Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINI RISET

Persepsi Guru Matematika di SMP Al Hidayah Medan Tentang


Kemampuan Penalaran dan Pembuktian Siswa

“Laporan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis


Real”

Disusun Oleh:
Diana Safitri (0305193191)
Hilda Andriani (0305193194)
Siti Syahrianti (0305193190)
Zayla Agatri Andini (0305193192)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan kita
semua kesehatan serta kesempatan sehingga kiranya dapat menyelesaikan tugas
ini dengan sebaik–baiknya. Adapun tujuan disusunnya tulisan ini untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Analisis Real Lanjut. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Rusi Ulfa Hasanah, M. Pd selaku dosen pengampu dalam
mata kuliah ini yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan mini
riset kami ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan baik isi maupun penyusunan


dalam tugas ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar kiranya dapat menjadi pembelajaran bagi kami untuk
dapat menyempurnakan penulisan laporan mini riset dilain waktu. Semoga dengan
selesainya tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi kami sendiri maupun para pembaca. Demikian kata pengantar dari kami,
jika ada kesalahan kata kami mohon maaf. Sekian dan Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 23 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................................... 4
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Metode Penelitian .................................................................................. 7
B. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 9
B. Pembahasan ........................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penalaran dan pembuktian merupakan kemampuan yang penting dalam
mempelajari matematika. National Council of Teachers of Mathematics (National
Council of Teacher of Mathematics, 2009, p.1) menyatakan bahwa pelajaran
matematika yang berdasarkan pada penalaran akan mempersiapkan siswa dalam
kehidupan masyarakat, dunia kerja, maupun studi lanjut. Sebaliknya, matematika
sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran
(Wibowo, 2017, p.1). Inilah mengapa kegiatan menalar harus menjadi bagian dari
pembelajaran matematika setiap harinya. Hal ini juga didukung oleh pendapat
Ontario (2005, p. 17) bahwa proses penalaran mendukung pemahaman dalam
belajar matematika dan memungkinkan siswa untuk memahami matematika yang
mereka pelajari.
Penalaran menjadi salah satu kompetensi penting dalam Kurikulum 2013
(Fithriyyati & Maryani, 2018). Kurikulum 2013 menekankan secara tersirat
penalaran sebagai bagian dari kompetensi yang harus dicapai siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh pernyataan Van de Walle (2007,
p. 5) bahwa penalaran adalah pemikiran logis yang membantu kita dalam
memutuskan apakah dan mengapa jawaban kita masuk akal.
Pada kenyataannya, siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan
penalaran yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Programme for
International Student Assessment (PISA) yang berfokus pada penelitian tentang
kemampuan literasi matematis. Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) (2013, p. 17) mendefinisikan literasi matematis sebagai
suatu kapasitas individu dalam memformulasikan, menggunakan dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks, termasuk didalammnya penalaran secara
matematis. PISA membagi tingkatan keahlian dalam matematika ke dalam enam
level. Level diurutkan berdasarkan skor yang diperoleh suatu negara pada uji yang
dilaksanakan oleh PISA. Siswa dikatakan telah memiliki kemampuan menalar jika
skornya berada pada level tiga hingga enam. Hasil PISA menunjukkan bahwa
pada tahun 2012, Indonesia meraih skor 375 yang menunjukkan bahwa Indonesia

1
berada pada level satu. Artinya, siswa Indonesia bisa dikatakan belum memiliki
kemampuan penalaran yang baik. Pada level ini siswa hanya dapat menjawab soal
yang termasuk konteks familiar dimana semua informasi yang relevan disajikan
dan pertanyaan didefinisikan secara jelas (OECD, 2014, p.61).
Disamping itu, banyak siswa mengalami kesulitan dalam
mengkonstruksikan dan memahami pembuktian. Thompson, Senk dan Johnson
(2012, p.254) menyatakan bahwa siswa tidak memahami makna atau tujuan
pembuktian, tidak bisa membedakan contoh empiris yang terbukti atau tidak
terbukti, kekurang pengetahuan tentang konsep, definisi, notasi dan tidak familiar
dengan strategi pembuktian, termasuk bagaimana memulai pembuktian, dan
strategi metakognitif untuk mengamati kemajuannya ketika sedang melakukan
pembuktian. Reiss, Heinze, Renkl dan Grob (2008, p.455) menyatakan bahwa
banyak siswa menghadapi kesulitan yang serius dalam penalaran konsisten dan
berargumentasi, khususnya pada pembuktian matematis.
Pentingnya kemampuan penalaran dan pembuktian di pelajaran
Matematika, adalah:
1. Menganalisis situasi matematik: siswa mengerti masalah dalam soal
matematika. Mengetahui apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam
soal serta menghubungkan dengan cara penyelesaiannya.
2. Merencanakan proses penyelesaian: siswa dapat merencanakan proses
penyelesaian sebuah soal matematika.
3. Memecahkan persoalan dengan langkah yang sistematis: siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan urutan langkah yang
baik dan benar.
4. Menarik kesimpulan yang logis: siswa menarik kesimpulan yang logis
dengan memberikan alasan pada langkah penyelesaiannya.
Analisis bagaimana seharusnya guru memberikan fasilitas agar siswa
semakin memperdalam kemampuan penalaran dan pembuktian Matematika,
diantaranya:
1. Mendukung dan memberikan kesempatan siswa untuk menarik
kesimpulan logis.

2
2. Guru membantu siswa agar dapat memberikan penjelasan dengan model,
fakta, sifat-sifat, dan hubungan.
3. Guru memberikan kesempatan dan membantu siswa memperkirakan
jawaban dan proses solusi.
4. Guru memberikan arahan siswa untuk menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematis.
5. Guru mendorong siswa agar menyusun dan mengkaji konjektur
6. Merumuskan lawan Mengikuti aturan inferensi, memeriksa vaiditas
argumen.
7. Menyusun argumen yang valid
8. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematis.
Di mana dalam mewujudkan hal ini berpusat pada siswa dan guru hanya
sebagai navigator (memberikan panduan dan arahan serta dukungan) untuk siswa
berpikir kritis, kreatif dan memiliki rasa penasaran tinggi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah bagaimana
persepsi guru di SMP Al Hidayah Medan mengenai pentingnya kemampuan
penalaran dan pembuktian untuk siswa pada mata pelajaran matematika sekolah.
a. Bagaiman cara meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
b. Bagaimana guru memfasilitasi pembelajaran matematika di kelas.
c. Bagaimana persepsi guru di SMP Al Hidayah Medan tentang
pentingnya kemampuan penalaran dan pembuktian pada mata
pelajaran matematika.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan mini riset ini adalah untuk menjabarkan persepsi guru di
SMP Al Hidayah Medan mengenai pentingnya kemampuan penalaran dan
pembuktian untuk siswa pada mata pelajaran matematika sekolah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

NCTM (2000) mengemukakan bahwa kemampuan penalaran merupakan


salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dan Kemampuan penalaran
juga merupakan bagian yang penting dalam matematika.1 NCTM (2000)
mengatakan bahwa pembuktian matematis merupakan suatu cara formal
mengekspresikan penalaran dan pembenaran. Pembuktian melibatkan pembenaran
dugaan matematis menjadi benar dalam rangka dugaan tersebut dapat berlaku.

Penalaran dan pembuktian dalam program instruksional dari pra TK


sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk mengenal pemahaman dan
bukti sebagai aspek mendasar dalam matematika, membuat dan menyelidiki
dugaan-dugaan matematis, mengembangkan dan mengevaluasi argument dan
bukti matematis, serta memilih dan menggunakan berbagai macam pemahaman
dan metode pembuktian.

Penalaran dan Pembuktian tidak dapat diajarkan dalam satu unit terpisah.
Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan pembuktian juga harus diajarkan
penalaran, sehingga siswa bisa mempertanggungjawabkan setiap proses yang
dilakukan ketika membuktikan. Kadang kala mengembangkan pembuktian
diberikan melalui masalah (NCTM). Pada proses memperjelas penyelesaian
masalah melibatkan penalaran sebagai penguat hasilnya, selain itu dibutuhkan
berbagai strategi untuk memecahkan masalah, diantaranya adalah membuat tabel,
gambar, atau menyederhanakan permasalahan.

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar


dan Menengah yang memuat tentang tingkat kompetensi dan kompetensi inti
meliputi sikap spiritual, sikapsosial, pengetahuan dan keterampilan. Ruang
lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan

1
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA:The National
Council of Teacher Mathematics inc.

4
tingkat kompetensi inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.2

Adapun yang telah diputuskan oleh permendikbud No. 21 Tahun 2016


yaitu:

Pasal 1

(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya
disebut Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran
dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap
mata pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu
ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi pekerti disusun secara jelas.

2
Depdiknas. 2006. Standar Isi SatuanPendidikanDasardanMenengah.Jakarta:BNSP.

5
(8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan disusun secara jelas.
(9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 2

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan Dasar
dan Satuan Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga) tahun untuk semua tingkat
kelas.

Pasal 3

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 4

(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

6
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan di SMP AL Hidayah Medan


menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan bersama dengan
guru matematika yang menjadi narasumber dalam penelitian ini guna untuk
memperoleh suatu data yang diperlukan.

Penelitian merupakan suatu aktivitas atau kegiatan pengumpulan dan


analisis data yang dilakukan secara matematis dan logis oleh peneliti baik
individu maupun kelompok yang bertujuan untuk memperoleh jawaban atau suatu
fenomena yang diamati. 3

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan


penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.
Penelitian kualitatif sifatnya mendasar dan natural atau bersifat kealamian, serta
tidak bisa dilakukan dilaboratorium, melainkan terjun langsung dilapangan untuk
memperoleh suatu data.

Bogdan dan Taylor (1982) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah


prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan merupakan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan menurut Kirk & Miller penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
4
dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.

3
Syaukani, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2020),
hal.1.
4
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (Makassar: Syakir Media Press,
2021), hal.30.

7
B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian


ini adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi pada
penelitian ini dilakukan di SMP Al Hidayah Medan Gang Perguruan No. 04
Kecamatan Bandar Selamat, Medan Tembung. Wawancara dilakukan pada subjek
penelitian yaitu salah satu guru bidang studi matematika di SMP Al Hidayah
Medan yang bernama Ibu Erlina Sari Siregar, S. Pd yang merupakan alumni atau
lulusan S1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU) guna memperoleh data atau hasil. Serta dilakukan dokumentasi berupa
foto pada saat wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada siang hari diruang guru
SMP Al Hidayah Medan yang terdiri dari empat orang mahasiswa dengan salah
satu guru matematika di SMP Al Hidayah Medan yang bernama Ibu Erlina Sari
Siregar, S.Pd yang sekaligus menjadi sumber data yang diperlukan. Dalam
wawancara tersebut kami bertanya mengenai riset yang kami lakukan
sebagaimana menjadi salah satu tugas mata kuliah analisis real yang ditugaskan
untuk mewawancarai guru matematika yang terdapat di sekolah tempat PPL III
yang berlangsung kurang lebih 2 bulan. Dalam riset tersebut kami bertanya
tentang apa yang diperintahkan yang kemudian hasil wawancara tersebut
diunggah di gform yang telah disediakan dan pertanyaan tentang riset tersebut
juga telah disediakan di gform tersebut kita tinggal bertanya saja tentang data
yang diperlukan dari sumbernya yaitu guru matematika SMP Al Hidayah Medan.
Setelah data yang diperlukan terpenuhi dan langsung diunggah di gform yang
disediakan kami melakukan sesi poto sebagai dokumntasi dalam penelitian
miniriset yang dilakukan ini.

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada seorang guru


matematika yaitu, Bu Erlina Siregar, S.Pd yang mengajar di kelas VII, VIII, dan
IX di SMP Swasta Al Hidayah Medan, melalui hasil wawancara diketahui bahwa
Bu Erlina telah mengajar selama 10 tahun, dengan status guru sebagai guru tetap
non PNS dan telah sertifikasi. Bu Erlina merupakan lulusan S1 Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara dengan jurusan Pendidikan Matematika.

Menurut Bu Erlina mata kuliah analisis real untuk calon guru merupakan
hal yang penting karena materi yang ada di mata kuliah analisis real tersebut akan
berkaitan dengan materi pembelajaran matematika di SMA. Dan mengenai
persepsi guru matematika tentang kemampuan penalaran dan pembuktian siswa
merupakan hal yang penting untuk ditumbuhkembangkan.

B. Pembahasan

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar


kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi tentangbahan matematika yang dipelajari. Suatu proses
pembelajaran akan dikatakan berhasil apabila diawali dengan perencanaan yang
sangat matang. Begitu pula dengan pembelajaran matematika akan dapat berjalan
efektif dan berhasil apabila dilakukan melalui persiapan dan perencanaan yang
matang.

Seorang pendidik perlu terampil dalam merencanakan suatu proses


pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran memerlukan acuan atau
landasan yang jelas agar perilaku setiap individu yang melakukan aktivitas
pembelajaran akan terkendali serta terarah ke arah pencapaian tujuan, baik tujuan
pembelajaran secara khusus, maupun tujuan pembelajaran secara umum. Dapat
dipahami bahwa perencanaan pembelajaran memiliki peran penting dalam
meningkatkan mutupembelajaran.

9
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan serta kajian teori yang
telah dipaparkan pada bab 2 sebelumnya persepsi penalaran matematika
dikategorikan kedalam tiga kategoti yaitu penalaran dianggap sebagai sebuah
kemampuan dalam berpikir, penalaran dianggap sebagai kemampuan dalam
berkomunikasi, penalaran dianggap sebagai penggunaan argument secara logis
untuk memvalidasi dugaan.

Kategori (1): Penalaran dianggap sebagai bentuk sebuah kemampuan


berpikir

Pada kategori ini guru berpendapat bahwa penalaran merupakan sebuah


pemikiran umum untuk mendeskripsikan penalaran, yaitu “Karena siswa memiliki
rasa ingin tahu sehingga diperlukan penalaran dalam proses menyelesaikan
masalah tersebut, serta dengan adanya kemampuan untuk membuktikan maka rasa
ingin tahu tersebut akan lebih paham”.

Guru pada kategori ini menganggap bahwa penalaran merupakan sebuah


pemikiran pribadi dan memuat beberapa pilihan yang umum ketika
menyelesaikan suatu masalah. Ini merupakan sebuah pemahaman terhadap
penalaran yang dangkal. Berbeda dengan kategori 2 yang mengaggap bahwa
pemikiran suatu hal yang harus dibagi atau dikomunikasikan. Seperi yang
dijelaskan di bawah ini:

Kategori (2): Penalaran dianggap sebagai kemampuan dalam berkomunikasi

Guru berpendapat bahwa mengutarakan atau menyampaikan pemikiran


kepada orang lain seperti teman sebaya atau guru merupakan penalaran.
Berdasarkan yang telah di survey oleh para peneliti ditemukan bahwa Bu Erlina
dalam mengajar selalu mengaitkan penlaran dalam pembelajaran yang
diajakannya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
memikirkan ide-ide mereka kemudian mengeksplorasi ide tersebut serta mereka
harus dapat menjelaskan secara rinci apa yang mereka pikirkan untuk diwujudkan.
Para guru di kategori ini mengaitkan antara penalaran dengan
mengkomunikasikan pemikiran kepada orang lain.

10
Kategori (3): Penalaran dianggap sebagai penggunaan argument secara logis
untuk memvalidasi dugaan

Kategori ini menginterpretasi penalaran jauh lebih tinggi dari yang lain,
dengan mengaitkannya dengan dugaan. Dimana guru memahami bahaw dalam
mengembangkan penalaran haruslah memasukkan argument atau pendapat logis
secara bertahap, langkah demi langkah pada anak untuk akhirnya menarik
kesimpulan dari sebuah dugaan. Langkah ini merupakan penggabungan penalaran
induktif, abduktif, deduktif, dan adaptif, serta memberikan kesempatan untuk
memberikan pendapat dan alasan yang sesuai dengan pemikiran anak dengan
pembuktian sebagai tujuan dari penalaran. Menurut Bu Erlina bahwa ketika kita
bertanya kepada anak, mengenai hasil jawaban yang mereka dapatkan, dari mana,
dan mengapa terkadang kita mendapatkan jawaban yang diluar dari dugaan kita
tetapi itu merupakan hal yang benar. Kita hanya perlu memberikan sedikit
dorongan kepada siswa, tunggu dan lihat hasil yang mereka berikan sangat luar
biasa dan juga terkadang memberikan soal dan jawaban sekaligus, kemudian
meminta anak untuk menentukan proses dari menemukan jawaban merupakan
suatu yang dapat membuat anak berpikir lebih aktif dan tidak membosankan.
Karena selalu muncul cara yang aneh dari mereka.

Dari pendapat ini menunjukkan batapa pentingnya penalaran untuk


mamahami matematika, dan bagaimana anak dapat berpikir jauh lebih tinggi jika
diberikan suatu rangsangan yang tepat dari guru. Guru haruslah memiliki
keyakinan terhadap siswanya bahwa mereka mampu memecahkan masalah yang
tidak dikenal, melihat pola atau hubungan dan membentuk dugaan dan kemudian
berusaha untuk memvalidasi dan memahami solusi atau hubungan dengan
menjelaskan atau berdebat langkah demi langkah jika diberi ruang untuk itu. Ini
merupakan cara bentuk membuktikan temuan mereka dan membenarkan dugaan
mereka.

Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa guru mengetahui dengan baik
mengenai dokumen National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
tentang prinsip dan standar matematika disekolah bahwa kemampuan penalaran
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dan pembuktian

11
matematis merupakan suatu cara formal mengekspresikan penalaran dan
pembenaran. dan juga guru mengetahui bahwa dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2016
tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah yang memuat tentang memuat
tentang tingkat kompetensi dan kompetensi inti meliputi sikap spiritual,
sikapsosial, pengetahuan dan keterampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik
untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan tingkat kompetensi inti untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Dari hasil wawancara mengenai pembuktian matematika diketahui bahwa


guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan dan
memahami pembuktian yang telah dilakukan pada materi himpunan, aljabar,
persamaan dan pertidaksamaan linear, serta menurut Bu Bu Erlina materi pokok
yang cocok untuk diajarkan pada siswa dengan melakukan pembukatian
matematis adalah materi himpunan, fungsi dan persamaan garis lurus. Untuk
memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pola dan menggunakannya
untuk memprediksi kecenderungan (trend) atau memeriksa kesahihan argument
Bu Erlina belum mecobanya dikarenakan kurang tertariknya siswa terhadap
materi yang berkaitan dengan hal tersebut.

Mengenai strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memfasilitasi


kemampuan penalaran dan pembuktian matematis siswa selain menggunakan
metode ceramah, berdasarkan hasil wawancara serta hasil survey yang dilakukan
Bu Erlina menggunakan beberapa metode lain seperti metode kooperatif, Problem
Based Learning (PBL), dan juga Inkuiri. Dalam menjalankan strategi dan metode
pembelajaran ini pastinya aka nada kendala yang mana ketika melaksanakan
strategi tersebut Bu Erlina memiliki beberapa kendala, yaitu siswa kurang aktif
atau tidak cukup merespon untuk mengikuti strategi tersebut, sehingga tidak
adanya feedback dalam pembelajarannya.

Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan pada bab 2 ditemukan


bahwa hasil wawancara yang dilakukan adalah Penalaran dan Pembuktian tidak
dapat diajarkan dalam satu unit terpisah. Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan
pembuktian juga harus diajarkan penalaran, sehingga siswa bisa

12
mempertanggungjawabkan setiap proses yang dilakukan ketika membuktikan.
Kadang kala mengembangkan pembuktian diberikan melalui masalah (NCTM).
Pada proses memperjelas penyelesaian masalah melibatkan penalaran sebagai
penguat hasilnya, selain itu dButuhkan berbagai strategi untuk memecahkan
masalah, diantaranya adalah membuat tabel, gambar, atau menyederhanakan
permasalahan.

Penelitian ini ingin mengungkapkan bahwa penting untuk meningkatkan


pemahaman guru terhadap kemampuan penalaran dan pembuktian matematika
siswa agar terjadi pergeseran pada persepsi guru. Karena pengetahuan tentang
aspek-aspek kemahiran dari penalaran matematis penting untuk ditanamkan dalam
pengaturan pembelajaran profesional, untuk lebih meningkatkan kesadaran guru
tentang kompleksitas penalaran. Dalam studi skala yang lebih besar penting untuk
menentukan prevalensi setiap kategori untuk mendapatkan pemahaman tentang
seberapa baik persyaratan penalaran matematis dalam kurikulum diinterpretasikan
oleh guru. Sehingga masih diperlukan kajian lebih mendalam terkait kemampuan
penalaran yang dimiliki oleh guru serta proses pengembangannya.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penalaran dan pembuktian merupakan kemampuan yang penting dalam
mempelajari matematika. Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan
yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
NCTM mengatakan bahwa pembuktian matematis merupakan suatu cara
formal mengekspresikan penalaran dan pembenaran. Pembuktian melibatkan
pembenaran dugaan matematis menjadi benar dalam rangka dugaan tersebut dapat
berlaku.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kualitatif
dimana penelitian ini merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian
yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Penelitian
kualitatif sifatnya mendasar dan natural atau bersifat kealamian, serta tidak bisa
dilakukan dilaboratorium, melainkan terjun langsung dilapangan untuk
memperoleh suatu data dengan mewawanacarai salah satu guru matematika untuk
mendapatkan hasil.
Dari hasil wawancara mengenai pembuktian matematika diketahui bahwa
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan dan
memahami pembuktian yang telah dilakukan pada materi himpunan, aljabar,
persamaan dan pertidaksamaan linear.

B. Saran
Kepada para pembaca dapat menggunakan hasil riset ini untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penalaran dan pembuktian matematika pada
siswa. Dalam riset ini juga masih banyak kekurangan semoga pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teacher Mathematics inc.
Depdiknas. (2006). Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta:BNSP
Syaukani. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Zuchri Abdussamad. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: Syakir
Media Press.

15

Anda mungkin juga menyukai