DISUSUN OLEH :
NIM : 4191111044
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada saya untuk menyelesaikan tugas
ini. Tugas Ini adalah tugas Rekayasa Ide (RI). Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak
Drs. YASIFATI HIA,M.Si, selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika atas
segala bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya dalam penulisan
makalah ini.
Rekayasa Ide (RI) ini telah saya susun semaksimal mungkin dengan menggunakan
buku dan jurnal yang telah disediakan pada setiap website. Dan harapan saya, semoga
Rekayasa Ide (RI) ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Tugas Rekayasa Ide (RI) ini menurut saya masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu dengan sangat saya memohon kepada pembaca untuk kritik
dan saran perbaikan yang membangun guna menyempurnakannya. Semoga Rekayasa Ide
(RI) dapat bermanfaat kepada pembaca untuk menambah wawasan tentang arah manajemen
pendidikan bagi pengembangan sumber daya manusia di masa depan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya mempersembahkan makalah ini. Semoga
dapat mambantu dan bermanfaat bagi para pembaca.
Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
ii
BAB I
MASALAH
1
mengungkapkan konsep tertentu siswa juga harus mengungkapkan alasan kenapa memilih
jawaban tersebut. Dengan mengungkapkan alasan mereka dalam menjawab setiap
pertanyaan, maka akan diketahui letak miskonsepsi yang terjadi. Tes pilihan ganda dua
tingkat ini memiliki dua tingkatan yaitu tingkatan pertama terdiri dari pertanyaan pilihan
ganda dengan lima pilihan jawaban, dan tingkatan kedua merupakan alasan jawaban tingkat
pertama.
1.3. Tujuan
2
BAB II
ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA
2.1. Alternatif Metode Pemecahan Masalah
Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk
mengidentifikasi pemahaman konsep siswa telah melalui serangkaian fase pengembangan
model Tessmer mulai dari tahap preliminary, self evaluation, tahap prototyping (expert
review, one-to-one, small goup) dan field test yang menghasilkan sebuah produk. Produk
yang dimaksud adalah instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat berjumlah.
Sebelum proses pengembangan dilakukan, telah ditetapkan suatu kriteria kualitas instrumen
tes untuk melihat sejauh mana keberhasilan produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang
diperoleh yaitu penilaian ahli dan validasi serta uji coba lapangan, instrumen tes yang
dihasilkan mencapai kriteria yang telah ditetapkan, yatu valid dan reliable, sedangkan tingkat
kesukaran instrumen tes dan daya pembeda instrumen tes secara keseluruhan sudah baik.
Berdasarkan hasil data tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi
pemahaman konsep siswa. Dari hasil tes dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
memahami konsep cukup baik terbukti dari banyaknya persentase peserta tes yang paham
konsep dibandingkan dengan yang miskonsepsi dan tidak paham konsep, namun ada
beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham konsep terhadap butir soal
atau materi tertentu. Mata pelajaran matematika menekankan pada konsep Murizal (2012),
artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus.
Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa tes diagnostik yang dikembangkan mampu
mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep siswa, dapat dilihat dari berapa siswa yang
teridentifikasi miskonsepsi, tidak paham konsep ataupun paham konsep. Tes diagnostik harus
dapat memberikan gambaran akurat tentang kesulitan yang dimiliki siswa berdasarkan
informasi kesalahan yang dibuatnya.
Tes diagnostik digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-
konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, dan secara khusus untuk konsep-konsep
yang cenderung kurang dipahami dengan baik, sehingga dari hasil tes diagnostik ini terlihat
pada materi tertentu siswa mengalami miskonsepsi yang paling banyak melalui analisis
tingkat pemahaman konsep. Tes pilihan ganda dua tingkat memiliki keunggulan karena
dalam tes ini selain siswa mengerjakan butir tes yang mengungkapkan konsep tertentu siswa
3
juga harus mengungkapkan alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Dengan
mengungkapkan alasan mereka dalam menjawab setiap pertanyaan, maka akan diketahui
letak miskonsepsi yang terjadi.
4
BAB III
IDE BARU
Seperti yang telah diuraikan diatas, saat ini masih ada siswa yang mengalami
miskonsepsi dan tidak paham konsep, namun ada beberapa siswa yang mengalami
miskonsepsi dan tidak paham konsep terhadap butir soal atau materi tertentu. Selain
menggunakan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat, saya menawarkan satu ide
yaitu mengidentifikasi pemahaman siswa dalam konsep matematika melalui pendekatan
problem posing.
Pemahaman konsep merupakan kecakapan yang paling dasar dalam matematika.
Kilpatrick (dalam Noperlinda, 2010, hlm. 4) menyatakan kecakapan ini sangat
mempengaruhi kecakapan-kecakapan matematika yang lain. Dengan kata lain kemampuan
pemahaman konsep matematika akan mempengaruhi kualitas belajar siswa dan pada akhirnya
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa secara keseluruhan. Seorang siswa tidak
akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan sesuai dengan prosedurnya jika ia tidak
memiliki pemahaman konsep yang baik. Begitu juga halnya dalam mengembangkan
komponen kompetensi strategik dan penalaran adaptifnya. Jika tingkat pemahaman
konsepnya masih rendah, siswa tidak akan mampu mengembangkan komponen-komponen
tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menekankan pengembangan kemampuan
siswa dalam membentuk soal/ membuat pertanyaan (problem posing). Problem posing
merupakan salah satu inti kegiatan matematika sehingga merupakan komponen yang sangat
penting dalam kurikulum matematika yang dinyatakan oleh English (1998, hlm.83): “It is
well recognized that problem posing is an important component of the mathematics
curriculum and, indeed, lies at the heart of mathematical activity.” Rekomendasi tersebut
menunjukkan bahwa problem posing merupakan suatu aktivitas dalam pembelajaran
matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematika siswa, karena dalam
pembelajaran problem posing, siswa baik secara individu maupun kelompok akan mendapat
pengalaman langsung untuk mengajukan masalahnya sendiri.
Dalam kegiatan pembelajaran problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan
atau mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan oleh guru.
Dalam merumuskan suatu masalah, siswa harus berpikir dan bernalar, menciptakan dan
mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja sama dan beragumen dalam merumuskan
dan menyelesaikan soal dengan temannya, menggunakan informasi yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah serta memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk
5
menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan. Selain itu, problem posing memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk merekonstruksi pikirannya dalam membentuk
soal atau membuat pertanyaan. Kegiatan ini memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan
yang lebih bermakna sesuai dengan schemata yang dimiliki siswa.
Belajar dengan problem posing mengandung arti bahwa siswa diajar untuk membuat
masalah sendiri sesuai dengan situasi yang ada. Persoalan seperti ini tidak mudah bagi siswa
karena dalam membentuk masalah siswa harus memikirkan, menceritakan ide-idenya dalam
bentuk masalah sampai kepada taraf pengungkapan melalui kegiatan diskusi secara klasikal.
Pengungkapan atau komentar siswa setiap proses pembelajaran terhadap masalah yang
dirumuskan sendiri dapat meningkatkan hasil belajar dan semakin terlatih keterampilan
berpikir untuk memahami konsep yang dipelajari.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam problem posing yaitu Data dalam
penelitian ini menggunakan instrumen tes (pretes-postes). Instrumen tes terdiri dari
seperangkat soal uraian untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes
pemahaman konsep matematika digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep
matematika siswa secara menyeluruh terhadap materi yang disampaikan setelah kedua
kelompok mendapat pembelajaran. Data yang sudah dikumpulkan, selanjutnya diolah dan
dianalisis. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik adalah
kemampuan pemahaman konsep matematika. Skor kemampuan pemahaman konsep dalam
bentuk interval, maka dapat langsung dihitung gain ternormalisasi, uji prasyarat hipotesis dan
uji hipotesis.
6
content), rumuskan masalah (define the problem), pikirkan dan rasakan adanya masalah
(personalize the problem), diskusikan masalah (discuss the problem), dan diskusikan
beberapa alternatif pemecahan (discuss alternatives to the problem).
7
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA