Anda di halaman 1dari 8

BAWANG PUTIH (Allium sativum)

1. Nama Tanaman
Nama lokal: bawang putih
Nama asing: garlic (English)

2. Gambar Tanaman

3. Nama Ilmiah Dan Nama Daerah


a. Nama ilmiah : Allium sativum
b. Nama daerah : Sumatera : bawang putih (Melayu), lasun (Aceh), dasun (Minangkabau),
lasuna (Batak), bacong landak (Lampung). Jawa : bawang bodas (Sunda), bawang
(Jawa), babang pole (Madura). Kalimantan : bawang kasihong (Dayak). Sulawesi : lasuna
kebo (Makasar), lasuna pote (Bugis), pia moputi (Gorontalo). Nusa Tenggara : Incuna

4. Kandungan Senyawa Aktif Dalam Tanaman


Kandugan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram yaitu :
 protein sebesar 4,5 gram
 lemak 0,20 gram
 hidrat arang 23, 1 0 gram
 vitamin B 1 0,22 miligram
 vitamin C 1 5 miligram
 kalori 95 kalori
 posfor 134 miligram
 kalsium 42 miligrain
 besi 1 miligram dan - air 71 gram.
Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat aktif awcin,
awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium, scordinin, nicotinic acid

5. Kandungan Senyawa Aktif yang memiliki khasiat terhadap penyakit dan mekanisme
kerjanya
Metabolit sekunder yang terkandung di dalam umbi bawang putih membentuk suatu
sistem kimiawi yang kompleks serta merupakan mekanisme pertahanan diri dari kerusakan
akibat mikroorganisme dan faktor eksternal lainnya. Sistem tersebut juga ikut berperan dalam
proses perkembangbiakan tanaman melalui pembentukan tunas (Amagase et al., 2001).
Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih dari 100
metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna (Challem, 1995). Senyawa ini
kebanyakan mengandung belerang yang bertanggungjawab atas rasa, aroma, dan sifat-sifat
farmakologi bawang putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994). Dua senyawa organosulfur paling
penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil γ-glutamil-Salk(en)il-L-
sistein (1) dan minyak atsiri S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin (2).

Dua senyawa di atas menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur lainnya. Kadarnya
dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di dalam umbi (Zhang, 1999).
Senyawa γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein (1) merupakan senyawa intermediet biosintesis
pembentukan senyawa organosulfur lainnya, termasuk alliin (2). Senyawa ini dibentuk dari jalur
biosintesis asam.
Hal ini ditempuh untuk membuktikan khasiat dan aktivitas biologi dari senyawa aktif bawang
putih, sekaligus dosis dan kemungkinan efek sampingnya. Berbagai penelitian yang telah
dikembangkan untuk mengeksplorasi aktivitas biologi umbi bawang putih yang terkait dengan
farmakologi, antara lain sebagai antidiabetes, anti-hipertensi, anti-kolesterol, antiatherosklerosis,
anti-oksidan, anti-agregasi sel platelet, pemacu fibrinolisis, anti-virus, antimikrobia, dan anti-
kanker.

Anti-kolesterol dan anti-atherosklerosis Bawang putih dapat mengurangi pembekuan darah dan
mengurangi tekanan darah, sehingga penting dalam terapi penyakit kardiovaskuler (Mabey, et
al., 1988). Allisin dan adrenosin merupakan kandungan anti-platelet paling penting dalam
bawang putih (Agarwal, 1996). Minyak bawang putih yang diberikan kepada pasien penyakit
jantung koroner dapat menghambat agregasi platelet secara in vivo. Pemberian bawang putih
dengan dosis rendah menghambat agregasi platelet tersebut (Bordia et al., 1996). Dithiin (16- 17)
dan ajoene memiliki sifat-sifat antithrombik, bahkan ajoene kini dikembangkan untuk obat
gangguan thromboembolik (Agarwal, 1996). Dithiin dan ajoene menurunkan kecepatan
pembekuan darah karena bersifat antikoagulasi dan darah rendah. Hal ini secara langsung dapat
mengurangi resiko strok dan penyakit kardiovaskuler (Jesse et al., 1997). Bawang putih dapat
menaikkan fungsi kardiovaskuler karena dapat menjaga serangan hiperkolesterolemik, arthero
sklerosis, ischemiareperfusi, arrhythmia, dan infarksi. Radikal bebas merupakan penyebab utama
penyakit ini dan antioksidan tampaknya dapat mengimbangi hal ini karena dapat memburu
radikal bebas ini (Prasad et al., 1996). Suatu keadaan dimana kadar lemak dalam darah
mengalami kenaikan melebihi batas normal disebut hiperlipidaemia. Keadaan ini biasa dihadapi
oleh seseorang yang mengalami masalah kegemukan. Hiperlipidaemia meliputi dua kondisi
yaitu, hiperkolesterolaemia (kolesterol tinggi) dan hipertrigliseridaemia (trigliserida tinggi).
Keduanya memicu atherosklerosis dan mempertinggi resiko penyakit kardiovaskuler (Barness,
2002).

6. Hasil penelitian
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman obat yang telah terbukti mampu menurunkan
kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia. Adapun Tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui efek bawang putih terhadap pencegahan hiperkolesterolemia yang hingga saat ini belum
diketahui. Metode Penelitian ini menggunakan tikus Sprague Dawley berjumlah 28 ekor yang dibagi
menjadi kelompok kontrol, kelompok pemberian bawang putih dosis rendah (125 mg/kgBB/hari/tikus),
kelompok pemberian bawang putih dosis sedang (250 mg/kgBB/hari/tikus), dan kelompok pemberian
bawang putih dosis tinggi (500 mg/kgBB/hari/tikus). Perlakuan terhadap tikus berupa pemberian pakan
bawang putih selama 14 hari, 14 hari berikutnya ditambah dengan diet hiperkolesterol, yaitu kuning
telur. Pemeriksaan kolesterol dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu awal penelitian, hari ke 15, dan akhir
penelitian. Hasil: Kadar kolesterol total tidak berbeda bermakna antara sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan dengan diberi bawang putih selama 14 hari lalu ditambah dengan diet kuning telur baik pada
bawang putih dosis rendah (p=0,778), dosis sedang (p=0,688), dosis tinggi (p=0,877). Kesimpulan:
Pemberian bawang putih dengan dosis rendah (125 mg/kgBB), sedang (250 mg/kgBB), dan tinggi (500
mg/kgBB) mampu mencegah hiperkolesterolemia. Dosis tinggi tidak dianjurkan karena menyebabkan
penurunan kolesterol yang bermakna pada kadar kolesterol total yang normal, sedangkan dosis anjuran
adalah dosis rendah

2. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum L.
3. Uraian Tanaman
Habitus : Herba annual (2-4 bulan), tegak, 30 – 60 cm.
Batang : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat
telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas
membentuk batang semu. Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak
umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Tenda bunga : enam daun, bebas atau berlekatan di
pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Sudarsono et al., 2006).
Umbi lapis Allium sativum L. berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4
– 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna
agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih dan
agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi
mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung, bidang samping rata atau agak
bersudut.

4. Kandungan dan Manfaat Tanaman


Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki aktivitas biologi dan bermanfaat dalam
pengobatan adalah senyawa organosulfur (Martinez, 2007). Kandungan senyawa organosulfur
ini antara lain:
a. Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya alliin dan γ-glutamilsistein,
senyawa yang paling banyak terdapat dalam bawang putih. Alliin bertanggung jawab pada bau
dan citarasa bawang putih, asam amino yang mengandung sulfur, dan digunakan sebagai
prekusor allicin. Alliin dan senyawa sulfoksida yang lain, kecuali sikloalliin, segera berubah
menjadi senyawa thiosulfinat, seperti allicin, dengan bantuan enzim alliinase ketika bawang
putih segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah secara langsung (Amagase,
2006). Alliin memiliki potensi sebagai antibakteri.
b. Senyawa sulfur yang volatil seperti allicin. Allicin merupakan senyawa yang kurang stabil,
adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi
menjadi senyawa sulfur yang lain seperti dialil sulfida.
c. Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti diallyl sulfide (DAS) dan diallyl
disulfide (DADS).
d. Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S- allil sistein (SAC), yang terbentuk dari
reaksi enzimatik γ-glutamilsisteine ketika bawang putih diekstraksi dengan air (Amagase, 2001).
SAC banyak terdapat dalam berbagai macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang
memiliki aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih sering dijadikan
standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak dikonsumsi atau tidak (Amagase, 2006).
Umbi Allium sativum L. berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, meredakan rasa pening di
kepala, menurunkan kolesterol,dan obat maag (Sri Sugati et Hutapea, 1991). Disamping itu
digunakan pula sebagai ekspektoransia (pada bronkhitis kronis), karminativa (pada keadaan
dispepsia dan meteorismus) (Hansel, 1991).
Pengetahuan tentang manfaat Allium sativum L. dalam pengobatan sudah ada sejak tahun 1550
sebelum masehi, dimana orang-orang Mesir menggunakan bawang putih untuk mengobati
berbagai penyakit (Yang, 2001).
6.Penelitian Mekanisme Antikanker
Berbagai penelitian epidemiologi yang berkembang menyebutkan bahwa Allium sativum L. dan
berbagai tanaman lain yang mengandung senyawa organosulfur dapat mencegah terjadinya
kanker pada manusia, termasuk kanker kolon (Reddy et Rao, 1993).
Penelitian lain yang memperkuat bahwa bawang putih dapat digunakan sebagai kemopreventif
kanker kolon dilakukan dengan membandingkan antara SAC dan SAMC yang dikandung oleh
bawang putih pada sel kanker kolon HT-29 dan SW-480. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah SAMC dapat menghambat pertumbuhan serta mengistirahatkan sel pada
fase G¬2 – M dan menginduksi terjadinya apoptosis (Shirin et al., 2001).
Bawang putih yang tersedia di pasaran internasional tersedia dalam empat macam bentuk yaitu
minyak esensial bawang putih, maserat minyak bawang putih, serbuk bawang putih (yang
dikenal sebagai Garlicin), dan aged garlic extract (AGE). Penelitian yang sudah dilakukan
membandingakan antara AGE dengan bentuk olahan bawang putih yang lain seperti jus bawang
putih mentah (raw garlic juice), jus bawang putih yang dipanaskan (heated garlic juice), dan
serbuk bawang putih masak. Jika dilihat aksi farmakologinya, maka AGE lebih poten dalam
menghambat pertumbuhan sel sarkoma-180 yang ditransplantasi pada tikus, dibanding dengan
bentuk olahan bawang putih yang lain (Kasuga et al., 2001).
Efek antikanker dari Allium sativum L. juga dapat diperkuat dengan adanya senyawa
organoselenium dibanding senyawa organosulfur yang analog. Organoselenium yang disintesis
di laboratorium, dialil selenida, 300 kali lebih efektif jika dibanding dialil sulfida dalam
melindungi induksi DMBA pada kanker payudara tikus. Lebih jauh lagi benzil selenosianat
dapat menghambat induksi azoxymetana kanker kolon pada tikus (El-Bayoumy et al., 2006).
Daftar Pustaka
Amagase, H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, dan Y. Itakura. 2001. Intake of Garlic and
Its Bioactive Components. The Journal of Nutrition 131:955S-962S
Amagase, Harunobu. 2006. Clarifying the Real Bioactive Constituents of Garlic. The Journal of
Nutrition 136: 716S-725S.
El-Bayoumy, K., R. Sinha, J.T. Pinto, dan R.S. Rivlin. 2006. Cancer Chemoprevention by Garlic
and Garlic-Containing Sulfur and Selenium Compounds. The Journal of Nutrition 136: 864S-
869S.
Hansel, R. 1991. Phytopharmaka (Grundlagen und. Praxis). Berlin: Spinger Verlag. Halaman
192-198.
Kasuga, S., N. Uda, E. Kyo, M. Ushijima, M. Morihara, dan Y. Itakura. 2001. Pharmacologic
Activities of Aged Garlic Extract in Comparison with Other Garlic Preparation. The Journal of
Nutrition 131: 1080S-1084S.
Reddy B.S., C.V. Rao, A. Rivenson, G. Kelloff. 1993. Chemoprevention of colon carcinogenesis
by organosulfur compounds. Cancer Research 53:3493–3498.
Shirin, H., J.T. Pinto, Y Kawabata, J.W Soh, T. Dolohery, S.F. Moss, V. Murty, R.S.Rivlin,
P.R.Holt, dan I.B. Weinstein. 2001. Antiproliferative Effect of S-Allylmercaptocysteine on
Collon Cancer Cells When Tested Alone or in Combination with Sulindac Sulfide. Cancer
Research 61:725-731.
Sudarsono, A. Pudjoarinto, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, M. Dradjad, S. Wibowo
dan Ngatidjan. 2006. Tumbuhan Obat 1. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional
Universitas Gadjah Mada.
Wargovich M.J. 2006. Diallylsulfide and Allylmethylsulfide Are Uniqely Effective among
Organosulfur Compounds in Inhibiting CYP2E1 Protein in Animal Models. The Journal of
Nutrition 136: 832S-834S.
Yang, C.S., S.K. Chhabra, J.Y. Hong dan T.J. Smith. 2001. Mechanism of Inhibition of
Chemical Toxicity and Carcinogenesis by Diallyl Sulfide (Das) and Related Compounds from
Garlic. The Journal of Nutrition 131: 1041S- 1045S.
Kontributor: Yurista Gilang Ikhtiarsyah, Inna Armandari, Maria Dwi Supriyati, dan Endang
Sulistyorini
http://www.forumsains.com/artikel/manfaat-bawang-putih-untuk-mencegah-dan-mengobati-
penyakit/
Cintyadewi Wignjosoesastro dkk. (2014). PENGARUH BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) TERHADAP
PENCEGAHAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS. Jakarta: Journal of medicine

Anda mungkin juga menyukai