Anda di halaman 1dari 21

Pengolahan Tanaman Berpotensi Obat Divisi Spermatophyta

(Tugas Mata Kuliah Biologi Tanaman Obat)

Mata Kuliah : Biologi Tanaman Obat


Dosen Pengampu : 1. Dr. Pramudiyanti, S.Si., M.Si.
2. Rini Rita T.Marpaung, S.Pd., M.Pd

Kelompok 3A
1. Yona Sesilia Oktaviani Manurung (2013024009)
2. Dewi Latifah (2013024011)
3. Yudianto (2013024021)
4. Siti Annisa Nurjanah (2013024037)
5. Linawati (2013024051)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati terutama pada
jenis berbagai tumbuhan yang diantaranya mempunyai potensi sebagai tanaman obat namun
belum banyak dikembangkan. Di Indonesia dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat,
namun baru 1000 jenis tanaman telah terdata dan baru sekitar 300 jenis yang sudah
dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies
tumbuhan yang diketahui atau di percayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (Ervial A.M Zuhud, 1994).
Tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi di Indonesia mengandung beberapa senyawa
kimia yang alami. Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah,
tanaman tersebut memiliki berbagai efek farmakologis dan bioaktifitas penting mulai dari
potensi sebagai agen infeksi sampai penyakit degeneratif. Pengobatan dengan senyawa
tunggal atau senyawa isolat murni maupun sintesis belum memberikan kesembuhan yang
secara optimal. Maka dari itu masyarakat berupaya mencari obat alternatif, terutama obat
tradisional atau herbal (Saifuddin dkk, 2011). Tanaman berpotensi obat sangat beraneka
ragam yang berasal dari berbagai divisi tumbuhan, seperti bryophyta, Pteridophyta, dan
Spermatophyta yang terdiri dari Angiospermae dan Gymnospermae.
Tanaman berpotensi obat memiliki kandungan yang berkhasiat baik untuk kesehatan. Namun,
perlu dilakukan pengolahan yang tepat agar tanaman obat dapat dimanfaatkan dengan
maksimal. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai bermacam-macam
tumbuhan dari divisi Spermatophyta yang berpotensi obat, kandungan di dalamnya, manfaat,
dan cara pengolahan atau pembuatan obat dengan tumbuhan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut.
1. Apa saja tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi Spermatophyta?
2. Apa saja kandungan dan manfaat tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi
Spermatophyta?
3. Bagaimana pengolahan tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi Spermatophyta?

1.3 Tujuan
Berikut ini tujuan dibuatnya makalah ini.
1. Mengetahui jenis tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi Spermatophyta.
2. Mengetahui kandungan dan manfaat tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi
Spermatophyta.
3. Mengetahui pengolahan tanaman berpotensi obat yang ada pada divisi
Spermatophyta.
BAB II. PEMBAHASAN

1. Bawang Putih (Allium sativum)

a. Definisi
Bawang putih merupakan salah satu bahan makanan yang sudah umum
digunakan oleh masyarakat, baik untuk bahan masakan, pemberi aroma,
maupun tindakan pencegahan dan penyembuhan berbagai penyakit (Thalia et
al. 2020). Bawang putih (Allium sativum) telah digunakan di seluruh dunia
sebagai obat tradisional selama lebih dari 4.000 tahun. Banyak studi terbaru
menunjukkan efek farmakologis dari bawang putih, yaitu salah satunya
sebagai antioksidan. Penggunaan bawang putih sebagai bahan obat kurang
diminati masyarakat, karena kandungan senyawa allicin yang memberi ciri
khas bau menyengat pada bawang putih dan menimbulkan rasa getir apabila
dikonsumsi langsung (Sukrianto et al. 2022).

b. Kandungan
Bawang putih memiliki kandungan 65% air, 28% karbohidrat (terutama
fruktosa), 2,3% bahan organosulfur (terutama allinase dan ajoene), 2% protein
1,2 % asam amino bebas (terutama arginin) (Lisiswanti dan Haryanto, 2020).
Efek farmakologi pada bawang putih berasal dari allicin dan turunannya yaitu
diallyl disulfide (DADS), diallyl sulfide (DAS), diallyl trisulfide (DTS) dan
sulfur dioxide. Allicin dalam bentuk aktifnya berperan sebagai antibiotik serta
antidiabetik di dalam tubuh manusia sedangkan Ajoene berperan sebagai anti
koagulan di dalam darah. Alisin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu
komponen biologis yang paling aktif yang terkandung dalam bawang putih.
Komponen ini, bersamaan dengan komponen sulfur lain yang terkandung
dalam bawang putih berperan pula memberikan bau yang khas pada bawang
putih (Lisiswanti dan Haryanto, 2020). Bawang putih segar mengandung
γ-glutamyl-S-allylcysteine yang dapat dihidrolisis dan dioksidasi untuk
membentuk alliin. Alliin dikonversi menjadi allicin oleh allinasesetelah
melalui proses penghancuran, memotong, mengunyah ataupun pemanasan.
Pemanasan akan menyebabkan perubahan GSAC (γ-glutamyl-S-allylcysteine)
menjadi SAC (S-allyl cysteine).

Bawang putih dapat diolah menjadi bawang hitam yang memiliki berbagai
manfaat melalui fermentasi. Bawang hitam sangat bagus untuk kesehatan.
Dalam 100 gram bawang hitam, terkandung 143 kkal energi, 3,57 gram
protein, 7,14 gram lemak, 14,29 gram karbohidrat, 3,6 gram gram serat, 71 mg
kalsium, 1,29 mg zat besi, 571 mg natrium, serta 4,3 mg vitamin C. Selain itu,
Bawang hitam juga mengandung mineral yang jumlahnya lebih besar dari
bawang putih, mineral tersebut diantaranya yaitu seng, kalium, zat besi, fosfor,
selenium, tembaga dan kalsium. Seng berfungsi untuk mengaktifkan sel darah
putih yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kalium berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah serta menjaga kesehatan jantung. Zat besi
berfungsi untuk mencegah dan mengatasi anemia. Fosfor berfungsi dalam
pemeliharaan otot dan sistem saraf agar dapat bekerja secara optimal.
Selenium dapat mengurangi gejala asma dan meningkatkan imunitas tubuh.
Tembaga mendukung kinerja pembuluh darah, serta kalsium berperan dalam
memelihara kesehatan tulang dan gigi (Sukrisno et al. 2022)

c. Manfaat
Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal,
termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes,
rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan
juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak juga terdapat publikasi
yang menunjukan bahwa bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai
agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Lisiswanti dan Haryanto,
2020). Dari beberapa kandungan yang terdapat pada bawang putih, alisin
adalah yang digunakan sebagai agen antidiabetes. Alisin adalah senyawa
organik alami yang ada pada tumbuhan secara umum. Alisin alami banyak
memainkan peran penting dalam pencegahan diabetes dan komplikasinya.
Alisin pada bawang putih menstimulasi sel beta pankreas untuk menghasilkan
lebih banyak insulin, dengan cara tersebut, glukosa di dalam darah akan
masuk kedalam jaringan tubuh dengan adanya insulin yang diberikan dari
stimulasi alisin bawang putih tersebut. Efek antidiabetes dari bawang putih
menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menjaga kadar glukosa
dalam kadar normal (Lisiswanti dan Haryanto, 2020).

d. Cara Pengolahan
Bawang putih dapat difermentasi menjadi Bawang hitam dengan pemanasan
dengan oven pada suhu 70 ℃ selama 30-40 hari (Thalia et al. 2020). Selain
bawang hitam, pengolahan bawang putih yang sudah berkembang dan banyak
dilakukan masyarakat lebih dahulu adalah bawang pickling.
1. Pengolahan Bawang Hitam (Black Garlic)
Bawang hitam atau black garlic merupakan salah satu bahan makanan
hasil fermentasi yang dibuat dari bawang putih dalam suhu dan
kelembaban tertentu. Proses fermentasi ini menghasilkan perubahan
kandungan nutrisi bawang putih, sehingga bawang hitam akan
memiliki manfaat yang berbeda dan lebih beragam. Senyawa bioaktif
yang terkandung didalam bawang hitam diantaranya adalah SAC
(S-allyl cysteine), polyphenol dan flavonoids. Ketiga senyawa tersebut
terbentuk melalui proses pemanasan. Kandungan flavonoid pada
bawang putih (Allium sativum) mampu menstimulasi peningkatan
pengeluaran insulin dari sel β pankreas. Proses penghitaman bawang
putih menjadi bawang hitam disebabkan reaksi Maillard (Sukrisno et
al. 2022).
Cara pembuatan black garlic :
1. Kupas bawang putih dan sisakan sedikit kulit bawang untuk
mencegah gosong.
2. Alasi rice cooker dengan tisu dapur dan tata bawang putih
secara tunggal. Lakukan secara berulang sampai rice cooker
penuh.
3. Tutup dengan tisu pada bagian atasnya. Tekan tombol cook
pada rice cooker dan biarkan dalam keadaan warm selama
40-90 hari dan cek setiap 5 hari sekali.
4. Setelah selesai fermentasi, masukkan black garlic dalam wadah
tertutup.

2. Ekstrak bawang putih


Ekstrak Bawang putih (Allium sativum) mengandung antioksidan
tinggi seperti S-allylmercaptocysteine, allyl sulphides dan diallyl
polisulphides, serta flavonoid.
1. Umbi bawang putih (Allium sativum) dikeringkan di oven lalu
dihaluskan dengan menggunakan blender.
2. Sebanyak 424,31 gram tepung umbi bawang putih (Allium
sativum) diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan 2000
ml etanol 70%.
3. Setelah dimaserasi selama 10 hari (setiap hari diaduk), hasil
larutan disaring menggunakan kertas saring, didapatkan filtrat
sebanyak 1300 ml.
4. Filtrat kemudian ditempatkan dalam cawan petri dan diuapkan
sampai didapatkan ekstrak pekat sebanyak 134,39 gram

2. Jahe

a. Definisi
Jahe (Zingiber officinale) adalah tumbuhan rimpang yang sangat terkenal
sebagai rempah-rempah dan bahan obat yang populer. Rimpangnya memiliki
bentuk yang menyerupai jemari yang menggembung pada bagian tengahnya.
Rasa pedas yang khas pada jahe disebabkan oleh senyawa keton yang disebut
zingeron. Jahe dapat ditemukan melimpah di Indonesia, dan hal ini tidak
terlepas dari kondisi tanah yang subur di negara ini yang mendukung
pertumbuhan jahe yang cepat. Buah jahe yang dihasilkan juga diketahui
berkualitas unggul. Selain ditanam secara besar-besaran, jahe juga sering
ditanam di halaman rumah agar lebih mudah diambil dan digunakan, serta
memastikan kebersihan dan kualitasnya. Kemudahan pertumbuhan jahe
membuat banyak penduduk Indonesia yang menanamnya, baik di lahan yang
luas maupun di lahan yang terbatas. Bahkan, ada yang menanam jahe dalam
pot untuk menghemat ruang, dan potensi untuk memindahkan tanaman jika
diperlukan. Jahe memiliki cita rasa pedas yang memberikan rasa hangat, itulah
sebabnya banyak orang menambahkannya ke minuman karena selain mampu
menghangatkan tubuh, jahe juga memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan
(Syaputri dkk,2021)

b. Kandungan
Jahe mengandung sejumlah besar zat yang memiliki manfaat besar bagi
kesehatan tubuh. Nutrisi dalam jahe yang terkandung dalam 100 gramnya
adalah: Kalori: 4,8 gram, Karbohidrat: 1,07 gram, Serat: 0,12 gram, Protein:
0,11 gram, Lemak: 0,05 gram, Gula: 0,1 gram. Kandungan ini merupakan
komposisi alami jahe jika dikonsumsi secara langsung tanpa pengolahan lebih
lanjut. Namun, saat diolah, seperti saat dijadikan susu jahe atau wedang jahe,
komposisi nutrisinya akan berubah tergantung pada cara pengolahan yang
digunakan. Selain itu, jahe juga mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang menguntungkan untuk kesehatan, seperti Zat besi, Kalium, Vitamin B3
dan B6, Vitamin C, Magnesium, Fosfor, Zinc, Folat, Riboflavin (vitamin B2),
Niacin (vitamin B3). Kandungan yang paling signifikan dalam jahe adalah
zingiberol, yang berperan sebagai anti radang dan memiliki tingkat
antioksidan yang sangat tinggi (Syaputri dkk,2021).

c. Manfaat
Jahe memiliki beragam manfaat yang meliputi kemampuannya sebagai anti
peradangan, perlindungan kulit, pencegahan kanker, peningkatan sistem
kekebalan tubuh, pengobatan masuk angin, dukungan dalam penurunan berat
badan, pengurangan mual, pengurangan rasa sakit, detoksifikasi tubuh dari
racun, dan lain sebagainya. Selain itu, jahe juga memiliki sifat relaksasi yang
dapat membantu mengurangi stres. Komponen dasar jahe sering digunakan
dalam aromaterapi penyembuhan, baik dalam bentuk serbuk, cairan, atau
penggunaan langsung (Syaputri dkk,2021).

Jahe juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah bau
badan karena kandungan tinggi gingerol dan minyak atsiri. Namun, untuk
menghindari potensi iritasi pada kulit, jahe biasanya diubah menjadi bubuk
dan dicampur dengan ekstrak lain sebelum digunakan, terutama saat
diterapkan pada daerah kulit yang sensitif seperti ketiak (Syaputri dkk,2021).

d. Zat yang terkandung dalam jahe


Jahe mengandung beberapa senyawa yang memiliki potensi sebagai obat atau
bahan alami yang dapat mendukung kesehatan manusia. Beberapa senyawa
penting yang ditemukan dalam jahe yang memiliki sifat obat atau kesehatan
adalah:
1. Gingerol
Senyawa utama dalam jahe yang memiliki sifat antiinflamasi dan
antioksidan. Ini dapat membantu meredakan peradangan dalam tubuh
dan memiliki potensi untuk mengurangi risiko penyakit kronis.
2. Shogaol
Produk pemecahan gingerol yang terbentuk saat jahe diolah atau
dimasak. Ini juga memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan.
3. Zingiberene
Komponen utama minyak atsiri dalam jahe yang memberikan aroma
khas jahe. Ini telah dikaitkan dengan manfaat antioksidan dan potensi
sebagai agen antiinflamasi.
4. Zingerone
Senyawa yang terbentuk saat jahe diolah. Ini juga memiliki sifat
antiinflamasi dan antioksidan.
5. Fitokimia lainnya
Jahe juga mengandung berbagai fitokimia seperti gingerdiol,
gingerdion, dan lainnya yang dapat memberikan manfaat kesehatan.

e. Cara Pengolahan
1. Zingiberie
Komponen utama minyak atsiri yang memberikan aroma khas jahe
Minyak atsiri dari tanaman seperti jahe dapat diekstraksi melalui
beberapa metode, dua metode ekstraksi paling umum adalah:
a. Distilasi Uap: Metode ini sering digunakan untuk menghasilkan
minyak atsiri dari jahe. Prosesnya melibatkan pemanasan jahe
yang telah dihancurkan dengan uap air. Uap ini menguap dan
membawa minyak atsiri dari jahe. Kemudian, uap diubah
kembali menjadi cairan, dan minyak atsiri dapat dipisahkan
dari air.
b. Ekstraksi dengan Pelarut: Metode ini melibatkan penggunaan
pelarut seperti etanol atau heksana untuk mengekstraksi minyak
atsiri dari jahe. Jahe dihancurkan dan direndam dalam pelarut,
yang kemudian mengekstraksi minyak atsiri dari jahe. Setelah
itu, pelarut dihilangkan, dan minyak atsiri yang tersisa
dipisahkan.

2. Minuman hangat
Cara pengolahan jahe, biasanya banyak masyarakat yang menjadikan
jahe sebagai minuman hangat. Berikut ini adalah cara pembuatan
minuman hangat dari jahe :
Langkah-langkah:

1. Parut 1,5 sendok jahe segar


2. Rebus 4 gelas air
3. Tambahkan jahe kedalam air
4. Biarkan jahe meresap selama sekitar 5-10 menit
5. Saring air jahe untuk memisahkan ampas paruan jahe
6. Jahe siap dihidangkan dan dapat diminum baik panas maupun
dingin

3. Lidah Buaya (Aloe vera)

a. Definisi
Lidah buaya (Aloe vera L.) adalah tumbuhan asli yang berasal dari Afrika,
dengan ciri daun berwarna hijau memiliki daging yang tebal, terdapat duri
pada dua sisinya, daunnya panjang dan lebar di bagian bawah dan mengecil
pada bagian puncaknya, daging daun lidah buaya (Aloe vera L.) berlendir.
Lidah buaya merupakan herbal, tanaman berduri, bercak kekuningan, dan
bentuknya meruncing di bagian ujung. Daunnya tidak bertulang, tetapi
berdaging tebal dan banyak mengandung gel atau getah. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa pada Lidah Buaya banyak senyawa dan nutrisi penting
yang baik untuk tubuh. Tanaman ini telah lama dikenal sebagai “The Miracle
Plant" serta telah banyak digunakan orang di berbagai negara seperti Cina,
Kongo, dan Amerika sebagai obat luka, rambut rontok, tumor, wasir, dan
laksansia. Lidah buaya memiliki klasifikasi sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo: Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera

b. Kandungan
Tanaman lidah buaya mengandung saponin, flavonoid, tannin, polifenol,
anthraquinones, asam salisilat, choline dan lain lain. Lidah Buaya juga
mengandung delapan enzim (aliiase, alkaline phosphatase, amylase,
bradykinase, carboxypeptidase, katalase, selulase, lipase, dan peroksidase)
yang semuanya membantu mengurangi peradangan di kulit, pemecahan
gula dan lemak di dalam tubuh. Penelitan yang lain menyimpulkan bahwa
Lidah Buaya merupakan tanaman yang memiliki sifat anti radang,
antiseptic, anti virus, antibakteri, dan analgesic (hallosehat.com). Lidah
buaya atau aloe vera mengandung senyawa flavonol seperti kaempeferol,
quercetin dan merycetin. Senyawa tersebut termasuk dalam kelompok
polifenol yang dipercaya bersifat antioksidatif (Sultana and Anwar, 2008).
Menurut Chang dkk. (2006) tanaman ini banyak digunakan sebagai makanan
kesehatan, kosmetik, dan obat-obatan dan dipercaya dapat berfungsi sebagai
antitumor, antidiabetes dan pelembab. Lidah buaya mengandung polisakarida
(acylated manan) yang disebut aloin (barbaloin) yaitu C-glukosida aloe
emodin dan terdapat pada bagian kulit. Aloin dipercaya sebagai zat antiinfl
amantory (anti radang). Daun lidah buaya juga mengandung zat gizi seperti
vitamin C, E dan A serta kaya akan serat (Miranda dkk., 2009).

c. Manfaat
Lidah buaya memiliki beberapa manfaat seperti mencegah sembelit,
mengobati luka, mencegah naiknya asam lambung, hingga membantu
menurunkan berat badan. Manfaat lain Lidah Buaya adalah untuk
kecantikan, seperti perawatan rambut, pembuatan masker, mencegah kerut,
dan menghilangkan komedo. Gel lidah buaya dapat meredakan sunburn atau
kulit yang teriritasi akibat paparan matahari langsung. Hal ini karena lidah
buaya memiliki fungsi untuk melembabkan, menenangkan, dan mencegah
terjadinya peradangan dan pengelupasan pada kulit yang tersengat matahari.
Berdasarkan penelitian, lidah buaya memiliki efek melembapkan dan
antiperadangan yang dapat menjaga kelembapan dan mengurangi iritasi di
kulit kepala, sehingga ketombe berkurang. gel lidah buaya mengandung
vitamin, mineral, dan asam amino yang dapat mempercepat penyembuhan
luka. Mengoleskan lidah buaya ke kulit dapat membantu mengatasi kulit
kering. Pasalnya, dalam lidah buaya terkandung mineral, enzim, antioksidan,
vitamin A, vitamin C, dan vitamin E yang baik untuk menguatkan skin barrier
sehingga kulit menjadi lebih lembap. Lidah buaya terdiri polisakarida, yang
merangsang penyembuhan luka dan pertumbuhan kulit.

d. Cara Pengolahan
1. Menjadi Jus untuk Mengobati Maag dan Asam Lambung

Catatan: Perlu diperhatikan bahwa jus lidah buaya sebaiknya tidak dikonsumsi
dalam jangka panjang karena mengandung pencahar yang kuat, serta tidak
disarankan untuk wanita hamil.

Bahan-bahan:

1. 2 batang lidah buaya ukuran besar.


2. 1 lembar daun pandan.
3. Air secukupnya.
4. Madu secukupnya.

Cara mengolah:

1. Cuci bersih lidah buaya, lalu lepaskan kulit lidah buaya.


2. Ambil dagingnya, lalu potong sesuai selera.
3. Cuci bersih lagi hingga tidak berlendir, lalu tiriskan.
4. Ambil daun pandan dan masak bersama air. Setelah masak, angkat dan
diamkan sekitar 2 menit, lalu masukkan potongan lidah buaya dan aduk
hingga merata. Ini untuk menghilangkan bau lidah buaya yang tidak
sedap dan mengecilkan pori-pori lidah buaya agar tidak hancur.
5. Diamkan hasil adukan selama 5 menit, lalu tiriskan dan pisahkan air
daun pandan dan lidah buaya.
6. Masukkan air daun pandan dan lidah buaya ke dalam toples berbeda
dan simpan dalam lemari es.
7. Untuk membuat jus, ambil lidah buaya yang sudah diolah sesuai selera
ke dalam gelas.
8. Masukkan air daun pandan, madu, dna es batu ke dalam blender hingga
berbusa, kemudian campurkan ke dalam gelas yang telah terisi lidah
buaya.

2. Menjadi Obat Diabetes Melitus


Bahan:
1. 1 pelepah lidah buaya ukuran besar
2. Air garam

Cara mengolah:

1. Bersihkan pelepah lidah buaya dengan cara mengupas kulit dan


durinya.
2. Rendam lidah buaya tersebut dalam air garam sekitar 30 menit.
3. Remas sebentar lalu bilas lidah buaya di bawah air mengalir.
4. Rebus lidah buaya dengan 3 gelas air hingga mendidih, kemudian
dinginkan.
5. Minum sebanyak setengah gelas, 2 sampai 3 kali sehari.

3. Menjadi sari lidah buaya untuk menurunkan kadar gula darah bagi penderita
diabetes
1. Pertama yang dilakukan adalah memanaskan air dalam suhu 85°C
selama 30 menit untuk membunuh mikroorganisme patogen dan
mikroba lainnya sehingga minuman dapat dikonsumsi.
2. Kemudian didinginkan sampai 40°C dan ditambahkan daging lidah
buaya sebanyak 100 gram yang telah dipotong kecil-kecil.
3. Setelah itu, campuran air dengan daging lidah buaya dimasukan ke
dalam blender sehingga dihasilkan gel yang berbentuk cairan jernih
kehijauan.
4. Cairan gel kemudian disaring dengan saringan atau kain saring untuk
memperoleh cairan yang lebih jernih dan untuk memisahkan kotoran
yang mungkin ada pada cairan. Dari hasil penyaringan, diperoleh fitrat
atau jus lidah buaya yang berwarna jernih kehijauan.
5. Filtrat tersebut ditambah bahan seperti gula, natrium benzoat, kalium
sorbat, asam sitrat, zat penstabil, madu, dan flavor. Penambahan bahan
tambahan ini dilakukan sambil diaduk rata sehingga seluruh bahan
dapat tercampur homogen.
6. Setelah itu, minuman sari lidah buaya dimasukkan ke dalam gelas
plastik volume 200 ml dengan menggunakan sistem hot filling, yaitu
suhu produk sekitar 80°-90°C.
7. Kemasakan tersebut dipasteurisasi suhu 70°C selama 15 menit.
8. Minuman sari lidah buaya siap dikonusmsi dan disimpan.

4. Mengkudu (Morinda citrifolia)

a. Definisi
Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan buah yang berasal dari tanaman
cemara tropis. Tanaman ini memiliki sebutan lain seperti bengkudu, pace,
kudu, kemudu, dan cangkudu. Mengkudu berwarna hijau yang banyak
ditemukan di sebagai obat tradisional. tanaman ini ditemukan di Australia,
India, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Buah mengkudu memiliki rasa
yang sangat pahit. Buah ini juga cukup populer dikonsumsi sebagai suplemen
tradisional. Mengkudu mempunyai masa panen sepanjang tahun yang hidup di
dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu antara 500-1.500 meter
dpl.Mengkudu memiliki aktivitas antibakteri, antiviral, antifungi, antitumor,
antihelmik, analgesik, hipotensif, antiinflamasi, dan efek peningkatan imun
(Usha et al., 2010)

b. Kandungan
Buah mengkudu merupakan jenis buah yang populer, karena tanaman ini
mengandung berbagai vitamin, mineral dan enzim, alkaloid dan sterol
tumbuhan yang terbentuk secara alamiah. Buah Mengkudu mengandung
sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran
pembuluh darah yang mengalami penyempitan. (Maya aprianti,2010). Pada
satu buahnya, buah mengkudu mengandung 90% air. Sedangkan 10% bagian
keringnya terdiri dari serat, protein, dan gula. Kandungan protein dan asam
amino memenuhi sekitar 11,3% dari keseluruhan bagian keringnya.Ekstrak
buah mengkudu matang memiliki senyawa antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa, M. pyogenes, Salmonella typhosa, S. Montevideo, S.
schottmuelleri, Shigella paradys, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Clostridium perfingens, dan Vibrio parahaemolyticus.
Menurut Rohman et al. (2006), senyawa fenol yang terdapat pada buah
mengkudu berkisar antara 5,94 sampai 36,52 g setara asam galat/100 g bahan
kering. Mengkudu mengandung alkaloid, flavonoid, antrakuinon, terpenoid,
asam askorbat, scolopetin, serotonin, damnacanthal, resin, glikosida, eugenol
dan proxeronin (Bangun & Sarwono, 2002). Beberapa kandungan senyawa
yang terkandung didalam buah Mengkudu diduga dapat menghambat serangan
dari faktor biologis.

c. Manfaat
Sejak dahulu buah mengkudu banyak digunakan untuk pengobatan
herbal.Diantaranya untuk mengobati penyakit arthritis, diabetes, tekanan darah
tinggi (hipertensi), sakit kepala, penyakit jantung, ulkus lambung,
arteriosklerosis, dan masalah pembuluh darah.Akar mengkudu mengandung
senyawa antrakuinon, berfungsi sebagai antibakteri. Buah mengkudu
mengandung alkaloid yang dinamakan xeronin. Alkaloid ini berguna untuk
mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur pembentukan protein serta bekerja
untuk melawan peradangan yang terjadi di dalam tubuh (Wijayakusuma,
2008). Mengkudu (Morinda citrifolia) dapat digunakan untuk pengobatan
infeksi kulit, demam, pilek dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri. Buah mengkudu(Morinda citrifolia) juga memiliki efek sebagai
antitumor dan antikanker.Efek antitumor dan antikanker diketahui dari hasil
penelitian American Association for Cancer Research yang mengemukakan
bahwa endapan alkohol dari buah mengkudu telah meningkatkan hingga 75%
kehidupan tikus dengan kanker Lewis paru dibandingkan dengan tikus kontrol.

d. Cara Pengolahan

1. Ekstraksi buah mengkudu


Buah mengkudu mentah, mengkal, dan matang dicuci dengan air
mengalir, ditiriskan kemudian dipotong tipis-tipis (kurang lebih 3 mm)
dan di oven dengan suhu 50°C selama 48 jam. Setelah kering,
dihaluskan dengan mesin penggiling (grinder), hasil serbuknya
ditimbang. Serbuk mengkudu yang dihasilkan dimaserasi dengan
pelarut etanol 95% dengan perbandingan 1:7 (setiap 1 gram serbuk
mengkudu, direndam dalam 7 ml etanol) selama 24 jam, sambil
diaduk-aduk. Hasil yang didapatkan disaring dengan kain kasa
sehingga diperoleh hasil maserasi cair dan ampas. Hasil maserasi cair
diuapkan di atas waterbath selama 3 hari atau sampai terbentuk gel dan
etanol benar-benar menguap. Ekstrak buah mengkudu yang dihasilkan
berupa gel.
2. Pembuatan larutan ekstrak buah mengkudu
Sebelum membuat larutan ekstrak mengkudu, pertama-tama membuat
larutan 0,1% Carboxymethyl Cellulose (CMC). Sebanyak 0,1 g CMC
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah aquades sampai
volume 100 ml kemudian dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer. Ekstrak mengkudu matang ditimbang sebanyak 40 g, kemudian
ditambahkan larutan CMC hingga volume 100 ml, dan diaduk sampai
ekstrak tercampur seluruhnya.
3. Pengolahan mengkudu secara sederhana
a) Merebus Buah Mengkudu
● Pertama-tama kupas buah mengkudu.
● Setelah dikupas, bisa potong-potong buah mengkudu.
● Kemudian rebus di dalam air mendidih.
● Hasil rebusan buah mengkudu ini bisa dicampurkan
dengan madu dan konsumsi selagi hangat.
b) Membuat Jus Mengkudu
● mengkudu yang sudah matang 1 buah
● apel 1 buah
● madu murni 2 sendok makan
● es batu 1 gelas Air secukupnya
I. Kupas buah mengkudu yang sudah matang
II. Jika ingin mengkombinasikan dengan buah apel,
siapkan buah apel 1 buah saja
III. Kupas buah apel yang sudah disiapkan dan
kemudian potong kecil supaya bisa dihaluskan
IV. Masukkan buah mengkudu dan apel yang sudah
dikupas ke dalam blender
V. Tambahkan air secukupnya
VI. Haluskan sampai benar-benar lembut, kemudian
saring
VII. Jika sudah, tambahkan madu untuk menambah
cita rasanya dan konsumsi sampai habis.

e. Zat yang Terkandung dalam Mengkudu

Salah satu senyawa aktif dalam buah Mengkudu adalah skopoletin. Senyawa
merupakan ini golongan hidroksi kumarin yang memiliki efek anti hipertensi,
antiinflamasi dan antialergi. Skopoletin dalam tanaman Mengkudu dapat
diukur dengan metode KLT- Densitometri. Metode ini banyak dipakai dalam
identifikasi dan pengukuran senyawa kimia dalam ekstrak tanaman (Pecsok, et
all, 2001). Baik dari bagian akar, batang, biji dan buah. Dengan demikian
diharapkan akan diperoleh efek terapi yang optimal dari buah skopoletin
berdasarkan kandungan skopoletin.

1. Ekstraksi: Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan


alkohol 96 %. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan
rotavapor.
2. Pengukuran Kandungan Skopoletin: Pengukuran kandungan skopoletin
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri
yang telah divalidasi sebelumnya. Dalam metode ini, menggunakan
fase diam yaitu silica gel GF 254 dan fase gerak yaitu eter: toluen :
asam asetat 10 % dengan perbandingan yang berbeda-beda untuk
masing-masing kelompok sampel. Dalam penelitian ini, pengukuran
kandungan skopoletin terbagi dalam beberapa tahap yaitu:
1. Preparasi sampel: 100 mg ekstrak + metanol ad 5 ml. Dengan
replikasi 10 kali
2. Eluasi dengan fase gerak Sampel ditotolkan pada lempeng
silica lalu dieluasi. Masing-masing di eluasi dengan eter: toluen
asam asetat 10% dengan perbandingan yang berbeda-beda
untuk masing-masing sampel: A) 55:45:0,8 B) 45:55:0,8 C)
58:45:0,4D) 56:45:0,8
3. Pengamatan lempeng hasil eluasi Lempeng silika yang telah
dieluasi diamati dibawah lampu uv untuk pengamatan warna
noda dan dipayar dibawah densitometer untuk pengamatan
kromatogram. Kemudian dibandingkan hasil pengamatan
sampel dan scopoletin standar.
4. Pengukuran dengan densitometer Lempeng yang telah eluasi,
dianalisis dengan KLT densitometer

Hasil analisis diketahui bahwa kandungan skpoletin yang paling tinggi terdapat pada
buah mengkudu yang berumur 105 hari dengan ciri - ciri, kulit buah berwarna
putih-putih kekuningan dan dagingnya masih keras Dari hasil penelitian, tampak
bahwa kadar skopoletin meningkat dengan bertambahnya umur atau meningkatnya
kematangan buah dan mencapai puncaknya pada umur 105 hari, kemudian mengalami
penurunan setelah melewati usia tersebut. Buah mengkudu yang sangat masak yaitu
buah 4 yang berumur 120 hari, kulitnya putih transparan, dagingnya lunak, berair dan
mengeluarkan bau yang khas, mengalami penurunan kandungan skopoletin.
Sebaliknya kandungan senyawa lainnya justru meningkat dengan bertambahnya
kematangan buah, seperti kandugan air yang meningkat hingga mencapai 52 %
(Bangun dan Sarwana, 2002). kandungan senyawa asam didalamnya juga meningkat
yaitu asam kaprilat dan asam kaproat yang menimbulkan bau khas (keju busuk) pada
buah mengkudu masak (Suriawiria, 2002). Berdasarkan strukturnya, skopoletin
adalah golongan senyawa ester siklik atau lakton. Senyawa ester akan mengalami
hidrolisis pada kondisi air berlebih dalam suasana asam. Kadar air berlebih dan
kandungan asam menyebabkan hidrolisis skopoletin membentuk 6-metoksi asam p-
kumarat (Fessenden and Fessenden, 1995 ojala, 2001). Enzim esterase dan cahaya
matahari selama proses pematangan buah menyebabkan penguraian senyawa fenolik
seperti skopoletin sehingga menurunkan kadarnya dalam buah (Ojala, 2001;
Wijesekera, 1991).
Mengkudu (Morinda Citrifolia, L) mengandung bahan aktif yaitu alkaloid dan
flavonoid yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan kadar kolesterol kuning
telur. Salah satu senyawa utama dalam ekstrak buah mengkudu adalah xeronine
(Adriani et al., 2015) dan prekusor pembentuknya yaitu proxeronine (Ramadhina
dkk., 2019), yang berperan banyak dalam metabolisme protein diantaranya
mengaktifkan protein yang inaktif, memperbaiki struktur dan fungsi protein sel yang
abnormal (Mushawwir dkk., 2019), mengaktifkan enzim-enzim pembentuk protein,
serta mempercepat proses penyerapan protein di saluran pencernaan. Ekstrak buah
mengkudu nyata berpengaruh terhadap parameter yang diukur dibandingkan dengan
tepung mengkudu. Proses ekstraksi pada buah mengkudu dapat menurunkan
kandungan zat penghambat salah satunya adalah tanin yang dapat menghambat
penyerapan zat makanan pada pencernaan (Mushawwir et al., 2018).

Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu

Ekstrak buah mengkudu diperoleh dengan tahapan pengeringan irisan buah mengkudu
dengan penjemuran di bawah sinar matahari, kemudian dihancurkan hingga berbentuk
tepung. Tepung buah mengkudu selanjutnya direndam dengan etanol 96% selama 24
jam, lalu disaring dengan kertas Whatmann No. 40 dan di evaporasi dengan Rotary
Evaporator Buchi R-300 untuk memisahkan ekstrak kental dengan pelarutnya,
kemudian dilakukan pengovenan hingga kering dan dihancurkan kembali hingga
didapat ekstrak berbentuk tepung. Selanjutnya ekstrak disuplementasi dengan Cu dan
Zn dengan berbagai tingkat dosis yang digunakan dalam penelitian.

penggunaan ekstrak buah mengkudu yang disuplementasi Cu dan Zn pemberiannya


meningkat maka kadar kolesterol darah mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwa zat aktif yang terdapat dalam buah mengkudu yaitu alkaloid mampu
menurunkan kadar kolesterol darah yaitu dengan membantu kerja HMG – KoA dalam
proses sintesis kolesterol yang mampu meningkatkan sekresi empedu dan zat NO
(Nitrit Oxide) dan dapat memacu eksresi kolesterol melalui tinja, jika kolesterol
banyak yang terbuang melalui tinja, kolesterol dalam darah dan jaringan akan
menurun (Maslachah, 2005). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu
yang mengandung zat aktif alkaloid mampu meningkatkan sintesis garam empedu
yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Hal ini didukung oleh pernyataan
Adriani et al., (2015) yang menegaskan bahwa pemberian ekstrak buah mengkudu
yang mengandung zat aktif alkaloid mampu menurunkan kadar kolesterol darah.
adanya kandungan flavonoid dalam ekstrak buah mengkudu yang mampu melindungi
pembuluh arteri dari kerusakan, mengurangi jumlah penimbunan kolesterol
dipermukaan endotel darah arteri (Fuhrman et al., 2001).

5. Ketapang
a. Definisi
Tanaman ketapang (Terminalia catappa) adalah anggota dari family
Combretaceae, yang terdiri dari sekitar 600 spesies. Secara garis besar dua
genus yang paling umum adalah Combretum dan Terminalia yang
masing-masing terdiri dari 250 spesies dan tersebar luas di benua Afrika, Asia
dan India yang pada umumnya digunakan untuk keperluan pengobatan
tradisional. Terminalia catappa adalah tanaman dengan buah, mengandung
biji dan setelah matang akan mengalami perubahan warna dari hijau menjadi
merah keunguan. Pohon ketapang adalah pohon yang tumbuh di daerah tropis
dan subtropis, terutama di pesisir pantai. Pohon ketapang memiliki daun yang
besar, tebal, dan berwarna merah muda hingga kuning merah sebelum gugur.
Bunganya kecil, putih, dan tidak berbau. Buahnya berbentuk bulat telur
gepeng, bersegi atau bersayap sempit, dan berwarna hijau hingga merah atau
ungu saat masak. Buah ketapang memiliki banyak manfaat, baik untuk
kesehatan, kecantikan, maupun industri. Buah ketapang mengandung senyawa
antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antijamur, dan antiviral.

b. Kandungan
Biji ketapang adalah biji yang terdapat dalam buah Ketapang. Bentuk biji buah
Ketapang seperti biji bunga matahari atau kwaci tetapi agak cembung. Biji
Ketapang memiliki rasa yang gurih dan kandungan gizinya tinggi antara lain:
protein (25,3%), gula (16%), serat (11,75%), karbohidrat (5,8%)
(Pitri & Kissinger, 2021).

beberapa kandungan daun dan buah ketapang adalah


1) Flavonoid,
senyawa antioksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh
dari kerusakan akibat radikal bebas.
2) Alkaloid,
senyawa basa nitrogen yang memiliki efek farmakologis seperti analgesik,
antispasmodik, dan antibakteri.
3) Polifenol,
senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antiinflamasi, antikanker, dan
antidiabetes.
4) Tanin,
senyawa polifenolik yang dapat mengikat protein dan logam, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pewarna, penyamak kulit, dan pengawet.
5) Saponin,
senyawa glikosida yang dapat membentuk busa dan memiliki aktivitas
antikolesterol, antitumor, dan imunomodulator.
6) Steroid,
senyawa siklik yang memiliki struktur mirip dengan hormon steroid seperti
testosteron, estrogen, dan kortisol.
7) Protein dan asam amino,
senyawa nitrogen yang berperan sebagai penyusun sel dan jaringan tubuh,
serta sebagai sumber energi. Beberapa asam amino yang terdapat dalam buah
ketapang adalah leusin, penilalanin, isoleusin, histidin, valine, triptofan,
threonin, methionin, lisin dan tirosin (Hermawan et al, 2018)

c. Manfaat
Buah ketapang adalah buah yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan
kecantikan. Buah ketapang juga bisa digunakan sebagai bahan alami untuk
mengobati beberapa penyakit.

Berikut adalah beberapa manfaat buah ketapang


1. Meredakan peradangan.
Buah ketapang bisa menjadi obat anti radang karena memiliki kandungan
polifenol, triterpenoid, dan senyawa lain yang dipercaya bisa mencegah
radang. Dalam sebuah penelitian, kulit buah ketapang juga terbukti bisa
digunakan sebagai biosorben untuk ion Mn (II) yang bisa menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal.
2. Mencegah penuaan dini.
Buah ketapang memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi.
Antioksidan berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang bisa merusak
sel-sel kulit dan menyebabkan keriput, flek hitam, dan kulit kusam.
3. Menyembuhkan luka pada kulit.
Buah ketapang juga bisa digunakan untuk mengobati luka bakar, luka lecet,
atau luka sayat pada kulit. Dalam sebuah penelitian, ekstrak buah ketapang
juga terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
dan Bacillus subtilis yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit.
4. Memelihara kesehatan hati.
Buah ketapang memiliki kandungan flavonoid yang bisa melindungi hati dari
kerusakan akibat racun atau infeksi. Flavonoid juga bisa meningkatkan fungsi
hati dalam memproduksi empedu dan memetabolisme lemak.

d. Cara Pengolahan
1. Merebus daun ketapang
● Siapkan beberapa lembar daun ketapang yang telah dibersihkan.
Pastikan daun ketapang yang digunakan segar dan bersih.
● Rebus daun ketapang dengan tiga gelas air hingga air mendidih. Anda
dapat menggunakan panci atau wadah lain yang sesuai untuk
merebusnya.
● Setelah air mendidih, biarkan daun ketapang direbus dalam air tersebut
selama beberapa saat. Waktu rebusan bisa bervariasi tergantung pada
preferensi Anda, tetapi sekitar 10-15 menit adalah waktu yang
umumnya digunakan.
● Setelah merebus, saring air rebusan daun ketapang untuk memisahkan
daun dari air. Anda bisa menggunakan saringan atau kain kasa bersih
untuk melakukan ini.
● Tunggu hingga air rebusan daun ketapang menjadi hangat. Pastikan itu
cukup hangat untuk diminum, tetapi tidak terlalu panas.
● Anda dapat menambahkan madu secukupnya ke dalam air rebusan
daun ketapang jika Anda menginginkan rasa yang sedikit manis.
Penambahan madu bersifat opsional dan tergantung pada selera Anda.
● Minumlah air rebusan daun ketapang dua kali sehari. Anda bisa
meminumnya pada pagi dan malam hari. Daun ketapang dikenal
memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk membantu meredakan
batuk, mengatasi masalah pernapasan, dan memiliki sifat antiinflamasi.

2. Ekstrak buah ketapang


● Cuci buah ketapang yang sudah tua dan kering sampai bersih. Pastikan
buah ketapang dalam kondisi yang baik dan bebas dari kotoran atau
kontaminasi lainnya.
● Potong-potong buah ketapang menjadi beberapa bagian agar lebih
mudah diolah.
● Masukkan potongan-potongan buah ketapang ke dalam panci.
● Tambahkan air secukupnya ke dalam panci untuk merendam buah
ketapang. Pastikan air mencakup buah ketapang dengan baik.
● Rebus campuran buah ketapang dan air selama 15-20 menit. Proses
perebusan ini bertujuan untuk merendam dan melunakkan buah
ketapang.
● Setelah merebus, saring larutan ekstrak buah ketapang dari ampasnya.
Anda bisa menggunakan saringan atau kain kasa bersih untuk
melakukan ini. Larutan yang diperoleh adalah cairan hasil ekstraksi
awal.
● Pekatkan larutan ekstrak dengan menggunakan metode waterbath.
Waterbath adalah proses pemanasan larutan dengan air mendidih pada
suhu tertentu. Dalam hal ini, pekatkan larutan ekstrak pada suhu
60-70°C selama 1 jam. Ini membantu mengurangi kadar air dalam
ekstrak dan meningkatkan konsentrasinya.
● Setelah proses pekatan selesai, saring larutan ekstrak lagi
menggunakan kertas saring atau alat penyaring yang cocok. Ini akan
membantu menghilangkan partikel-partikel kecil yang mungkin masih
ada dalam larutan.
● Terakhir, evaporasi larutan ekstrak dengan menggunakan oven pada
suhu yang rendah hingga terbentuk ekstrak semi-solid. Proses ini akan
menghilangkan sisa air dalam ekstrak dan meningkatkan
konsistensinya menjadi lebih padat.
BAB III. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan tanaman berpotensi obat
Divisi Spermatophyta memiliki perbedaan pada setiap tanaman. Masing-masing tumbuhan
yang terdiri atas bawang putih, jahe, lidah buaya, mengkudu, dan ketapang memiliki
perbedaan dalam pengolahan nya menjadi obat, hal tersebut dikarenakan setiap tumbuhan
mengandung zat atau senyawa yang berbeda, sehingga potensi manfaat obat pun juga
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Chessa, U.T., Chrisnasari, R., & Dewi, A. D. R. (2020). pengaruh Pengolahan terhadap Nilai
Fungsional Bawang Putih (Allium sativum). KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi, 1(1),
1-14
Dewi, P., Putri, A. R., Bintari, S. H., & Mubarok, I. (2022). Uji Efektivitas Ekstrak Buah
Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Life
Science, 11(1), 47-59.
Fadly, Ahmad Aulia. (2022). Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap
Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Streptozotocin.
Jurnal Medika Hutama, 2(3), 1739-1744
Hermawan, H., Sari, B. L., & Nashrianto, H. (2018). Kadar polifenol dan aktivitas
antioksidan ekstrak etil asetat dan metanol buah ketapang (Terminalia catappa L.). Jurnal
online mahasiswa (JOM) bidang farmasi, 1(1).
Lisiswanti, R., & Haryanto, F.P. (2017). Allicin pada Bawang Putih (Allium sativum) sebagai
Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 6 (2), 31-36.
Nurazizah, N., Nabila, A. I., Adriani, L., Widjastuti, T., & Latipudin, D. (2020). Kadar
kolesterol, urea, kreatinin darah dan kolesterol telur ayam sentul dengan penambahan ekstrak
buah mengkudu yang disuplementasi Cu dan Zn. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu
Pakan (Journal of Tropical Animal Nutrition and Feed Science), 2(1).
Pangestu, T.Y.I., & Setyawan, A.B. (2020). Pengaruh Pemberian Black Garlic terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Segiri Samarinda. Borneo Student Research, 1(3), 2229-2234
Sholehah, D. N. (2010). Pengukuran Kandungan Skopoletin Pada Beberapa Tingkat
Kematangan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) dengan Metode KLT Densitometri.
Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 3(1), 1-9.
Sukrianto, Harianto, L.I., Rizqiya, F., Falaqi, H.M.A., & Akbar, J. Produksi dan konsumsi
bawang hitam untuk imunitas masyarakat. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM
UMJ
Pitri, R. M. N., & Kissinger, K. (2021). Pembuatan Tepung Biji Ketapang (Terminalia
Catappa) Sebagai Bahan Pengolahan Aneka Cake Pada Kelompok Pkk Permata Hijau
Banjarbaru. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al Banjary, 7(2).
Sofian, Wijaya (2017) Analisa Manfaat Kulit Buah Ketapang (Terminalia Catapa) Sebagai
Biosorbent Ion Mn(II) Dalam Larutan Dan Antidote Pada Hati Dan Ginjal Tikus Percobaan.
Doctoral thesis, Universitas Andalas.
Syaputri, E.R., Selaras, G.H., Farma, S.A. (2022) Manfaat Tanaman Jahe (Zingiber
officinale) Sebagai Obat obatan Tradisional (Traditional Medicine). Jurnal Semhas Biologi,
1(1), 579-586.

Anda mungkin juga menyukai