Disusun Oleh:
Asep Asmawal
Tenti Nur’aeni
Wida Nurmaulida
Wulan Saumi Awaliah
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mencetak lulusan yang berkarakter aktivitas
pembelajaran harus berpusat pada siswa (Student Centered Learning/SCL). Di
Indonesia SCL sendiri dikenal dengan sebutan cara belajar siswa aktif (CBSA)
dan diimplementasikan pada kurikulum 2013 sebagai strategi dalam
pembelajaran saintifik. Pembelajaran berbasis pada peserta didik dipercaya
sangat efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil
belajar yang optimal. Ini sesuai dengan filosofi belajar, bahwa belajar
merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan baru dimana semakin banyak
pengetahuan didapat, semakin besar peluang untuk terus meningkatkan kualitas
sikap dan perilakunya
Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL). Menurut
Barrows (1992) Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan suatu
metode pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip pemanfaatan
permasalahan-permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses
mendapatkan dan mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.
PBL merupakan pembelajaran yang diadministrasikan dengan cara
menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan, dan membuka ruang dialog.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri Model Pembelajaran Problem Bassed Learning?
2. Apa tujuan dan manfaat Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Problem
Bassed Learning?
C. Tujuan
1. Agar si penulis bertambah wawasannya, Khususnya dalam mata kuliah ini.
2. Agar mengetahui pengertian, ciri-ciri, manfaat, tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Bassed Learning.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
Dr. Howard Barrows (1982) mendefinisikan Problem based learning
(PBL): “a learning method based on the principle of using problems as a
starting point for the acquisition and integration of new knowledge”. Suatu
metode pembelajaran berlandaskan pada prinsip pemanfaatan
permasalahan-permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses
mendapatkan dan mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif
terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme).
Menurut teori konstruktivisme, peserta didik belajar mengonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran
berbasis masalah dapat membuat peserta didik belajar melaui upaya
penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara
terstruktur untuk mengonstruksi 5 pengetahuan peserta didik. Pembelajaran
ini menuntut peserta didik untuk aktif melakukan penyelidikan dalam
menyelesaikan permasalahan dan dosen berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thingking) dan meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan
memuka dialog. Persoalan yang dikaji hendaknya merupakan persoalan
konstekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep
dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebuah permasalahan pada
umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan karena merupakan
2
permasalahan multi konsepsi, bahkan dapat merupakan masalah multi
disiplin ilmu.
3
menuntut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup
apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan dosen dalam
mengangkat dan merumuskan masalah
4
D. Tujuan Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
Menurut Norman dan Schmidt (1992), pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:
mentransfer konsep dan permasalahan baru, 6 integrasi konsep,
ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar.
5
E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Bassed Learning
Skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis masalah
hendaknya memenuhi karakteristik berikut: (i) terkait dengan dunia nyata; (ii)
memotivasi pebelajar; (iii) membutuhkan pengambilan keputusan; (iv) multi-
tahap; (v) dirancang untuk kelompok; (vi) menyajikan pertanyaan terbuka
memicu diskusi; (vii) mencakup tujuan pembelajaran, berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking), dan keterampilan lainnya (Ridwan, 2015:131).
Pannen (2001:86) memberikan arahan petunjuk langkah-langkah dalam
penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu: (i) mengidentifikasi masalah,
(ii) mengumpulkan data, (iii) menganalisis data, (iv) memecahkan masalah
berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (iv) memilih cara untuk
memecahkan masalah, (v) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (vi)
melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (vii) melakukan
tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004) membagi tahap-tahap administrasi pembelajaran berbasis
masalah yang dilaksanakan oleh fasilitator (dosen) meliputi:
- Tahap 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat
aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Tahap 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
- Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
- Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu
mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya. - Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya
pemecahan masalah.
6
Pierce dan Jones (dalam Ratnaningsih, 2003: 126) menjelaskan bahwa
pengkondisian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut: (i) Keterlibatan (engagement)
meliputi mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan
mahasiswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan
masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan 7 dugaan dan
rencana penyelesaian. (ii) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation)
yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
(iii) Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan. (iv) Tanya jawab
(debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi
terhadap proses pemecahan masalah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu metode
pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip pemanfaatan permasalahan-
permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses mendapatkan dan
mengintegrasikan suatu pengetahuan baru. Pembelajaran berbasis masalah
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:
mentransfer konsep dan permasalahan baru, integrasi konsep,
ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar. Karakteristik-karakteristik yang melekat dalam model pembelajaran
berbasis masalah yaitu: i) Belajar inkuiri (merumuskan pertanyaan investigatif)
dan keterampilan melakukan pemecahan masalah dimana menstimulasi
mahasiswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order
thinking skill) memancing stimulasi mental seperti; induksi, deduksi,
klasifikasi, dan reasoning; ii) Peran perilaku dewasa (adult role behaviors); dan
iii) Keterampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
8
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Blikstein, Paulo and Chan, Monica M. 2018. Exploring Problem- Based Learning for
Middle School Design and Engiineering Education in Digital Fabrication
Laboratories. Interdisciplinary Journal of Problem- Based Learning. Volume
12, issue 2.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/tl.37219966805
Muri Yusuf, A. 2015. Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi
dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan (Edisi I). Jakarta: Prenamedia
Group