Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH : PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN HOST

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT HOST

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED


LEARNING) DAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
PENYELESAIAN MASALAH (DISCOVER/INQUIRY LEARNING)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

ANGGOTA :

SILVI MAGISTRA ODAM (A1G120153)


SRI MULIANA (A1G120157)
ROZITA (A1G120144)
VERA APRIL ANGGI (A1G120167)
SRI MULIANA (A1G120157)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUAN PGSD

1
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022

KATA PENGANTAR

                   Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan Tugas
Makalah Mata Kuliah Matematika.
                   Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan selalu memberi dukungan,
mereka adalah :
1.    Facharudin Mustari, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah
INSTRUMEN PEMBELAJARAN HOST yang telah memberikan arahan dalam
mengerjakan makalah ini.
2.    Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun material kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini.
3.    Teman-teman Kelompok 4 yang telah memberikan dukungan serta
bantuan.
4.    Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Makalah ini.
Semoga yang Maha Kuasa memberikan yang terbaik kepada kita semua di
kehidupan sekarang, esok, dan yang akan datang. AminKami sadar bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal
telah kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan kami
terima dengan tangan terbuka. Kami berharap, penelitian ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.                

2
Cover....................................................................................................................1
Kata
Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah........................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................6
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian...............................................................................................7
B. .Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning.............8
. C. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ini (Problem Based
Learning )
....................................................................................................................
..........9
D. pembelajaran discovery inquiri
learning………………………………………………………………10

Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................................24
B. Saran.......................................................................................................25
Daftar Pustaka.......................................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi
pengetahuan, keterampilan, nilai atau norma yang berfungsi sebgai pengendali
sikap dan prilaku siswa.Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah
besar ilmu pengetahuan kepada siswa, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus
mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun
pengetahuan sendiri.PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan
kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa. Kemandirian belajar dan
keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika siswa berkolaborasi untuk
mengidentifikasi informasi, strategi dan sumber belajar yang relevan untuk
menyelesaikan masalah (Hosnan, 2014).
ditemukan pengajar yang memposisikan pesertadidik sebagai objek belajar, buk
an sebagaiindividu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini
dapatmematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta
didik hanyamendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali
peserta didikmerasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta
didik tidak pahamdengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
pembelajaran yang lainnya, dalam model
pembelajaran ini, peranan guru adal hmenyodorkan berbagai masalah,

4
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasiinvestigasi dan dialog. Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untukmenetapkan topik masalah
yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telahmenetapkan topik masalah
apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalahguru menyediakan
perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkankemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran
diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secarasistematis
dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapatmenciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendirimerupakan
tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi
berbagaimasalah.Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model
pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif
 yang berakar dari asumsi bahwa belajaradalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini
peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan
hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang
dalam bidangaffektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang
dihadapi.Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi
kognitifsebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini
menekankan

5
1.2.Rumusan Masalah
1.Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ?
2.Apakah Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning ?
3.Bagaimanakah Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ini
(Problem Based Learning)
4. pembelajaran discovery inquiri learning

1.3Tujuan
1.Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
2.Mengetahui Kelebihan dan kelemahan serta evaluasi Pembelajaran Berbasis
Masalah.
3.Mengetahui Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ini (Problem
Based Learning)
4. pembelajaran discovery inquiri learning

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. A. Pengertian Problem Based Learning ( Pembelajaran


Berbasis Masalah )
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey.Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah
adalahinteraksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua
arah belajardan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta
didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuanitu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai,dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan
baik.Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
Problem- based Learning  adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai
denganmenyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu
pesertadidik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.berpikir ilmiah dilakukanmelalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data
dan fakta yang jelas.

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah


adalah model pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum
yang lazim terjadi dalam prosesnya. Seperti yang dikemukakan oleh Shoimin
(2017, hlm. 129) bahwa problem based learning artinya menciptakan suasana
belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017, hlm.
129). Melengkapi pernyataan tersebut, Panen (dalam Rusmono 2014, hlm. 74)
menyatakan bahwa dalam model pembelajaran dengan pendekatan problem
based learning, peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian

7
yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan
data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.Masalah adalah
hal paling nyata yang akan menjadi hambatan utama dalam kehidupan manusia.
Lalu “masalah” sendiri itu apa? Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Menghadapi masalah akan mengajarkan bagaimana cara terbaik
dalam menjalani hidup.Mengapa? Karena peserta didik langsung mempelajari
bagaimana caranya menghadapi berbagai kesenjangan harapan yang akan selalu
mereka temui dalam hidup. Saat hal tersebut terjadi, karakter (sikap) dan daya
nalar (kognisi) mereka akan teruji dan terlatih dalam sekali tepuk.

Untuk memastikan kesahihan pengertian model PBL, berikut adalah beberapa


pendapat para ahli mengenai definisi problem based learning.

Delisle

Delisle dalam Abidin (2014, hlm. 159) menyatakan bahwa problem based


learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu
guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan memecahkan
masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.

Tim Kemdikbud

Tim Kemdikbud (2013b) dalam Abidin (2014, hlm. 159) memandang


model PBL sebagai suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik
untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.

Duch

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model


pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks dalam
pembelajaran agar peserta didik dapat belajar berpikir kritis dan meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah sekaligus memperoleh pengetahuan. (Duch,
1995 dalam Shoimin, 2017, hlm. 130).

Finkle dan Torp

8
Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2017, hlm. 130) mengungkapkan
bahwa problem based learning merupakan pengembangan kurikulum dan
sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimultan strategi pemecahan
masalah, dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para
peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang
tidak terstruktur dengan baik.

Torp dan Sage

Problem based learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan


untuk menjembatani siswa agar memperoleh pengalaman belajar dalam
mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan
yang kompleks (Torp dan Sage dalam Abidin, 2014, hlm. 160).

Sintaks Problem Based Learning

Lalu seperti apa sintaks, prosedur, langkah, atau tahapan dari model problem
based learning? Sintaks model pembelajaran problem based learning menurut
Warsono & Hariyanto (2013, hlm. 151) meliputi:

1. memberikan orientasi masalah kepada siswa dengan menjelaskan tujuan


pembelajaran serta bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah,
2. membantu mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa dalam belajar
menyelesaikan masalah,
3. guru mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai dan mecari
penjelasan pemecahan masalahnya,
4. mendukung siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
5. guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya dan
proses pembelajaran yang telah dilakukan.

B.Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang


mendorong untuk lebih aktif dan memaksimalkan kemampuan berpikir kritis
untuk mendapatkan solusi dari masalah pada dunia nyata. Dengan kurikulum
PBL, dapat membuat mahir dalam memecahkan dan mengambil solusi dari
suatu masalah, dalam kurikulumnya juga dirancang masalah-masalah yang
memotivasi untuk mendapatkan pengetahuan yang penting sehingga memiliki
strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam kelompok diskusi.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari.

9
Tujuan Problem Based Learning (PBL) adalah membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah,
belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang
mandiri. Sesuai dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan
salah satu strategi dalam pembelajaran berbasis masalah.

2.2. B.Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,


sebagaimana model Problem Based Learning (PBL) juga memiliki kelebihan
dan kelemahan yang perlu di cermati untuk keberhasilan penggunaanya.
a. Kelebihan :
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata(Sanjaya, 2007).
b. Kelemahan
Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai
materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka
harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).

2.3. C.Peran Guru dalam Pembelajaran Problem Based Learning

10
Pembelajaran PBL mengharuskan guru memberikan kesempatan
pendidik menambah kemampuan menemukan dan kecerdasan. Menurut
Wisudawati dan Eka 2014:88, peran guru dalam mengajukan masalah,
memberikan pertanyaan dan menfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog.
Sedangkan pendapat Sani 2014:136 menyatakan bahwa peran guru dalam PBL
adalah memberikan berbagai masalah autentik atau memfasilitasi peserta didik
untuk mengidentifikasi permasalahan autentik, memfasilitasi penyelidikan dan
mendukung pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Guru sebagai pendidik
dalam proses PBL mempunyai peran yang sangat penting. Menurut Tan dalam
Amir, 2013:43-44, fokus pendidik dalam PBL ada tiga yaitu memfasilitasi,
menuntut dan memediasi. Guru memfasilitasi proses pembelajaran mulai dari
mengubah kerangka berpikir siswa, mengembangkan kemampuan bertanya dan
membuat siswa terlibat dalam belajar kelompok. Guru bertugas menuntut siswa
mendapatkan strategi pemecahan masalah, mulai dengan penalaran yang
mendalam. Sedangkan guru memediasi proses mendapatkan informasi, mulai
dengan mencari sumber informasi dan membuat hubungan antara satu sumber
dengan sumber yang lain. Guru yang menggunakan model PBL dalam
pelaksanaan pembelajaran perlu mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang
mampu memfasilitasi siswa. Pada penelitian ini peran guru adalah menyiapkan
lingkungan belajar yang mampu memfasilitasi siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran untuk memecahkan masalah dunia nyata melalui
penyelidikan. Dengan demikian peneliti menggunakan model PBL dan media
audio visual sebagai penunjang model PBL. 2.1.6.6. Kelebihan model Problem
Based Learning Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan masing-
masing yang digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
kemampuan siswa. Menurut Shoimin 2014:132, pembelajaran dengan model
PBL

mempunyai kelebihan yaitu. 1. Siswa didorong memiliki kemampuan


memecahkan masalah dalam situasi nyata. 2. Siswa memiliki kemampuan
membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. 3. Pembelajaran
berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu
dipelajari siswa. 4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi. 6. Siswa memilliki
kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7. Siswa memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka. 8. Kesulitan siswa secara individual dapat
diatasi melalui kerja kelompok. Sependapat dengan Shoimin, menurut Sani
2014:129 memaparkan kelebihan PBL dalam pembelajaran dapat
memungkinkan siswa terlibat mempelajari permasalahan dunia nyata,
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mempunyai keterampilan
menyelesaikan masalah, belajar antar disiplin ilmu, belajar secara mandiri,
menggali informasi, siswa juga dilatih bekerjasama dan dapat melatih

11
keterampilan berkomunikasi siswa. Kelebihan model PBL menunjukkan bahwa
model PBL sangat tepat bila dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
dapat belajar menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari dengan terlibat
aktif dalam pembelajaran2

2.4. D. Pembelajaran discovery inquiri learning

Model Pembelajaran Discovery dan Inquiry Learning. Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 menyatakan
bahwa dalam penerapannya Kurikulum 2013 menggunakan tiga model
pembelajaran.Ketiga model pembelajaran tersebut diharapkan dapat
membentuk perilaku saintifik dalam diri peserta didik, menumbuhkan sikap
sosial, dan mengembangkan rasa keingintahuan. Metode mengajar adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran. Peranan metode mengajar adalah sebagai alat
untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Melalui metode ini diharapkan
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar
guru. Terciptanya interaksi edukatif ini, guru berperan sebagai penggerak dan
pembimbing. Sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.
Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan
dengan guru. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa. salah satunya adalah Metode Inquiry
Discovery Learning. Kali ini sobat pendidikan akan mengupas secara tuntas
tentang Metode Inquiry Discovery Learning . semoga bermanfaat.

A. Pengertian Metode Inquiry Discovery Learning 


“Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry discovery learning, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.”

Menurut E. Mulyasa inquiry adalah cara menyadari apa yang telah dialami.


Sistem belajar mengajar ini menuntut peserta didik berpikir. Metode ini
menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka pada kegiatan
intelektual, dan memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang
bermakna.
Sedangkan menurut Syafrudin Nurdin, metode inquiry discovery learning
adalah suatu metode yang dapat disusun oleh guru dalam proses belajar
mengajar, sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui metode ini
siswa akan mampu mengembangkan rasa ingin tahunya, dan keberanian
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 
Inquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri.
Sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam
bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan

12
menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah.
Metode inquiry discovery learning adalah suatu teknik instruksional dimana
dalam proses belajar mengajar Siswa dihadapkan dengan suatu masalah. Bentuk
pengajaran terutama memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki
masalah-masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan
ilmiah dalam rangka mencari penjelasan. Pengajaran ini untuk menolong siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific
inquiry discovery learning). Pengajaran ini untuk menarik siswa menyelidiki
sejumlah informasi dalam rangka mencari pemecahan masalah serta untuk
melatih siswa mengembangkan faktafakta, membangun konsep-konsep dan
menarik kesimpulan umum atau teori-teori yang menerangkan fenomena-
fenomena yang dihadapkan kepadanya. Metode Inquiry discovery learning
adalah sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Melihat hal di atas, metode inquiry
discovery learning ialah belajar pencarian dan penemuan. Dalam proses
belajar mengajar dengan model inquiry discovery learning, seorang guru dalam
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk  yang final (utuh dari awal
hingga akhir) atau dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian.
Selebihnya diserahkan kepada siswa untuk mencari dan menemukannya sendiri.
Kemudian guru memberi kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk
mendapatkan apa-apa yang belum disampaikan oleh guru dengan pendekatan
belajar problem solving.
Ini berarti tekanan dalam metode inquiry discovery learning adalah sebagai
usaha menemukan dan meneliti pola-pola hubungan, fakta, pertanyaan-
pertanyaan, pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah, pemecahan-
pemecahan dan implikasi-implikasi yang ditonjolkan oleh salah satu bidang
studi. Sehingga dalam pembelajaran terjadi sebuah penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan. 

Penggunaan metode inquiry discovery learning dalam proses belajar


mengajar, untuk melatih siswa melakukan berbagai macam aktivitas, yaitu
pengamatan, penyelidikan, percobaan, membandingkan penemuan yang satu
dengan yang lain, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan
sendiri. Sehingga hasil dari kegiatan itu siswa akan mendapatkan fakta-fakta
secara lengkap tentang obyek yang diamati. 
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry
discovery learning adalah suatu proses belajar mengajar yang berpusat pada
siswa, guru tidak perlu menjejalkan seluruh informasi kepada siswa. Guru perlu
membimbing suasana belajar siswa sehingga mencerminkan proses penemuan

13
bagi siswa. Materi yang disajikan bukan berupa informasi, akan tetapi siswa
diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan informasi dari bahan ajar
yang dipelajari. Dengan metode inquiry discovery learning mendorong siswa
untuk mengembangkan potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan
dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi lebih mudah
mengerti struktur materi yang telah dipelajari.

B. Tujuan dan Manfaat Metode Inquiry discovery learning

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar


mengajar. Tujuan akan memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan
tercapai bila seorang guru bias memilih dan menerapkan strategi yang tepat.
Tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka
strategi atau metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuannya. Seorang
guru sebaiknya menggunakan strategi atau metode yang dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.  

Menurut Bruner sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan


Zain, sistem pembelajaran itu bertujuan agar hasil belajar dengan cara ini lebih
mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah
pengetahuan dan kecakapan anak didik dapat menumbuhkan motivasi intrinsic,
karena anak didik merasa puas atas usahanya sendiri.

Seorang guru menggunakan metode inquiry discovery learning dengan tujuan


agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti pemecahan
masalah itu sendiri, mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok.
Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya, berdebat,
menyanggah, dan memperhatikan pendapatnya, menumbuhkan sikap obyektif,
jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan lain sebagainya.   

Tujuan pelaksanaan inquiry discovery learning adalah mengarah pada


peningkatan kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dan perencanaan (kurikulum)
pengajaran, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan pemilihan
metode yang dilakukan. 

Manfaat diterapkannya metode inquiry discovery learning sebagai


berikut: 

 Merupakan suatu cara belajar siswa aktif 


 Melalui penemuan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil  yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan. 

14
 Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-
betul dikuasai dan mudah ditransfer dalam situasi lain. 
 Anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
 Metode ini akan meningkatkan potensi intelektual siswa. Melalui
metode ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan hal-
hal yang saling berhubungan melalui pengamatan dan pengalamannya
sendiri. 
 Jika siswa telah berhasil dalam penemuannya, ia akan memperoleh
kepuasan intelektual yang datang dari diri siswa sendiri yang merupakan
suatu hadiah intrinsic.  
 Belajar bagaimana melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara
efektif melalui proses melakukan penemuan.

C. Macam-macam Pelaksanaan Metode Inquiry discovery learning 

Sund dan Trow Bridge (1973) mengemukakan tiga macam metode inquiry


discovery learning, sebagai berikut: 
1.  Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-
pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
Metode ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman belajar
dengan metode inquiry discovery learning, dalam hal ini guru memberikan
bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Tahap awal pembelajaran,
bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai
dengan pengembangan pengalaman siswa. Pelaksanaannya, sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru.  Siswa tidak merumuskan permasalahan.
Petunjuk yang cukup luas  tentang bagaimana menyusun dan mencatat data
diberikan oleh guru. 

2) Inquiry bebas (Free inquiry)


Pada inquiry discovery learning bebas, siswa melakukan penelitian sendiri
bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.
Pelaksanaannya, melibatkan siswa dalam kelompok tertentu. Setiap anggota
kelompok memiliki tugas, misalnya koordinator, pembimbing teknis,
pencatatan data dan mengevaluasi proses. 

3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)

15
Pada inquiry discovery learning ini guru memberikan permasalahan atau
problem, selanjutnya siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

D. Proses Metode Inquiry discovery learning 


Mengingat belajar merupakan proses bagi siswa dalam membangun
pemahaman atau gagasan sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar
dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa
secara aktif: mengamati,
bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Situasi seperti itu
sangat cocok dengan metode inquiry discovery learning  yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mencari dan menemukan konsep-konsep sendiri.
Pembelajaran inquiry discovery learning merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.  Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inquiry discovery learning yang
dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996). Adapun tahapan pembelajaran
inquiry discovery learning sebagai berikut: 

Tabel
Tahap pembelajaran inquiry discovery learning.
Fase Perilaku Guru
Menyajikan pertanyaan atau Guru membimbing siswa
masalah mengidentifikasi masalah dan
masalah dituliskan di papan tulis.
Guru membagi siswa dalam
kelompok.
Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah pendapat
dalam membentuk hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas
pendidikan.
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menentukan
langkahlangkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing

16
Siswa mengurutkan langkah-
langkah pemecahan masalah.
Melakukan diskusi untuk Guru membimbing siswa
memperoleh informasi mendapatkan informasi melalui
diskusi.
Mengumpulkan dan menganalisis Guru memberi kesempatan pada
data tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan
data yang terkumpul
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan

E. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry discovery learning 


Metode inquiry discovery learning memiliki keunggulan dan
kelemahan. Adapun keunggulan metode inquiry discovery learning adalah
sebagai berikut:

1. Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan


psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna. 
2. Mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak
akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 
3. Dapat membentuk dan mengembangkan diri siswa, sehingga siswa
dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 
4. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru. 
5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 
6. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri. 
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Di samping memiliki beberapa keunggulan, metode inquiry discovery learning


juga mempunyai beberapa kelemahan. Berikut ini kelemahan metode inquiry
discovery learning:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 


2. Tidak mudah mendesainnya, karena terbentur pada kebiasaan siswa. 

17
3. Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang,
sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan. 
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
5. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk
kata-kata tertentu. 
6. Strategi ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih
dahulu oleh guru.

18
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan

Pendapat diatas jelaslah, bahwa metode inquiry discovery learning


mempunyai kebaikan dan kelemahan. Kebaikan metode inquiry discovery
learning dapat mengembangkan konsep yang mendasar pada diri siswa, daya
ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat mengembangkan kreatifitas siswa
dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa untuk belajar sendiri. Metode
inquiry discovery learning ini akan dapat membantu tercapainya tujuan
pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Kelemahan metode ini bagi para
pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus pandai
merangsang siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta
pendidik dituntut untuk member pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
mengarahkan pada tujuan. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan
kecerdasan dari dalam diriindividu yang berbeda dalam sebuah kelompok atau
lingkungan untukmemecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan
konteksual.Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik pihak
guru yangharus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus bagi
pembimbing. Gurudituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan
konsep PBM danmenjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan
berpikir siswa.Siswa juga harus siap terlibat teraktif secara pembelajaran siswa
menyiapkan diriuntuk mengoptimalkan kemampuan berpikir melalui inquiry
kolaboratif dankooperative dalam setiap tahap proses PBM

B. SARAN

PBM harus diterapkan dalam pembelajaran karena menuntut kesiapan


baik pihak guru sebagai
seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Dan gurudiharuskan

19
memiliki skill atau kemampuan dan kreatifitas untuk bisa menjadi pendidik
yang baik pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat
padasiswa, salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu
ditingkatkan karenatantangan kehidupan masa sekarang dan masa yang
akan datang akan semakinkompleks dan menuntut setiap orang secara
individual mampu menghadapinyadengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang relevan

DAFTAR PUSTAKA

B. Suryosubroto. (2002). Proses belajar mengajar di Sekolah.


Jakarta:PT Rineka Cipta

E. Mulyasa. (2008). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

Syafrudin Nurdin. (2002).  Guru Profesional dan Implementasi


Kurikulum. Jakarta: PT  Intermasa 

Syaiful bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi belajar


Mengajar. Jakarta:

20
21

Anda mungkin juga menyukai