Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA IDE

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Mengidentifikasi serta Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Melalui


Instrumen Tes

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : SRI WINDI BR GINTING

NIM : 4191111044

DOSEN PENGAMPU : Drs. YASIFATI HIA,M.Si

MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada saya untuk menyelesaikan tugas
ini. Tugas Ini adalah tugas Rekayasa Ide (RI). Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak
Drs. YASIFATI HIA,M.Si, selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika atas
segala bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya dalam penulisan
makalah ini.

Rekayasa Ide (RI) ini telah saya susun semaksimal mungkin dengan menggunakan
buku dan jurnal yang telah disediakan pada setiap website. Dan harapan saya, semoga
Rekayasa Ide (RI) ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Tugas Rekayasa Ide (RI) ini menurut saya masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu dengan sangat saya memohon kepada pembaca untuk kritik
dan saran perbaikan yang membangun guna menyempurnakannya. Semoga Rekayasa Ide
(RI) dapat bermanfaat kepada pembaca untuk menambah wawasan tentang arah manajemen
pendidikan bagi pengembangan sumber daya manusia di masa depan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya mempersembahkan makalah ini. Semoga
dapat mambantu dan bermanfaat bagi para pembaca.

Terima kasih.

Medan, November 2020

Sri windi br ginting

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I MASALAH ............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA ............................... 3

BAB III IDE BARU ............................................................................................. 5

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 8

4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 8


4.2. Saran ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I

MASALAH

1.1. Latar Belakang


Proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan
fungsi dan tujuannya. Proses pendidikan merupakan kegiatan sosial atau pergaulan antara
pendidik dan peserta didik dengan menggunakan isi atau materi pendidikan, metode, dan alat
pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional itu diperlukan
seperangkat kurikulum yang menunjang untuk diberikan kepada anak didik dalam tingkatan
satuan pendidikan masing-masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan pendidikan
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.
Kurikulum menjadi jembatan untuk menuju tujuan pada setiap satuan pendidikan
diuraikan atas beberapa mata pelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang ada dalam
silabus baik tingkat dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi adalah matematika.
Matematika sangat memegang peranan penting karena dapat meningkatkan pengetahuan
siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, dan efisien. Matematika merupakan ilmu
yang terstruktur dan sistematis, artinya konsep dan prinsip dalam matematika memiliki kaitan
satu sama lain. Kebanyakan siswa masih menganggap pelajaran matematika sulit, penuh
perhitungan yang memusingkan, banyak rumus, simbol, angka serta pelajaran yang
membosankan sehingga menimbulkan sikap malas belajar yang ditunjukkan siswa dalam
belajar. Salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal dalam mengerjakan soal-
soal matematika dengan baik yaitu karena siswa kesulitan dalam memahami konsep dan
kurang menggunakan nalar yang baik dalam menyelesaikan soal atau tes yang diberikan.
Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah
yang dihadapi siswa sebab pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam
prinsip pembelajaran matematika. Jika seorang siswa memahami konsep yang diajarkan
kepadanya maka ia akan mampu menjelaskan kembali konsep tersebut dengan bahasanya
sendiri dan mampu menyelesaikan permasalahan atau soalsoal yang berhubungan dengan
konsep tersebut.
Tes diagnostik berfungsi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan
yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes pilihan ganda dua tingkat
memiliki keunggulan karena dalam tes ini selain siswa mengerjakan butir tes yang

1
mengungkapkan konsep tertentu siswa juga harus mengungkapkan alasan kenapa memilih
jawaban tersebut. Dengan mengungkapkan alasan mereka dalam menjawab setiap
pertanyaan, maka akan diketahui letak miskonsepsi yang terjadi. Tes pilihan ganda dua
tingkat ini memiliki dua tingkatan yaitu tingkatan pertama terdiri dari pertanyaan pilihan
ganda dengan lima pilihan jawaban, dan tingkatan kedua merupakan alasan jawaban tingkat
pertama.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Tes diagnostik
2. Alternatif apa yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep
matematika siswa yang berbentuk pilihan ganda dua tingkat.

1.3. Tujuan

1. Mengetahui tentang tes diagnostik

2. Alternatif apa yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep


matematika siswa yang berbentuk pilihan ganda dua tingkat.

2
BAB II
ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA
2.1. Alternatif Metode Pemecahan Masalah
Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk
mengidentifikasi pemahaman konsep siswa telah melalui serangkaian fase pengembangan
model Tessmer mulai dari tahap preliminary, self evaluation, tahap prototyping (expert
review, one-to-one, small goup) dan field test yang menghasilkan sebuah produk. Produk
yang dimaksud adalah instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat berjumlah.
Sebelum proses pengembangan dilakukan, telah ditetapkan suatu kriteria kualitas instrumen
tes untuk melihat sejauh mana keberhasilan produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang
diperoleh yaitu penilaian ahli dan validasi serta uji coba lapangan, instrumen tes yang
dihasilkan mencapai kriteria yang telah ditetapkan, yatu valid dan reliable, sedangkan tingkat
kesukaran instrumen tes dan daya pembeda instrumen tes secara keseluruhan sudah baik.
Berdasarkan hasil data tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi
pemahaman konsep siswa. Dari hasil tes dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
memahami konsep cukup baik terbukti dari banyaknya persentase peserta tes yang paham
konsep dibandingkan dengan yang miskonsepsi dan tidak paham konsep, namun ada
beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham konsep terhadap butir soal
atau materi tertentu. Mata pelajaran matematika menekankan pada konsep Murizal (2012),
artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus.

2.2. Kelebihan Metode Pemecahan Masalah Ini

Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa tes diagnostik yang dikembangkan mampu
mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep siswa, dapat dilihat dari berapa siswa yang
teridentifikasi miskonsepsi, tidak paham konsep ataupun paham konsep. Tes diagnostik harus
dapat memberikan gambaran akurat tentang kesulitan yang dimiliki siswa berdasarkan
informasi kesalahan yang dibuatnya.

Tes diagnostik digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-
konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, dan secara khusus untuk konsep-konsep
yang cenderung kurang dipahami dengan baik, sehingga dari hasil tes diagnostik ini terlihat
pada materi tertentu siswa mengalami miskonsepsi yang paling banyak melalui analisis
tingkat pemahaman konsep. Tes pilihan ganda dua tingkat memiliki keunggulan karena
dalam tes ini selain siswa mengerjakan butir tes yang mengungkapkan konsep tertentu siswa

3
juga harus mengungkapkan alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Dengan
mengungkapkan alasan mereka dalam menjawab setiap pertanyaan, maka akan diketahui
letak miskonsepsi yang terjadi.

2.3. Kelemahan Metode Pemecahan Masalah Ini


Metode pemecahan masalah ini memiliki sedikit kelemahan menurut yaitu
kemungkinan ada siswa yang mencontek jawaban temannya saat tes sehingga keakuratan tes
jadi berkurang.

4
BAB III
IDE BARU
Seperti yang telah diuraikan diatas, saat ini masih ada siswa yang mengalami
miskonsepsi dan tidak paham konsep, namun ada beberapa siswa yang mengalami
miskonsepsi dan tidak paham konsep terhadap butir soal atau materi tertentu. Selain
menggunakan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat, saya menawarkan satu ide
yaitu mengidentifikasi pemahaman siswa dalam konsep matematika melalui pendekatan
problem posing.
Pemahaman konsep merupakan kecakapan yang paling dasar dalam matematika.
Kilpatrick (dalam Noperlinda, 2010, hlm. 4) menyatakan kecakapan ini sangat
mempengaruhi kecakapan-kecakapan matematika yang lain. Dengan kata lain kemampuan
pemahaman konsep matematika akan mempengaruhi kualitas belajar siswa dan pada akhirnya
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa secara keseluruhan. Seorang siswa tidak
akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan sesuai dengan prosedurnya jika ia tidak
memiliki pemahaman konsep yang baik. Begitu juga halnya dalam mengembangkan
komponen kompetensi strategik dan penalaran adaptifnya. Jika tingkat pemahaman
konsepnya masih rendah, siswa tidak akan mampu mengembangkan komponen-komponen
tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menekankan pengembangan kemampuan
siswa dalam membentuk soal/ membuat pertanyaan (problem posing). Problem posing
merupakan salah satu inti kegiatan matematika sehingga merupakan komponen yang sangat
penting dalam kurikulum matematika yang dinyatakan oleh English (1998, hlm.83): “It is
well recognized that problem posing is an important component of the mathematics
curriculum and, indeed, lies at the heart of mathematical activity.” Rekomendasi tersebut
menunjukkan bahwa problem posing merupakan suatu aktivitas dalam pembelajaran
matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematika siswa, karena dalam
pembelajaran problem posing, siswa baik secara individu maupun kelompok akan mendapat
pengalaman langsung untuk mengajukan masalahnya sendiri.
Dalam kegiatan pembelajaran problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan
atau mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan oleh guru.
Dalam merumuskan suatu masalah, siswa harus berpikir dan bernalar, menciptakan dan
mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja sama dan beragumen dalam merumuskan
dan menyelesaikan soal dengan temannya, menggunakan informasi yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah serta memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk

5
menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan. Selain itu, problem posing memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk merekonstruksi pikirannya dalam membentuk
soal atau membuat pertanyaan. Kegiatan ini memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan
yang lebih bermakna sesuai dengan schemata yang dimiliki siswa.

Belajar dengan problem posing mengandung arti bahwa siswa diajar untuk membuat
masalah sendiri sesuai dengan situasi yang ada. Persoalan seperti ini tidak mudah bagi siswa
karena dalam membentuk masalah siswa harus memikirkan, menceritakan ide-idenya dalam
bentuk masalah sampai kepada taraf pengungkapan melalui kegiatan diskusi secara klasikal.
Pengungkapan atau komentar siswa setiap proses pembelajaran terhadap masalah yang
dirumuskan sendiri dapat meningkatkan hasil belajar dan semakin terlatih keterampilan
berpikir untuk memahami konsep yang dipelajari.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam problem posing yaitu Data dalam
penelitian ini menggunakan instrumen tes (pretes-postes). Instrumen tes terdiri dari
seperangkat soal uraian untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes
pemahaman konsep matematika digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep
matematika siswa secara menyeluruh terhadap materi yang disampaikan setelah kedua
kelompok mendapat pembelajaran. Data yang sudah dikumpulkan, selanjutnya diolah dan
dianalisis. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik adalah
kemampuan pemahaman konsep matematika. Skor kemampuan pemahaman konsep dalam
bentuk interval, maka dapat langsung dihitung gain ternormalisasi, uji prasyarat hipotesis dan
uji hipotesis.

Menurut saya pembelajaran dengan pendekatan problem posing menunjukkan peran


yang cukup berarti dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
Beberapa hal atau alasan yang menyebabkan kemampuan pemahaman konsep kelompok
eksperimen relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, diantaranya yaitu
sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing yaitu
accepting (menerima) dan challenging (menantang). Sutawidjaja dan Dahlan (dalam
Trisnawati, 2014, hlm. 20) menyatakan bahwa problem posing memuat lebih dari suatu
teknik pembelajaran berpikir kritis; ini merupakan filosofis, suatu cara berpikir tentang siswa
dan kemampuan mereka untuk berpikir dengan kritis dan merefleksi secara analitis
kehidupan mereka. Auerbach (Trisnawati, 2014, hlm. 20) menetapkan lima langkah dalam
mengimplementasikan pendekatan problem posing, yaitu gambarkan situasi (describethe

6
content), rumuskan masalah (define the problem), pikirkan dan rasakan adanya masalah
(personalize the problem), diskusikan masalah (discuss the problem), dan diskusikan
beberapa alternatif pemecahan (discuss alternatives to the problem).

7
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengidentifikasi


tingkat pemahaman konsep siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tes
diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Setelah kita mengetahui siswa yang mengaami masalah
dalam pemahaman konsep matematika, diperlukan cara untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai konsep matematika yaitu melalui pendekatan problem posing. Dalam kegiatan
pembelajaran problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan atau mengajukan masalah
atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan oleh guru. Dalam merumuskan suatu
masalah, siswa harus berpikir dan bernalar, menciptakan dan mengkomunikasikan ide-ide
matematis, bekerja sama dan beragumen dalam merumuskan dan menyelesaikan soal dengan
temannya, menggunakan informasi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah serta
memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk menyelesaikan masalah yang telah
dirumuskan.

4.2. Saran

Pemahaman mengenai konsep matematika memang sudah selayaknya di tingkatkan


oleh karena itu semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mutmainna, D,dkk.(2018). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua


Tingkat Untuk Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Matematika. Jurnal Matematika
dan Pembelajaran. Vol 6(1) : 56-69.

Anda mungkin juga menyukai