Oleh:
Saidatus Sholihah
(202044012709)
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat, inayah,
taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini penulis akui masih kurang maksimal, oleh karena itu penulis
harapkan kepada pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Nur M. Wikandari Prima, Sugiarto,Teori Pembelajaran Kognitif,( Surabaya: IKIP
Surabaya,1998).Hal.210.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.Cet kedua (Jakarta: PT Reneka
Cipta, 2002). Hal. 1-2.
3
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi,cet-3,(Bandung : Revika Aditama,
2013), hal. 59.
5
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) adalah
model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta
didik dimana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-
hari peserta didik. Selanjutnya peserta didik menyeleseikan masalah tersebut
untuk menemukan pengetahuan baru.Secara garis besar PBL terdiri dari
kegiatan menyajikan kepada peserta didik suatu situasi masalah yang autentik
dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan
pada siswa yang dihadapkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu
masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan
pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk
memberi ilustrasi pengetahuan tadi. PBL bertujuan agas siswa mampu
memperoleh dan membentuk pengetahuannya secara efisien, kontekstual, dan
terintegrasi. Model pembelajaran pokok dalam PBL berupa belajar dalam
kelompok kecil dengan sistem tutorial.4 Strategi pembelajaran dengan
pemecahan masalah dapat diterapkan :
1. Mana kala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya
secara penuh.
2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir
rasional siswa, yaitu keterampilan menganalisis situasi, menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya
perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan
dalam membuat judgment secara objektif.
3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Apikasi,(Jogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014),
cet. 2 hal.215-216.
6
4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari
dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan
kenyataan).5
B. Karateristik Pembelajaran berbasis masalah
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Mengajukan situasi kehiduupan nyata autentik, emnghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi tersebut.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada
mata pelajaran IPA atau matematika, masalah yang akan diselidiki
telah dipilih benar -benar nyata agar dalam pemecahannya.
3. Penyelidikan autentik
Mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyeselesaian nyata terhadap masalah nyata, mereka harus
menganalisis dan menidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis,
dan membuat ramalan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Menuntuk siswa untuk menghasilkan produk tententu dalam bentuk
karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.6
5. Kolaborasi
Dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya,
paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja
5
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran,(Ghalia Indonesia: Bogor, 2010), hal. 120-121.
6
Jumanta Hamdayana,Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,(Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014) hal. 212-2013.
7
sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam
tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan
ketrampilan berpikir.7
C. Tahapan - tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey
seorang 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan
masalah (problem solving), yaitu :
1. Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.8
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secar kritis
dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sesuia
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.9
D. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran berbasis masalah
• Keunggulan
1. Pemecahan masalah ( problem solving) merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
7
Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,(Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014)hal.209.
8
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2014), cet. 11, hal. 218.
9
Richard Arends, LEARNING TO TEACH(terjemah oleh Helly prajitno).edisi 7. (PUSTAKA PELAJAR :
Yogyakarta, 2008).Hal.45.
8
2. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku
saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan diskusi siwa.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
9
• Kelemahan
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajara
apa yang mereka ingin pelajari.10
10
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2013) hal.147.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11
Drs. Kesuma Dharma,. M.pd. Dr. Hermana, Dody,. MBA, M.Si, dkk. Contextual
Teaching and Learning.(Yogyakarta: Rahayasa)2010.
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter, Konstruksi Teoritik dan Praktik: Urgensi
Pendidikan Progressif dan Revitalisai Peran Guru dan Orang Tua,
(Yogyakarta:Ar ruzz Media) 2011.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/Strategi-pembelajaran-
konstekstual/
12