Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika

Dosen pengampu: Drs. H. Asep Jihad, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 7
Kelas 3C

Izzatun Nisa Cahyadin (1212050082)


Melia Amanda Musyarofah (1212050101)
Mulki Solahudin Al ayubi (1212050113)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan
hidayahnya telah memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Kami menyadari bahwa masih banyak kemungkinan kekurangan baik dari
segi penulisan maupun pembahasan dikarenakan keterbatasan kemampuan kami.
Untuk itu masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu kami agar
dapat membenahi kekurangan tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Selain itu, dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
khususnya mengenai “Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif
Pemecahannya” yang telah kami sajikan.
Ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas kepada kami untuk
menambah wawasan kami. Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang
sudah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada seluruh
pembaca khususnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Bandung, Juni 2023


Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika.....................................................3
B. Faktor Kesulitan Belajar Matematika...........................................................6
C. Dampak Kesulitan Belajar Matematika........................................................9
D. Tahapan Belajar Matematika......................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah matematika merupakan tantangan intelektual yang melibatkan
pemecahan masalah atau pencarian solusi matematis untuk suatu permasalahan
tertentu. Masalah matematika dapat berkisar dari sederhana hingga kompleks,
dan seringkali membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep dan
prinsip matematika. Latar belakang dari masalah matematika dapat berasal dari
berbagai bidang, termasuk matematika murni dan terapan. Beberapa masalah
matematika yang terkenal dan telah ada sejak lama termasuk teorema
Pythagoras, teorema Fermat, dan persamaan diferensial.

Alternatif pemecahan masalah matematika bervariasi tergantung pada jenis


masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa metode umum yang
digunakan dalam pemecahan masalah matematika meliputi:

1. Pendekatan Analitis: Pendekatan ini melibatkan penerapan teori dan prinsip


matematika untuk memecahkan masalah. Ini melibatkan manipulasi simbol
matematika, perhitungan, dan penggunaan konsep matematis yang terkait
2. Pendekatan Numerik: Pendekatan ini melibatkan penggunaan metode
komputasi numerik untuk memecahkan masalah matematika. Metode ini
dapat melibatkan penggunaan algoritma, perhitungan iteratif, aproksimasi,
dan analisis numerik untuk mencari solusi yang mendekati solusi yang
sebenarnya
3. Pendekatan Geometri: Pendekatan ini melibatkan penggunaan konsep
geometri dan hubungannya dengan masalah matematika. Ini melibatkan
pemodelan geometris, visualisasi, dan pemahaman terhadap sifat-sifat
geometris untuk memecahkan masalah
4. Pendekatan Kombinatorial: Pendekatan ini melibatkan penggunaan konsep
kombinatorial untuk memecahkan masalah matematika. Ini melibatkan
permutasi, kombinasi, dan analisis struktur kombinatorial untuk mencari
solusi
5. Pendekatan Pemodelan Matematika: Pendekatan ini melibatkan pembuatan
model matematika yang mewakili masalah yang ada. Setelah model
matematika dibuat, masalah matematika tersebut dapat diubah menjadi
masalah yang lebih mudah untuk dipecahkan dengan menggunakan teknik
matematika yang sesuai

Selain itu, kolaborasi dan diskusi dengan orang lain, pembacaan literatur
matematika terkait, dan penggunaan perangkat lunak matematika atau
komputer juga bisa menjadi alternatif pemecahan masalah matematika yang

1
efektif. Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu metode tunggal yang cocok
untuk semua masalah matematika. Pemecahan masalah matematika sering
melibatkan kombinasi berbagai pendekatan dan teknik untuk mencapai solusi
yang memadai

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar matematika?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajar matematika?

3. Apa dampak dari kesulitan belajar matematika?

4. Bagaimana tahapan belajar matematika?

5. Bagaimana permasalahan nyata siswa dalam bermatematika?

6. Bagaimana solusi pemecahan masalah matematika?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kesulitan belajar matematika

2. Memahami Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar


matematika

3. Mengetahui dampak dari kesulitan belajar matematika

4. Mengenali tahapan belajar matematika?

5. Mengetahui apa saja masalah dalam bermatematika

6. Mengenali solusi dalam masalah matematika

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika


1. Kesulitan Belajar
Pada prinsipnya, semua siswa berhak untuk diberikan kesempatan untuk
mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Tapi dari kenyataan sehari-
hari jelas bahwa kemampuan siswa berbeda-beda baik dari segi mental,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan
pembelajaran, yang terkadang sangat mencolok antara siswa dengan siswa
lain. Para guru terkadang sulit membedakan antara anak yang berkesulitan
belajar (learning disabilities) dengan anak tunagrahita (mental retardasion),
karena pada dasarnya mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda
tentang pengertian anak berkesulitan belajar.
Kesulitan belajar terdiri dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar.
Kesulitan adalah suatu keadaan yang menunjukkan ciri-ciri hambatan dari
aktivitas untuk mencapai tujuan, sehingga membutuhkan lebih banyak usaha
untuk mengatasi gangguan tersebut. Sedangkan belajar adalah suatu proses
perubahannya perilaku manusia melalui proses tertentu (Subini, 2010)
Menurut para ahli, pengertian kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut:
 Menurut Sugihartono (2007), kesulitan belajar merupakan suatu gejala
yang dapat diamati pada siswa yang ditandai dengan kinerja akademik
yang rendah atau di bawah norma yang ditetapkan.
 Menurut Mulyad (2010), kesulitan belajar adalah kondisi yang mendalam
proses pembelajaran yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu
dalam mencapai hasil belajar.
 Menurut Abdurrahman (2012), kesulitan belajar adalah kesulitan yang
keterlambatan perkembangan yang disebabkan oleh penggunaan dan
pemeliharaan perhatian yang selektif.
 Menurut Subin (2013), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana
keterampilan atau prestasi yang tidak memenuhi kriteria standar
ditentukan baik oleh sikap, pengetahuan atau keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan kesulitan tersebut


belajar siswa adalah suatu kondisi dimana siswa menunjukkan gejala belajar
yang tidak ada pencapaian rasional dan akademik di bawah rata-rata yang
ditetapkan, yang disebabkan oleh gangguan atau hambatan belajar.

2. Kesulitan Belajar Matematika


Mata pelajaran matematika harus diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar agar siswa dapat memperoleh kemampuan berpikir logis,

3
kritis, analitis dan sistematis serta kemampuan bekerja sama, namun masih
sulit untuk menginterpretasikan karena dipengaruhi oleh kesulitan belajar.
Proses belajar matematika, selalu mengalami perkembangan yang
berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Namun hal ini tidak
disadari oleh sebagian siswa disebabkan minimnya informasi mengenai apa
dan bagaimana sebenarnya matematika, karena bagi sebagian siswa
matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit. analitis dan sistematis
serta kemampuan bekerja sama, namun masih sulit untuk
menginterpretasikan dan dipengaruhi oleh ketidakmampuan belajar.
Kesulitan dalam belajar matematika biasanya dikenal dengan istilah
diskalkulia atau kesulitan menghitung. Subini (2013) kesulitan menghitung
merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmatika atau
keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi kehidupan sehari-hari
siswa. Tanda-tanda siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung yaitu
kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka, kesulitan dalam mengikuti
alur suatu hitungan, kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan
separasi, inakurasi dalam komputasi, selalu membuat kesalahan dalam
hitungan yang sama, kesulitan memahami istilah matematika, mengubah
soal tulisan, ke simbol matematika, kesulitan perceptual (kemampuan untuk
memahami symbol dan mengurutkan kelompok angka), dan kesulitan dalam
cara mengoperasikan matematik (+/-/x/:).
Menurut Marylin (2019:46) “Kesulitan belajar matematika terletak pada
keadaan terjadinya perbedaan antara kemampuan aktual dan prestasi aktual
menunjukkan bahwa itu memanifestasikan dirinya dalam tiga bidang
akademik utama yaitu membaca, menulis dan berhitung'. Menurut
Muhammad (2017:33), “Kesulitan belajar adalah suatu kekurangan yang
tidak tampak secara lahiriah”
Menurut Janet W. Lerner (Mulyono, 1996:224-226) adalah Beberapa ciri
anak berkelainan belajar matematika antara lain:
a. Gangguan hubungan ruang
Sebuah konsep hubungan spasial, seperti pemahaman puncak-dasar, atas-
bawah, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang dan awal-akhir,
biasanya anak-anak mempelajari ini sebelum masuk sekolah dasar.
Gangguan yang disebabkan oleh pemahaman hubungan spasial kondisi
internal seperti disfungsi otak dan kondisi eksternal seperti lingkungan
sosial yang tidak mendukung terlaksananya komunikasi yang dapat
menurunkan pemahaman konsep anak Ini. Karena kelainan ini, anak
kesulitan memahami sistem bilangan. Misalnya anak belum mengetahui
jarak antar bilangan, seperti jarak angka 2 dan 3 lebih dekat daripada
jarak antara angka 2 dan 7

b. Penyimpangan persepsi visual

4
Kelainan persepsi visual adalah apakah anak sulit atau tidak dapat
melihat objek yang berbeda dalam kaitannya dengan kelompok atau
tempat. Misalnya, seorang anak diminta untuk menjumlahkan dua
kelompok objek yang terdiri dari tiga dan tujuh anggota, dia menghitung
jumlah masing-masing kelompok satu per satu sebelum bergabung
dengan mereka

c. Asosiasi visual-motorik
Asosiasi visual-motor adalah kombinasi dari visual dan tindakan mesin
seorang anak. Misalnya, seorang anak diminta menghitung benda jika dia
menyentuh benda-benda ini satu per satu, dia menjadi baru menyentuh
target ketiga tapi sudah menghitung sampai empat. Kesalahan seperti itu
membuat anak-anak sulit untuk mengerti arti angka

d. Persevarasi
Gangguan yang menetap yaitu konsentrasi pada sesuatu benda dalam
waktu yang relatif lama. Pertama anak dapat menangani masalah dengan
baik, tetapi perhatian dari waktu ke waktu melekat pada objek. Misalnya,
seorang anak diminta mengerjakan suatu soal sebagai berikut:
51=6
52=7
53=8
54=9
44=9
34=9
Siswa berulang kali mengulangi bab 9 tanpa memperhatikan
berhubungan dengan konsep matematika

e. Kesulitan dalam mengenali dan memahami simbol


Kesulitan dalam belajar matematika dapat disebabkan oleh
kesalahpahaman siswa dengan simbol matematika seperti , - , =, danlt;
dan >. Atau adalah karena gangguan memori atau mungkin juga karena
gangguan indera penglihatan

f. Gangguan persepsi tubuh


Gangguan umum terjadi pada anak-anak dengan diskalkulia persepsi
tubuh (body image). Misalnya, sulit untuk memahami anak-anak
hubungan antar bagian tubuh

g. Kesulitan bahasa dan membaca


Menulis soal jelas membutuhkan keterampilan membaca matematika,
sebagai pengertian matematika yang dijelaskan dalam Subbagian
sebelumnya bahwa matematika adalah bahasa simbol. Anak-anak orang
dengan kesulitan membaca tentunya akan kesulitan memahami soal,
terutama hal-hal tertulis

5
h. IQ kinerja jauh lebih rendah daripada IQ verbal
Tes inteligensi memiliki dua subtes, yaitu subtes verbal dan subtes
performance (presentasi). Tes lisan meliputi tes pengetahuan, persamaan,
aritmatika, kosa kata dan pemahaman. Di samping itu subtes kinerja
meliputi penyelesaian gambar, pencocokan gambar, persiapan blok,
perakitan objek dan pengkodean. Tes kinerja ini sangat terkait
keterampilan persepsi visual, asosiasi motorik visual dan konsep
keruangan.

B. Faktor Kesulitan Belajar Matematika


Menurut Sugihartono, dalam Pingge (2016:150) penyebab kesulitan ada dua
yaitu:
1. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika Secara Internal
a. Kesehatan Tubuh
Faktor fisiologis dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran matematika Keadaan jasmani yang tidak sehat dapat
menyebabkan siswa mudah lelah, pusing, mengantuk, dan kurang
semangat menerima pelajaran dengan baik. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh (Utari dkk., 2019) bahwa siswa yang mengalami
gangguan kesehatan bisa mengakibatkan siswa tidak konsentrasi dalam
belajar dan mengantuk ketika pelajaran matematika sedang berlangsung,
hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh kondisi fisik tidak dalam
keadaan yang optimal. Keadaan tubuh yang tidak optimal mempengaruhi
penerimaan siswa terhadap informasi yang disampaikan oleh guru.

b. Cacat Tubuh
Kemampuan penglihatan serta pendengaran yang siswa alami mampu
menurunkan daya serap informasi yang dijelaskan oleh guru. Sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Handayani & Mahrita, 2021)
mengemukakan bahwa pancaindra berperan penting terhadap kegiatan
belajar siswa yaitu mata dan telinga. Guru sudah mengurangi gangguan
penglihatan dan pendengaran siswa dengan memindahkan tempat duduk
siswa paling depan. Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan
dengan baik kemampuan pengindraan siswa khususnya penglihatan yang
kurang atau minus dan pendengaran yang terggangu agar siswa dapat
menyerap informasi secara optimal

c. Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi siswa adalah salah satu faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran
matematika. Kecerdasan siswa dapat berpengaruh dalam percapaian
siswa dalam belajarnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh

6
(Handayani & Mahrita, 2021) bahwa makin rendah kecerdasan atau
intelegensi siswa semakin sulit siswa itu mencapai kesuksesan belajar
dan tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan
siswa

d. Minat
Kesulitan belajar yang timbul disebabkan karena tidak adanya minat
siswa terhadap pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Wahyuni &
Netti, 2021) mengemukakan bahwa minat memiliki pengaruh yang besar
pada aktivitas pembelajaran siswa agar minat belajar siswa dapat
meningkat, guru berusaha membuat pembelajaran agar siswa menjadi
tertarik supaya berkaitan. Dengan topik yang disukai oleh siswa. Selain
itu, pendapat dari (Amallia & Unaenah, 2018) bahwa siswa yang merasa
tidak tertarik dengan matematika menganggap matematika terlalu sulit,
yang sering membingungkan mereka, menggunakan terlalu banyak
rumus, dan siswa tidak suka menghitung bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran matematika

e. Motivasi
Motivasi belajar yang rendah dapat berakibat hilangnya semangat dalam
mengikuti pelajaran matematika sehingga membuat siswa mengalami
kesulitan dalam pembelajaran matematika. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh (Amallia & Unaenah, 2018) bahwa motivasi belajar
siswa yang rendah dapat berpengaruh terhadap perilaku belajar.
Akibatnya siswa memiliki motivasi yang rendah dan tidak mempunyai
semangat untuk mengikuti pelajaran matematika yang dapat
mengakibatkan siswa kesulitan dalam belajar matematika.

2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika Secara Eksternal


a. Kurangnya Perhatian Orang Tua pada Aktivitas Belajar Siswa
Orang tua yang melakukan pendampingan siswa saat belajar dirumah
adalah salah satu contoh perhatian orang tua. Siswa yang teridentifikasi
kesulitan belajar matematika tidak selalu mendapatkan perhatian dari
orang tua dirumah. Sesuai yang disampaikan oleh (Asriyanti & Purwati,
2020) bahwa orang tua kurang memperhatikan belajar anaknya saat
dirumah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal ini
disebabkan siswa melakukan dengan sendiri soal yang sulit dirumah
tanpa dibantu oleh orang tua. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran
orang tua untuk selalu memberikan perhatian dan dukungan dalam proses
belajar anak

b. Suasana Rumah atau Keluarga


Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Andri, Dores, et al., 2020) bahwa
suasana rumah atau keluarga yang ramai atau gaduh akan mengakibatkan

7
siswa susah untuk belajar dengan baik. Kondisi rumah yang ramai atau
gaduh dapat menyebabkan siswa kesulitan berkonsentrasi dalam belajar
matematika

c. Penggunaan Media Pembelajaran


Media merupakan sarana untuk menyampaikan informasi agar siswa
lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan
hasil wawancara dengan siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh
guru yaitu yang ada di lingkungan sekitar, alat-alat yang di lingkungan
sekitar dapat digunakan untuk media pembelajaran. Sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh (Ardianti dkk., 2017) penggunaan
media pembelajaran di lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa
dapat menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal sehingga siswa
lebih memahami materi dikarenakan pembelajaran bersifat nyata. Namun
kendala yang ditemukan dilapangan yaitu kurangnya pemahaman guru
terhadap media pembelajaran yang inovatif sesuai dengan materi. Media
berfungsi agar menciptakan keadaan belajar yang menyenangkan. Hal ini
sesuai pendapat yang dikemukakan oleh (Wanabuliandari dkk., 2016)
bahwa penggunaan media perlu dilakukan, dikarenakan ciri-ciri siswa di
sekolah lebih suka bermain. Menerapkan pentingnya pembelajaran yang
menyenangkan. Belajar sembari bermain agar siswa tidak merasakan
bosan sehingga siswa menjadi lebih aktif. Selain itu, (Ardianti et al.,
2017) juga berpendapat bahwa semua guru harus melakukan
pembelajaran yang menarik dan ceria untuk siswa. Hal ini dikarenakan
salah satu ciri siswa yaitu bermain. Penggunaan media pembelajaran
menjadi faktor penting yang diperlukan agar pembelajaran matematika
lebih diperhatikan lagi supaya siswa paham terhadap konsep matematika.
Penunjang pembelajaran yang kurang lengkap dapat menyebabkan siswa
kesulitan belajar matematika. Sesuai pendapat yang disampaikan oleh
(Amallia & Unaenah, 2018) bahwa penggunaan media yang tidak tepat
akan mengakibatkan siswa kurang tertarik untuk memperhatikan
pembelajaran matematika sehingga kondisi tersebut dapat menjadi faktor
penyebab kesulitan belajar matematika

d. Kegiatan dalam Masyarakat


Kegiatan dalam masyarakat siswa yang terlalu banyak dapat
menyebabkan kegiatan pembelajaran siswa menjadi terhenti sehingga
orang tua perlu memperhatikan aktivitas anaknya dalam masyarakat agar
siswa tidak melupakan tugasnya dalam belajar, khususnya belajar
matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Anggraeni et al.,
2020) bahwa lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap
kegiatan belajar siswa. Orang tua harus mengawasi kegiatan anak agar
dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya

8
e. Pengaruh Media Massa
Media massa dapat menimbulkan siswa kesulitan dalam belajarnya.
Faktor ini tidak dapat diremehkan karena faktanya terdapat banyak siswa
yang lebih tertarik terhadap penggunaan media massa daripada belajar.
Penggunaan HP dapat menyebabkan siswa malas dalam mengerjakan PR
matematika. Siswa terlalu banyak menggunakan waktu untuk menonton
TV dan bermain HP sehingga siswa sering melewatkan waktunya untuk
belajar matematika saat dirumah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
(Asriyanti & Purwati, 2020) bahwa faktor media massa membuat siswa
sering melupakan waktu untuk belajar disebabkan keasyikan nonton
televisi dan main HP. Selain itu, siswa yang sering kali menggunakan HP
membuat siswa tersebut menjadi malas dalam belajarnya serta siswa
yang nonton televisi juga membuat siswa menjadi malas belajar
matematika sehingga dapat menghambat proses belajar apabila siswa
terlalu banyak menggunakan waktu untuk menikmati media massa
sehingga melupakan tugas belajarnya.

C. Dampak Kesulitan Belajar Matematika


Kesulitan belajar akan memberikan dampak yang besar bagi peserta didik,
tidak hanya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya saja, tetapi
juga dapat mempengaruhi interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
Berikut beberapa dampak kesulitan belajar matematika:
1. Aspek sosial
a. Komunikasi Interpersonal
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang dialami
peserta didik menghambat komunikasi interpersonalnya. Peserta didik
kesulitan dalam mengungkapkan pendapat, ide, maupun gagasan yang
ingin disampaikan, sehingga peserta didik lebih pasif dibandingkan
teman-temannya yang lain. Peserta didik merasa takut untuk meminta
bantuan kepada guru dan kesulitan berkomunikasi dengan teman-
temannya. Peserta didik hanya dapat terbuka dengan orang-orang yang
sudah betul-betul dekat denganya

b. Interaksi sosial
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar matematika biasanya
sulit beradaptasi dalam situasi yang baru, misalnya kerja kelompok di
dalam kelas. Ketika diajak kerja kelompok di dalam kelas ia lebih banyak
diam karena tidak tahu harus melakukan apa. Peserta didik merasa takut,
jika teman-temannya marah apabila dia melakukan kesalahan. Selain itu
adanya reaksi penolakan dari teman-teman sekelas saat mereka dibagi
tugas menjadi beberapa kelompok. Alasan mereka menolak satu kelompo
karena peserta didik tersebut sangat lambat dalam mengerjakan soal

9
perhitungan. Mereka berpikir jika peserta didik yang mengalami
keterlambatan dalam belajar matematika ada dalam kelompok akan
merugikan kelompok mereka padahal kerjasama merupakan proses
utama dan kegiatan yang pokok bagi seseorang agar dapat melaksanakan
interaksi sosial seperti yang diungkapkan oleh Hall dalam Ginintasasi
(2010)

c. Perilaku Sosial
Peserta didik menunjukkan perilaku sosial yang cenderung negative dan
menimbulkan reaksi orang-orang di sekitarnya. Ejekan dari teman-
temannya merupakan hal yang tidak menyenangkan akibat dari kesulitan
belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman yang tidak
menyenangkan yang didapatnya baik di sekolah maupun di rumah
ternyata mempengaruhi perilaku sosial yang ditunjukkan dengan sikap
atau perilaku yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa terganggu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hurlock (2003:156) bahwa salah
satu hal yang dapat mempengaruhi perilaku sosial yaitu pengalaman yang
tidak menyenangkan. Teori tersebut menegaskan, bahwa salah satu
pengalaman tidak menyenangkan yang dirasakan adalah ejekan dari
teman-temannya karena kesulitan belajar matematika yang dialaminya.

2. Aspek emosi psikis


a. Perasaan Sosial
Kesulitan belajar matematika yang dialami peserta didik berdampak pada
emosi dasarnya. Beberapa emosi dasar yang diakibatkan karena kesulitan
belajar matematika yaitu marah dan mudah tersinggung, adanya rasa
takut, cemas, iri, cemburu, dan perasaan sedih

b. Perasaan susila yang ditunjukkan yaitu perasaan yang berkenaan dengan


rasa tanggung jawab. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
sering mengabaikan tanggung jawabnya dalam mengerjakan tugas
belajar, ketidakstabilan emosi karena kesulitan belajar matematika yang
dialami, membuat peserta didik mengerjakan tugas belajar matematika
secara asal-asalan.

3. Dinamika Psikologis Akibat Kesulitan Belajar


Dinamika psikologi dapat mencakup beberapa hal seperti perkembangan
dan karakter emosi anak, motivasi, perilaku, dan kestabilam emosi anak.
Hal tersebut menegaskan bahwa dinamika psikologis seorang anak
ditunjukkan dengan ketidakstabilan emosi dan perubahan perilaku yang
sering ditunjukkan ketika pembelajaran di kelas. Dinamika psikologis
peserta didik terlihat dari perilakunya yang moody atau sering berubah-
ubah. Peserta didik menjadi pendiam dan mulai kesulitan menyesuaikan

10
dengan situasi yang sedang dihadapinya. Selain itu dinamika psikologis
yang ditunjukkan peserta didik berbeda ketika di luar dan di dalam kelas.
Pada saat pembelajaran dimulai, ia memiliki suasana hati yang mudah
berubah/moody, lebih banyak diam, pasif, lebih sering menunduk dan
menunjukkan kecemasan dibandingkan ketika berada di luar kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek merasa lebih
nyaman berada di luar kelas daripada berada di dalam kelas.

D. Tahapan Belajar Matematika


Dienes (Ruseffendi, 1992) berpendapat bahwa pada dasar matematika
dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-mmisahkan hubungan-
hubungan di antara struktur-struktur & mengkategorikan hubungan-hubungan
di antara struktur-struktur. Sepert halnya dengan Bruner, Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep dan prinsip dalam matematika yang
disajikan dalam bentuk yang konkret dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa jika benda atau objek-objek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan dan dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran
matematika.

Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (Resnick, 181 dapat


dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangka” Kegiatan
belajar dari konkret ke simbolik. Tahap belajar adalah interaksi yang aktif dan
direncanakan antara yang satu segmen struktur pengetahuan dan bel Aktif,
yang dilakukan melalui media matematika yang disain secara khuwv Menurut
Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi natematika dalam
permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkrit dan lebih membimbing
dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan
bahwa objek-objck konkret dalam bentuk permainan Mempunyai peranan
sangat penting dalam pembelajaran matemanka jika dimarupulasi dengan baik.
Menurut Dianos (Ruseffendi, 1992125-127)

konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap


Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi tahap, yaitu
1. Permainan Bebas (Free Play)
Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan
konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap
belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan

2. Permainan Menggunakan Aturan (Games)


Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola
dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini

11
mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep
yang lainnya

3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for Communalities)


Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu
mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari
bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat
abstrak yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan
dengan permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan
persegi panjang yang tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang
sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok)

4. Permainan Representasi (Representation)


Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu.
Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam
situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat
abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur
matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang
dipelajari

5. Permainan dengan Simbol (Symbolization)


Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan
merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan
simbol matematika atau melalu perumusan Verbal

6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)


Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap iri
siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian
merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai Contoh siswa yang
telah mengenal dasar-dasar dalam struktur

Solusi dari kesulitan belajar:


1. Identifikasi dan fokus pada area yang sulit
2. Memanfaatkan sumber daya pembelajaran
3. Praktik secara kosisten
4. Memanfaatkan teknologi
5. Manfaatkan aplikasi atau perangkat lunak matematika yang interaktif

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menunjukkan ciri-ciri hambatan
dari aktivitas untuk mencapai tujuan, sehingga membutuhkan lebih banyak
usaha untuk mengatasi gangguan tersebut. Kesulitan belajar adalah suatu
kondisi dimana siswa menunjukkan gejala belajar yang tidak ada pencapaian
rasional dan akademik di bawah rata-rata yang ditetapkan. Kesulitan belajar
adalah suatu kondisi dimana siswa menunjukkan gejala belajar yang tidak ada
pencapaian rasional dan akademik di bawah rata-rata. Mata pelajaran
matematika harus diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar agar
siswa dapat memperoleh kemampuan berpikir logis, kritis, analitis dan
sistematis serta kemampuan bekerja sama, namun masih sulit untuk
menginterpretasikan karena dipengaruhi oleh kesulitan belajar. Proses belajar
matematika, selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan
kemajuan sains dan teknologi. Subini kesulitan menghitung merupakan suatu
gangguan perkembangan kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika
yang jelas mempengaruhi kehidupan sehari-hari siswa. Tanda-tanda siswa yang
mengalami kesulitan dalam berhitung yaitu kesulitan dalam mempelajari nama-
nama angka, kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan, kesulitan dengan
pengertian konsep kombinasi dan separasi, inakurasi dalam komputasi, selalu
membuat kesalahan dalam hitungan yang sama, kesulitan memahami istilah
matematika, mengubah soal tulisan, ke simbol matematika, kesulitan
perceptual, dan kesulitan dalam cara mengoperasikan matematika.

B. Saran
Berdasarkan makalah ini memiliki saran agar makalah yang telah dibuat
oleh penulis dapat digunakan sebaik-baiknya dan silahkan dikembangkan
sebagai bahan materi untuk peneliti selanjutnya.

13
Diskusi di dalam kelas

Pertanyaan:

1. Bagaimana cara seorang guru menyesuaikan sistem pengajarannya ketika


peserta didik yng diajarinya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda?
(Penanya: Khairunnisa Wahidah)

Jawaban:

1. Seorang guru tetap melaksanakan sistem pengejaran sesuai metode yang


dimilikinya, hanya saja guru harus memberikan kesempatan tanya jawab
bersama peserta didik jangan hanya memberikan materi tanpa memberikan
kesempatan tanya jawab agar peserta didik dapat bertanya terkait materi yang
tidak dimengerti. Selain itu, pihak sekolah dapat membuka program kelas
unggulan yang dikategorikan berdasarkan kemampuan yang dimiliki peserta
didik, hal ini bertujuan agar sistem pengajaran yang diberikan oleh seorang
guru dapat disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ancona. (2022). Dynamic Psychology. Psychology Vol 1.

Hurlock. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Latifah, S. (2017). THE EFFECTS OF LEARNING DIFFICULTIES IN


WRITING ON SOCIAL-EMOTIONAL. Widia Ortodidaktika Vol 6 , 574.

Latifah, S. (n.d.). THE EFFECTS OF LEARNING DIFFICULTIES IN


WRITING ON SOCIAL-EMOTIONAL .

Sri Ayu1, S. D. (2021, Sep 29). ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESULITAN


BELAJAR MATEMATIKA. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, Volume 10, No. 3, , 1611-1622.

Unaenah, N. A.-E. (2018, Des). ANALISIS KESULITAN BELAJAR


MATEMATIKA PADA SISWA. Attadib Journal Of Elementary
Education, Vol. 3 (2), Desember 2018, Vol. 3 (2), 123-130.

Yusuf. (2016). psikologi perkembangan anak dan remaja. bandung : remaja


rosdakarya.

https://eprints.umm.ac.id/39699/3/jiptummpp-gdl-sitranitas-53561-3-
babii.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai