Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINI RISET (MR)

MK. BILANGAN Dan ALJABAR


PRODI S1 PGSD - FIP

Skor Nilai :

( KENDALA YANG DI HADAPI OLEH PESERTA DIDIK DALAM


MEMAHAMI POLA BILANGAN PADA KELAS V )

Zahwa Nirwana Alvi Novita Dalimunthe Windianti


Nim : 1213311191 Nim : 1213311169 Nim : 1213311189

Mata Kuliah : Bilangan dan Aljabar


Dosen Pengampu : Andriani S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FALKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan saya kesehatan, kekuatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan Mini Riset ini tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa
yang menjadi harapan pembimbing.

Ada pun yang menjadi judul tugas Laporan Mini Riset “ Kendala Yang di Hadapi Oleh
Peserta Didik dalam Memahami Pola Bilangan Pada Kelas V”. Tujuan pembuatan Mini
Riset ini adalah untuk memenuhi tuga KKNI ini untuk memenuhi tugas dari Dosen
Pengampu Ibu “ Andriani, S.Pd.,M.Pd.”, dalam mata kuliah “Bilangan dan Aljabar ” telah
kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
melancarkan pembuatan tulisan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini. Mudah-mudahan dengan adanya
pembuatan tugas ini dapat bermanfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis
maupun pembaca. Akhir kata kami ucapkan terimakasih pada pembaca atas perhatiannya.

Medan, Mei 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
B. Tujuan ......................................................................................................................... 5
C. Manfaat ....................................................................................................................... 5

BAB II Kajian dan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 6

BAB III Metode Pelaksanaan .................................................................................................. 10

BAB IV Pembahasan .................................................................................................................. 11

BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai tujuan nasional Indonesia. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
yang mengatur: tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membina segenap bangsa Indonesia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang dilandasi akhlak yang baik dan rasa tanggung jawab yang besar, sehingga bisa
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan memegang peranan
yang sangat penting dalam pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu,
sangat diperlukan pengembangan pendidikan dari berbagai bidang keilmuan, sebab
pendidikan dengan bermutu tinggi bisa memperkuat kualitas sebuah Negara.
Pendidikan salah satu bagian terpenting bagi proses pembangunan, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan keterampilan sumber daya manusia untuk
berjuang dalam kehidupan ini.

Salah satu pengetahuan yang mempunyai potensi untuk meningkatkan pola


pemikiran manusia yaitu pendidikan matematika. Matematika adalah ilmu
pengetahuan universal yang merupakan fondasi perkembangan teknologi moderen.
Teknologi moderen memegang peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan pemikiran manusia. Matematika menurut Johson sebagai mana yang
dikutip Mulyono (2012: 202) merupakan bahasa simbolik, fungsi sebenarnya adalah
untuk mengekspresikan kuantitas dan hubungan spasial,dan fungsi teoritisnya adalah
untuk mendorong pemikiran. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan
mampu memiliki kemampuan emikritis, logis, sistematis, cermat, efektif dan efesien
dalam memecahkan masalah.

Widiantara (2014: 23) menyatakan bahwa matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang dipelajari mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat sekolah
menengah atas dan juga dipelajari di perguruan tinggi. Sehingga matematika
mempunyai peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menghadapi era globalisasi dimasa sekarang ini. Menyadari
pentingnya peranan matematika, maka sangat diharapkan siswa menguasai mata
pelajaran matematika, namun kenyataannya sampai sekarang kemampuan siswa
terhadap mata pelajaran matematika masih relative rendah. Siswa masih sering
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Umumnya kesalahan yang
dilakukan siswa SD disebabkan karena kesulitan dalam memahami konsep, prinsip
dan prosedur seperti; Siswa salah menentukan nilai suku pertama (𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑈1), salah
atau keliru dalam menggunakan rumus suku 𝑘𝑒−𝑛, salah mengoperasikan
matematika, langkah-langkah penyelesaian yang tidak sesuai dengan aturan
matematika dan siswa tidak memahami maksud soal matematika khususnya soal
cerita.

Menurut Priyo (2011: 198) mengungkapkan bahwa pemahaman yang tidak


stabil dapat mempersulit siswa dalam menyelesaikan soal matematika, hal ini
dikarenakan siswa belum membangun Disneyland tanpa memahami makna konsep

4
matematika, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk belajar matematika. Sehingga
ketika siswa menyelesaikan soal matematika, seringkali mereka melakukan kesalahan
dan tidak dapat menemukan solusinya.

Ainurrahmaan (Widodo,dkk. 2017: 3) menyatakan bahwa ada beberapa


penyebab siswa mengalami kesulitan saat menguasai matematika diantaranya yaitu:
(1) Ketidakmampuan memahami fakta, (2) Ketidakmampuan memahami konsep, (3)
Ketidakmampuan memahami prinsip dan (4) Ketidakmampuan menerapkan prinsip
(konsep-konsep).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal pola bilangan
ditinjau berdasarkan:
a. Bagaimana kesulitan memahami konsep matematika dalam menyelesaikan
soal pola bilangan pada peserta didik
b. Bagaimana kesulitan memahami prinsip matematika dalam menyelesaikan
soal pola bilangan pada peserta didik
c. Bagaimana kesulitan memahami prosedur matematika dalam menyelesaikan
soal pola bilangan pada peserta didik

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui kesulitan peserta didik ketika mengerjakan soal-soal pola
bilangan pada murid kelas V SD yang ditinjau berdasarkan:
a. Kesulitan memahami konsep matematika dalam menyelesaikan soal poal
bilangan pada peserta didik kelas V
b. Kesulitan memahami prinsip matematika dalam menyelesaikan soal pola
bilangan pada peserta didik kelas V
c. Kesulitan memahami prosedur matematika dalam menyelesaikan soal pola
bilangan pada peserta didik kelas V

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa tentang
kesulitan yang telah dilakukan sehingga menjadikan siswa lebih teliti dalam
menyelesaikan soal matematika khususnya soal-soal yang berkaitan dengan pola
bilangan.

2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru
matematika tentang kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika pada materi pola bilangan, sehingga guru
dapat mencari metode atau strategi yang tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut.

3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi
sekolah dengan memberikan sumbangsih yang berharga dalam meningkatkan
kreativitas dan prestasi belajar siswa.

5
BAB II
KAJIAN DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1. PENDAHULUAN
A. Kesulitan Belajar
Defenisi kesulitan belajar pertama kali diungkapkan oleh Joint Office of
Education (USEO) pada tahun 1977 dan dinamakan Public Law (Pl) 94-142, yang
persis sama dengan defenisi yang dikemukakan oleh National Advisory Committee on
the Education Children pada tahun 1967. Dikutip oleh Abdul Rahman (2012: 06)
bahwa kesulitan belajar merupakan kendala dalam satu atau lebih proses psikologis
dasar, termasuk pemahaman dan penguasaan bahasa lisan maupun tulisan. Hambatan
tersebut dapat berupa kesulitan dalam mendengarkan, berpikir, berkomunikasi,
membaca, menulis, mengeja ataupun berhitung. Yulianto (2015: 1) Kesulitan belajar
merupakan suatu proses belajar di mana siswa mendapatkan kendala-kendala tertentu
dalam mencapai hasil belajar. Yudhanegara (2017: 97) Kesulitan belajar merupakan
suatu wujud ketidakmampuan atau tidak dapat dikuasai bahkan setelah mempelajari
konsep, prinsip, atau algoritma.

Dari beberapa defenisi kesulitan belajar yang telah dikemukakan oleh para
tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar yaitu suatu kondisi di
mana siswa tidak mampu menguasai materi-materi yang telah diberikan oleh guru
walaupun sudah mempelajarinya kembali dan mengakibatkan hasil belajar siswa
tersebut tidak memuaskan.

B. Kesulitan Belajar Matematika


Wood dalam Saja’ah (2018:100) menjelaskan ada beberapa karakteristik atau
ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami siswa ketika sedang belajar matematika yaitu:
1) siswa kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, dan bangun ruang, 2) siswa
tidak mampu mengingat rumus-rumus matematika, 3) siswa tidak mampu memahami
simbol matematika, 4) lemahnya kemampuan berpikir abstrak serta 5) siswa lemah
dalam kemampuan metakoginisi (kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan
algoritma dalam memecahkan soal matematika ).

Sholeh (1990: 34) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa siswa
sering mengalami kesulitan dalam belajar matematika antara lain:
1. Fakta yaitu kesepakatan atau perjanjian yang dicapai dalam matematika yang
dibuat dalam matematika.
2. Konsep yaitu makna abstrak yang memungkinkan seseorang
mengklasifikasikan objek atau peristiwa.
3. Prinsip adalah pernyataan yang mengungkapkan kebenaran hubungan antara
beberapa konsep, pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai konsep, atribut
hukum atau teorema, dan proposisi yang dapat diterapkan pada konsep
tersebut. misalnya; rumus-rumus
4. Skill yaitu langkah-langkah untuk mempercepat kerja, tetapi tetap didasarkan
pada logika matematika yang benar.

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai kesulitan pemahaman konsep,


prinsip dan prosedur pada siswa kelas V dalam menyelesaikan soal matematika yang
berkaitan dengan materi pola bilangan.
a. Kesulitan konsep

6
Konsep yaitu konsep abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasikan suatu objek dan menjelaskan apakah objek tersebut
merupakan contoh dari konsep abstrak. Rachmadi dalam Syahrir (2013: 92)
mengatakan bahwa konsep belajar adalah apa yang anda pelajari. Sebuah
konsep dapat diartikan sebagai abstraksi pengalaman, melibatkan contoh
numerik yang tidak diajarkan dengan mendefenisikan angka. Untuk
mengukur kesulitan pemahaman konsep matematika diperlukan adanya
indikator, hal tersebut sangat penting dan dapat dijadikan pedoman
pengukuran yang tepat.
Indikator kesulitan pemahaman konsep matematika menurut Syahrir
(2013: 93) antara lain:
1. Ketidakmampuan memberikan nama singkatan atau nama teknis.
Seperti lambang 𝑈1 merupakan suku pertama (𝑎) dalam materi pola
bilangan.
2. Ketidakmampuan menyatakan arti istilah yang menandai konsep istilah.
Istilah yang digunakan untuk menandai konsep dapat berupa kata
tunggal atau tidak tunggal.
3. Tidak dapat mengingat satu atau lebih kondisi atau kondisi yang cukup
untuk menentukan persyaratan untuk objek tertentu.
4. Tidak dapat memberikan contoh konsep tertentu
5. Kekeliruan klasifikasi seperti contoh dianggap bukan contoh
6. Tidak dapat mendedukasi informasi yang berguna dari konsep.

b. Kesulitan Prinsip
Kesulitan prinsip adalah kesulitan siswa dalam menentukan rumus dari
suatu materi matematika. Soedjadi (Naibaho,2012) menyatakan bahwa
prinsip matematika yaitu suatu objek matematika lengkap. Prinsip tersebut
terdiri dari beberapa fakta dan beberapa konsep yang digabungkan menjadi
satu. Dengan kata lain bahwa prinsip yaitu gabungan dari beberapa konsep
dasar matematika. Syahrir dkk (2013) mengungkapkan bahwa prinsip
matematika yaitu gabungan dari beberapa konsep dasar matematika yang
membentuk suatu operasi. Ketidakmampuan siswa dalam menguasai prinsip
matematika dikarenakan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep dasar matematika, sehingga siswa akan mengalami kesulitan di saat
menyelesaikan soal-soal matematika.

Adapun indikator kesulitan prinsip menurut Racmahdi dalam Syahrir


(2013: 93) antara lain:
1. Ketidakmampuan menguasai algoritma.
2. Tidak menguasai konsep-konsep dasar
3. Ketidakmampuan dalam menggunakan rumus.
4. Kesalahan sistematik atau kesalahan prosedur.
5. Kesalahan kalkulasi atau perhitungan.

c. Contoh soal kesulitan


Contoh kesulitan memahami konsep, prinsip ataupun prosedur ketika
menyelesaikan soal pola bilangan dapat dilihat pada contoh soal cerita
berikut. Contoh kesalahan yang mungkin dilakukan siswa pada langkah-
langkah penyelesaian:

7
Diketahui di dalam sebuah ruangan sidang terdapat 10 baris kursi,
baris pertama terdapat 12 kursi, baris kedua terdapat 14 kursi dan baris
ketiga 16 kursi. Hitunglah jumlah kursi dalam ruangan sidang tersebut
Jawaban :
𝑆𝑛=𝑛2 (𝑎+ (𝑛−1)) b
𝑆16=162 (10+(16−1) 2
𝑆16=162 (20+(15) 2
𝑆16=162 20+30
𝑆16=162 × 50
𝑆16= 400

Dari contoh jawaban siswa di atas dapat disimpulkan beberapa


kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yaitu
antara lain:
1. Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui, ditanya dan
kesimpulan dari soal tersebut. Dalam hal ini siswa melakukan
kesalahan konsep.
2. Siswa keliru dalam menggunakan rumus 𝑆𝑛 untuk menentukan
jumlah kursi di dalam ruangan tersebut. Dalam hal ini siswa
melakukan kesalahan prinsip.
3. Siswa salah dalam mengoperasikan matematika. Dalam hal ini
siswa melakukan kesalahan prosedur.

Adapun jawaban yang sesuai dengan aturan matematika yaitu sebagai berikut:
Jawaban yang benar:
Diketahui:
Banyak barisan kursi (n) = 10
Banyak kursi pada barisan pertama (𝑈 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎1) = 12
Banyak kursi pada barisan ke dua (𝑈2) = 14
Banyak kursi pada barisan ke tiga (𝑈3) = 16
Beda atau selisih = 2
Ditanya: Jumlah kursi (𝑆10 )

Jawab:
𝑆𝑛=𝑛2(2𝑎+(𝑛−1) 𝑏)
𝑆10=102 (2 x 12 + (10-1) 2)
𝑆10=102 (24 + 9) 2
𝑆10= 102 (66)
𝑆10= 330
Jadi banyaknya kursi pada ruangan sidang tersebut adalah 330 kursi.

C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar seorang murid biasanya terlihat dari penurunan
prestasi akademik, namun kesulitan belajar juga dapat ditunjukkan dengan munculnya
gangguan perilaku siswa, seperti berteriak di kelas, melecehkan teman, berkelahi, dan
sering tidak hadir ke sekolah dan bolos pada jam pelajaran masih berlangsung di
kelas.
Menurut Kirk dan Gallagher dalam Abdurrahman (2012: 8) menyatakan
bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar
yaitu:

8
a. Kondisi fisik; yang meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran dan gangguan
keseimbangan.
b. Keluarga, komunitas dan lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bagi anak-
anak akan menghambat perkembangan sosial, psikologis, dan akademisi.
c. Faktor motivasi dan afektif; kedua faktor ini akan memperburuk anak dengan
kesulitan belajar. Anak yang selalu gagal dalam satu mata pelajaran atau lebih sering
merasa tidak aman dan sering mengabaikan tugas yang diberikan. Sikap ini dapat
menyebabkan siswa kurang motivasi belajar dan menunjukkan emosi negatif tentang
hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini akan membuat karakter
anak menjadi pembelajar pasif.
d. Kondisi psikologis yang meliputi gangguan persepsi penglihatan terhadap perhatian,
penurunan persepsi pendengaran dan kemampuan bahasa. Secara garis besar faktor-
faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam yaitu:
1. Faktor internal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa itu sendiri. Seperti; malas belajar, tidak percaya diri dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa.
Seperti; lingkungan masyarakat yang tidak mendukung ataupun pergaulan siswa
yang tidak baik.

2. Materi Pola Bilangan


Pola bilangan merupakan suatu susunan bilangan yang memiliki bentuk teratur
dan tersusun dari beberapa bilangan lain yang membentuk suatu pola tertentu.
Terdapat beberapa macam-macam pola bilangan antara lain:
A. Pola Bilangan Ganjil
Pola bilangan ganjil yaitu pola bilangan yang tersusun dari bilangan-bilangan
ganjil. Seperti 1, 3, 5, 7, 9, .
Rumus:
𝑈𝑛=2𝑛−1

B. Pola bilangan genap


Pola bilangan genap yaitu pola bilangan yang terbentuk dari bilangan-bilangan
genap. Bilangan genap yang dimaksud adalah bilangan asli yang habis dibagi dua.
Seperti 2, 4, 6, 8, 10, 12, .
Rumus:
Un = 2𝑛

C. Pola Bilangan Persegi


Pola bilangan persegi yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola
persegi. Seperti 1, 4, 9, 16, 25, ....
Rumus:
𝑈𝑛= 𝑛2

D. Pola Bilangan Persegi Panjang


Pola bilangan persegi panjang yaitu suatu barisan yang membentuk pola
persegi panjang. Seperti 2,5,7,9,..
Rumus:
𝑈𝑛 = 𝑛×𝑛+1

E. Pola bilangan segitiga

9
Pola bilangan segitiga yaitu suatu barisan yang membentuk sebuah pola
bilangan segitiga. Seperti 1, 3, 6 , 10, ...
Rumus:
𝑈𝑛= 12 n (n + 1)

F. Pola bilangan fibonanci


Pola bilangan fibonanci yaitu suatu barisan yang setiap sukunya merupakan
jumlah dari dua suku di depannya. Seperti 2, 2, 4, 6, 10, …

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang
menggambarkan fakta, karakteristik, dan hubungan antar hal yang diteliti, tanpa perlu
pengelolaan data statistik yang mendalam dan menampilkan sebagaimana adanya.
Maksud dari penelitian ini yaitu menggambarkan kesulitan yang dihadapi siswa kelas
V dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

B. Desain Penelitian
Metode wawancara, NB : tidak menggunakan angket
C. Langkah-langkah Penelitian
1. Tahap pelaksanaan
a. Melaksanakan tes kemampuan matematika siswa berdasarkan waktu yang
ditetapkan
b. Periksa hasil jawaban setiap siswa dan temukan kesalahan pembelajaran
c. Menetapkan siswa yang menjadi subjek penelitian untuk mengerjakan soal
kesulitan (soal essay) sebanyak 3 nomor.
d. Memeriksa hasil jawaban dari masing-masing subjek dan mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.
e. Melaksanakan wawancara untuk mengidentifikasi penyebab kesulitan siswa
ketika menyelesaikan soal-soal pola bilangan.
f. Mengambil kesimpulan faktor penyebab kesulitan belajar murid sesuai hasil
wawancara.
Kesimpulan  Langkah terakhir pada tahap ini yaitu menganalisis
kesulitan siswa ketika mengerjakan soal pola bilangan.

D. Instrumen penelitian
1. Tes tertulis
Soal essay sebanyak 3 nomor dengan durasi waktu yang ditentukan. Soal yang
akan diujikan sudah divalidkan oleh dosen ataupun guru yang bersangkutan dan
memperhatikan indikator-indikator kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Tes wawancara
Berupa pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kendala-kendala apa saja yang
dialami siswa ketika menyelesaikan soal-soal pola bilangan.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan data mengenai jenis-jenis kesulitan siswa ketika
mengerjakan soal pola bilangan. Pengumpulan data melalui 3 tahap yakni pertama Tes
kemampuan matematika berupa soal pilihan ganda, tes kesulitan berupa soal essay dan Tes
wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kendala yang dirasakan peserta
didik saat mengerjakan soal pola bilangan. Tes kemampuan matematika yang digunakan
yaitu untuk pengambilan subjek yang terdiri dari tiga siswa berdasarkan kategori skor
matematika tinggi, sedang dan rendah. Tes kesulitan yang digunakan yaitu untuk
pengambilan data terkait dengan jenis kesulitan yang dilakukan siswa serta untuk
menentukan siswa yang paling sering melakukan kesalahan saat menjawab soal. Adapun tes
wawancara dilakukan untuk menggali informasi lebih dalam terkait dengan penyebab siswa
mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal pola bilangan.

Berdasarkan metode penelitian yang dipaparkan pada BAB III, dipilih subjek yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sesuai nilai kemampuan matematika dengan
melihat kesulitan-kesulitan yang dilakukan siswa berdasarkan hasil tes kesulitannya. Subjek
yang dipilih cukup memiliki kemampuan mengkomunikasikan atau mengekspresikan apa
yang dipikirkannya. Hal ini diperlukan agar selama proses pengumpulan data peneliti cukup
mudah untuk menggali informasi saat dilakukannya wawancara.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa pada saat melakukan penelitin terhada siswa kelas V,
dengan hanya mengambil 3 ornag siswa sebagai subjek penelitian dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik berkemampuan matematika tinggi yang inisial MW tidak
mengalami kesulitan konsep, prinsip ataupun prosedur ketika mengerjakan
soal pola bilangan dikarenakan MW menguasai konsep-konsep dasar pada
materi pola bilangan.

2. Peserta didik berkemampuan sedang dengan inisial MA mengalami kesulitan


konsep, prinsip ataupun prosedur pada soal nomor 3, tetapi MA bisa
mengerjakan soal nomor satu dengan dua dengan benar.

3. Peserta didik berkemampuan rendah dengan inisial ER mengalami kesulitan


konsep, prinsip ataupun prosedur untuk keseluruhan soal dikarenakan ER
tidak bisa menentukan jenis barisan dan deret (aritmatika atau geometri), salah
dalam menggunakan rumus, kurang mengerti maksud soal serta langkah-
langkah penyelesaiannya tidak sesuai dengan aturan matematika.

B. Saran

1. Bagi Pengajar
a. Supaya memberikan konsep-konsep dasar dalam mengajarkan pelajaran
matematika khususnya pada materi pola bilangan b. Supaya sering-sering
memberikan latihan soal guna meningkatkan kemampuan matematikanya
terutama ketika mengerjakan soal pola bilangan.

2. Bagi Siswa
a. Diharapkan sering mengingat kembali atau mengulang rumus-rumus pada materi
pola bilangan.
b. Diharapkan rutin belajar dan sering mengerjakan soal-soal matematika terkait
dengan materi pola bilangan.

12

Anda mungkin juga menyukai