Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Biologi


Kode Mata Kuliah : KBO620206
Jumlah SKS : 3 SKS
Dosen Pengampu : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd
Rini Rita T. Marpaung., S.Pd., M.Pd
Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 12 (B)

Naura Aya Tsabita (2013024038)


Nofyana Safitri (2013024006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Problem Based
Learning (PBL) ini dapat diselesaikan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran serta bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., Rini Rita T.
Marpaung., S.Pd., M.Pd., Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd., selaku dosen yang telah
membimbing kami dan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih
memerlukan penyempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah sekaligus menambah wawasan bagi kita
semua. Kami juga memohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam penulisan materi,
maupun kesalahan lainnya. Terimakasih.

Bandarlampung, 08 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ..ii


DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL). ................................................................ 3
2.2 Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ............................................................. 4
2.3 Prinsip Problem Based Learning (PBL) ....................................................................... 5
2.4 Implementasi Problem Based Learning (PBL) ............................................................ 6
2.5 Assesment dalam Problem Based Learning (PBL) ....................................................... 7
2.6 Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) ...................................................... 9
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL) ...................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembelajaran di Indonesia banyak menawarkan berbagai macam model pembelajaran yang
dapat digunakan oleh para guru. Sehingga guru harus memahami konsep pembelajaran yang
merujuk pada proses dan dapat tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Guru harus kreatif
dalam mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang sesuai dengan kondisi nyata
ditempat kerja masing-masing. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat
mempengaruhi tercapainya sasaran belajar, oleh sebab itu guru perlu memilih model yang
tepat dari sekian banyak model pembelajaran, jangan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan kebiasaan akan tetapi berdasarkan materi dan sasaran yang akan dicapai. Setiap
siswa memilki keunikan masing-masing dalam berbagai hal, hal ini menujukkan bahwa
pemahaman guru terhadap model pembelajaran yang akan digunakan tidak dapat diabaikan.
Pada dasarnya tidak ada model yang paling ideal. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan sendiri. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai guru,
ketersediaan fasilitas dan kondisi siswa. Proses belajar akan lebih efektif jika guru dapat
mengkondisikan semua siswa terlibat aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling
mendukung antar siswa satu dengan siswa yang lain. Banyak model pembelajaran yang dapat
diterapkan guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Salah satu model
pembelajaran yaitu Problem Based Learning.

Menurut Arends dalam Bekti Wulandari (2013: 180) PBL merupakan pembelajaran yang
memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan
bermakna kepada siswa. Sebagai tambahan, dalam PBL peran guru adalah menyodorkan
berbagai masalah autentik sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah tersebut. Rendahnya keaktifan dan hasil belajar pada siswa
disebabkan karena beberapa faktor, yakni : faktor dari strategi dan faktor dari siswa. Tiga
faktor penyebab dari strategi diantaranya kurang tepatnya strategi pembelajaran yang
digunakan dalam mengajar. Menurut Ahmadi (2004 : 89) pengambilan model pembelajaran
yang digunakan atau dalam mata pelajaran dapat menjadi penyebab kesulitan belajar
(kurangnya aktifitas). Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai materi, lebih-lebih kurang
persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
Faktor dari siswa diantaranya siswa menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu atau
kurang percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya.

1
Menurut Ahmadi (2004: 90) metode mengajar yang kurang menarik dapat menyebabkan
siswa menjadi pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas. Siswa menjadi tidak mendengarkan
penjelasan dari guru. Siswa cenderung mencari kesibukan lain bahkan siswa akan tidur di
kelas karena bosan. Faktor penyebab rendahnya keaktifan belajar cenderung disebabkan dari
guru. Dalam pembelajaran guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang
konvensional. Guru lebih dominan pada waktu pembelajaran, sementara siswa hanya
dipandang sebagai objek dan menjadi pasif. Pada saat siswa pasif, siswa mengalami proses
tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil belajar
siswa.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning (PBL)?
2. Bagaimana karakteristik Problem Based Learning (PBL)?
3. Bagaimana prinsip Problem Based Learning (PBL)?
4. Bagaimana implementasi Problem Based Learning (PBL)?
5. Bagaimana assesment dalam Problem Based Learning (PBL)?
6. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan dengan Problem Based Learning
(PBL)?
7. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning (PBL).
2. Untuk mengetahui karakteristik dengan Problem Based Learning (PBL).
3. Untuk mengetahui prinsip Problem Based Learning (PBL).
4. Untuk mengetahui implementasi Problem Based Learning (PBL).
5. Untuk mengetahui assesment Problem Based Learning (PBL).
6. Untuk mengetahui langkah-langkah Problem Based Learning (PBL).
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah kurikulum yang merencanakan


pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan instuksional. PBL merupakan model
pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan menghadirkan sebuah masalah agar
diselesaikan oleh siswa. Selama proses pemecahan masalah, siswa membangun
pengetahuan serta mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan
self-regulated learner. Dalam proses pembelajaran PBL, seluruh kegiatan yang disusun
oleh siswa harus bersifat sistematis. Hal tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari–
hari. Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang berusaha
menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah konteks bagi para
siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan mendapatkan keterampilan dalam
pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus
konsep. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan
analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik
untuk berfikir kritis dan analistis dan untuk mencari serta menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai.
Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :
1. Menurut Duch, Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
2. Menurut Arends, Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga
diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya.
3. Menurut Glazer, mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu strategi
pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam
situasi yang nyata
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

3
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa
untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari
penyelesaian masalah masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber - sumber pembelajaran.

2.1 Karakteristik Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning merupakan pembelajaran aktif progresif dan pendekatan
pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik
awal dalam proses pembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang dimunculkan.
PBL sering dilakukan dengan pendekatan tim melalui penekanan pada pembangunan
keterampilan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, diskusi, pemeliharaan tim,
manajemen konflik, dan kepemimpinan tim.
Karakteristik Metode Problem Based Learning (PBL) menurut ahli yaitu Trianto yang
telah mengemukakan karakteristik Metode Problem Based Learning (PBL) yaitu : 1)
Pengajuan pertanyaan atau masalah; 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin; 3)
Penyelidikan autentik; 4) Menghasilkan produk atau karya.
Guna memperjelas karakteristik Metode Problem Based Learning (PBL) tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan
pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan di sekeliling atau di
sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Problem Based
Learning (PBL) mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah
yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi
siswa.Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun Problem Based Learning (PBL)
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.

4
c. Penyelidikan autentik. Metode Problem Based Learning (PBL) menghendaki siswa
untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhada
masalah nyata. Mereka harus menganalisis kemudian mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Problem Based Learning
(PBL) menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, Metode fisik, video maupun
program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan atau dipresentasikan
kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.
e. Kerjasama. Metode Problem Based Learning (PBL) dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam
tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Problem Based
Learning (PBL) biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan analisis hasil kerja siswa.

2.3 Prinsip Problem Based Learning (PBL)

Pannen, dkk. (2001) menguraikan secara singkat tentang lima prinsip dasar yang menjadi
ciri - ciri PBL, yakni:
1. Permasalahan sebagai pemandu. Permasalahan merupakan acuan konkret yang harus
menjadi perhatian mahasiswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan,
mahasiswa ditugaskan membaca sambil selalu mengacu pada masalah.
2. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi. Permasalahan disajikan kepada
mahasiswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Hal ini bertujuan untuk
memberi kesempatan kepada mahasiswa menerapkan pengetahuan yang sudah
diperolehnya untuk memecahkan masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh. Permasalahan adalah salah satu contoh dan bagian dari
bahan belajar. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau
prinsip; selanjutnya dibahas dalam diskusi antara guru dan mahasiswa.
5
4. Permasalahan sebagai fasilitas untuk terjadinya proses. Dalam hal ini berfokus pada
kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan permasa-lahan. Permasalahan
menjadi alat untuk melatih mahasiswa dalam bernalar dan berpikir kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar. Fokus utama pada
pengembangan keterampilan memecahkan masalah dari kasus-kasus serupa.
Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri
oleh mahasiswa melalui aktivitas selama pemecahan masalah. Keterampilan yang
terlibat meliputi keterampilan fisik, keterampilan mengumpulkan dan menganalisis
data, dan keterampilan metakognitif.

2.4 Implementasi Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan kompetensi siswa dan kemampuan
berpikir kritis adalah Model Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning
(PBL). Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah model pembelajaran yang dasar
filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang
bersifat terbuka (Forgaty, (1997) dan Jones, (1996). Berdasarkan uraian di atas, fokus
penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X SMA Negeri 4 Baubau Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui penerapan
model Problem Based Learning pada pelajaran Biologi. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 4 Baubau. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah Juli s.d Oktober Tahun
2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Baubau pada semester I
Tahun Pelajaran 2013/2014, yaitu kelas X-1 dan kelas X-2.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada materi dengan dua standar kompetensi yang
dilakukan dalam dua siklus penelitian. Siklus pertama mencakup materi dengan standar
kompetensi “Siswa mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil
penelitian dengan menerapkan sikap ilmiah” yang terdiri atas kompetensi dasar (1)
merencanakan penyelidikan ilmiah dalam bidang Biologi; (2) melaksanakan penyelidikan
ilmiah dalam bidang Biologi; (3) mengkomunikasikan hasil penyelidikan ilmiah, dan (4)
bersikap ilmiah. Siklus kedua mencakup materi dengan Standar Kompetensi “Siswa
mampu memahami hakikat Biologi sebagai ilmu, menemukan objek dan ragam persoalan
dari berbagai tingkat organisasi kehidupan yang ada di lingkungan sekitar” dengan
Kompetensi Dasar: mempelajari ruang lingkup Biologi, manfaat, dan bahayanya.
Penelitian masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan
penelitian; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi/ evaluasi; dan (4) refleksi.

6
Hasil Data Pengamatan Implementasi Problem Based Learning (PBL)

Secara umum, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model PBL pada pelajaran
Biologi dalam penelitian ini sangat baik. Dalam arti, siswa aktif melakukan kegiatan belajar
dengan kegiatan mengidentifikasi dan merumuskan masalah dari masalah nyata kehidupan
yang disajikan dalam LKS, merancang investigasi, melaksanakan investigasi,
mengumpulkan data/informasi melalui investigasi, membahas data/informasi yang
diperoleh, mengajukan solusi-solusi terhadap masalah yang diangkatnya, menyusun laporan,
dan mempresentasikan laporan di hadapan kelas. Semua kegiatan belajar ini dilaksanakan
dalam kelompok. Kelompok kelihatan sangat kompak dalam mengerjakan tugas belajarnya.
Peranan guru dalam pembelajaran penelitian ini adalah menyajikan masalah yang tidak
terstruktur (melalui LKS), membimbing siswa dalam mengidentifikasi dan merumuskan
masalah, membimbing siswa dalam merencanakan kegiatan investigasi, membimbing siswa
dalam melaksanakan investigasi, membimbing siswa dalam menyusun laporan,
membimbing siswa dalam menyajikan atau presentasi kelas.

2.5 Assesment dalam Problem Based Learning (PBL)


Di dalam PBL dirancang untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya. PBL juga menyuguhkan
berbagai situasi atau permasalahan yang bermakna dan kontekstual (Arends, 2008). Kenyataan di

7
lapangan menunjukkan kurangnya kemampuan memecahkan masalah dan proses penalaran yang
dikarenakan proses pembelajaran yang bersifat tekstual dan teacher centered sudah mengkarakter di
tingkat perguruan tinggi maupun tingkat pendidikan lainnya (Tang, 1997). Faktor lain yang
kemungkinan berpengaruh adalah penggunaan asesmen yang belum tepat, yang hanya dipersiapkan
untuk menguasai pengetahuan (Wulan, 2007). Sejalan dengan pendapat Haryono (2009) sistem
penilaian hasil belajar lebih menitikberatkan pada aspek kognitif. Terbukti dengan tes yang
dilaksanakan di sekolah maupun di perguruan tinggi baik lisan atau tulis lebih banyak mengarahkan
pada pengungkapan kemampuan aspek kognitif. Di dalam penerapan model PBL, asesmen autentik
ini merupakan salah satu komponen utama yang harus ada dalam proses pembelajaran yang bertujuan
untuk mengukur aktivitas pengamatan empirik dan penalaran logik. Melalui asesmen autentik
diharapkan keterampilan berpikir peserta didik dapat terukur sesuai dengan kriteria. Latar belakang
permasalahan tersebut, menjadi dasar peneliti untuk menganalisis penerapkan dalam model Problem
Based Learning (PBL) berbasis asesmen autentik dalam rangka membangun keterampilan berpikir
peserta didik.

Gambar 2.6 Assesmen Autentik (Didi Pramono, 2020)


Asesmen autentik menghadapkan siswa pada tantangan-tantangan dunia-nyata yang
mengharuskan mereka mampu menerapkan berbagai keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.”
Asesmen autentik adalah produk-produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman-
pengalaman kehidupan nyata. Menurut Grant Wiggins, dalam artikelnya The Case for Authentic
Assessment, “Asesmen otentik memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan
penelitian; menulis, merevisi dan membahas artikel; memberikan analisa oral terhadap peristiwa
politik terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat, dst.” Melalui asesmen otentik,
siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang diberikannya
itu bermakna dan relevan. Assesmen autentik harus menjadi bagian integral dari pengajaran,
sehingga dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya sebagai suatu alat untuk
mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga untuk mempengaruhi
pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi penilaian yang mengukur
8
produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam pembelajaran kemampuan berpikir matematis
dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai
karakter pokok yang sama dengan pengajaran, yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan
pengajaran. Dalam penilaian autentik diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan,
memikirkan solusi, dan menginterpretasikan hasil.
Dengan demikiaan, suatu asesmen dikatakan “autentik” apabila:

1. Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai;


2. Penilaian yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat,
penting, dan bermakna;
3. Penilaian yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi/keterampilan
akademik pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas;
4. Penilaian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya atas
kompetensi pada suatu mata pelajaran;
5. Penilaian yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata
pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;
6. Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif peserta didik dalam rangka
mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya;
7. Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/ perstasi peserta didik
berkaitan dengan tugas intelektual yang layak; dan
8. Penilaian yang melibatkan peserta didik untuk mendemostrasikan apa yang mereka
katahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.

2.6 Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Langkah-langkah dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL), disajikan guru sebagai
berikut:
a) Orientasi siswa pada masalah;
b) Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 orang siswa
secara heterogen;
c) Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok;
d) siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, siswa bersama kelompoknya melakukan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah;
e) Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil dari percobaan;
f) Guru membimbing siswa untuk melakukan presentasi;
g) Guru membimbing siswa untuk melakukan evaluasi.

9
Langkah Kerja Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Or Presentasi peserta didik pada 1. Guru Kelompok mengamati dan
masalah menyampaikan memahami masalah yang
masalah yang akan disampaikan guru atau yang
dipecahkan secara diperoleh dari bahan bacaan
kelompok. yang disarankan.
2. Masalah yang
diangkat hendaknya
kontekstual.
Masalah bisa
ditemukan sendiri
oleh peserta didik
melalui bahan
bacaan atau lembar
kegiatan
M Mengorganisasikan peserta didik Guru memastikan setiap Pe Serta didik berdiskusi dan
untuk belajar. anggota memahami tugas membagi tugas untuk
masing-masing. mencari data/ bahan-bahan/
alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
M Membimbing penyelidikan G Guru memantau Pe Serta didik melakukan
individu maupun kelompok. keterlibatan peserta didik penyelidikan (mencari data/
dalam pengumpulan data/ referensi/ sumber) untuk
bahan selama proses bahan diskusi kelompok.
penyelidikan.
M Mengembangkan dan menyajikanG Guru memantau diskusi Kelompok melakukan
hasil karya. dan membimbing diskusi untuk menghasil-
pembuatan laporan kan solusi pemecahan
sehingga karya setiap masalah dan hasilnya
kelompok siap untuk dipresentasikan/disajikan
dipresentasikan. dalam bentuk karya.
Menganalisis dan mengevaluasi Guru membimbing Se Tiap kelompok melakukan
proses pemecahan masalah. presentasi dan mendorong presentasi, kelompok yang
kelompok memberikan lain memberikan apresiasi.
penghargaan serta masukan Kegiatan dilanjutkan
10
kepada kelompok lain. dengan merangkum/
Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan sesuai
menyimpulkan materi. dengan masukan yang
diperoleh dari kelompok
lain.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


• Kelebihan
Adapun kelebihan dari model Problem based Learning ini adalah dengan PBL:
a. Akan terjadi pembelajaran yang bermakna.
b. Peserta didik belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan.
c. Peserta didik mengintegrasi pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
d. Problem Based Learning ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik untuk bekerja, peserta didik lebih
memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut.
e. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir peserta didik yang lebih tinggi. Peserta didik dapat merasakan manfaat
pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan
dengan kehidupan nyata.
f. Menjadikan peserta didik lebih mandiri (Faisal, 2014).

• Kekurangan
Menurut Sanjaya (2007:219), kekurangan Problem Based Learning (PBL) adalah
sebagai berikut:
a. Jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba;
b. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan
pembelajaran;
c. Pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu yang lama;
d. Tidak semua mata pelajaran matematika dapat diterapkan model ini.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan
menghadirkan sebuah masalah agar diselesaikan oleh siswa. Selama proses pemecahan
masalah, siswa membangun pengetahuan serta mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah dan keterampilan berfikir kritis. Problem Based Learning sering
dilakukan dengan pendekatan tim melalui penekanan pada pembangunan keterampilan
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, diskusi, pemeliharaan tim, manajemen
konflik, dan kepemimpinan tim.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Djonomiarjo, T. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Ilmu Pendidikan Nonformal , Volume 05, No 01.

Nugraha, W. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Ipa
Siswa Sd Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol. 10 No.2 Juli 2018 | Hal 115-127.

Susanto, S. (2020). Efektifitas Small Group Discussion Dengan Model Problem Based Learning
Dalam . Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19, Volume 06 Nomor 01 Tahun 2020,
55 -60.

Sutrisno. (2011). Problem Based Learning Sebagai Suatu Strategi Pembelajaran Untuk
Menumbuh-Kembangkan Atmosfer Kebebasan Intelektual. Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains, s, Vol.2, No.1, April, hlm 11-12.

Tarihoran, A. A. (2016). Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dan Motivasi Siswa
Terhadap Hasil Belajar Pai Di Smp Negeri I Ciruas – Serang. urnal Kajian Keislaman,
Volume 3, No. 2.

Wulandari, B. (2013). Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Plc Di Smk. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2.

Dwiastuti, Ika, dkk. (2019). Implementasi Problem-Based Learning (PBL) Pada Pendidikan Tinggi:
Evaluasi Proses Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Sains Psikologi, Vol 8,
Nomor 2, hal:218-227.

Azidin. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning Pada Pelajaran Biologi Untuk
Meningkatkan Kompetensi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Negeri
4 Baubau. Jurnal Sang Pencerah, Vol 3, Nomor 2 Agustus 2017, hal:19-29.

Novelni, Desti dan Elfia Sukma. (2021). Analisis Langkah-Langkah Model Problem Based
Learning Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Di Sekolah Dasar Menurut Pandangan
Para Ahli. Jurnal of Basics Education Studies, Vol 4, Nomor 1, Januari-Juli 2021, Hal:
3869-3888.

Tyas, Retnaning. (2017). Kesulitan Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Tecnoscienza, Vol 2, Nomor 1 Oktober 2017, hal: 44-52.
13

Anda mungkin juga menyukai