Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Disusun Oleh :

Lmmo Sry Ninsih Bancin (2001010083)

Hardin Halim Lase (2001010056)

M Jailani

Dosen Pengampu :Nurul Hidayah,M.Pd.I

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL – WASHLIYAH (UNIVA )

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu
Nurul Hidayah,M.Pd.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah Strategi pembelajaran Akidah
Akhlak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan pemakalah.

Pemakalah tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, pemakalah
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini pemaklah mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 17 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................2
A. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH...................................................2
B. PRINSIP PRINSIP DAN KARAKTERISTIK SPBM.............................................................................5
C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SPBM.....................................................................................8
D. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN.........................................................................................9
E. APLIKASI PEMBELAJARAN SPBM DI KELAS..............................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar adalah sesuatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif


dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Namun pada kenyataannya
kita menyadari selama ini tidak mudah bagi guru untuk menjadikan peserta didik aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Salah satu penyebabnya adalah siswa, untuk dapat menyelesaikan masalah yang
kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya siswa menghadapi masalah, walaupun
masalah itu dianggab sepele, banyak siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.

SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk


dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapi
dengan masalah, dari masalah sederhana sampai masalah yang kompleks. Dilihat dari
konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM),?
2. Apa prinsip prinsip dan Karakteristik SPBM?
3. Apa keunggulan dan Kelemahan SPBM?
4. Apa Langkah Langkah Pembelajaran?
5. Apa aplikasi pembelajaran SPBM di kelas?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip dan Karakteristik SPBM
3. Untuk mengetahui keunggulan dan Kelemahan SPBM
4. Untuk mengetahui Langkah Langkah Pembelajaran
5. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran SPBM di sekolah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model


Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut:Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu
masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah
tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran berdasarkan


masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan
siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan
masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang


dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat
menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.1

Bern dan Eriction (2001:5) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah


(problem based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan
menyatukan informasi, dan mempersentasikan penemuan. Strategi pembelajaran
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Cet kedua (Jakarta: PT Reneka
Cipta, 2002). Hlm. 1-2

2
tentang berpikir kritis dan keterampilan pemacahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat
dalam penyelidikan untuk memecahkan masalah yang mengintegrasikan keterampilan
dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulkan
informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesa, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain.

Bern dan Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem-


based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan
dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan informasi, dan
mempresentasikan penemuan.

Dalam penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Dalam


penerpn strategi ini guru memeberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan
topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan agar siswa mampu
menyelesaikan maslah secara sistematis dan logis.

Dilihat dari aspek psikologi belajar SPMB bersandarkan kepada psikologi kognitif
yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah
fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya.
Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya,
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif
dan psikomotor melalui pernghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

Di lihat dari aspek fisilofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk
mempersipakan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka SPBM merupakan
strategi yang memungkinkan dan sangat penting unuk dikembangkan. Hal ini
sebabkan pada kenyataannya manusia akan dihadapkan kepada masalah. SPBM inilah
diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya2.

Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem

2
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhada, Konsep Strategi Pembelajaran. Cet ketiga. (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012) Hlm. 20.

3
pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala
siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak siswa
yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.

SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri
utama dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa. SPBM tidak diharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berfikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajran. Artinya tanpa masalah maka
tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, peecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasrkan pada data dan fakta yang jelas.

Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang


memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil
dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluargaatau dari peristiwa kemasyarakatan.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

a) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat
materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

b) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional


siswa, yaitu kemapuan menganalisi situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka
miliki dan situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secar objektif.
c) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
serta membuat tantangan intelektual siswa.

4
d) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajarnya.
e) Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan anatar apa yang dipelajari
dengan kenyataan dalam kehidupan nya (hubungan antar teori dengan kenyataan).

B. Prinsip prinsip dan Karakteristik SPBM

Berdasarkan pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip


pembelajaran yang berkaitan dengan SPBM:
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional
didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala
pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui
repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi
oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan.
Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number)
yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif
modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan
disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar
terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga
bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.


Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai
elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do),
strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan
pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten
(body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk
mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan

5
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah
dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?3

3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga


ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki
pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan
tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian
pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian
tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun
studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan
bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah
fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Karakteristik SPBM Pembelajaran Problem Based Learning tugas guru
merumuskan tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas
pelajaran, dengan harapan siswa bisa mendapatkan pola pembelajaran sesuai yang
dibutuhkan dan diinginkan siswa sehingga hasil belajaranya akan mendapatkan hasil
yang lebih maksimal.
Menurut Arend (2004: 392), strategi problem based learning memiliki lima
karakteristik sebagai berikut.
1) Pembelajaran didasarkan atas pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran,
siswa dibawa kepada masalah dalam kehidupan nyata yang sifatnya penting dalam
kehidupan sosial dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Masalah yang dibawa
hendaknya kompleks dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
masalah tersebut. Misalnya, dalam pelajaran kimia lingkungan, siswa ditugaskan
untuk mencari solusi menanggulangi tingginya populasi eceng gondok pada waduk
Selorejo akibat cemaran fosfat dari deterjen. Masalah tersebut memiliki berbagai
macam solusi, antara lain eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan briket,
bahan kertas karton dan kreasi anyaman.

2) Adanya keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL diterapkan pada mata pelajaran
tertentu, misalnya kimia, namun nantinya dalam pemecahan masalahnya akan dapat
3
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, Revika Aditama: Bandung, cet-
3, 2013, hal. 59
Muhammad Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, ), h.335

6
melibatkan disiplin ilmu lain tergantung kemampuan-dan kemauan siswa. Misalnya,
dalam pelajaran kimia lingkungan, siswa ditugaskan untuk mencari solusi seperti
fisika, biologi, ekonomi dan sosial.

3) Penyelidikan melakukan autentik. penyelidikan PBL mengharuskan autentik untuk


siswa mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan informasi,
melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat analisis serta merumuskan
kesimpulan.

4) Menghasilkan produk/karya dan mempresentasikannya. PBL menuntut siswa untuk


menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang
menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut
berupa laporan, model fisik, rekaman video, program komputer, tabel, gambar. dll.
Karya tersebut selanjutnya didemonstrasikan kepada teman-teman yang lainnya.
5) Kerja sama dalam kelompok kerja. Kelompok kerja merupakan aspek yang penting
dalam PBL untuk beberapa alasan. Pertama, kelompok kerja membangun rasa
nyaman bagi siswa untuk mengutarakan pertanyaan terkait masalah dan ide
pemecahan masalah. Kedua, kelompok kerja membantu membangun kemampuan
berkomunikasi dan mengorganisasikan kelompok. Terakhir, kelompok kerja
membangun motivasi siswa sehingga mereka aktif terlibat dalam penyelesaian tugas
karena merasa bertanggung jawab terhadap anggota kelompok lainnya. Namun
kelompok tidak selalu dapat bekerja efektif tanpa adanya pembimbing. Oleh karena
itu, tugas guru adalah memonitor interaksi dalam kelompok.
Berdasarkan pendapat diatas, guru harus memperhatikan langkah-langkah
dalam kegiatan belajar pada siswa agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan
maksimal. Melalui pembelajaran Problem Based Learning, dapat membantu siswa
agar lebih aktif dan mandiri dalam proses belajar mengajar, mampu meningkatkan
kompetensi yang dimiliki sehingga dapat membantu terhadap keterampilan berpikir
siswa.4

4
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010, hal. 120-121

7
C. Keunggulan dan Kelemahan SPBM

1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan
diantaranya.
 Pemecahan masalah (problem solving) merupaka teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa
serta dapat memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
 Pemecahan masalah (roblem solving) dapat meningkatkan aktifitas
pembelajaran siswa.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaiman
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
masalah.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
 Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika,ipa, sejarah dan lain
sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-
buku saja.
 Pemeccahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
 Pemecahan masalah(problem solving) dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.

8
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal
telah berakhir.
2. Kelemahan
Disamping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya:
 Mana kala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
 Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman maka mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.5

D. Langkah Langkah Pembelajaran

1. Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ii guru membimbing siswa pada kesadaran adanya
kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat
menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang
ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau
dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar atau
kelompok kecil atau bahkan individual.
2. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat
penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan
untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Preneda
Sanjaya, 2011). Hlm. 214-221

9
adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan
pengetahuannya untuk mengkaji, memerinci dan menganalisis masalah sehingga pada
akhirnya menucul rumusan masalah yang jelas, spesifik dan dapat dipecahkan.
3. Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa
dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis
sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikianm upaya yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.6
4. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmuah
merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses
berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada
pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk menumpulkan
data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan
siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan
menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5. Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana
yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam
tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk
melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa
dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan pilihan penyelesaian
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan
yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian
yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan
yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

6
Mohammad Jauhar, Implementasi PAIKEM, Prestasi Pustakaray, 2011, Jakarta. Hlm 86-91

10
E. Aplikasi Pembelajaran SPBM di kelas

SPBM atau PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang


menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. ciri
utama dari SPMB di antaranya: Rangkaian aktivitas pembelajaran yang harus
dilakukan anak: berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
menyimpulkan; Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah;
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah (proses berpikir deduktif dan induktif)
secara sistematis (melalui tahapan-tahapan tertentu) dan empiris (didasarkan pada
data dan fakta yang jelas).
SPBM memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Tujuannya agar anak dapat berpikir kritis, analitis, sistematis, dan
logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.7
Strategi pembelajaran ini bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir anak bukan hanya sekedar diarahkan agar anak dapat mengingat
dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana hal tersebut
dapat dijadikan untuk melatih kemampuan berpikir anak dalam menghadapi dan
memecahkan permasalahan di lingkungan sekitar anak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan strategi ini
diantaranya:Tingkat perkembangan kognitif anak; minat dan kecenderungan anak,
perhatian penuh guru saat proses pembelajaran; kemampuan guru membimbing anak
mengorganisasikan kemampuan berfikirnya; kemampuan guru mendorong anak
untuk aktif merespon apa yang sedang dipelajari; anak sebagai subjek belajar, anak
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali
pengalamannya sendiri; pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui
penggalian pengalaman anak; Perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri;
Kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman; Kemampuan berpikir melalui
proses menghubungkan antara pengalaman dengan kenyataan.
Beberapa tahapan penerapan strategi PKB

7
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2013 hal 147

11
 Tahap Orientasi, guru mengondisikan anak pada posisi siap untuk
melakukan pembelajaran
 Tahap Pelacakan, tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman
dan kemampuan dasar anak sesuai dengan tema Tahap Konfrontasi,
tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai
kemampuan dan pengalaman anak
 Tahap Inkuiri, anak diajak memecahkan persoalan yang dihadapi e.
Tahap Akomodasi, tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui
proses penyimpulan
 Tahap Transfer, tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Beberapa bahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari beberapa ahli
diantaranya Menurut Jodion Siburian, dkk Muslimin I dalam Boud dan Felleti, Bern dan
Eriction. hampir sama menjelaskan bahwa SPBM merupakan salah satu model pembelajaran
yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran dihadapkan pada suatu
masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa
belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

Hanya saja Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Bern dan Eriction (2001: 5)
menambahkan bahwa SPMB juga memberikan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar
mandiri.

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru


memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang
mandiri.

Jika dilihat dari aspek psikologi belajar SPMB bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui pernghayatan secara internal akan
problema yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010.

13
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, Revika Aditama:
Bandung, cet-3, 2013.
Mohammad Jauhar, Implementasi PAIKEM, Prestasi Pustakaray, 2011, Jakarta.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhada, Konsep Strategi Pembelajaran. Cet ketiga. Bandung: PT
Refika Aditama, 2012.
Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
Strategi Pembelajaran, Dr. Wina Sanjaya
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Cet kedua Jakarta: PT
Reneka Cipta, 2002
Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Preneda Sanjaya, 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai