Disusun Oleh:
Diana Safitri (0305193191)
Hilda Andriani (0305193194)
Siti Syahrianti (0305193190)
Zayla Agatri Andini (0305193192)
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan kita
semua kesehatan serta kesempatan sehingga kiranya dapat menyelesaikan tugas
ini dengan sebaik–baiknya. Adapun tujuan disusunnya tulisan ini untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Analisis Real Lanjut. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Rusi Ulfa Hasanah, M. Pd selaku dosen pengampu dalam
mata kuliah ini yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan mini
riset kami ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penalaran dan pembuktian merupakan kemampuan yang penting dalam
mempelajari matematika. National Council of Teachers of Mathematics (National
Council of Teacher of Mathematics, 2009, p.1) menyatakan bahwa pelajaran
matematika yang berdasarkan pada penalaran akan mempersiapkan siswa dalam
kehidupan masyarakat, dunia kerja, maupun studi lanjut. Sebaliknya, matematika
sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran
(Wibowo, 2017, p.1). Inilah mengapa kegiatan menalar harus menjadi bagian dari
pembelajaran matematika setiap harinya. Hal ini juga didukung oleh pendapat
Ontario (2005, p. 17) bahwa proses penalaran mendukung pemahaman dalam
belajar matematika dan memungkinkan siswa untuk memahami matematika yang
mereka pelajari.
Penalaran menjadi salah satu kompetensi penting dalam Kurikulum 2013
(Fithriyyati & Maryani, 2018). Kurikulum 2013 menekankan secara tersirat
penalaran sebagai bagian dari kompetensi yang harus dicapai siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh pernyataan Van de Walle (2007,
p. 5) bahwa penalaran adalah pemikiran logis yang membantu kita dalam
memutuskan apakah dan mengapa jawaban kita masuk akal.
Pada kenyataannya, siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan
penalaran yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Programme for
International Student Assessment (PISA) yang berfokus pada penelitian tentang
kemampuan literasi matematis. Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) (2013, p. 17) mendefinisikan literasi matematis sebagai
suatu kapasitas individu dalam memformulasikan, menggunakan dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks, termasuk didalammnya penalaran secara
matematis. PISA membagi tingkatan keahlian dalam matematika ke dalam enam
level. Level diurutkan berdasarkan skor yang diperoleh suatu negara pada uji yang
dilaksanakan oleh PISA. Siswa dikatakan telah memiliki kemampuan menalar jika
skornya berada pada level tiga hingga enam. Hasil PISA menunjukkan bahwa
pada tahun 2012, Indonesia meraih skor 375 yang menunjukkan bahwa Indonesia
1
berada pada level satu. Artinya, siswa Indonesia bisa dikatakan belum memiliki
kemampuan penalaran yang baik. Pada level ini siswa hanya dapat menjawab soal
yang termasuk konteks familiar dimana semua informasi yang relevan disajikan
dan pertanyaan didefinisikan secara jelas (OECD, 2014, p.61).
Disamping itu, banyak siswa mengalami kesulitan dalam
mengkonstruksikan dan memahami pembuktian. Thompson, Senk dan Johnson
(2012, p.254) menyatakan bahwa siswa tidak memahami makna atau tujuan
pembuktian, tidak bisa membedakan contoh empiris yang terbukti atau tidak
terbukti, kekurang pengetahuan tentang konsep, definisi, notasi dan tidak familiar
dengan strategi pembuktian, termasuk bagaimana memulai pembuktian, dan
strategi metakognitif untuk mengamati kemajuannya ketika sedang melakukan
pembuktian. Reiss, Heinze, Renkl dan Grob (2008, p.455) menyatakan bahwa
banyak siswa menghadapi kesulitan yang serius dalam penalaran konsisten dan
berargumentasi, khususnya pada pembuktian matematis.
Pentingnya kemampuan penalaran dan pembuktian di pelajaran
Matematika, adalah:
1. Menganalisis situasi matematik: siswa mengerti masalah dalam soal
matematika. Mengetahui apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam
soal serta menghubungkan dengan cara penyelesaiannya.
2. Merencanakan proses penyelesaian: siswa dapat merencanakan proses
penyelesaian sebuah soal matematika.
3. Memecahkan persoalan dengan langkah yang sistematis: siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan urutan langkah yang
baik dan benar.
4. Menarik kesimpulan yang logis: siswa menarik kesimpulan yang logis
dengan memberikan alasan pada langkah penyelesaiannya.
Analisis bagaimana seharusnya guru memberikan fasilitas agar siswa
semakin memperdalam kemampuan penalaran dan pembuktian Matematika,
diantaranya:
1. Mendukung dan memberikan kesempatan siswa untuk menarik
kesimpulan logis.
2
2. Guru membantu siswa agar dapat memberikan penjelasan dengan model,
fakta, sifat-sifat, dan hubungan.
3. Guru memberikan kesempatan dan membantu siswa memperkirakan
jawaban dan proses solusi.
4. Guru memberikan arahan siswa untuk menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematis.
5. Guru mendorong siswa agar menyusun dan mengkaji konjektur
6. Merumuskan lawan Mengikuti aturan inferensi, memeriksa vaiditas
argumen.
7. Menyusun argumen yang valid
8. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematis.
Di mana dalam mewujudkan hal ini berpusat pada siswa dan guru hanya
sebagai navigator (memberikan panduan dan arahan serta dukungan) untuk siswa
berpikir kritis, kreatif dan memiliki rasa penasaran tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah bagaimana
persepsi guru di SMP Al Hidayah Medan mengenai pentingnya kemampuan
penalaran dan pembuktian untuk siswa pada mata pelajaran matematika sekolah.
a. Bagaiman cara meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
b. Bagaimana guru memfasilitasi pembelajaran matematika di kelas.
c. Bagaimana persepsi guru di SMP Al Hidayah Medan tentang
pentingnya kemampuan penalaran dan pembuktian pada mata
pelajaran matematika.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan mini riset ini adalah untuk menjabarkan persepsi guru di
SMP Al Hidayah Medan mengenai pentingnya kemampuan penalaran dan
pembuktian untuk siswa pada mata pelajaran matematika sekolah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Penalaran dan Pembuktian tidak dapat diajarkan dalam satu unit terpisah.
Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan pembuktian juga harus diajarkan
penalaran, sehingga siswa bisa mempertanggungjawabkan setiap proses yang
dilakukan ketika membuktikan. Kadang kala mengembangkan pembuktian
diberikan melalui masalah (NCTM). Pada proses memperjelas penyelesaian
masalah melibatkan penalaran sebagai penguat hasilnya, selain itu dibutuhkan
berbagai strategi untuk memecahkan masalah, diantaranya adalah membuat tabel,
gambar, atau menyederhanakan permasalahan.
1
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA:The National
Council of Teacher Mathematics inc.
4
tingkat kompetensi inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.2
Pasal 1
(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya
disebut Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran
dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap
mata pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu
ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi pekerti disusun secara jelas.
2
Depdiknas. 2006. Standar Isi SatuanPendidikanDasardanMenengah.Jakarta:BNSP.
5
(8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan disusun secara jelas.
(9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 2
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan Dasar
dan Satuan Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga) tahun untuk semua tingkat
kelas.
Pasal 3
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 4
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Penelitian
3
Syaukani, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2020),
hal.1.
4
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (Makassar: Syakir Media Press,
2021), hal.30.
7
B. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada siang hari diruang guru
SMP Al Hidayah Medan yang terdiri dari empat orang mahasiswa dengan salah
satu guru matematika di SMP Al Hidayah Medan yang bernama Ibu Erlina Sari
Siregar, S.Pd yang sekaligus menjadi sumber data yang diperlukan. Dalam
wawancara tersebut kami bertanya mengenai riset yang kami lakukan
sebagaimana menjadi salah satu tugas mata kuliah analisis real yang ditugaskan
untuk mewawancarai guru matematika yang terdapat di sekolah tempat PPL III
yang berlangsung kurang lebih 2 bulan. Dalam riset tersebut kami bertanya
tentang apa yang diperintahkan yang kemudian hasil wawancara tersebut
diunggah di gform yang telah disediakan dan pertanyaan tentang riset tersebut
juga telah disediakan di gform tersebut kita tinggal bertanya saja tentang data
yang diperlukan dari sumbernya yaitu guru matematika SMP Al Hidayah Medan.
Setelah data yang diperlukan terpenuhi dan langsung diunggah di gform yang
disediakan kami melakukan sesi poto sebagai dokumntasi dalam penelitian
miniriset yang dilakukan ini.
8
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Menurut Bu Erlina mata kuliah analisis real untuk calon guru merupakan
hal yang penting karena materi yang ada di mata kuliah analisis real tersebut akan
berkaitan dengan materi pembelajaran matematika di SMA. Dan mengenai
persepsi guru matematika tentang kemampuan penalaran dan pembuktian siswa
merupakan hal yang penting untuk ditumbuhkembangkan.
B. Pembahasan
9
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan serta kajian teori yang
telah dipaparkan pada bab 2 sebelumnya persepsi penalaran matematika
dikategorikan kedalam tiga kategoti yaitu penalaran dianggap sebagai sebuah
kemampuan dalam berpikir, penalaran dianggap sebagai kemampuan dalam
berkomunikasi, penalaran dianggap sebagai penggunaan argument secara logis
untuk memvalidasi dugaan.
10
Kategori (3): Penalaran dianggap sebagai penggunaan argument secara logis
untuk memvalidasi dugaan
Kategori ini menginterpretasi penalaran jauh lebih tinggi dari yang lain,
dengan mengaitkannya dengan dugaan. Dimana guru memahami bahaw dalam
mengembangkan penalaran haruslah memasukkan argument atau pendapat logis
secara bertahap, langkah demi langkah pada anak untuk akhirnya menarik
kesimpulan dari sebuah dugaan. Langkah ini merupakan penggabungan penalaran
induktif, abduktif, deduktif, dan adaptif, serta memberikan kesempatan untuk
memberikan pendapat dan alasan yang sesuai dengan pemikiran anak dengan
pembuktian sebagai tujuan dari penalaran. Menurut Bu Erlina bahwa ketika kita
bertanya kepada anak, mengenai hasil jawaban yang mereka dapatkan, dari mana,
dan mengapa terkadang kita mendapatkan jawaban yang diluar dari dugaan kita
tetapi itu merupakan hal yang benar. Kita hanya perlu memberikan sedikit
dorongan kepada siswa, tunggu dan lihat hasil yang mereka berikan sangat luar
biasa dan juga terkadang memberikan soal dan jawaban sekaligus, kemudian
meminta anak untuk menentukan proses dari menemukan jawaban merupakan
suatu yang dapat membuat anak berpikir lebih aktif dan tidak membosankan.
Karena selalu muncul cara yang aneh dari mereka.
Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa guru mengetahui dengan baik
mengenai dokumen National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
tentang prinsip dan standar matematika disekolah bahwa kemampuan penalaran
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dan pembuktian
11
matematis merupakan suatu cara formal mengekspresikan penalaran dan
pembenaran. dan juga guru mengetahui bahwa dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2016
tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah yang memuat tentang memuat
tentang tingkat kompetensi dan kompetensi inti meliputi sikap spiritual,
sikapsosial, pengetahuan dan keterampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik
untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan tingkat kompetensi inti untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
12
mempertanggungjawabkan setiap proses yang dilakukan ketika membuktikan.
Kadang kala mengembangkan pembuktian diberikan melalui masalah (NCTM).
Pada proses memperjelas penyelesaian masalah melibatkan penalaran sebagai
penguat hasilnya, selain itu dButuhkan berbagai strategi untuk memecahkan
masalah, diantaranya adalah membuat tabel, gambar, atau menyederhanakan
permasalahan.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penalaran dan pembuktian merupakan kemampuan yang penting dalam
mempelajari matematika. Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan
yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
NCTM mengatakan bahwa pembuktian matematis merupakan suatu cara
formal mengekspresikan penalaran dan pembenaran. Pembuktian melibatkan
pembenaran dugaan matematis menjadi benar dalam rangka dugaan tersebut dapat
berlaku.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kualitatif
dimana penelitian ini merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian
yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Penelitian
kualitatif sifatnya mendasar dan natural atau bersifat kealamian, serta tidak bisa
dilakukan dilaboratorium, melainkan terjun langsung dilapangan untuk
memperoleh suatu data dengan mewawanacarai salah satu guru matematika untuk
mendapatkan hasil.
Dari hasil wawancara mengenai pembuktian matematika diketahui bahwa
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan dan
memahami pembuktian yang telah dilakukan pada materi himpunan, aljabar,
persamaan dan pertidaksamaan linear.
B. Saran
Kepada para pembaca dapat menggunakan hasil riset ini untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penalaran dan pembuktian matematika pada
siswa. Dalam riset ini juga masih banyak kekurangan semoga pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teacher Mathematics inc.
Depdiknas. (2006). Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta:BNSP
Syaukani. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Zuchri Abdussamad. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: Syakir
Media Press.
15