Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Model Pembelajaran Problem Bassed Learning ”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan Model Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Nizar Abdullah Suja’I, S.Pd.I, M. Pd.

Disusun Oleh:
Asep Asmawal
Tenti Nur’aeni
Wida Nurmaulida
Wulan Saumi Awaliah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AL-AZHARY CIANJUR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Model Pembelajaran Problem Bassed Learning”.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam
proses perkuliahan. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga berterima
kasih kepada para penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan.

Cianjur, 25 November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iv

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Bassed Learning.......................................2

B. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Bassed Learning....................................3

C. Manfaat Model Pembelajaran Problem Bassed Learning............................................4

D. Tujuan Model Pembelajaran Problem Bassed Learning..............................................5

E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Bassed Learning....................5

BAB III......................................................................................................................................8

PENUTUP.................................................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mencetak lulusan yang berkarakter aktivitas
pembelajaran harus berpusat pada siswa (Student Centered Learning/SCL). Di
Indonesia SCL sendiri dikenal dengan sebutan cara belajar siswa aktif (CBSA)
dan diimplementasikan pada kurikulum 2013 sebagai strategi dalam
pembelajaran saintifik. Pembelajaran berbasis pada peserta didik dipercaya
sangat efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil
belajar yang optimal. Ini sesuai dengan filosofi belajar, bahwa belajar
merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan baru dimana semakin banyak
pengetahuan didapat, semakin besar peluang untuk terus meningkatkan kualitas
sikap dan perilakunya
Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL). Menurut
Barrows (1992) Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan suatu
metode pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip pemanfaatan
permasalahan-permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses
mendapatkan dan mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.
PBL merupakan pembelajaran yang diadministrasikan dengan cara
menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan, dan membuka ruang dialog.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri Model Pembelajaran Problem Bassed Learning?
2. Apa tujuan dan manfaat Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Problem
Bassed Learning?
C. Tujuan
1. Agar si penulis bertambah wawasannya, Khususnya dalam mata kuliah ini.
2. Agar mengetahui pengertian, ciri-ciri, manfaat, tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Bassed Learning.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
Dr. Howard Barrows (1982) mendefinisikan Problem based learning
(PBL): “a learning method based on the principle of using problems as a
starting point for the acquisition and integration of new knowledge”. Suatu
metode pembelajaran berlandaskan pada prinsip pemanfaatan
permasalahan-permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses
mendapatkan dan mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif
terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme).
Menurut teori konstruktivisme, peserta didik belajar mengonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran
berbasis masalah dapat membuat peserta didik belajar melaui upaya
penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara
terstruktur untuk mengonstruksi 5 pengetahuan peserta didik. Pembelajaran
ini menuntut peserta didik untuk aktif melakukan penyelidikan dalam
menyelesaikan permasalahan dan dosen berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thingking) dan meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan
memuka dialog. Persoalan yang dikaji hendaknya merupakan persoalan
konstekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep
dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebuah permasalahan pada
umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan karena merupakan

2
permasalahan multi konsepsi, bahkan dapat merupakan masalah multi
disiplin ilmu.

B. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Bassed Learning


Menurut Saleh (2013:205). Didalam strategi PBM (pembelajaran
berbasis masalah) terdapat tiga ciri utama:

a. Pertama, strategi PBM (Pembelajaran berbasis masalah) merupakan


rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan mahasiswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi PBM
mahasiswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan
akhirnya menyimpulkannya.
b. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri lainnya dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem


Based Learning), dosen lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing
dan motivator. Dosen mengajukan masalah otentik/mengorientasikan
mahasiswa kepada permasalahan nyata (real world), memfasilitasi/
membimbing dalam proses penyelidikan, menfasilitasi dialog antara
mahasiswa, menyediakan bahan ajar mahasiswa serta memberikan dukungan
dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual mahasiswa.

Keberhasilan model PBM sangat tergantung pada ketersediaan sumber


belajar bagi mahasiswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan,

3
menuntut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup
apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan dosen dalam
mengangkat dan merumuskan masalah

C. Manfaat Model Pembelajaran Problem Bassed Learning


1. Meningkatkan kemandirian dalam belajar
Pendekatan ini mendorong anak-anak untuk berinisiatif dan tanggung
jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Saat mereka didorong untuk
menggunakan penelitian dan kreativitas, mereka mengembangkan
keterampilan yang akan bermanfaat bagi mereka hingga dewasa.
2. Mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar
Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang cenderung mengharuskan
siswa untuk duduk, mendengar, dan mencatat, pada pendekatan ini, siswa
duduk di kursi kemudi. Mereka harus tetap tajam, menerapkan pemikiran
kritis, dan berpikir out of the box untuk memecahkan masalah.
3. Mengembangkan keterampilan dalam dunia nyata
Kemampuan yang dikembangkan siswa tidak hanya diterapkan ke dalam
satu kelas atau materi pelajaran, tetapi juga dapat diterapkan pada sejumlah
besar mata pelajaran sekolah serta kehidupan sehari-hari di luar sekolah.
Mulai dari kepemimpinan hingga kemampuan menyelesaikan masalah
dalam konteks kehidupan nyata.
4. Meningkatkan kemampuan kerja sama
Beragam aktivitas dalam pendekatan problem-based learning meminta
siswa untuk berkolaborasi dengan teman sekelasnya untuk menemukan
solusi. Pendekatan kerja sama ini mendorong anak-anak untuk membangun
keterampilan seperti kolaborasi, komunikasi, kompromi, dan
mendengarkan.
5. Mendorong penghargaan intrinsic
Penghargaan yang diperoleh dari problem-based learning jauh lebih besar
daripada sekadar nilai A. Siswa mendapatkan rasa self-respect dan
kepuasan karena mengetahui bahwa ia telah memecahkan teka-teki,
menciptakan solusi inovatif, atau membuat produk yang nyata.

4
D. Tujuan Model Pembelajaran Problem Bassed Learning
Menurut Norman dan Schmidt (1992), pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:
mentransfer konsep dan permasalahan baru, 6 integrasi konsep,
ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar.

Sedangkan Tujuan PBL menurut penelitian yang dikembangkan oleh


Hmelo-silver (2004) dalam Huriah ( 2018 : 12- 13),  yaitu :

1) Mengkontruksi luas dan fleksibilitas pengetahuan dasar.


2) Dalam PBL, mahasiswa termotivasi untuk memperluaskan pengetahuan
dasar yang dimiliki dengan memecahkan masalah. Mahasiswa yang
mengikuti kegiatan PBL dapat mencapai pengetahuan seluas-luasnya terkait
topik pembelajaran yang terdapat dalam kasus.
3) Mengembangkan efektivitas ketrampilan pemecahan masalah.
4) Proses diskusi PBL, menjadi mahasiswa belajar bagaimana memecahkan
masalah dengan cara berdiskusi dengan anggota lain. Mahasiswa dapat
belajar secara efektif ketrampilan  pemecahan masalah.
5) Mengembangkan pengarahkan diri dan ketrampilan belajar sepanjang
hayat.
6) Pada proses diskusi PBL terjadi interaksi antar anggota. Proses ini
menjadikan mahasiswa belajar berkomonikasi yang efektif dan toleransi
sesama anggota.
7) Mahasiswa menjadi kaloborator yang efektif.
8) Pada saat diskusi PBL, mahasiswa akan belajar bagaiamana menyakinkan
anggota lain agar dapat menerima ide-ide yang disampaikan.
9) Menjadikan motivasi intriksi dalam belajar.
10) Masalah yang menarik dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam
belajar, dibandingkan dengan metode kuliah kelas dimana mereka hanya
duduk mendengarkan (pembelajaran pasif).

5
E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Bassed Learning
Skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis masalah
hendaknya memenuhi karakteristik berikut: (i) terkait dengan dunia nyata; (ii)
memotivasi pebelajar; (iii) membutuhkan pengambilan keputusan; (iv) multi-
tahap; (v) dirancang untuk kelompok; (vi) menyajikan pertanyaan terbuka
memicu diskusi; (vii) mencakup tujuan pembelajaran, berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking), dan keterampilan lainnya (Ridwan, 2015:131).
Pannen (2001:86) memberikan arahan petunjuk langkah-langkah dalam
penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu: (i) mengidentifikasi masalah,
(ii) mengumpulkan data, (iii) menganalisis data, (iv) memecahkan masalah
berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (iv) memilih cara untuk
memecahkan masalah, (v) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (vi)
melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (vii) melakukan
tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004) membagi tahap-tahap administrasi pembelajaran berbasis
masalah yang dilaksanakan oleh fasilitator (dosen) meliputi:
- Tahap 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat
aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Tahap 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
- Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
- Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu
mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya. - Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya
pemecahan masalah.

6
Pierce dan Jones (dalam Ratnaningsih, 2003: 126) menjelaskan bahwa
pengkondisian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut: (i) Keterlibatan (engagement)
meliputi mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan
mahasiswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan
masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan 7 dugaan dan
rencana penyelesaian. (ii) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation)
yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
(iii) Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan. (iv) Tanya jawab
(debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi
terhadap proses pemecahan masalah.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu metode
pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip pemanfaatan permasalahan-
permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses mendapatkan dan
mengintegrasikan suatu pengetahuan baru. Pembelajaran berbasis masalah
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:
mentransfer konsep dan permasalahan baru, integrasi konsep,
ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar. Karakteristik-karakteristik yang melekat dalam model pembelajaran
berbasis masalah yaitu: i) Belajar inkuiri (merumuskan pertanyaan investigatif)
dan keterampilan melakukan pemecahan masalah dimana menstimulasi
mahasiswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order
thinking skill) memancing stimulasi mental seperti; induksi, deduksi,
klasifikasi, dan reasoning; ii) Peran perilaku dewasa (adult role behaviors); dan
iii) Keterampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

8
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Abdurrozak, dkk. 2016. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal pena ilmiah. Vol. 1, No. 1.

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma : Dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Blikstein, Paulo and Chan, Monica M. 2018. Exploring Problem- Based Learning for
Middle School Design and Engiineering Education in Digital Fabrication
Laboratories. Interdisciplinary Journal of Problem- Based Learning. Volume
12, issue 2.

Gijselaers, Wim H. 1996. Connecting problem‐based practices with educational


theory. New Directions For Teaching And Learning. No. 68, Winter 1996.
Josse-Bass Publishers.

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/tl.37219966805

Muri Yusuf, A. 2015. Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi
dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan (Edisi I). Jakarta: Prenamedia
Group

Pannen, dkk. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: DIKTI


DEPDIKNAS

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai