Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

METODE PEMBELAJARAN BAHASA

Disusun Oleh:
Kelompok IV
INTAN LIDYA PUTRI
MAHARANI ADORA
DIRA DESTI
HAFIZAH NOFIANTI

Dosen Pembimbing
MEGA PUTRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat
terhadap pembacanya.

Solok, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) ........... 2
B. Metode Inkuiri ............................................................................. 5
C. Metode Proyek ............................................................................ 8
D. Metode Saintifik .......................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 23
B. Saran ........................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak
akan pernah usang. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan
dilaksanakan. Beragam program inovatif ikut serta memeriahakan reformasi
pendidikan. Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan
yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia
merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah,
mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi. Melihat peran pendidikan yang begitu vital, maka menerapkan metode
yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses
belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Beragam metode pembelajaran efektif dapat menjadi pilihan untuk bisa kita
persiapkan dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Setiap metode pembelajaran
akan memiliki satu ‘rana pembelajaran’ yang paling menonjol meskipun juga
mengandung rana pembelajaran lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Apakah hakikat dari metode pemecahan masalah (problem solving)?
2. Apakah hakikat dari metode inkuiri?
3. Apakah hakikat dari metode proyek (Project Based Learning)?
4. Apakah hakikat dari metode saintifik?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui hakikat dari metode pemecahan masalah (problem
solving)
2. Untuk mengetahui hakikat dari metode inkuiri
3. Untuk mengetahui hakikat dari metode proyek (Project Based Learning)
4. Untuk mengetahui hakikat dari metode saintifik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)


1. Pengertian Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-
sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan
dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan
penyelesaiannya. Metode problem solving (metode pemecahan masalah)
bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu
metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode
lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa. Menurut Gulo (2002: 111) menyatakan bahwa
problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah
dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah
secara menalar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan
masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode
lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu tetapi
informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran
pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan
melalui praktikum atau pengamatan.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk
melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara
menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari

2
3

solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak
mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula
untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang
berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan
aspek-aspek yang ada di lingkungannya.

2. Manfaat dan Tujuan Metode Pemecahan Masalah


Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses
belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik. Metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara
lain :
a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan
permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan
mandiri
b. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makin bertambah
c. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses
dalam situasi atau keadaan yang bener-bener dihayati, diminati siswa
serta dalam berbagai macam ragam altenatif
d. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan
cara berpikir objektif-mandiri, krisis-analisis baik secara individual
maupun kelompok

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan


yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah
sebagai berikut.
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik
bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
4

3. Langkah-Langkah Metode Pemecahan Masalah


Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat
dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan
sebagai berikut:
a. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui
bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa
untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana
(brain stroming).
2) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari
siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa
rumusan yang kurang relevan.

b. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah
membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan
sebab-sebab timbulnya masalah

c. Merumuskan Altenatif Strategi


Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai
altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok
harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara
berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi

d. Menentukan dan menerapkan Strategi


Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih
altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok
menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis,
selektif, dengan berpikir kovergen

e. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi


Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
1) Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
2) Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?
5

4. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan Metode Pemecahan Masalaah
1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu
kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya,
siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
berbagai segi dalam rangka pemecahannya.

b. Kekurangan Metode Pemecahan Masalaah


1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.

B. Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan.
6

Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model


pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan siswa lain.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Inkuiri


Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri
sebagai berikut :
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah,
tanpa kemauan dan kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan
berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir
logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang
7

dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu


yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis
yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.

3. Kelebihan dan kekurangan


a. Kelebihan
1) Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
2) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
3) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
8

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui


strategi ini dianggap lebih bermakna.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
b. Kekurangan
1) Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model
pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran
inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

C. Metode Proyek
1. Pengertian Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang
untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvetigasi dan memahaminya.
Project Based Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan
proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata
seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara
realistis.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan
menggunakan berbagia cara yang bermakna dan melakukan eksperimen
9

secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi


mendalam tentang sebuah topic dunia nyata hal ini akan berharga bagi
usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang memberikan penekanaan pada pemecahaan masalah
sebagai usaha kolaboratif dalam periode pembelajaran tertentu.
Pembelajaran ini melibatkan mahasiswa pada tugas-tugas kompleks dalam
kelompok pembelajaran kooperatif. Dengan demikian dimungkinkan
mahasiswa untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk
pembelajarannya dan memunculkannya dalam produk nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek membutuhkan suatu pendekatan
pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-
masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata
pelajaran dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya
Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan beberapa tahapan dan
beberapa durasi tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta
belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan
produk atau unjuk kerja (performance) secara umum siswa melakukan
kegiatan mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan
pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensintesis
informasi (Corebima, 2009).

2. Prinsip-prinsip Project Based Learning


Pembelajaran Berbasis Proyek mempunyai beberapa prinsip dalam
menerapkannya, yaitu:
a. Sentralitas
Model pembelajaran ini yaitu pusat dari strategi pembelajaran
karena siswa mempelajarai konsep pokok pada suatu pengetahuan
melalui kerja proyek. Pekerjan proyek adalah pusat dari aktivitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa di kelas.
b. Pertanyaan Penuntun
Pekerjaan proyek yang dijalankan oleh siswa bermuara pada
pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk menemukan
10

konsep tentang bidang tertentu. Dalam hal ini kegiatan bekerja menjadi
motivasi eksternal yang bisa menimbulkan bangkitnya motivasi
internal di diri siswa agar terbangun kemandirian dalam menyelesaikan
tugas.
c. Investigasi Konstruktif
Pembelajaran Berbasis Proyek terjadi proses investigasi yang
dijalankan oleh siswa dalam merumuskan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengerjakan proyek. Oleh sebab itu guru harus bisa
merancang strategi pembelajaran yang membuat siswa terdorong agar
melakukan proses pencarian dan atau pendalaman konsep pengetahuan
dalam rangka menyelesaikan masalah atau proyek yang dihadapi.
d. Otonomi
Pembelajaran Berbasis Proyek siswa diberikan kebebasan atau
otonomi dalam menetapkan target sendiri dan bertanggung jawab pada
apa yang dikerjakan guru mempunyai peran sebagai motivator dan
fasilitator agar terdukung keberhasilan siswa dalam belajar.
e. Realistis
Proyek yang dikerjakan oleh siswa adalah pekerjaan nyata yang
sesuai dengan kenyataan dilapangan kerja atau dimasyarakat. Proyek
yang dikerjakan tidak dalam simulasi atau imitasi tetapi pekerjaan atau
permasalahan yang memang benar nyata adanya.

3. Langkah-langkah Project Based Learning


a. Penentuan Pertanyaan Mendasar
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan mendasar yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan
suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam, pertanyaan yang disusun hendaknya tidak
mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat
proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka
(divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking) dan terkait dengan
11

kehidupan siswa, guru berusaha agar topik yang diangkat relevan


untuk para siswa.
b. Menyusun Perencaan Proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan
siswa, dengan demikian siswa diharapkan akan merasa memiliki atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting
dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini anatara lain
membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, menentukan waktu
akhir penyelesaian proyek, membawa siswa agar merencanakan cara
yang baru, membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek dan meminta siswa untuk membuat
penjelasan tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati
bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan
pengerjaan proyek di luar kelas.
d. Memantau siswa dan kemajuan proyek
Guru bertanggungjawab untuk memantau kegiatan siswa
selama menyelesaikan proyek, pemantauan dilakukan dengan cara
memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa, agar mempermudah proses
pemantauan dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan
kegiatan yang penting.
e. Penilaian Hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar kompetensi berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
12

f. Evaluasi Pengalaman
Pada akhir proses pembelajaran gutu dan siswa melakukan
refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok, pada
tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pembelajaran pertama.

4. Tujuan Project Based Learning


Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam
penerapannya, beberapa tujuan pembelajaran berbasis proyek antara lain
sebagai berikut ;
a. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah
proyek.
b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek
yang kompleks dengan hasil produk nyata.
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada Project Based
Learning yang bersifat kelompok.

5. Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning


a. Kelebihan
Kelebihan pada penerapan model pembelajaran berbasis proyek
antara lain sebagai berikut :
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting dan mereka perlu untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
13

3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil


memecahkan problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikan keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan
nyata.
b. Kekurangan
1) Kekurangan pada penerapan model pembelajaran berbasis proyek
antara lain sebagai berikut :
2) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
3) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
4) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
5) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
6) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
7) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
8) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.

D. Metode Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saitifik adalah konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan
karakteristik yang ilmiah. Dengan proses pembelajaran yang demikian
14

maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,


kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang terintegtitasi.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

2. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik


Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran
adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Berikut ini adalah
masing langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran
menggunakan Pendekatan Saintifik.
a. Mengamati
Pengamatan atau observasi adalah menggunakan panca indera
untuk memperoleh informasi. Mengamati adalah kegiatan studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati
mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna. Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa,
sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, diantaranya: menyajikan
media atau objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu
siswa, serta pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat
15

untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga menimbulkan proses


pembelajaran yang bermakna.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
menyebutkan bahwa aktivitas mengamati dilakukan melalui kegiatan
membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya.
Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses
mengamati. Guru bisa menyajikan media berupa gambar, video, benda
nyata, miniatur, dll. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari
suatu benda/objek. Siswa mengamati objek/media yang akan dipelajari
atau digunakan saat pembelajaran. Kompetensi yang ingin
dikembangkan dari kegiatan ini adalah melatih ketelitian,
kesungguhan, dan mencari informasi. Observasi bertujuan untuk
mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yan
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
yang diamati tersebut. Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan
mengamati adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.
2) Membuat pedoman observasi atau sesuai dengan lingkup objek
yang akan diobservasi.
3) Menentukan data yang perlu diobservasi.
4) Menentukan tempat objek yang akan diobservasi.
5) Menentukan bagaimana observasi akan dilakukan.
6) Menentukan cara melakukan pencatatan atas hasil observasi.

Siswa melakukan pengamatan terhadap benda untuk


mengetahui karakteristiknya, misal: warna, volume, bau, bentuk,
tekstur, berat, dan suaranya. Benda memiliki karakteristik yang
berbeda jika terkena pengaruh lingkungan. Perilaku manusia juga bisa
diamati oleh siswa. Pengamatan terhadap perilaku manusia dilakukan
untuk mengetahui kebiasaan, sifat, respon, pendapat, dan karakteristik
lainnya. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif maupun
16

kuantitatif. Hasil dari pengamatan kualitatif berupa deskripsi dan


pengamatan kuantitatif berupa hasil pengukuran. Pengamatan
kuantitatif untuk melihat perilaku manusia atau hewan dilakukan
dengan cara menghitung banyaknya kejadian.
Guru bisa meminta siswa untuk mengamati fenomena alam
atau fenomena sosial, seperti mengamati tingkah laku hewan,
mengamati benda yang ada di lingkungan kelas dan rumah, mengamati
ciri-ciri wajah teman, mengamati kegiatan di masjid, dll. Hosnan
menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran seharusnya tidak terbatas
dalam ruang kelas, melainkan dapat di luar kelas dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran.
Dengan mengamati lingkungan, siswa akan memperoleh pengalaman
langsung. Pengalaman langsung dalam kegiatan mengamati ini
merupakan alat yang baik untuk memperoleh kebenaran/fakta. Selain
itu, siswa juga bisa diminta untuk mengamati media.

b. Menanya
Langkah kedua dalam Pendekatan Saintifik adalah menanya.
Kegiatan menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati. Model pembelajaran menanya sebenarnya merupakan
pengembangan dari metode tanya jawab. Sudirman mengartikan
bahwa “metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama guru kepada siswa,
tetapi dapat pula siswa kepada guru”. Metode tanya jawab juga
dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk
mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) dengan
berbagai sumber belajar, seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,
ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menanya
adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan
17

pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang


diamati untuk memahami materi pembelajaran.
Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses
menanya. Siswa dilatih mengembangkan kemampuan bertanya mulai
dari siswa masih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan, sampai ke
tingkat dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Hosnan menyatakan bahwa dalam kegiatan menanya guru berusaha
membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Guru diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk
meningkatkan mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Saat guru bertanya, berarti guru membimbing siswa
untuk belajar dengan baik. Saat guru menjawab, berarti guru
mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Guru juga perlu mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk
memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Cara memberikan
giliran dalam kegiatan tanya jawab adalah sebagai berikut.
1) Dengan memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada seseorang
dan gilirannya kepada orang lain.
2) Dengan pertanyaan yang diberikan kepada kelompok dan
gilirannya dengan kelompok lain.
3) Dengan pertanyaan yang ditujukan kepada siapapun dan diarahkan
secara tersebar.
4) Dengan pertanyaan kepada seluruh kelas dan dijawab secara
spontan oleh siapa saja

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,


pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah
pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga
dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkn
tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya “Apa saja kegiatan
yang dilakukan para petani berdasarkan pada gambar?”. Bentuk
18

pernyataan, misalnya “sebutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan para


petani berdasarkan pada gambar?”. Guru diharapkan dapat
memberikan pertanyaan yang menginspirasi siswa untuk memberikan
jawaban yang baik dan benar.

c. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut
dari kegiatan bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa
aktivitas mengumpulkan informasi/mencoba dilakukan melalui
kegiatan mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan,
meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket,
wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. Belajar
dengan menggunakan pendekatan saiintifik akan melibatkan siswa
dalam melakukan aktivitas meyelidiki fenomena dalam upaya
menjawab suatu permasalahan. \
Kegiatan yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi
adalah eksperimen. Eksperimen/ mencoba sebagai cara penyajian
pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Eksperimen/ mencoba
sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan
data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Dari
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencoba
adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari
untuk mendapatkan data untuk menjawab permasalahan atau menguji
hipotesis.
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
19

melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan


belajar dan belajar sepanjang hayat. Peran guru adalah memfasilitasi
siswa untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/mencoba.

d. Menalar/Mengasosiasi
Menalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi/diamati untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran
merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya
menjadi penggalan memori. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan mengasosiasi/ mengolah
informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh
simpulan.
Kegiatan mengasosiasi/ menalar dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola
dari keterkaitan informasi tersebut. Lampiran Permendikbud 103
Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menalar/
mengasosiasikan dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses
20

penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara khusus


menjadi simpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif merupakan
cara menalar dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat
khusus. Jadi, menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian
yang khusus.
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan
Pendekatan Saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah
data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut, selanjutnya siswa secara bersama-sama dalam satu
kelompok atau secara individual membuat kesimpulan.

e. Mengkomunikasikan
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang sudah
dipelajari. Siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil
pekerjaan yang sudah disusun baik secara bersama-sama dalam
kelompok maupun secara individu dari hasil kesimpulan yang telah
dibuat.
Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran
menurut adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa
aktivitas mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan
laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan
tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan
secara lisan.
Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
21

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Siswa


diharapkan dapat menyampaikan hasil temuannya dengan lancar dan
baik di depan teman-teman satu kelas. Hal ini bertujuan untuk melatih
dan mengembangkan rasa percaya diri siswa. Sedangkan, siswa yang
lain dapat memberikan komentar atau masukan mengenai apa yang
disampaikan oleh temannya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses mengkomunikasikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kegiatan
pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik dapat dilakukan
dalam berbagai aktivitas pembelajaran, selain itu guru memiliki peran
dalam setiap aktivitas. Pada penelitian ini, kegiatan pembelajaran dan
peran guru menggunakan Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Kegiatan pembelajaran dan peran guru dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan
yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan
a. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga
memungkinkan siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
b. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan
guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
c. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk
aktif dengan berbagai sumber belajar.
d. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
f. Dapat mengembangkan karakteristik siswa.
g. Penilaian mencakup semua aspek.
22

b. Kelemahan
a. Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan
belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga apabila
guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru jarang menjelaskan materi pembelajaran, karena guru banyak
yang beranggapan bahwa dengan kurikulum yang terbaru ini guru
tidak perlu menjelaskan materinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal
disekolah didalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen
pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan. Pada dasarnya pembelajaran itu merupakan kegiatan
terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar
dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di dalam proses
pembelajaran guru mempunyai beberapa peran utama yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, dan
memberikan umpan balik.

B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun
sangat kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih
baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, 2013. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Diryanto, 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV.
Publisher.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eggen, P dan Kauohak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan


Konten dan Keterampilan Berpikir. Terjemahan Satrio Wahono. Jakarta:
PT. Indeks.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo

24

Anda mungkin juga menyukai