PENDAHULUAN
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
Bawang putih (Allium sativum) telah digunakan di seluruh dunia sebagai obat
tradisional selama lebih dari 4.000 tahun untuk mengobati beberapa gangguan
seperti arthritis, diabetes, dan penyakit menular (flu, malaria, dan TBC). Selain
itu, bawang putih juga bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah, menurunkan
dalam umbi bawang putih diantaranya adalah allicin dan sulfur amino acid alliin.
glutamylcysteines dengan jumlah yang tinggi. Senyawa ini bisa dihidrolisis dan
bawang putih pada suhu dingin. Pada pengolahan bawang putih seperti
pemotongan atau menghancurkan maka alliinase akan mengkonversi alliin
bawang hitam (black garlic). Black garlic merupakan produk fermentasi dari
bawang putih yang dipanaskan pada suhu 65- 80ºc dengan kelembapan 70-80%
dari suhu kamar selama satu bulan (Wange et al, 2010). Black garlic memiliki
warna hitam dan ringan karena kadar airnya berkurang serta memiliki aroma dan
rasa yang tidak terlalu menyengat seperti bawang putih. Dalam black garlic,
perlindungan terhadap infeksi bakteri menjadi lebih mudah. Hasil penelitian Lee
aktivitas lebih kuat dibandingkan dengan bawang putih dengan nilai TEAC
(59,2 ± 0,8) mol/g basah. Selain itu Black garlic memiliki sifat antioksidan 2 kali
lebih tinggi dan sifat antibakteri lebih kuat dibandingkan bawang putih biasa
meningkat. Dengan adanya senyawa antioksidan yang lebih tinggi dari bawang
putih diharapkan dapat lebih efektif untuk mengatasi suatu penyakit (Bae, 2014).
Lama pemanasan pada black garlic paling tidak terdapat perbedaan bermakna
dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah
system biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun
timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil samping
dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada pada waktu
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan
pencemar dan radiasi matahari atau radiasi kosmis ( Fessenden & joan, 1986).
Radiasi bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif dan akan berinteraksi
secara destruktif melalui reaksi oksidasi dengan bagian tubuh maupun sel-sel
tertentu yang tersusun atas lemak, protein, karbohidrat, DNA, dan RNA sehingga
memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, penuaan dini dan kanker. Oleh
penting yaitu oksidan yang mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga
tentang Pengaruh Aktivitas Antioksidan pada Black Garlic dan White Garlic
dengan DPPH.
1.2 Perumusan Masalah
Garlic
antioksidan
1.4 Hipotesa
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monicotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
beberapa nama lokal, yaitu dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda),
bawang (Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), kasuna (Bali), lasuna mawura
(Minahasa), bawa badudo (Ternate), dan bawa fiufer (Irian Jaya) (Santoso, 2000).
2.1.3 Morofologi
lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi
30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang
terdiri dari pelepah-pelepah daun. Sedangkan batang yang sebenarnya berada di
dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang
banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok
Bawang putih membentuk umbi lapis berwarna putih. Sebuah umbi terdiri
dari 8-20 siung (anak bawang). Antara siung satu dengan yang lainnya dipisahkan
oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk satu kesatuan yang kuat dan rapat. Di
dalam siung terdapat lembaga yang dapat tumbuh menerobos pucuk siung
menjadi tunas baru, serta daging pembungkus lembaga yang berfungsi sebagai
1 Air 58,58 g
2 Protein 6,36 g
3 Lemak 0,50 g
4 Abu 1,50 g
5 Karbohidrat 33,06 g
7 Kalsium 181 mg
8 Besi 1,7 mg
9 Fosfor 153 mg
10 Vitamin C 31,2 mg
kecualipada kacang–kacangan, selain itu bawang putih juga kaya akan kandungan
mineral seperti fosfor, besi dan kalsium, apabila diteliti lebih lanjut bawang
mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat
atas rasa, aroma,dan sifat-sifat farmakologi bawang putih, serta dua senyawa
organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-
adalah black garlic (bawang hitam). Bawang hitam adalah salah satu produk
al.,2017). Saat pemanasan terjadi perubahan warna, aroma, rasa dan tekstur
bawangputih. Warna dari umbi bawang putih berubah menjadi hitam, rasa dari
bawang putih berubah lebih asam disertai rasa manis dan konsistensi dari tekstur
bawang putih berubah menjadi kenyal atau seperti jelly (Baeet al., 2014).
Secara umum black garlic dibuat dengan cara memanaskan umbi bawang
putih secara keseluruhan selama 1 bulan pada temperatur dan kelembaban yang
diperoleh dari bawang putih segar yang diaging selama selang waktu tertentu
dengan suhu tinggi yang terkontrol (60–90°C) dan pada kelembaban tinggi yang
terkontrol (80–90%). Proses perubahan yang terjadi pada bawang putih menjadi
hitam merupakan hasil aging tanpa adanya bahan tambahan apapun (Sato et
al.,2006). Hasil studi yang telah dilakukan ekstrak dari black garlic memiiki
beberapa manfaat seperti anti tumor, dan anti bakteri yang cukup signifikan
(Sasaki et al., 2007), selain itu beberapa studi yang telah dilakukan ekstrak dari
black garlic memiliki beberapa fungsi lain seperti antioksidan, anti alergi,
Black garlic merupakan bawang putih yang telah diaging pada suhu 65-
80°C dengan kelembaban relatif 70-80% selama 30-40 hari tanpa perlakuan
ekstraksi jangka panjang dari black garlic juga tidak menimbulkan efek samping
dan telah dikonfirmasi aman dalam uji praklinis. Senyawa bioaktif yang
garlic sangat berperan dalam aktivitas antifungi yaitu allisin atau thiosulfinates,
senyawa thiosulfinates yang terkandung dalam black garlic sampai lima kali lebih
tinggi bila dibandingkan dengan sediaan bawang putih segar (Kimura et al.,
2017).
dan bilirubin.
radikal baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
B. Antioksidan sekunder
C. Antioksidan Tersier
kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
oksidasi baik dalam makanan maupun dalam tubuh. Dalam makanan, antioksidan
makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Dalam tubuh
Yenrina, 2015).
Radikal bebas berasal 2 sumber yaitu dari sumber endogen dan eksogen
1) Secara Endogen
Secara endogen sumber radikal bebas yang berasal dari proses metabolik
yang normal dalam tubuh manusia. Proses metabolik tubuh manusia dapat
b. Sel darah putih seperti neutrofil secara khusus memproduksi radikal bebas
tubuh dan cairan bertindak sebagai enzim yang terlibat dalam mengkatalis
f. Olahraga dengan latihan yang lebih lama dan lebih intensif maka akan
2) Secara Eksogen
adalah polutan, berbagai macam makanan dan minuman, radiasi, ozon dan
pestisida. Bagi perokok menghisap radikal bebas dari asap rokok sehingga
diproduksi radikal bebas adalah di dalam sel oleh mitokondria, membran plasma,
lisosom, peroksisom, endoplasmic reticulum dan inti sel (Sayuti & Yenrina,
2015).
DPPH radikal bebas yang stabil pada suhu kamar, berbentuk serbuk,
warna ungu kehitaman, mudah larut dalam metanol dan cepat teroksidasi oleh
suatu senyawa ditunjukan oleh hambatan serap DPPH pada panjang gelombang
maksimum. Dengan konsentrasi larutan DPPH berkisar antara 50-100 μM. Rumus
ungu. DPPH Larut dalam metanol, etanol, klorofororm. Rumus struktur DPPH
yang ditangkap. Metode DPPH ini diperkenalkan oleh marsden Blois pada tahun
parameter IC50. IC50 adalah kadar suatu senyawa yang dapat menghambat radikal
bebas sebanyak 50 %. Sehingga apabila semakin kecil nilai IC50 maka potensial
sangat kuat jika nilai IC50 (< 50 µg/mL), kuat untuk IC50 bernilai (50-100 µg/mL),
sedang jika IC50 bernilai(100- 150 µg/mL) dan lemah jika nilai IC50 (>150 µg/mL)
(Molyneux, 2004). Mekanisme reaksi DPPH dengan radikal bebas dapat dilihat
pada Gambar 3.
atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Peran ekstraksi dalam
analisis fitokimia sangat penting karena sejak tahap awal hingga akhir
simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui. Masing-masing cara
dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan alat
yang tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor
yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa,
dekok, destilasi, lawan arah, ultrasonik, gelombang mikro, dan ekstraksi gas
superkritis
Penjelasan masing-masing cara ekstraksi dijabarkan berikut ini :
a) Maserasi
larutan diluar dan di dalam sel sehingga diperlukan penggantian pelarut secara
berulang. Kinetik adalah cara ekstaksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan
pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserai yang dilakukan pada suhu
b) Perkolasi
sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak.
c) Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya
Sokletasi adalah cara eksrtaksi menggunakan pelarut organik pada suhu didih
dengan alat soklet. Pada sokletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu berbeda.
e) Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelaruit air, pada suhu 96-
tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak
f) Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja waktu
ekstraksi nya lebih lama yaitu 30 menit dan suhu nya mencapai titik didih air.
g) Destilasi
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa yang
ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan
uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang
diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari
tumbuhan.
berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini banyak digunakan
i) Ultrasonik
frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabiliotas dinding sel meningkat dan isi sel
j) Gelombang mikro
ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa yang memiliki dipol polar.
abnyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri atau senyawa yang bersifat
karena bersifat inert, toksisitasnya rendah, rama bagi lingkungan, harga relatif
murah, dan tidak mudah terbakar pada kondisi supuerkritisnya (Hanani, 2015).
2.5.1 Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang
tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan
(REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai
sifat gelombang dan partikel (foton). Beberapa parameter yang digunakan yaitu
panjang gelombang (λ), frekuensi (v), bilangan gelombang (ῡ) dan serapan (A).
REM mempunyai vektor listrik dan vektor magnet yang bergetar dalam bidang-
bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah
mengabsorbsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang mungkin ada dalam suatu
larutan analit.
A= ε.b.c
c= konsentrasi (M)
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ketingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-
Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam
tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah
kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu
(Dachriyanus, 2004).
a. Sumber cahaya
b. Lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350 nm dan lampu
halogen kuartz atau lampu tungsten untuk daerah visibel dari 350 sampai
d. Optik
melewati dua kompartemen sampel, dan pada instrumen berkas rangkap tersebut,
pembacaan atau spektrum sampel tersebut. Blanko umumnya adalah pelarut yang
1. Single Beam
tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber
sumber cahaya tunggal, dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan
mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sampel dapat diukur. Skema
2. Double Beam
bersama-sama dengan pelarut yang tidak mengandung sampel. Alat ini lebih
praktis dan mudah digunakan serta memberikan hasil yang optimal. Gambar 6
adalah skema alat Spektrofotometer UV-Vis yang memiliki sumber cahaya ganda
3.2.1 Alat
penangas air, oven, pembungkus teh, sheler, erlenmeyer, labu ukur, batang
pengaduk, cawan, krus porselen, pipet tetes, pipet ukur, tabung reaksi, gelas piala,
3.2.2 Bahan
(brataco), etanol 95% (brataco), larutan asam klorida pekat, indikator merah metil,
besi (III) klorida LP, metal etil keton P, asam format P, natrium hidroksida P,
dari dua tahap yaitu 1) proses aging (pembuatan black garlic), 2) pengujian
aktivitas antioksidan.
kemudian dilakuakan aging sesuai dengan factor perlakuan yang telah ditetapkan.
Tahapan awal dari penelitian dilakukan pemilihan bawang putih dengan kondisi
umbi yang utuh, bawang putih terpilih sebanyak1 kg dimasukkan kedalam magic
jar yang telah dilakukan pemanasan terlebih dahulu selama 2 hari untuk mencapai
suhu 70°C, bawang putih yang telah dimasukkan kedalam magic jar didiamkan
selama waktu tertentu yaitu 15 hari,25 hari dan 35 hari sehingga didapatkan hasil
aging. Hasil bawang putih yang telah dilakukan aging sesuai dengan faktor
dengan metanol p.a hingga 100 mL, kemudian ditempatkan dalam labu ukur yang
DPPH konsentrasi 100 µg/mL masukkan dalam labu ukur 100 mL cukupkan
pelarutnya hingga tanda batas kemudian kocok hingga homogen dan diperoleh
Maksimum DPPH
Pipet 3,8 mL larutan DPPH (30 µg/mL) masukan ke dalam vial. Lalu
metanol p.a dalam labu ukur dan ditepatkan volume 25 mL sehingga didapatkan
sampel dengan konsentrasi 100 µg/mL, 200 µg/mL, 300 µg/mL, 400 µg/mL dan
500 µg/ml, dengan cara dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL,
0,5 mL lalu dimasukan kedalam labu 5 mL lalu tambahkan metanol p.a sampai
dipipet sebanyak 0,2 mL dengan pipet mikro dan masukan kedalam vial dan tutup
dimasukkan dalam labu ukur lalu ditambahkan metanol p.a hingga 25 mL 100
µg/mL, dan 40 µg/mL. Dengan cara dipipet masing- masing 1 mL, 1,25 mL, 1,5
mL, 1,75 mL, 2 mL. lalu dimasukan kedalam labu 5 mL sampai tanda batas.
sebanyak 0,2 mL larutan sampel dengan pipet mikro dan masukkan ke dalam vial
dan tutup dengan allumunium foil. Kemudian tambahkan 3,8 mL larutan DPPH 30
dan nilai % aktivitas antioksidan sebagai ordinatnya (sumbu y). Nilai IC50 dari