Disusun oleh:
Kelompok 2
Nama Anggota :
1. Bila Hisfanora (2120206028)
2. Nawirah Sajwani Fadhillah (2120206029)
3. Ananta Dilla Puspita (2120206030)
4. Risky Amelia (2120206031)
5. Arta Manopa (2120206032)
Kelas : Matematika 2 (21062)
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi
banyak masalah. Permasalahan itu bukan saja merupakan masalah
matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral
dalam menjawab permasalahan keseharian tersebut.
Ketika orang akan mengerjakan sesuatu, maka orang tersebut
mestinya menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Untuk mencapai
sasaran tersebut seseorang harus memilih pendekatan yang tepat sehingga
diperoleh hasil yang optimal, berhasil guna dan tepat guna. Meskipun telah
dikatakan oleh Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar yang paling
benar dan cara mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam
kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka
mengadopsi pendekatan-pendekatanyang karakteristiknya berbeda untuk
belajar. Dari sini dapat dikatakan bahwa masing-masing individu akan
memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar, namun
setidak- tidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan
pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lainnya.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai
dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain
juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis. Sebagai mata
pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam
penyajian materi pelajaran, matematika harus dapat disajikan lebih
menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja
dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan
termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya pendekatan
khusus yang diterapkan oleh guru. Paradigma baru pendidikan lebih
menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki
1
potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian
dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa
yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak
lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner,
tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah
pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri.
Paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam
belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu
permasalahan yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi
(Zamroni, 2000). Tidak sedikit guru matematika yang merasa kesulitan
dalam membelajarkan siswa bagaimana menyelesaikan problem
matematika. Kesulitan itu terjadi karena adanya pandangan yang
mengatakan bahwa jawaban akhir dari permasalahan merupakan tujuan
utama dalam pembelajaran, sehingga prosedur siswa dalam
menyelesaikan permasalahan kurang bahkan tidak diperhatikan oleh
guru karena terlalu berorientasi pada jawaban akhir.
Padahal perlu kita sadari bahwa proses penyelesaian suatu problem
yang dikemukakan siswa merupakan tujuan utama dalam pembelajaran
problem solving matematika. Dilain hal, salah satu pembelajaran
matematika yang akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah
pembelajaran menggunakan pendekatan Open-Ended. Disini kami sebagai
pemakalah akan membahas Pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan Open-Ended
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pendekatan open ended dan Problem Solving
2. Menyusun rencana pembelajaran menggunakan pendekatan open
ended dan Problem Solving
3. Mengkontruksi masalah open ended dan Problem Solving
4. Keunggulan dan kelemahan pendekatan tersebut
2
5. Penilaian dalam open ended dan problem solving
6. Contoh Pendekatan open ended dan Problem Solving
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian pendekatan Open Ended dan Problem
Solving
2. Memahami menyusun rencana pendekatan Open Ended dan
Problem Solving
3. Memahami mengkonstruksi masalah Open Ended dan Problem
Solving
4. Memahami keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended
dan Problem Solving
5. Memahami Penilaian Pendekatan open ended dan problem solving
6. Mengetahui contoh masing-masing pendekatan tersebut dan cara
penyelesiannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
❖ Pengertian Pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. didalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis. Ada Pendekatan Open
ended, Problem Solving dan sebagainya.
A. Pendekatan Open Ended
1. Pengertian Pendekatan Open ended
Pendekatan open ended (open ended approach)
merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran,
termasuk dalam pembelajaran matematika. Pendekatan
ini dikembangkan dalam beberapa proyek penelitian
pengembangan tentang metode evaluasi kemampuan
berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking) dalam
pembelajaran matematika dalam kurun 1971 dan 1976 di
Jepang (Becker and Shimada, 2007).Pendekatan open-
ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode
atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
Menurut Seherman dkk., (2003) problem yang
diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar
disebut problem tak lengkap atau disebut juga open
ended problem atau soal terbuka.Siswa yang
dihadapkan dengan Open-ended problem, tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada
suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu
pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban,
4
namun beberapa atau banyak pendekatan atau metode
yang digunakan.Sifat “keterbukaan” dari suatu
masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau
hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah
tersebut.
Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Shimada (1997:1) yaitu:“.. ‘open-
ended approach,’ an ‘incomplete’ problem is presented
first. The lesson then proceeds by using many correct
answers to the given problem to provide experience in
finding something new in the process. This can be done
through combining students own knowledge, skills, or
ways of thinking that have previously been learned.”
Pendekatan open ended adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau
menghadapkan siswa pada masalah terbuka.
zPembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan banyak
jawaban yang benar dari masalah yang diberikan untuk
memberikan pengalaman kepada siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru di dalam proses
pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan pula
siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyak
cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu
yang baru.
5
hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum
problem tersebut disampaikan pada siswa, yakni :
a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-
konsep matematika dan bernilai? Masalah harus
mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut
pandang. Selain itu, masalah juga harus kaya dengan
konsep-konsep matematika yang sesuia dengan
siswa berkemampuan rendanh sampai tinggi untuk
menggunakan strategi sesuai dengan
kemampuannya.
b. Apakah level matematika dari masalah itu cocok
dengan siswa? Pada saat menyelesaikan masalah,
siswa harus menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimilikinya. Jika soal tersebut
diprediksi diluar jangakaun siswa, maka guru harus
mengubahnya.
c. Apakah masalah itu mengundang pengembangan
konsep matematika lebih lanjut? Masalah harus
terkait dengan konsep-konsep matematika lebih
tinggi sehingga memacu siswa berfikir tingkat tinggi
Apabila telah diformulasi masalah yang sesuia
dengan kriteria tersebut, maka kita dapat
mengembangkan rencana pembelajaran yang baik.
Untuk itulah, maka kita susun beberapa hal
berikut :
1. Tuliskan respon siswa yang diharapkan
2. Tujuan masalah yang diberikan hasrus jelas
3. Sajikan masalah semenarik mungkin
4. Lengkapi prinsip posing problem sehingga
siswa memahaminya dengan mudah
6
5. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
melakukan
eksplorasi. Secara lengkap rencana
pembelajarannya dapat
dilihat pada lampiran.
7
1) Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang
nyata dimana konsep-konsep matematika dapat
diamati dan dikaji siswa.
2) Soal-soal pembuktian dapat diubeh sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan
dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3) Sajikan bentu-bentuk atau bangun-bangun
(geometri) sehingga dapat membuat suatu
konjektur.
4) Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa
dapat menemukan aturan matematika.
5) Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa
dapat menggeneralisasi dari pekerjaannya.
8
• Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui
temuan mereka sendiri maupun dari temannya
dalam menjawab permasalahan.
Namun demikian, pendekatan ini juga
memunculkan berbagai kelemahan. Adapun
kelemanahan yang muncul antara lain :
• Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah
matematika yang bermakna bagi siswa
• Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara
sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan
untuk memahami bagaimana caranya merespon
atau menjawab permasalahan yang diberikan
• Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa
kelompok pandai seringkali merasa cemas bahwa
jawabannya akan tidak memuaskan
• Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa
kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena mereka merasa kesulitan dalam
mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
9
➢ Memuat sedikit kesalahan
10
➢ Tidak muncul ketrampilan pemecahan masalah,
penalaran dan komunikasi
➢ Sama sekali pemahaman matematikanya tidak
muncul
➢ Terlihat jelas bluffing (mencoba-coba atau
menebak)
➢ Tidak menjawab semua kemungkinan yang
deiberikan
11
2) Adit memiliki 24 permen yang akan dimasukkan ke
dalam kantong. Banyak permen setiap kantong sama.
Berapa banyak permen pada tiap kantong?
Penyelesaiannya:
12
Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah
untuk mencari pemecahan suatu masalah. Sedangakn
menurut istilah Mulyasa Problem solving adalah suatu
pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta didik
permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemersalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari materi pembelajaran.
Pembelaharan dengan problem solving ini dimaksud
agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-
luasnya sampai titik makasimal dari daya tangkapnya.
Sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan
menggunakan kemampuan berpikirnya.
Dari berbagai pendapat di atas pendekatan problem
solving atau serimg disebut dengan pendekatan
pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan
sintessa dalam kesatuan struktur atau situasi di mana
masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Pendekatan ini
menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat
atau realsi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada
akhirnya dapat menemukan kunci pembuka masalahnya.
13
mengemukakan dua hal penting dari teori pemrosesan
informasi dalam Problem Solving, yaitu:
14
5) Mengerjakan (Do it); membimbing siswa secara
sistematis untuk memperkiraan jawaban yang
mungkin untuk memecahkan masalah.
6) Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa
untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat,
mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
7) Generalisasi (Generalize): membimbing siswa
untuk mengajukan pertanyaan. (Wena, 2009:57)
15
waktu yang cukup untuk berpikir dan berdiskusi dalam
pemecahan masalah tersebut.
16
Pendekatan pembelajaran matematika problem
solving bukanlah sesuatu yang dapat langsung diterima
begitu saja. Paradigma lama para guru sulit berubah.
Perubahan drastis ini membawa dampak bagi kegiatan
belajar mengajar
17
4. Keunggulan dan Kelemahan Problem Solving
18
5) Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang
pasif
(1) observasi,
(1) observasi,
19
(3) paragraf kesimpulan (Summary paragraph), test,
portofolio.
Contoh:
1) Temukan bilangan terkecil yang mempunyai
faktor 2,4,6,8,10,12 dan 14!
Penyelesaian:
Menentukan bilangan terkecil yang mempunyai
faktor tersebut diatas sama artinya dengan
mencari KPK dari semua faktor tersebut.
Dengan mengidentifikasi satu persatu faktor
diatas, kita memperoleh:
2 = 2,
4 = 2 x2,
6=2x3,
8=2³,
10=2x5,
12=2²x3,
14=2x7
20
Jadi bilangan terkecil yang mempunyai faktor
2,4,6,8,10,12,14 adalah 840.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Ada Pendekatan Open ended, Problem
Solving dan sebagainya. Dimana Pendekatan open ended adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau
menghadapkan siswa pada masalah terbuka.
Pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan banyak jawaban yang
benar dari masalah yang diberikan untuk memberikan pengalaman kepada
siswa dalam menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran.
Sedaangkan pendekatan problem solving atau serimg disebut dengan
pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintessa dalam
kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif
sendiri. Pendekatan ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab
akibat atau realsi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya
dapat menemukan kunci pembuka masalahnya.
22
Namun demikian, pendekatan open ended ini juga memunculkan
berbagai kelemahan. Adapun kelemanahan yang muncul antara lain : Sulit
membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna
bagi siswa ; Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna.
Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana
caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan karena
jawabannya bersifat bebas, maka siswa kelompok pandai seringkali
merasa cemas bahwa jawabannya akan tidak memuaskan ; Terdapat
kecenderungan bahwa siswa merasa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan
kesimpulan secara tepat dan jelas;
Sedangkan Pendekatan Problem Solving ialah Kelebihan
pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut: Mendidik siswa
untuk berpikir secara sistematis; Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan.; Berpikir dan bertindak kreatif.; Memecahkan masalah yang
dihadapi secara realistis; Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.;
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.; Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat. ; Dapat membuat pendidikan sekolah lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja ; Mampu mencari
berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.; Belajar
menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, ; Mendidik siswa percaya
diri sendiri.;
Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai
berikut. memerlukan cukup banyak waktu.; Melibatkan lebih banyak
orang.; Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.; Memerlukan
perencanaan yang teratur dan matang; Tidak efektif jika terdapat beberapa
siswa yang pasif;
23
DAFTAR PUSTAKA
24