Anda di halaman 1dari 10

PESERTA DIDIK TERKEKANG OLEH

KEINGINAN ORANG TUA

Here starts the


lesson!
pembahasan
A. FAKTOR PENGHAMBAT BELAJAR

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan


menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang
mempengaruhi hasil belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor
penghambat belajar.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan
biologis serta faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis dan biologis


Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia.
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
b. Keadaan tonus jasmani

Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas


belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar.
Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

C. Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis Assig


nm e nt
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar.

a. Kecerdasan/ intelegensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam


2. Faktor psikologis proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang
Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan individu untuk meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu
psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,dan
Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional,
dan bakat sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
b. Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan perilaku seseorang .
01
c. Minat

Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keinginan, motivasi, dan kebutuhan.

d. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan
sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
3. Faktor Eksternal selain memegang kontrol penuh atas perjalanan
anak-anaknya, mereka juga merasakan
Selain faktor internal, faktor eksternal juga kepuasan atas aturan-batasan yang mereka
dapat mempengaruhi proses belajar anak. tetapkan sendiri. Namun, benarkah pola asuh
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar yang terlihat sistematis ini baik untuk
dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan perkembangan anak? “Ini sebenarnya adalah
sosial dan non-sosial. permasalahan pola asuh orangtua, setidaknya
untuk keluarga kelas menengah ke atas,” kata
psikiater anak Dr. Alvin Rosenfed. Rosenfeld
juga mengungkapkan bahwa orangtua percaya
mereka mampu ‘memprogram’ anak mereka
B. PESERTA DIDIK TERKEKANG untuk tujuan mencapai kesuksesan. “Ini adalah
OLEH KEINGINAN ORANG TUA pola asuh fasis dan menjauhkan anak dan
orangtua dari hal-hal menyenangkan yang
1. Sejumlah orangtua menikmati perannya seharusnya bisa mereka lakukan,” tambah
‘memacu’ anaknya untuk terus berlari kencang Rosefeld.
ke depan.
2. Kecenderungan orangtua untuk ‘memaksa sempurna’ anak-anaknya
ini juga dipicu oleh motivasi dan tuntutan yang dibentuk oleh lingkungan sekitarnya. Sejumlah
orang tua bahkan percaya bahwa tindakannya tersebut termasuk dalam pola asuh anak baru.
"Ada anggapan bahwa perilaku orangtua tersebut termasuk dalam pola asuh baru, yang
mengatakan bahwa Anda harus mengeluarkan semua potensi anak Anda di usia muda, jika
Anda tidak mau kecewa di kemudian hari," kata Terri Apter, seorang ahli psikiatri remaja,
MENGATAKAN Waspada Sekstorsi, Kejahatan Siber yang Mengancam Anak dan Remaja
Kecenderungan kompulsif orangtua untuk menyempurnakan anak-anak mereka dalam segala
hal.

3. latar belakang orangtua melakukan pola asuh hyper-parenting.


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa
penyebab utama terjadinya hyper-parenting adalah peristiwa traumatik
masa lalu yang dialami oleh orangtua. Mereka juga menemukan
sejumlah dampak negatif dari penerapan pola asuh anak ini. “Hyper-
parenting juga akan membuat anak kurang percaya diri, kurang mandiri,
mudah menyerah, mudah cemas dan takut menghadapi dunia luar.
Selain itu anak menjadi kurang terampil dalam bersosialisasi,” tulis kedua
peneliti.
Pola asuh hyper-parenting yang cenderung mendikte anak ini akan menyebabkan anak mempunyai emosi yang kaku
dan sulit dikontrol. Selain itu, anak yang terlalu terbebani dengan aturan dan tugas juga akan membuat tenaga dan
pikirannya terkuras, yang bukannya tidak mungkin akan berujung pada masalah kesehatan si anak itu sendiri. Hal ini
dijelaskan oleh Ian Janssen dalam risetnya yang berjudul "Hyper-parenting is Negatively Associated with Physical
Activity Among 7–12 Year Olds." Penelitian yang melibatkan 724 orangtua dari anak berusia 7-12 tahun di Amerika
Utara ini menerangkan bahwa pola asuh hiper akan menyebabkan dampak negatif pada aktivitas fisik anak. Padahal,
aktivitas fisik ini memainkan peran penting dalam menentukan kesehatan mental, fisik, dan sosial anak.

C. CARA MENGATASI HAMBATAN


BELAJAR

Saat timbul hambatan dalam belajar, hambatan


tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi
hambatan tersebut maka proses belajar dapat
berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil itle. P5
2
belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan Book T
belajar dapat di mulai dari diri anak, keluarga, dan
sekolah.
Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan
1. Diri anak anak yang lain.
Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.
Menjaga kesehatan jasmani. Membangun dan memberi motivasi anak.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
Membangun motivasi diri.
Belajar berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar menjaga emosi. 3. Sekolah
Menerima keadaan (ekonomi, jasmani,dll). Guru mangendalikan diri (emosi) saat
mengajar.
 
2. Keluarga
 
Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku  
kepada anak.  
Menjaga keharmonisan keluarga.  
Menyediakan waktu untuk mendampingi anak  
dalam belajar
Megusahakan kesehatan anak, misalnya
dengan makanan bergizi.
Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan
rumah (menyapu, mencuci piring, dll ).
Disusun oleh
Kelompok 3 :

 Asep Mardiansyah
 Dava Nata Pratama
 Yani Nurhasanah
 Futri Nurul Hasanah
 Ahmad Nasrulloh
 Ahmad Yusup
 Dendi Ridwan
 Fathur Rozaq
 Herman Nurdin
 Indra Lesmana
 Novi Devin
 Rani Nurdianah
Ada jendela
berjumlah lima
Walau tak bersua
Semoga materi bisa di terima

Anda mungkin juga menyukai