ada oksilasi tidak
teratur dari garis dasar.Terdapat jenis VF kasar ( coarse VF ) dan VF halus ( fine VF ).
Ventrikel Fibrilasi Kadang-kadang dipicu oleh serangan jantung, fibrilasi ventrikel
menyebabkan tekanan darah menurun, memotong pasukan darah ke organ vital.Merupakan
gangguan darurat yang membutuhkan penanganan medis segera, bisa menyebabkan penderitanya
jatuh dalam beberapa detik.Kondisi ini paling sering menjadi penyebab kematian jantung
mendadak.Perawatan gawat darurat, termasuk CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan
guncangan jantung dengan alat yang disebut defibrillator.Pengobatan untuk fibrilasi ventrikel
meliputi obat-obatan, dan perangkat implant yang dapat mengembalikan irama jantung ke
kondisi normal.

2.2. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi
fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang
tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain:
a. Gangguan jantung structural
- Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner
- Kardiomiopati
b. Gangguan jantung nonstructural
- Mekanik (commotio cordis)
- Luka atau sengatan listrik
- Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome)
- Heart block
- Channelopathies
- Long QT syndrome
- Short QT syndrome
- Brugada syndrome
c. Noncardiac respiratory
- Bronchospasm
- Aspirasi

7
- Hipertensi pulmonal primer
- Emboli pulmonal
- Tension pneumotoraks
- Metabolik atau toksik
d. Gangguan elektrolit dan asidosis
- Obat-obatan
- Keracunan
- Sepsis
e. Neurologik
- Kejang
- Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
- Tenggelam

2.3 Patofisiologi
Aktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang tidak beraturan
melalui otot jantung ventrikel. Berkurangnya depolarisasi yang terkoordinasi mencegah
terjadinya kontraksi yang efektif dari otot jantung dan pengeluaran darah dari jantung.
Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo yang
melebar pada aktivitas listrik ditemukan, dari gelombang sinus di ventrikel menyebabkan
terjadinya fibrilasi ventrikel yang mungkin sulit dibedakan dengan asistol. Aritmia ini
dipertahankan oleh adanya jalur masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung
mengalami depolarisasi secara konstan. Fibrilasi ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard
memiliki bagian refraksi dan bagian konduksi pada jalur masuk.Adanya kombinasi ini
menghasilkan irama sendiri.
Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih sering
dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai kondisi terminal.Fibrilasi
ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia atau infark miokard akut (merefleksikan instabilitas
elektrik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan biokimiawi pada miokard), dan atau dapat
pula disebabkan oleh skar infark yang kronik.Takikardia Ventrikel monomorfik dan polimorfik
dapat memburuk menjadi fibrilasi ventrikel yang menyebabkan kematian.Namun di luar konteks
iskemia miokard akut, fibrilasi ventrikel lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Takikardi
ventrikel sebagai kejadian primer.Fibrilasi ventrikel kemungkinan merupakan aritmia dasar pada
mayoritas pasien dengan kematian jantung mendadak.Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas
radikal bebas, gangguan metabolik, dan modulasi autonom memiliki pengaruh yang besar pada
perkembangan fibrilasi ventrikel pada iskemik.Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan
dalam proses impuls normal di dalam jantung, yaitu:
a. Sel perintis (pacemaker cells) Sumber daya listrik jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung.Ia terletak di atas krista terminalis,
dibawah pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan

8
b. Sel konduksi listrik Kabel jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk
menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial.Impuls tiba ke nodus atrioventrikular (AV)
yang terletak di septum interatrial dibawah pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls
diantar ke ventrikel melalui serabut atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum
interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang kanan dan kiri yang menghantar
serabut Purkinje untuk tetap didalam subendokardium dari ventrikel.Posisi serabut
Purkinje menentukan kontraksi ventrikel yang hampir sinkron.

c. Sel miokardium Mesin kontraksi jantung.


Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan
dilepaskan ke dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak
sekali protein kontraktil, yaitu aktin dan miosin.

2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Manifestasi klinis dari ventrikel fibrilasi adalah henti nafas dan henti jantung, dimana
pada kondisi ini jantung hanya bergetar saja tidak mampu berkerja sebagai pompa, berarti terjadi
kematian klinis yang dapat berlanjut menjadi kematian biologis.
Penderita biasanya sudah tidak sadar dan tidak ada respon saat dicek kesadarannya.
Kondisi di mana ruang bawah jantung berdetak terlalu cepat dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel. Tanda-tanda dan gejala awalnya, meliputi:
a. Nyeri dada
b. Denyut jantung cepat (takikardia)
c. Pusing
d. Mual
e. Sesak napas
f. Hilangnya kesadaran

2.5 Prosedur Diagnostik


Febrilasi ventrikel selalu didiagnosis sebagai kondisi atau situasi darurat. Kita akan
mengetahui jika pasien mengalami fibrilasi ventrikel berdasarkan pemeriksaan dari:
1. Monitor Jantung yaitu sebuah monitor jantung yang akan membaca impuls listrik
sehingga kita akan mengetahui detak jantung pasien berdetak secara normal, atau
berdetak secara abnormal dan atau tudak berdetak sama sekali.
2. Cek Nadi : pada fibrilasi ventrikel tidak ditemukan denyut nadi.Pemeriksaan untuk
Diagnosa Penyebab Fibrilasi Ventrikel.

Tenaga kesehatan perlu melakukkan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab terjadinya


fibrilasi ventrikel pada pasien, yaitu diantaranya :
1. Elekftrokardiogram (EKG)

9
2. Pemeriksaan ini mencatat aktivitas kelistrikan di jantung pasien dengan cara
menempelkan lempeng elektroda pada kulit pasien. Impuls yang dicatat sebagai
gelombang akan ditampilkan pada monitor atau dicetak diatas kertas khusus. Karena
jantung mengalami cedera otot, jantung tidak dapat melakukan impuls listrik secara
normal, dalam EKG menunjukkan pasien sedang mengalami serangan jantung atau telah
terjadi serangan jantung.
3. Tes Darah
Pengambilan sampel darah bertujuan untuk menguji keberadaan enzim hati tertentu yang
bocor kedalam aliran darah pasien jika hati pasien mengalami kerusakan akibat serangan
jantung.
4. X-Ray Dada
Gambaran X-Ray dada pasien bertujuan untuk memeriksa ukuran dan bentuk jantung
serta pembuluh darah
5. Ekokardiogram
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung
pasien. Selama ekokardiogram, gelombang suara diarahkan pada jantung pada pasien dari
traduser dan perangkat lainnya. Nantinya akan diproses secara elektronik, gelombang
suara memberikan gambar video dari jantung anda.
6. Kateterisasi Koroner (Angiogram)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah arteri koroner pasien menyempit
atau tersumbat. Pewarna cair disuntikkan melalui tabung panjang tipis (kateter) yang
dimasukkan melalui arteri pasien, biasanya arteri yang terdapat di kaki pasien. Pewarna
cair akan membuat arteri pasien menjadi terlihat pada X-Ray yang akan memperlihatkan
daerah penyumbatan arteri.
7. Tomografi jantung terkomputerisasi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Meskipun pemeriksaan ini lebih digunakan untuk pemeriksaan gagal jantung.
Pemeriksaan ini dapat mendiagnosa masalah jantung lainnya. Pasien berbaring di meja
dalam sebuah mesin bebentuk donat. Tabung X-Ray di dalam mesin akan berputar untuk
mengambil gambar organ di dada dan jantung.Pemeriksaan MRI jantung pasien
berbaring di atas meja didalam sebuah tabung panjang yang menghasilkan medan magnet
yang berjqalan dalam partikel atom dan beberapa sel pasien. Gelombang radio bertujuan
untuk menghasilkan sinyal yang menggambarkan jantung pasien.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis pada aritmia ventrikel dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Obat-obatan anti aritmia
Penggunaan obat-obatan anti aritmia harus berhati-hati, karena efek obat tersebut juga
bisa menyebabkan aritmia atau memperburuk aritmia.Obat anti aritmia diberikan pada

10
kondisi pasien dengan hemodinamik yang stabil.Jenis obat-obatan yang digunakan
sebagai anti aritmia ventrikel adalah:
2. Amiodaron
Pada VT atau VF tanpa nadi diberikan 300 mg iv bolus diencerkan20-30 cc, dapat
diulang dengan dosis 150 mg selang waktu 3-5menit sampaidosis maksimal 2,2 gram
dalam 24 jam. Dapatdiberikan secara drip dengan dosis 0,5 mg/ menit.
3. Lidokain
Pada cardiac arrest dosis 1,0 – 1,5 mg/kg BB iv bolus dan dapatdiulang dengan dosis 0,5
– 0, 75 mg/kg BB. Dapat diberikanperdrip dengandosis 1-4 mg / menit.
4. Magnesium sulfat
Pada ventrikel fibrilasi diberikan dengan dosis 1-2 gr diencerkan dalam 10 cc iv bolus
dan diberikan cepat dengan memperhatikanefek hipotensi dan asistol.
5. Terapi dengan listrik, meliputi:
a. Defibrilasi
- Pengobatan dengan menggunakan aliran listrik dalam waktu yangsingkat secara
unsinkron.
- Indikasi : Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi tanpa nadi
- Energi pertama adalah 200 joule, kedua 200-300 joule, ketiga 360joule
- Jenis alat : selain defibrillator yang biasa digunakan di rumah sakit,ada jenis lain
dari alat ini yaitu:
b. Automatic External defibrillator ( AED ) yaitu defibrillator otomatis yang dapat
dipakai oleh orang awam, tanpa harus mengenali gambaran EKG, karena
defibrillatortersebut akan secara otomatis menganalisa dan menginstrusikanperlu
tidaknya dilakukan defibrilasi.
c. AICD (automatic implantable cardioverter defibrillators)yaitu alat defibrilasi yang
ditanam dibawah kulit pasien, dan jikaVT atau VF terdeteksi maka AICD
mengeluarkan 0,05sampai 34Joule listrik dan dapat berulang sampai 4 kali jika
aritmia menetap.Menurut penelitian Robert Sheldon, seorang doctor dari
Universitasdi Kanada, AICD lebih baik dibanding pengobatan untuk pasienlansia,
terbukti dapat menurunkan angka kematian 30 % pada penderita VF/VT.
1. Cardioversi
- Pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktusingkat secara
sinkron
- Indikasi pada aritmia ventrikel : Ventrikel takikardi dengannadi ( + ) dan
hemodinamik tidak stabil
- Energi pertama adalah 100 joule, kedua 200 joule, ketiga 300joule dan
keempat 360 joule.
2. PTCA ( Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty
- Bertujuan membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan cara
dilatasi dengan kateter balonsehingga aliran darah pulih kembali.

11
- Indikasi: ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi berulang yang berhubungan
dengan iskemik miokard, syokkardiogenik

Adapun penatalaksanaan menurut jenis aritmia adalah :


1. Ventrikel Ekstra sistol ( VES )
- Mengatasi penyebab aritmianya, misalnya karena gangguan elektrolit , maka
elektrolit dikoreksi terlebih dahulu.
- Jika VES jarang sekali biasanya, biasanya tidak memerlukan agenanti aritmia.
- Jika VES sering atau > 6 x/ mnt, berurutan atau multiform diatasidengan agen anti
aritmia seperti amniodaron atau lidokai
2. Ventrikel takikardia ( VT )
- Jika pasien secara hemodinamik stabil, maka diatasi dengan agen antiaritmia
- Jika pasien menjadi tidak stabil, tetapi nadi (+ ) , maka dilakukancardioversi (
sinkronisasi ) dengan energi mulai dari 100 joule
- Jika nadi tidak teraba, maka dilakukan defibrilasi dengan energi mulai dari 200 joule.
3. Ventrikel fibrilasi
- Pada keadaan emergency dimana alat defibrilasi tidak siap, maka dapat dilakukan
prekordial thump ( pukulan )
- Jika alat defibrilasi sudah siap, segera lakukan defibrilasi dengan energi awal 200
joule, lalu 300 joule dan 360 joule
- Jika tidak terjadi perubahan, dapat dilakukan kompresi eksternal sambil menunggu
alat siap
- Jika aritmia terjadi secara kontinue, maka untuk jangka panjang dapat digunakan
AICD.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, seperti penyakit jantung
rematik, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan trauma.
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau
jenis penyakit kardiovaskuler lainnya.

3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA


a. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai penyakit
jantung.Tingkat kesadaran pasien menurun.
b. Pola Nutrisi dan Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah,
penurunan berat badan
Tanda : edema, penurunan berat badan,perubahan turgor
c. Pola Eleminasi
d. Pola Aktivitas atau Latihan
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran
Tanda : perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas
e. Pola Tidur atau Istirahat
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran, cemas
Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD
f. Pola Kognitif atau Perseptual
Gejala : nyeri dada, cemas
Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.gelisah,
g. Pola Persepsi Diri
Gejala : cemas, bingung, merasa tidak berdaya
Tanda : penurunan tingkat kesadaran
h. Pola Peran dan Hubungan
Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status kesehatan
pasien
i. Pola Seksualitas atau Reproduksi
j. Pola Koping atau Toleransi Stres

13
Gejala : bingung, lelah, lemah, gugup, takut akan kematian
Tanda : Cemas, takut, menolak, gelisah
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi dapat
meningkatkan status kesehatan pasien

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


Mata : konjungtiva, sclera
Leher : JVP, bising arteri karotis
Paru : Bentuk dada, Prgerakan dada, Asimetris dada
Pernapasan : Frekuensi, irama, jenis, Suara napas, Suara tambahan (ronchi,
wheezing, krepitasi)
Jantung :Tekanan darah
Nadi : frekuensi, irama, suara jantung, apeks jantung, suara tambahan : S3,
S4, Gallop, bising jantung: thrill
Abdomen : Acites, bising usus
Ekstremitas : Temperature, kelembaban, edema, sianosis

3.2 Analisa Data dan Masalah


Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard, manipulasi
kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT, atau
sebagai irama akhir pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi
ventrikel yang memburuk. Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart
attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang
cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat
disebabkan antara lain: Gangguan jantung struktural, Gangguan jantung nonstructural,
Noncardiac respiratory, Gangguan elektrolit dan asidosis, Neurologik.

14
3.3 Pathway

Gangguan pompa ventrikel kiri

Forward falure

Suplai darah jar menurun Suplai O2 ke otak menurun Renal flow menurun Edema paru

Asidosis metabolic Sinkop RAA meningkat Ronkhi basah

Penimbunan as.Laktat Aldosteron Iritasi mukosa paru


Penurunan
& ATP menurun
Perfusi Jaringan
ADH meningkat Reflek batuk
Patigue
Retensi Na + H2O Penumpukan
Intoleransi aktifitas secret

( Pemenuhan ADL ) Kelebihan volume


cairan vaskuler Gangguan
pertukaran

3.4 Diagnosa Keperawatan (NANDA)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa jantung.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
4. Anxietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan perawatan
dan pengobatan kritis.
5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
6. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber
informasi.
7. Gangguan pola napas berhubungan dengan edema paru
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

15
3.5 Perencanaan Keperawatan (NOC)
DX 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
mempertahankan curah jantung yang adekuat.
NOC :
- Cardiac pump effectiveness
- Circulation status
- Vital sign status
- Kriteria hasil:
- Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah.nadi, respirasi)
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
- Tidak ada penurunan kesadaran.

DX 2 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnya daya pompa


jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien perfusi jaringan adekuat
NOC :
- Circulation status
- Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
- Tekanan sistol dan diastole dalam rentang normal
- Tidak ada ortostatik hipertensi
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
- Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
- Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
- Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan benar
- Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran
membaik,tidak ada gerakan-gerakan involunter.
- Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

DX 3 : Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam nyeri pada pasien berkurang

16
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil :
- Pasien mampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan
perawatan dan pengobatan kritis.

DX 4 : Anxietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan


perawatan dan pengobatan kritis.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan tanda-
tanda ansietas
NOC :
- Anxiety self-control
- Anxiety level
- Coping
Kriteria hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol
cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

DX 5 : Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.


Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak menunjukkan
intoleransi aktivitas
NOC :
- Energy conservation
- Activity tolerance
- Self care: ADLs
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR

17
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
- Tanda-tanda vital normal
- Energy psikomotor
- Level kelemahan
- Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
- Status kardiopulmonari adekuat
- Sirkulasi status baik
- Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

DX 6 : Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan


kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan
kurangnya pengetahuan
NOC :
- Knowledge: disease process
- Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya

DX 7 : Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru


Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pola nafas normal
NOC :
- Respiratory status: Ventilation
- Respiratory status: Airway
- Vital sign status
Kriteria hasil:
- Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu bernapas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalamrentang normal, tidak ada suara napas
abnormal
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)

18
DX 8 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien merasa nyaman
NOC :
- Ansiety
- Fear level
- Sleep deprivation
- Comfort, readiness for enchanced
Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol kecemasan
- Status lingkungan yang nyaman
- Mengontrol nyeri
- Kualitas tidur dan istirahat adekuat
- Agresi pengendalian diri
- Respon terhadap pengobatan
- Kontrol gejala
- Status kenyamanan meningkat
- Dapat mengontrol ketakutan
- Support sosial
- Keinginan untuk hidup

DX 9 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC :
- Nutrition status
- Nutrition status: food and fluid intake
- Nutritional status: nutrient intake
- Weight control
Kriteria hasil:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kbutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda melnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

3.6 Intervensi Keperawatan (NIC)


DX 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas m

Intervensi :

19
Cardiac care :
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat tanda dan gejala penurunan cardiac output
- Monitor status kardiovaskuler
- Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dispneu, fatigue, takipnu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
- Vital sign monitoring:
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas nadi
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi dan
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
DX 2 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa
jantung.
Intervensi :
Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer) :
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Monitor adanya paretese
- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi

20
- Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Monitor adanya tromboplebitis
- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

DX 3 : Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.


Intervensi :
Pain management :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
- Analgesic Administration:
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri

21
- Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgesic pertama kali
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala

DX 4 : Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan


perawatan dan pengobatan kritis.
Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemasan):
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan kemanan dan mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani pasien
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

DX 5 : Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.


Intervensi :
Activity therapy :
- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan
program terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

22
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual

DX 6 : Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan


kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak
mengenal sumber informasi.
Intervensi :
Teaching :
disease process :
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
- Hindari jaminan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang
tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.

DX 7 : Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru


Intervensi :
Airway Management:
- Buka jalan napas
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
- Lakukan fisioterapi suara napas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu

23
- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
- Oxigen Therapy:
- Bersihkan mulut, hidung dan secret bila ada
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Vital sign monitoring:
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi,peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

DX 8 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot


Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenagkan
- Nyetakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani pasien
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

24
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
- Environtment Management Comfort
- Pain Management

DX 9 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Intervensi :
Nutrition management :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat utuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Nutrition Monitoring:
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Moitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edma, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

25
DAFTAR PUSTAKA

Davey, patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga


Gabriel, J. F.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta:EGC
Gray, houn H., et al.2003.Lectures Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga
Hayes, Peter C., & Mackay, Tahomas W. 1997.Buku Saku Diagnosis dan Terapi.
Jakarta :EGC
http://circ.ahajournals.org/content/122/11/1101.full (diakses pada tanggal 19 Oktober 2015)
http://emedicine.medscape.com/article/158712-overview#a6 (diakses pada tanggal 21 Oktober
2012, 09.10 WIB)
http://www.goapotik.com/index.php?route=news/article&news_id=288(diakses pada
tanggal 20 Oktober 2015, 19.45 WIB)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ventricular-fibrillation/basics/tests-
diagnosis/con-20034473 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 7.31 WIB)
http://www.sehatfresh.com/fibrilasi-ventrikel/ (diakses pada tanggal 20 Oktober 2015,
19.30 WIB)

26

Anda mungkin juga menyukai