Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dunia pendidikan, mengenal adanya student center yaitu pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Dimana pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih

aktif dan mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang diajarkan. Disini

guru hanya sebagai fasilitator saja dan murid sebagai pusat dari segala

pembelajaran. Pembelajaran secara Student center ini dikembangkan lagi

diantaranya yaitu pembelajaran Berbasis Masalah atau yang biasa disebut

Problem Based Learning (PBL) yang baru-baru ini terkenal dalam dunia

pendidikan.

“Menurut Taufiq Amir, bahwa proses PBL bukan semata-mata prosedur.


Tetapi ia adalah bagian dari belajaran mengelola diri sebagai sebuah
kecakapan hidup (life skills). Proses PBL sabagai salah satu bentuk
pembelajaran yang learner centered, memandang bahwa tanggung jawab
harus kita kendali dan kita pegang. Evers, Rush, dan Berdow dalam Amir,
merumuskannya dengan baik apa yang dimaksud dengan kecakapan
pengelolaan diri sebagai berikut. Kemampuan untuk bertanggung jawab atas
kinerja, termasuk juga kesadaran akan pengembangan dan pengaplikasian
kecakapan tertentu. Kita bisa mnegenal dan mengatasi berbagai kendala
yang ada di sekitar kita” (Taufiq, 2019: 85)

Dengan kata lain model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini

dapat memberikan kecakapan dalam mengelola hidup bagi peserta didik untuk

dapat mengatasi kendala yang ada di sekitar lingkungannya. Pendapat lain

menganai pengertian Problem Based Learning (PBL) akan di jelaskan sebagai

berikut :

13
14

“Menurut Kunandar, pembelajaran berbasis masalah (Problem Based


Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pembelajaran” (Kunandar, 2020: 354)

“Menurut Tan dalam Rusman mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis


Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena Pembelajaran
Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan
melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa
dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara kesinambungan” (Rusman, 2019: 229)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Problem Based

Learning (PBL) menggunakan masalah dunia nyata sebagai bahan pembelajaran

untuk mengemabngkan kemampuan berpiir pada peserta didik dalam

memecahkan suatu masalah yang ada. Selain itu, lingkungan dapat memberikan

pelajaran ataupun memberikan sebuah masukan kepada peserta didik berupa

bantuan dan masalah, sedang saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara

efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta

dicari pemecahan masalahnya dengan baik. Pengalaman yang diperoleh dari

lingkungan akan memberikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta

bisa dijadikan pedoman tujuan belajarnya.

“Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru


mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya
pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis
masalah terdiri dari menyajikan kepada peserta didik situasi masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudaham kepada
peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri” (Kunandar, 2020:
355)

Berdasarkan berbagai pendapat dari beberapa ahli pendidikan di atas,

dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (Pembealajaran Berbasis


15

Masalah) pada intinya merupakan inovasi strategi pembelajaran yang

menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai konteks belajar untuk melatih

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah sehingga siswa

memperoleh pengetahuan baru dengan caranya sendiri dalam memecahkan

permasalahan. Selain itu peserta didik juga akan mendapatkan berbagai

keterampilan dalam proses pembelajarannya.

2. Karakteristik dan Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)

Adapun yang menjadi karakteristik yang tercangkup dalam proses

Problem Based Learning yaitu:

1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran


2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masakah dunia nyata
yang disajikan secara mengambang (ill-structured)
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple
perspective).
4. Solusinya menuntut peserta didik menggunakan dan mendapatkan
konsep dari beberapa bab perkuliahan (SAP) atau lintas ilmu ke bidang
yang lainnya
5. Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
6. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning)
7. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu
sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini
menjadi kunci penting.
8. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Peserta didik
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, daling mengajarkan (peer
teaching) dab melakukan presentasi (Taufiq, 2019: 22)

Sedangkan cirri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) sebagai berikut :

1. Pembelajaran pertanyaan atau masalah


2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. Penyelidikan Autentik
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
5. Kolaborasi (Mohammad, 2020: 15-17)
16

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-

prinsip atau keterampilan akademik tertentu, tetapi mengorganisasikan pengajaran

di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara social penting dan

secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka mengajukan situasi

kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawabn sederhana dan

memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi ini.

Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusar pada mata

pelajran tertentu, tetapi dalam pemecahannya melalui solusi, siswa dapat

meninjaunya dari berbagai mata pelajaran yang ada.

“Muhammad Nur menyebutkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah


mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
prediksi, mengumpulkan, dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan
kesimpulan. Selain itu mereka dapat menggunakan metode - metode
penyelidikan khusus, bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki”
(Mohammad, 2020: 15)

Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut peserta didik untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian maalah yang mereka temukan.

Produk itu dapat berupa transkip, debat, laporan, model fidik, video. Karya nyata

dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa

untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang

mereka pelajari dan menyediakan suatu laporan. Karya nyata dan pameran ini

merupakan salah satu cirri inovatif model PBM.

Pembelajaran ini di rinci oleh peserta didik yang bekerja sama satu dengan
17

yang lainnya, secara berpasangan atau berkelompok kecil. Bekerja sama

memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas- tugas

kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk

mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.

Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktifitas

pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah melalui pembelajaran berbasis masalah peserta didk aktif

berpikir, berkomunikasi, mencaru data, menyelesaikan masalah dan akhirnya

menyimpulkan pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan proses

berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Secara sistematis melalui

tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris proses penyelesaian di dasarkan pada

data dan fakta yang jelas. Jadi proses penyimpulan model Pembelajaran Berbasis

Masalah ini dilakukan dengan sistematis dan empiris.

3. Tujuan Problem Based Learning

“Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang


prosesnya memerlukan pemikiran kritis dan kreatif untuk mencari solusi
dalam pemecahan masalah. Pemikiran kreatif ini membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun berpikir tingkat tinggi yang
dimaksud masih tetap memperhatikan kemampuan dasar. Tujuan yang ingin
dicapai pleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analistus
dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah”
(Wina, 2020: 216)

Oleh karena itu, Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berbasis masalah diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan

peserta didik Sekolah Dasar Negeri 030376 Bakal Julu Kecamatan Siempat

Nempu Hulu Kabupaten Dairi untuk menentukan dan memecahkan masalah. Hal
18

ini merupakan sesuatu yang baru bagi siswa mengingat mereka masih tergolong

berpiir tingkat rendah. Model pembelajaran ini diberikan dengan tujuan sebagai

berikut :

1. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

Menurut Leuren Resnick, berpikir tingkat tinggi mempunyai cirri-ciri,

yaitu :

1. Non algaritmatik yang artinya alur tindakan berpikir tidak sepenuhnya


dapat ditetapkan sebelumnya,
2. Cenderung kompleks, artinya keseluruhan alur berpikir tidak dapat
diamatti dari sudut pandang saja,
3. Menghasilkan banyak solusi,
4. Melibatkan pertimbangan dan interretasi,
5. melibatkan penerapan banyak criteria, yang kadang-kadang satu dan
lainnya bertentangnan,
6. Sering melibatkan ketidakpastian, dalam arti tidak segala sesuatu terkait
dengan tugas yang telah diketahui,
7. Melibatkan pengaturan diri dalam proses berpikir, yang berarti bahwa
dalam proses menemukan penyelesaian masalah, tidak diijinkan adanya
bantuan orang lain pada setiap tahapan berpikir,
8. Melibatkan pencarian makna, dalam arti menemukan struktur pada
keadaan yang tampaknya tidak teratur,
9. Menuntut dilakukannya kerja keras, dalam arti diperlukan pengarahan
kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan
pertimbangan yang dibutuhkan (Rusman, 2020: 237)

2. Belajar berbagai peran orang dewasa

Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi

(pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi

kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa.

3. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri

Pelajar yang otonom dan mandiri ini dalam arti tidak sangat tergantung

pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru secara berulang-ulang

membimbing dan mendorong serta mengarahkan peserta didik untuk mengaukan


19

pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.

Peserta didik dibimbing, didorong, diarahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas

secara mandiri.

“Menurut Margetson yang dikutip oleh Rusman, tujuan kurikulum


pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan perkembangan
keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pla piker yang terbuka,
reflektif, kritis, dan belajar aktif. Dan juga kurikulum pembelajaran berbasis
masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi kerja
kelompok, dan keterampilan intrapersonal dengan lebih baik disbanding
pendekatan yang lain” (Rusman, 2020: 230)

Dengan demikian tujuan pembelajaran berbasis masalah banyak member

manfaat kepada siswanya, sehingga guru hanya bertindak member manfaar

kepada peserta didiknya, sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitatir.

Peserta dodo jmuga menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan mengajarkan

siswa untuk memiliki rasa kerja sama.

“Diane Ronis menjelaskan, berdasarkan tujuan pembelajaran berbasis


masalah siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir dalam tingkatan
yang lebih tinggi. Keterampilan berpikir sering dianggap sebagai
keterampilan kognisi, menunjukan keterampilan dan proses mental yang
terlibat ke dalam tindakan belajar, seperti mengingat dan memahami fakta
atau gagasan” (Diane, 2019: 140)

Pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada mengingat dan

memahami fakta yang ada. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan

mengalami kesulitan untuk mengingat dan memahami fakta yang ada. Dari sinilah

akan terlihat jelas perbedaan peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan

peserta didik yang berkemampuan rendah. Dengan pembelajaran berbasis masalah

akan mencoba mengubah siswa yang berkemampuan rendah dalam memahami

fakta menjadi peserta sisik yang bisa baik dalam memahami fakta.

Keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dalam pembelajaran berbasis


20

masalah yaitu dengan cara berpikir kritis dan kreatif untuk menemukan konsep

baru. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang

digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

4. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Menurut Kunandar Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berdasarkan masalah mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Kegiatan Tingkah Laku guru

1 Mengorientasikan Guru menginformasikan tujuan-tujuan

peserta didik kepada pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-

masalah kebutuhan logistic penting, memotivasi

peserta didik agar terlibat dalam kegiatan

pemecahan masalah yang mereka pilih

sendiri.

2 Mengorganisasikan Guru membantu peserta didik menentukan

siswa untuk belajar dan mengatur tugas-tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah itu.

3 Membantu penyelidikan Guru mendorong siswa untuk

mandiri maupun mengumpulkan informasi yang sesuai,

kelompok melaksanakan eksperimen, mencari

penjelasan dan solusi.


21

4 Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik dalam

menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan hasil karya

serta memamerkannya yang sesuai seperti laporan, rekaman video,

dan model serta membantu mereka berbagi

karya mereka.

5 Menganalisis dan Guru membantu peserta didik untuk

mengevaluasi proses melakukan refleksi atas penyelidikan

pemecahan masalah mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

Dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran tersebut, peserta

didik mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran yang ada kemudian

peserta didik mulai mampu belajar memecahkan masalah dengan berpikir kritis

yang tentunya memecahkan masalah dengan penuh pertimbangan antara masalah

yang diberikan dengan kondisi yang real atau nyata di lingkungan sekitar.

Langkah-langkah pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini tentunya

didukung dengan kurikulum 2013 dimana kurikulum tersebut metalih siswa untuk

memecahkan masalah dengan apa yang peserta didik lihat di lingkungan sekitar

mereka dan menggunakan berbagai eksperimen untuk membuktikan pengamatan

peserta didik.

5. Kelebihan dan kelemahan Peoblem Based Learning (PBL)

Menurut Amir keunggulan PBL ada di perancangan masalah. Masalah

yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu peserta didik untuk

menjalankan pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendidik


22

dalam proses PBL yang baik, memiliki cirri khas sebagai berikut :

1. Punya keaslian seperti di dunia kerja


2. Masalah yang disajikan sedapat mungkin memang merupakan cerminan
masalah yang dihadapi di dunia kerja. Dengan demkian, peserta didik
bisa memanfaatkannya nanti bila lulusan yang akan belajar.
3. Dibangun dengan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya. Jadi
sementara pengetahuan-pengetahuan baru didapat, peserta didik bisa melihat
kaitannya dengan bahan yang telah ditemukan dan dipahaminya sebelumnya.
4. Membangun pikiran yang metakognitif dan konstruktif
5. Kita disebut melakukan metakognitif kala kita menyadari tentang
pemikiran mita (thingking about our thinhking). Artinya kita mencoba
berefleksi seperti apa pemikiran kita atas satu hal. Peserta dodok
menjalankan proses PBL sembari menguji pemikirannya,
mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri, sekaligus
mengeksplor hal yang baru.
6. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
7. Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, peserta didik
akan tergugah untuk belajar. Diharapkan peserta didi yang tadinya
tergolong pasif bisa tertarik untuk aktif.
8. Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang seharusnya menjadi sasaran mata
kuliah tetap dapat terliputi dengan baik (Amir, 2019: 134-136)

Adapun yang menjadi kelebihan model pembelajaran Problem Based

Learning adalah:

1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk


menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari
guna memecahkan masalah dunia nyata (Wina, 2020: 45)

Selain memiliki kelebihan Problem Based Learning (PBL) atau yang biasa
23

disebut dengan pembelajaran berbasis masalah juaga memiliki beberapa

kelemahan :

1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyao


keprcayaan bahwa masalah ayng dipelajari sulit untuk dipecahkan maka
mereka merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan maslah yang
sedang dipelajari, makan mereka tidak akanbelajar apa yang mereka
ingin pelajari.
4. Tidak dapt diterapkan pada setiap materi pembelajaran
5. Membutuhkan persiapan yang matang (Wina, 2020: 46)

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan mengajar, antara

lain; menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas

tujuan belajar yang hendak dicapai dan menentukan ketekunan belajar.

Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang motivasi, maka

penulis akan mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu

sebagai berikut:

“Motivasi merupakan dorongan yang muncul baik dari dalam diri siswa
maupun dari luar untuk melakukan sesuatu. Dorongan tersebut dapat dapat
memberikan efek yang baik jika didukung oleh lingkungan yang baik.
Begitu juga sebaliknya, dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi
siswa akan mempengaruhi belajar siswa jika terdapat lingkungan yang
mendukung untuk itu” (Harun, 2019: 55)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh E. Mulyasa (2019: 195)

mengatakan bahwa: Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang


24

menyebabkan adanya perilaku seseorang kea rah suatu jalan tertentu.

Ngalim Purwanto (2019 : 70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itu


bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat
berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari
motif-motif itu adalah:
1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
2. Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita.

Dari pendapat di atas maka penulis berpendapat bahwa motivasi pada

dasarnya telah ada pada setiap siswa. Motivasi yang ada pada siswa tersebut akan

muncul dengan baik jika didukung oleh lingkungan. Lingkungan disini dapat

mencakup seperti sekolah, keluarga, masyarakat, teman sebaya, media dan lain –

lain.

“Motivasi berkaitan dengan apa yang diingikan manusia (tujuan) mengapa


ia menginginkan hal tersebut (motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan
tersebut (proses). Selain itu, definisi motivasi adalah sesuatu yang
mendorong individu untuk berperilaku yang langsung menyebabkan
munculnya perilaku. Motivasi diartikan pula sebagai sesuatu yang ada
didalam diri individu, bukan tidak ada yang mendorong individu itu untuk
berindak. Berupa kebutuhan, gagasan, emosi, keadaan organis yang
mendorong terjadinya satu tindakan”. (Lukmanul, 2020: 35)

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan

energi yang ada pada diri manusia yang berhubungan dengan persoalan gejala

kejiwaan perasaan dan juga adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. Jika

dikaitkan dengan belajar, antara motivasi dengan belajar memiliki hubungan yang

erat. Karena motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan

mengarahkan siswa dalam belajar.

Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa


25

disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik

untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi

belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari.

Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah

untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.

Motivasi dalam Islam menganjurkan kepada umatnya melalui membaca.

Hal ini sesuai dengan kisah ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari

Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam Q. S Al-'Alaq ayat 1 – 5 sebagai berikut:

ِ ِّ‫ا ْق رْأ بِاس ِم رب‬


َ ُّ‫) ا ْق َرْأ َو َرب‬٢( ‫) َخلَ َق اإلنْ َس ا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬١( ‫ك الَّذي َخلَ َق‬
)٣( ‫ك األ ْك َر ُم‬ َ َ ْ َ
)٥( ‫) َعلَّ َم اإلنْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬٤( ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Berdasarkan ayat di atas maka menurut analisa penulis bahwa makna

pendidikan pada ayat ini adalah, diantaranya sebagai berikut :

a. Pentingnya pandai membaca dan menganalisa bagi peserta didik ummat

islam. Iqra` bisa berarti membaca atau mengkaji. sebagai aktivitas intelektual

dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman.

Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena

iqra` haruslah dengan bismi rabbika.

b. Pentingnya perantara tranformasi ilmu pengetahuan. Kata al-qalam adalah

simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi

sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya
26

dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis

yang dilambangkan dengan al-qalam.

c. Jaminan ilmu bagi orang yang kerja keras atau sungguh-sungguh dalam

menuntut ilmu. Karena seperti yang dijelaskan pada ayat 3, terlihat jelas

bahwa bagi yang membaca dan menuntut ilmu Allah akan mudahkan jalan

baginya, karena Allah itu maha pemurah.

d. Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya untuk mempelajari

dan membaca pengetahuan yang ada, terutama dalam al-qur’an. Karena orang

yang berimu pengetahuan akan Allah angkat derajatnya. Hal ini sesuai

dengan FirmanNya dalam Q. S. Al-Mujadalah: 11

ِ ِ‫ين َآمنُ وا ِإ َذا قِيل لَ ُك ْم َت َف َّس ُحوا يِف الْ َم َج ال‬


‫س فَافْ َس ُحوا َي ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم َوِإ َذا‬ ِ َّ
َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا الذ‬
َ
ٍ ‫قِي ل انْ ُش زوا فَانْ ُش زوا يرفَ ِع اللَّه الَّ ِذين آمنُ وا ِمْن ُكم والَّ ِذين ُأوتُ وا الْعِْلم درج‬
‫ات َواللَّهُ مِب َا‬ َ ََ َ َ َْ َ َ ُ َْ ُ ُ َ
)١١( ٌ‫َت ْع َملُو َن َخبِري‬
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam ayat tersebut dijelaskan ” Niscaya Allah akan mengangkat derajat

orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang –orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat”. Artinya ada orang yang akan diangkat derajatnya

oleh Allah, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu

pengetahuan, dengan bebrapa derajat.

Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan menunjukkan sikap

yang arif dan bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang mantap dan
27

agung. Tentu saja yang dimaksud dengan / yang diberi pengetahuan. Ini berarti

pada ayat tersebut membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang

pertama sekedar berimnan dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan

beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi

lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan

pengajatrannya kepada pihak lain baik secara lisan, tulisan maupun dengan

keteladanan.

Dalam beberapa hadist Rasulullah diterangkan gambaran orang yang

berilmu pengetahuan sebagai berikut:

ِ ِ‫ك طَ ِري ًق ا ي ْلتَ ِمس ف‬


َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َم ْن َس ل‬ ِ ُ ‫ال رس‬
‫يه‬ ُ َ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫َع ْن َأيِب ُهَر ْي َر َة قَ َال ق‬
( ‫ِع ْل ًما َس َّه َل اللَّهُ لَهُ طَ ِري ًقا ِإىَل اجْلَنَّة )رواه مسلم والرتمذى وأمحد والبيهقى‬
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa

yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan

untuknya ke sorga (H.R. Muslim, At-Tarmidji, Baihaq)

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan belajar.

Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam

proses aktivitas belajar itu sendiri.

Sardiman AM (2019 : 83) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapai).
3. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
28

keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak


kriminal, amoral dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut

memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas

belajarnya. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun

mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan

secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah

umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi

memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan

mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang ditunjukkan

dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan

terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan

prestasi belajar yang baik.

3. Jenis-jenis motivasi belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang penting

setidaknya para siswa memiliki motivasi untuk belajar karena kegiatan akan

berhasil baik apabila anak yang bersangkutan mempunyai motivasi yang kuat.

Sri Hapsari (2019 : 74) membagi motivasi membagi dua jenis yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis
motivasi itu sebagai berikut yaitu Motivasi instrinsik adalah bentuk
dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak perlu
rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan
belajar yang datangnya dari luar diri seseorang.
29

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari dua

macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berkenaan dengan

kegiatan belajar motivasi instrinsik mempunyai sifat yang lebih penting karena

daya penggerak yang mendorong seseorang dalam belajar dari pada motivasi

ekstrinsik. Keinginan dan usaha belajar atas dasar inisiatif dirinya sendiri akan

membuahkan hasil belajar yang maksimal, sedang motivasi ekstrinsik yaitu

motivasi yang mendorong belajar itu timbul dari luar dirinya. Apabila keinginan

untuk belajar hanya dilandasi oleh dorongan dari luar dirinya maka keinginan

untuk belajar tersebut akan mudah hilang.

a. Motivasi Intrinsik

Berikut beberapa defenisi motivasi intrinsik yang dikemukakan oleh para

ahli yaitu:

Menurut Singgih (2019 : 50), motivasi intrinsik merupakan "dorongan

yang kuat berasal dari dalam diri seseorang.

Sedangkan John W Santrock (2019` : 476) mengatakan motivasi intrinsik

adalah "keinginan dari dalam diri seseorang untuk menjadi konpeten, dan

melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri".

Thursan (2020 : 28) mengemukakan motif intrinsik adalah "motif yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan".

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan motivasi intrinsik

adalah motivasi yang kuat berasal dari dalam diri individu tanpa adanya pengaruh

dari luar yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Semakin

kuat motivasi intrinsic yang dimiliki, semakin memperlihatkan tingkah laku yang
30

kuat untuk mencapai tujuan.

Menurut Sri Hapsari (2019 : 74) motivasi Intrinsik pada umumnya terkait
dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Motivasi intrinsik
dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah ada sejak seseorang
dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari sifat yang
didorong oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu bawaan.

Dari pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa motivasi itu sudah ada

sejak manusia dilahirkan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang bayi yang baru lahir

maka aktivitas yang dilaksanakan pertama kali adalah menangis. Dalam hal

perkembangannya bayi tersebut juga melaksanakan aktivitas berupa tertawa,

merangkak untuk berjalan dan lain sebagainya. Motivasi yang dimiliki oleh anak

ini nantinya secara bertahap akan terus berkembang sesuai dengan tingkat

kematangan yang ada pada diri anak tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli

yang menyatakan bahwa:

Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan aktif belajar sendiri
tanpa disuruh guru maupun orang tua. Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa
dalam belajar akan lebik kuat lagi apa bila memiliki motivasi eksrtrinsik
(Thursam, 2019 : 29).

b. Motivasi ekstrinsik

Setelah memahami makna dari motivasi intrinsik pada uraian terdahulu

maka selanjutnya penulis akan menguraikan arti dari motivasi ekstrinsik. Motivasi

ekstrinsik menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Supandi (2020 : 61), motivasi ekstrinsik adalah "motivasi yang

timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu".

Menurut Thomas (2020 : 39) motivasi ekstrinsi adalah "motivasi

penggerak atau pendorong dari luar yang diberikan dari ketidak mampuan

individu sendiri".
31

Menurut Jhon W Santrock (2020: 476) berpendapat, "motivasi ekstrinsik

adalah keinginan mencapai sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan

eksternal atau mendapat hukuman eksternal".

John W Santrock (2020 : 476), motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk


mencapai sesuatu didorong karena ingin mendapatkan penghargaan
eksternal atau menghindari hukuman eksternal. Motivasi ekstrinsik adalah
dorongan untuk berprestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat,
pujian dan nasehat guru, orang tua, dan orang lain yang dicintai.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi

ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar individu.

4. Fungsi motivasi belajar

Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan. Dengan demikian

motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Dalam kaitannya dengan belajar

motivasi merupakan daya penggerak untuk melakukan belajar.

Sardiman AM (2019: 85), mengemukakan bahwa motivasi mempunyai


fungsi sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus
dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari pendapat ahli di atas maka kita semua tentunya mengetahui arti

penting motivasi dalam proses belajar. Dalam belajar sangat diperlukan motivasi.

Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi

optimal, jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin

berhasil juga pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas

usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi berkaitan  erat

dengan suatu tujuan. Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.


32

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ngalim purwanto (2019 : 70-71)
berpendapat bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan
cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat
pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau
perbuatan seseorang. Fungsi dari motif-motif itu adalah:
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b. Motif itu menentukan arah perbuatan.yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin
jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
c. Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna
mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak
bermanfaat bagi tujuan itu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan pengarah seseorang

atau siswa pada aktifitas mereka dalam pencapaian tujuan belajar.

Dengan motivasi, diharapkan setiap pekerjaan yang dilakukan secara

efektif dan efesien, sebab motivasi akan menciptakan kemauan untuk belajar

secara teratur, oleh karena itu siswa harus dapat memanfaatkan setuasi dengan

sebaik-baiknya. Banyak siswa yang belajar tetapi hasilnya kurang sesuai dengan

yang diharapkan, sebab itu diperlukan jiwa motivasi, dengan motivasi seorang

siswa akan mempunyai cara belajar dengan baik. Dengan demikian betapa

besarnya peranan motivasi dalam menunjang keberhasilan belajar.

Dengan demikian maka keberhasilan siswa akan mudah tecapai, Hal ini

sesuai dengan apa yang tercantum dalam Al-Qur`an bahwa manusia tergantung

pada dirinya sendiri, apakah itu mau atau tidak yaitu Q.S. Ar-ra`d ayat 11

... ‫ِإ َّن اللَّهَ ال يُغَِّيُر َما بَِق ْوٍم َحىَّت يُغَِّي ُروا َما بَِأْن ُف ِس ِه ْم‬...
Artinya: …Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
33

mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…

Dari ayat diatas dijelaskan dikaitkan dengan motivasi belajar tergantung

pada diri siswa itu sendiri apakah bisa melakukannya dengan baik secara kualitas

maupun kuantitasnya, Pada dasarnya prestasi belajar adalah akibat dari belajar,

terutama belajar yang mempunyai motivasi tinggi. Jadi uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan erat dengan prestasi

belajar. Semakin tinggi motivasi belajar siswa kemungkinan semakin besar

peluang untuk mencapai prestasi yang baik atau tinggi.

5. Peranan Motivasi Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan mengajar, antara

lain; menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas

tujuan belajar yang hendak dicapai dan menentukan ketekunan belajar. Masing-

masing akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar


Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak
yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilaluinya. Dengan demikian motivasi dapat menentukan hal-hal
apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika
yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak.
c. Menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh
hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya jika seseorang kurang
34

atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama
belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan
belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan
ketekunan belajar (Hamzah, 2019: 27-28)

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati

penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama

hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid (2019: 130)
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada ahirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Selanjutnya menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh M. Shofan

(2019: 49) dalam bukunya filsafat Pendidikan Islam menyatakan bahwa,

“pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum

agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran

Islam".

Selain itu M. Arifin (2019: 22) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner
mengemukakan bahwa, “hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang
dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik
melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah usaha yang dilakukan oleh orang dewasa muslim kepada
35

seseorang untuk mengasuh, membina, membimbing dan mengarahkan

pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya agar dapat memahami dam menghayati

ajaran Islam secara menyeluruh yang pada ahirnya dapat mengamalkan dan

menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.

2. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah

dijelaskan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan
Yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada
Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya yang pertama kali memiliki kewajiban untuk menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangnnya.
2. Penanaman
Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akherat.
3. Penyesuaian mental
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4. Perbaikan
Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman
dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan
Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran
Pengajaran tentang ilmu pengetahuan kegamaan secara umum, sistem
dan fungsionalnya.
7. Penyaluran
Yaitu untuk menyalurkan bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan
untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain (Abdul, 2019: 134)
36

Sesuai dengan fungsi dari Pendidikan Agama Islam di atas maka

diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman,

takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan

kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.

Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan,

dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup

lokal, nasional, regional maupun global.

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi

dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah,

orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan

pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab

tanpa perumusan tujuan pendidikan yang baik, maka perbuatan mendidik bisa

menjadi tidak jelas, tanpa arah, dan bahkan bisa tersesat atau salah langkah. Oleh

karenanya, masalah tujuan pendidikan menjadi inti dan sangat penting dalam

menentukan isi dan arah pendidikan yang diberikan.

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasi yang dikutip Umar Muhammad

Al-Toumy Al-Syaibani, telah merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam secara

umum ke dalam lima tujuan, yaitu:

1. Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin sepakat bahwa


Pendidikan Akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang
sebenarnya;
37

2. Persiapan untuk kehidupan di dunia dan akherat. Pendidikan Islam bukan


hanya menitik beratkan pada keagamaan atau keduniaan saja, melainkan
pada keduanya dan memandang kesiapan keduanya sebagai tujuan yang
asasi;
3. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidak hanya segi agama, akhlak dan spiritual semata,
tetapi juga meyeluruh bagi kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih
dikenal sekarang dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional;
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik dan perusahaan supaya
dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan pekerjaan tertentu
agar dapat mencari rizki dalam hidup, disamping memelihara kerohanian
dan keagamaan (Shofan, 2019: 59)

Dengan demikian, jelas bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan usaha

dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian,

moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi

sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan

dan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai