Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : 1. Dr. Hj Wati Susilawati, M.Pd.

disusun oleh:

1. Kharisma Aulia (1182050050)


2. Khoirun Nisa Fadhilah (1182050051)
3. M. Fikri Humani (1182050060)

Kelas IV B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
kesulitan belajar siswa pada materi perbandingan” dengan maksimal.

Dengan tujuan penulisan makalah ini sebagai pemenuhan tugas terstuktur mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika. Selain itu juga untuk menambah
pengetahuan (wawasan keilmuan) dalam bidang pembelajaran matematika.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan banyak terimakasih
kepada ibu Dr. Hj Wati Susilawati, M.Pd., dosen mata kuliah yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini. Serta Orang tua dan teman-teman pendidikan matematika
yang telah membantu baik dalam bentuk dukungan maupun bantuan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca. Akhir kata kami berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Bandung, Juni 2020

i
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................................................2
C. METODE......................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.............................................................................................................................3
A. Masalah Matematika.....................................................................................................................3
B. Prinsip-prinsip dalam belajar matematika.....................................................................................3
C. Permasalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika...................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
HASIL ANALISIS................................................................................................................................6
A. Soal...............................................................................................................................................6
B. Analisis Soal.................................................................................................................................6
1. SOAL PERTAMA.....................................................................................................................6
2. SOAL KEDUA..........................................................................................................................7
3. SOAL KETIGA.........................................................................................................................8
BAB IV................................................................................................................................................10
PENUTUPAN.....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................................10
B. Solusi..........................................................................................................................................10
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Andi Hakim Nasution, Matematika adalah ilmu struktur, urutan (order),
dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran
bentuk objek. Dalam proses pemahamannya butuh penguasaan materi yang berurut,
mulai dari materi dasar dan berlanjut hingga materi yang lebih kompleks.

Perbandingan dalam matematika adalah materi tentang penggunaan konsep


aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial, misalnya nilai keseluruhan, nilai per
unit, laba, rugi, rabat, dan bunga tunggal, pengertian skala sebagai suatu perbandingan,
faktor perbesaran dan pengecilan pada gambar berskala, serta perbandingan seharga
(senilai) dan perbandingan berbalik harga (berbalik nilai).

Kemampuan awal siswa dan sikap siswa kepada matematika yang kurang,
motivasi dan self-efficacy untuk belajar yang rendah, serta perilaku dan kemampuan guru
dalam mengajar serta kreatifitas guru dalam memberikan dan memecahkan soal
pemecahan masalah merupakan penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
pemecahan masalah matematika.

Materi perbandingan adalah salah satu materi mata pelajaran matematika yang
diajarkan di kelas VII SMP tepatnya di semester ganjil. Materi perbandingan meliputi
sub bahasan skala peta, perbandingan senilai, dan perbandingan berbalik nilai. Adapun
tujuan dari mempelajari materi perbandingan menurut Manik (2009) adalah : (1)
menjelaskan pengertian skala sebagai suatu perbandingan, (2) menghitung faktor
pembesaran dan pengecilan pada gambar, (3) menjelaskan hubungan perbandingan dan
pecahan, (4) menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan seharga dan berbalik
harga, (5) memberikan contoh masalah seharihari yang merupakan perbandingan seharga
dan berbalik harga, dan (6) memecahkan masalah yang melibatkan perbandingan

Maka dari itu dalam setiap pembelajaran matematika khususnya materi


perbandingan akan selalu ditemukan kesulitan yang terjadi setidaknya pada beberapa
atau semua siswa. Dalam makalah ini, penulis berusaha untuk menganilisis kesulitan
belajar siswa pada materi perbandingan dengan menggunakan metode analisis beberapa
soal perbandingan, dengan melihat variabel materi yang dibutuhkan agar bisa memahami
soal tersebut.

1
B. TUJUAN
1. Menemukan kesulitan belajar siswa pada materi lingkaran
2. Menemukan faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada materi lingkaran
3. Menentukan inti masalah yang dihadapi siswa pada materi lingkaran
4. Menentukan solusi untuk siswa yang mempunyai kesulitan pada materi lingkaran

C. METODE
Metoda yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis kualitatif. Melihat dari
segi kualitas soal yang memungkinkan membuat siswa SMP akan kesulitan. Dengan
melakukan analisis terhadap soal yang berkaitan dengan perbandingan, lalu mencari
apa saja materi yang diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut. Salah satu penyebab
siswa merasakan kesulitan dalam belajar matematika adalah tidak mengerti materi
mana saja yang dibutuhkan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Masalah Matematika

Matematika selalu berkaitan dengan suatu masalah. Tugas dari seseorang yang
mempelajarinya adalah dengan memahami cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masalah
matematika adalah alat yang tidak digunakan hanya untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir mereka tetapi juga membantu mereka untuk mengembangkan
keterampilan dasar mereka dalam memecahkan masalah, terutama untuk masalah di
kehidupan sehari-hari.

Dengan masalah yang dimiliki oleh matematika, siswa dapat menerapkan


pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah mereka untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-harinya. Sebab dalam proses pemecahan masalah matematika, akan
terbentuk suatu pola pikir atau terbentuk kemampuan yang mirip untuk memecahkan
permasalahan umum.

Agar tujuan dari pengajaran matematika ini tercapai, tentu diperlukan dorongan dan
dukungan kepada guru. Sebab jika guru tak sadar akan nilai penting ini, berkemungkinan
siswa tidak akan mendapatkan tujuan dari matematika. Siswa hanya sebatas tahu dan
kebingungan dalam memecahkan masalah kehidupannya.

Dalam pelaksaannya akan ditemukan banyak sekali tantangan. Untuk mencapai


proses pembelajaran matematika dengan dasar pemecahan masalah, dibutuhkan cara belajar
matematika yang benar. Cara belajar matematika yang logis dan terstruktur. Agar masalah
matematika dapat menjadi sebuah anugerah bagi seluruh peserta didik yang belajar
matematika, bukan menjadi musibah. Dengan arti, peserta didik menjadi paham untuk
merangkai pemahaman matematika mereka dengan berbagai subjek dalam matematika yang
berbeda, bahkan subjek di kehidupan sehari-harinya.

B. Prinsip-prinsip dalam belajar matematika

Tidak terlalu berbeda dengan prinsip belajar pada umumnya, bahkan bisa disebut
prinsip belajar matematika sama dengan prinsip belajar materi lainnya. Hanya saja persentase
yang ikut berperan berbeda, misal dalam matematika kita menggunakan cara berpikir logika
kita lebih besar ketimbang di pelajaran seni budaya. Bukan berarti kita tidak menggunakan
logika di seni budaya, namun penggunaan di matematika lebih banyak ketimbang di seni
budaya.

Maka dari itu, berikut adalah prinsip-prinsip dalam belajar matematika.

1. Tidak hanya menghafalkan rumus

Dalam KBBI rumus didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu maksud yang ditulis

3
dengan angka, huruf, tanda dll. Seringkali rumus ditakutkan oleh banyak sekali dari pelajar di
Indonesia. Penyebabnya ada banyak, salah satunya adalah karena siswa salah atau tidak
mengetahui cara mempelajari rumus. Kebanyakan siswa mempelajari rumus dengan
menghafal, mengulang-ulang dengan membacanya hingga menempel di otak. Padahal setiap
rumus di matematika ada asal-usulnya, selalu terdapat maksud mengapa rumus itu bisa hadir
di alam raya ini. Maka dari itu seharusnya dalam mempelajari matematika, menghafal rumus
adalah opsi terakhir, sebelum melakukan itu siswa harus berusaha untuk membuktikan
bagaimana rumus itu dapat terbentuk.

Membuktikan rumus dalam matematika berkaitan dengan Self Explanation. Self


Explanation memiliki arti penjelasan mandiri, maksudnya saat sedang membuktikan sebuah
rumus siswa akan membutuhkan banyak sekali konsep dari materi lain untuk membuktikan
suatu rumus. Maka akan terjadi cara berpikir deduksi saat melakukan pembuktian rumus.
dy
 nx n 1
Misalnya saat siswa berusaha untuk membuktikan bahwa setiap y  x n
memiliki dx ,
siswa tersebut harus paham dengan konsep limit, aljabar, aljabar berpangkat, dan limit tak
hingga. Maka akan terjadi eksplorasi secara mendalam pada pengetahuan siswa saat
melakukan pembuktian rumus.

2. Motivasi dari dalam diri

Kesadaran untuk belajar matematika bisa saja hadir dari orang tua atau guru. Seperti
saat siswa sedang malas, maka seorang guru bisa mengajaknya untuk lebih bersemangat
dengan memberi hadiah jika siswa tersebut mendapat nilai bagus. Akhirnya seorang siswa
tersebut menjadi bersemangat dan menyimpan janji hadiah tersebut di kepalanya, dan ia
berpikir akan senang sekali jika ia berhasil mendapatkan nilai bagus dan mendapatkan
hadiahnya.

Namun jika motivasi yang ada selalu hadir dari luar. Akan ada suatu titik dimana
siswa akan mulai menyerah dalam belajar matematika. Maka dari itu diperlukan motivasi dari
dalam diri untuk memahami ilmu matematika. Diperlukan ke-konsisten-an saat sedang
memahami sebuah materi tentang matematika, sebab akan terasa lebih sulit jika kita hanya
memahami secara parsial saja.

3. Kegigihan

Salah satu hal yang sangat penting dalam mempelajari matematika adalah kegigihan.
Bahkan bukan hanya matematika saja yang membutuhkan kegigihan, banyak sekali hal dalam
kehidupan manusia yang harus disertai dengan kegigihan.

Saat sedang mengerjakan soal matematika, biasanya siswa akan cepat meninggalkan
soal tersebut jika kepala sudah merasakan pening sedikit. Saat sedang membuktikan sebuah
rumus tak jarang siswa akan mengalami kejenuhan karena kesal tidak menemukan jalan-jalan
yang menghubungkan antar berbagai konsep ke suatu konsep, akhirnya siswa tersebut
menyerah.

4
Namun, jika kegigihan ini dimiliki. Akan sangat banyak sekali keuntungan yang
didapat, bisa jadi seseorang yang tidak gigih tidak akan mendapat keberhasilan dalam
membuktikan rumus, namun seorang yang gigih akan menemukannya.

4. The Beauty Of Mathematics

Golden Ratio dan Teorema Phytagoras adalah dua contoh dari The Beauty Of
Mathematics. Hal ini adalah sebuah keindahan dalam matematika. Siapa yang tak suka
sesuatu yang indah? Dalam matematika pun kita bisa menemukannya. Jika sesuatu yang
indah ini kita temukan dalam matematika, maka akan membangkitkan rasa penasaran dan
rasa kagum kita terhadap matematika.

C. Permasalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa ilmu matematika adalah ilmu yang
berurutan. Siswa tidak dapat memahami perbandingan sebelum memahami bilangan pecahan
atau konsep bilangan, siswa tidak dapat memahami turunan sebelum memahami limit, artinya
selalu harus dimulai dari dasarnya dahulu, mulai dari pondasi dan lanjut ke yang lebih tinggi.

Akhirnya permasalahan yang sering terjadi dalam menyelesaikan masalah matematika


adalah kurangnya kemampuan dalam penguasaan materi yang diperlukan, dan tidak
menerapkan prinsip-prinsip belajar matematika.

5
BAB III

HASIL ANALISIS

A. Soal

1. Perbandingan antara kopi dengan gula pasir adalah 2 : 3, misalkan banyaknya kopi yang
diperlukan adalah x, jika tersedia 300 gr gula pasir maka kopi yang diperlukan sebanyak?

2. Perbandingan umur ayah, ibu dan Benot adalah 8 : 7 : 3, jika jumlah umur mereka adalah
72 tahun. Tentukan umur ayah, ibu dan Benot? Dan Tentukan selisih umur ayah dengan ibu?

3. Jendra kebingungan dalam membeli buku tulis, karena Benot mengatakan bahwa di toko A
harga tujuh buah buku tulis adalah Rp 13.000,00 sedangkan Dexpo mengatakan bahwa di
toko B harga enam buah buku tulis adalah Rp 11.000,00. Jika sebagai temannya Jendra maka
toko mana yang akan Anda sarankan untuk membeli buku tulis? Jelaskan!

4. Diketahui perbandingan dua buah bilangan yakni 3 : 4. Jika masing-masing bilangan


ditambahkan 2 maka perbandingan bilangan tersebut menjadi 7 : 9.Tentukan kedua bilangan
tersebut Tentukan perbandingan bilangan tersebut jika kedua bilangan ditambahkan 6.
Tentukan hasil jumlah dan hasil kali dari kedua bilangan tersebut.

B. Analisis Soal

1. SOAL PERTAMA
a) Objek : Kopi dan Gula Pasir
b) Fokus Materi : Perbandingan Senilai
c) Kebutuhan materi : Bilangan Pecahan, Rasio, Aljabar, Penyederhanaan Pecahan.
d) Kebutuhan kemampuan siswa : mendefisikan makna dari perbandingan 2:3.

e) Cara mengerjakan soal :


1) Siswa perlu memahami bahwa maksud dari perbandingan kopi dan gula 2:3 adalah
perbandingan antara banyak kopi dan gula selalu 2:3.
2) Diketahui pada soal “jika kopi yang diperlukan adalah sebanyak x” dan gula pasir 300gr.
3) Di tahap ketiga siswa perlu memahami materi aljabar untuk menjadikan banyak kopi
dan banyak gula sebagai variabel, melihat huruf x sebagai banyak dari kopi.
4) Maka rasio tersebut akan masuk pada persamaan 2:3=x:300 dimana x adalah banyak
kopi dan y adalah banyak gula pasir. Persamaan ini terjadi karena perbandingan gula dan
kopi selalu 2:3, berapapun banyaknya.
5) Selanjutnya siswa perlu melakukan operasi pembagian dan perkalian pada persamaan
tersebut.
6) Sehingga hasilnya menjadi x=[2(300)]:3 = 200

6
7) Untuk membuat siswa lebih paham, perlu untuk membuktikan apakah hasil tersebut
benar atau tidak, siswa perlu mengembalikan kepada konsep awal bahwa perbandingannya
adalah 2:3,
8) Siswa melakukan perbandingan hasil dari berat kopi dan gula, yaitu 200gr:300gr, dan di
bagian ini siswa perlu mengerti materi tentang penyederhanaan bilangan pecahan, maka
didapat penyederhanaannya adalah 2:3, terbukti.

f) Analisis proses pengerjaan soal


Dalam proses pengerjaannya ada beberapa materi yang perlu dikuasai oleh siswa sebelum
mengerjakan soal ini. Materinya adalah rasio, bilangan pecahan, aljabar dan penyederhanaan
bilangan pecahan. Di lain aspek ada juga kemampuan siswa yang ikut berperan, diantaranya
kemampuan untuk menafsirkan perbandingan senilai antara kopi dan gula serta membuat
sebuah persamaan.

g) Analisis penyebab kesulitan siswa


Berdasarkan landasan teori, salah satu penyebab besar siswa kesulitan untuk menyelesaikan
soal matematika adalah tidak menguasai materi yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu
soal. Dalam soal ini yang paling sulit adalah saat membuat persamaan dan membaca maksud
dari angka perbandingan. Karena dalam proses tersebut dibutuhkan kemampuan imajinatif
untuk membayangkan bahwa berapapun berat kopi jika dibandingkan dengan gula maka
hasilnya akan selalu 2:3. Dengan arti lain berat kopi sama dengan 2/3 dari berat gula.

2. SOAL KEDUA

a) Objek : Umur Manusia (Ayah, Ibu, dan Benot)


b) Fokus Materi : Perbandingan Bertingkat
c) Kebutuhan materi : Bilangan Pecahan, Rasio, Aljabar, Penyederhanaan Pecahan.
d) Kebutuhan kemampuan siswa : mendefisikan makna dari perbandingan 8:7:3, melihat data
yang diketahui adalah jumlah umur.
e) Cara pengerjaan soal:
1) Buat tabel data yang diketahui untuk mempermudah (opsional)
Ayah Ibu Benot Jumlah Ayah-Ibu
Perbandingan 8 7 3 18 1
Umur ( tahun ) a b c 72 d

2) Siswa perlu untuk menguasai konsep dari perbandingan, dimana nilai perbandingan selalu
tetap.

7
3) Dalam soal ini siswa perlu memahami bahwa perbandingan umur ayah : umur ibu : umur
benot = 8 : 7 : 3 adalah bentuk paling sederhana dari perbandingan umur mereka, bukan umur
mereka sebenarnya.
4) Karena yang diketahui adalah jumlah umur mereka, maka siswa perlu memahami bahwa
menjumlahkan seluruh angka yang menjadi angka perbandingan, jumlahnya adalah 18.
5) Untuk mencari umur ayah, siswa membuat persamaan 8:18=a:72, maka didapat a = umur
ayah = 32 tahun.
6) Untuk mencari umur Ibu, siswa membuat persamaan 7:18=b:72, maka didapat b = umur
ibu = 28 tahun.
7) Untuk mencari umur Benot, siswa membuat persamaan 3:18=c:72, maka didapat c = umur
benot = 12 tahun.
8) Selanjutnya untuk mencari selisih antara umur ayah dan ibu, adalah mengurangi umur
ayah dengan umur ibu, maka didapat selisihnya 32 tahun - 28 tahun = 4 tahun.
9) Untuk meningkatkan pemahaman siswa, maka perlu dilakukan pembuktian atas hasil yang
telah didapat.
10) Perbandingan umurnya adalah 32 : 28 : 12
11) Selanjutnya siswa perlu melakukan proses penyederhanaan bilangan pecahan dengan
mecnari faktor pembagi terbesar dari angka 32, 28 dan 12. FPB tersebut adalah 4.

32 28 12
: :
12) Sehingga rasionya adalah 4 4 4 = 8 : 7 : 3, terbukti.
f) Analisis proses pengerjaan soal
Materi yang paling penting untuk mengerjakan soal ini adalah rasio dan bilangan pecahan. Di
aspek lain siswa juga perlu memiliki kemampuan analitis soal yang baik. Sebab jika tidak,
siswa tidak akan menemukan cara untuk mencari solusinya. Diketahui pada soal jumlah umur
ibu, ayah dan benit adalah 72. Maka siswa harus melakukan pencarian umur setiap orang
dengan membandingkan jumlah dari perbandingan. Pada aspek ini terdapat sesuatu yang
sangat penting, yaitu menghubungkan angka perbandingan umur dengan jumlah umur yang
diketahui.
g) Analisis penyebab kesulitan siswa
Faktor yang sangat memungkinkan membuat soal ini menjadi sulit adalah saat melihat data
jumlah umur yaitu 72 tahun. Siswa yang tidak memahami konsep dari rasio, akan kesulitan
untuk menemukan persamaan dari umur setiap manusia. Misal, yang seharusnya umur ayah
dicari menggunakan persamaan 8:18=a:72, bisa saja siswa yang tidak memahami konsep
rasio tidak akan berpikir untuk menjumlahkan angka perbandingan umur mereka.

3. SOAL KETIGA
a) Objek : Umur Manusia (Ayah, Ibu, dan Benot)
b) Fokus Materi : Penyederhanaan bilangan pecahan.

8
c) Kebutuhan materi : Bilangan Pecahan, Penyederhanaan Pecahan.
d) Kebutuhan kemampuan siswa : membandingkan kedua objek, mencari harga yang lebih
murah,
e) Cara pengerjaan soal:
1) Membuat persamaan perbandingan, dimana setiap toko memiliki persamaan harga :
jumlah.
2) Maka, Toko A = Rp.13.000 : 7 buku
3) Maka, Toko B = Rp.11.000 : 6 buku
4) Selanjutnya siswa perlu mencari harga 1 buku di setiap toko.
5) Di Toko A. Rp.13.000 : 7 buku = Rp. 1.857 untuk 1 buku
6) Di Toko B Rp.11.000 : 6 buku = Rp. 1.833 untuk 1 buku
7) Karena harga buku di toko B lebih murah, maka siswa akan menyarankan Jendra membeli
buku di toko B.

f) Analisis proses pengerjaan soal


Kemampuan yang sangat diperlukan dalam proses pengerjaan soal ini adalah penyederhanaan
bilangan. Data yang diketahui pada soal adalah harga dari 7 buku dan harga dari 6 buku. Soal
yang ditanyakan adalah harga mana yang lebih murah. Maka untuk menemukan jawabannya,
siswa perlu mencari harga 1 buku di setiap toko. Setelah harga 1 buku ditemukan, selanjutnya
siswa membandingkan harga mana yang lebih murah.

g) Analisis penyebab kesulitan siswa


Dalam pengerjaan soal tersebut besar kemungkinan siswa akan tidak mengalami kesulitan
jika memahami maksud dari pertanyaan yaitu toko mana yang akan disarankan. Toko yang
disarankan memiliki arti toko dengan harga buku yang lebih murah. Kata harga yang lebih
murah akan mengajak siswa untuk mencari harga per buku. Karena membandingkan harga 6
buku di suatu toko dengan harga 7 buku di toko yang lain tentu bukan cara yang tepat untuk
mencari mana yang lebih murah. Maka langkah selanjutnya siswa perlu melakukan proses
penyederhanaan bilangan menjadi harga per buku. Lalu siswa dapat menyimpulkan mana
harga yang lebih murah.

9
BAB IV

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Materi perbandingan membutuhkan pemahaman tentang materi pecahan, juga
penggunaan cara berpikir untuk membandingkan antara ukuran nyata dengan ukuran skala.
Siswa mengalami kesulitan dalam membiasakan diri untuk menyesuaikan pikiran mereka
antara ukuran yang sesuai dengan aslinya dan ukuran skala (peta).

Beberapa permasalahan dalam materi perbandingan ini juga membutuhkan


kemampuan untuk menghubungkan antara ide dengan data soal yang diketahui, melihat
variabel perbandingan mana yang dibutuhkan, apakah data per orang atau jumlah dari
keseluruhan. Juga pada aspek lain siswa membutuhkan kemampuan analisis pertanyaan yang
baik dan pemikiran logis, agar penguraian permasalahan soal dapat berjalan menuju solusi
yang dicari.

Maka beberapa hal yang menjadi faktor untuk membuat siswa kesulitan dalam
memahami masalah dalam perbandingan adalah:

- Tidak menguasai materi bilangan pecahan, rasio, aljabar dan penyederhanaan


bilangan pecahan.

- Tidak menerapkan prinsip-prinsip belajar matematika

- Guru tidak mengajarkan kepada siswa materi sesuai dengan urutan

- Guru tidak memberi latihan soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan,
seharusnya siswa diberikan soal dari yang termudah hingga tersulit.

B. Solusi
Kembali pada prinsip belajar matematika, siswa tidak dapat menggantungkan
semuanya pada faktor luar seperti guru atau orang lain. Diperlukan motivasi dari dalam diri
agar pemahaman matematika siswa semakin baik. Namun pada konteks lebih khusus, untuk
menangani kesulitan dalam memahami materi/masalah materi perbandingan, siswa
diperlukan untuk memahami konsep bilangan pecahan, rasio dan penyederhanaan bilangan
terlebih dahulu.

10
Daftar Pustaka

Jatmiko. Kesulitan siswa dalam memahami pemcahan masalah matematika. Jurnal ilmiah
pendidikan matematika. Vol 3 : 17-19.

https://www.zenius.net/blog/5165/membuktikan-rumus-matematika

https://mafia.mafiaol.com/2014/10/contoh-soal-perbandingan-smp-kelas-7.html

Juni Hardi, dkk. Deskripsi Pemahaman Siswa Pada Permasalahan Perbandingan dan Strategi
Dalam Penyelesaiannya. Jurnal

11

Anda mungkin juga menyukai