Disusun oleh:
KELOMPOK 5
PSPM 2021 A
Dosen Pengampu:
Drs. Yasifati Hia, M. Si.
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Dosen pengampu
yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Adapun makalah ini berisi tentang penyusunan bentuk tes benar salah, dan bentuk tes
menjodohkan. Materi yang ada dalam makalah ini kami paparkan berdasarkan buku, jurnal
atau artikel yang berkaitan dengan materi yang kami bahas.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran
dan masukan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan
bermanfaat bagi kita semua. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kata-kata
yang kurang berkenan. Terima kasih.
Penulis
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang
tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal
kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu
jenis dari tes objektif adalah tes benar-salah dan sebab akibat, pada makalah ini akan
dibahas mengenai tes benar-salah dan menjodohkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan dalam
pembahasan ini adalah:
1.3 Tujuan
2
8. Untuk mengetahui kemampuan yang diukur dalam tes menjodohkan
9. Untuk mengetahui jenis soal dalam tes menjodohkan
10. Untuk mengetahui cara penskoran dalam tes menjodohkan
11. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan
12. Untuk mengetahui kaidah penulisan dalam tes menjodohkan
1.4 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan, dalam hamzah ali (2014:134), ada empat variasi yang dapat
dibuat dari macam soal benar salah yaitu:
1. Jenis tes benar-salah biasa
4
Bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda
dengan melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut
dinilai benar dan melingkari atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu
dinilai salah.
2. Jenis tes benar-salah dengan alasan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi
juga memberikan alasannya apabila pernyataan itu dinilai salah.
3. Jenis tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi
membetulkan jika pernyataan itu dinilai salah.
4. Jenis tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan
tersebut. Akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan
jika pernyataan itu dinilai salah.
2.1.2 Karakteristik
Dalam tes yang tradisional, bentuk soal jawaban singkat adalah bentuk
soal yang sangat sederhana yang terdiri atas dua kelompok pernyataan.
Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri yang berupa huruf B dan S
yang harus dipilih peserta didik atas respon pernyataan yang disebelah kanan.
Kelompok kedua terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang harus direspon
oleh peserta didik. Jika pernyataan atau pertanyaan benar menurut peserta
didik, maka mereka akan melingkari atau mencoret huruf B pada huruf B-S.
jika pernyataan atau pertanyaan salah menurut peserta didik, maka mereka
akan melingkari atau mencoret huruf S pada huruf B-S. Peserta didik atau
5
peserta tes dapat juga melingkari atau member tanda hitam pada lembaran
jawaban yang telah disediakan, yang terlepas dari lembaran soal.
Menurut Surapranata (2004 93) Jika huruf B-S harus sama banyak
dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan. Agar soal berfungsi dengan baik,
maka hal yang dinyatakan hendaknya homogen dari segi isi. Ciri khusus dari
bentuk soal benar salah adalah terbatasnya mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Kalaupun
hendak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi. paling tidak
dapat digunakan untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang
homogen".
Soal soal tipe benar salah berupa pernyataan pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari
huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S
jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah termasuk dalam tes objektif, karena
tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban sehingga siswa tinggal memilih
satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan atau
menjawab soal) yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan
bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without Correction), yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
6
adalah peserta didik mengenal pertanyaan atau pernyataan soal adalah salah,
tetapi mereka masih tidak mengetahui dengan pasti hal mana yang benar.
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa
pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah. Petunjuk
penyusunan tes benar-salah adalah :
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud
untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
2. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir
soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak
bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
3. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
4. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
5. Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran
seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya:
semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.
Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
answer test), tes "ya/tidak" (yes-no test) dan merupakan tes model baru (new
type test) dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes benar atau salah, peserta tes
tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan menurut
pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan
cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.
7
Berdasarkan jawaban peserta didik dan berdasarkan penskorannya, soal
bentuk benar salah hanya diklasifikasikan menjadi satu macam, yaitu soal yang
menuntut peserta didik memilih salah satu jawaban, B untuk jawaban benar
dan S untuk jawaban salah (Surapranata, 2004:100). Bentuk benar salah ada
dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan
bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau tanpa memberikan jawaban yang benar.
Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya jika dilihat
dari segi pola pengerjaannya yang terdiri dari:
1. Tes Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari
pernyataan-pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar
atau salah saja.
2. Tes Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti
bentuk pertama juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia
memilih kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
3. Tes Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti
bentuk pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal
yang disalahkan (jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap
pernyataan/ soal yang bersangkutan).
4. Tes Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan
menghasilkan beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu
dirumuskan dalam pernyataan/ soal yang mempunyai kemungkinan benar
atau salah.
2.1.5 Penskoran
Penskoran soal benar salah sangat sederhana, yaitu skor I diberikan
untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Penskoran semacam ini
dinamakan skor dinamakan penskoran dikotomi (Surapranata, 2004:100).
8
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan
Menurut Surapranata (2004:100-103) Terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan bentuk soal benar yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka
mengembangkan soal.
Kelebihan:
1. Dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi serta pemberian skor
dimana benar skornya 1 dan salah skornya 0.
3. Dapat digunakan berkali-kali.
4. Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti.
6. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
7. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama berkaitan dengan ingatan.
Kelemahan:
1. Mendorong peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban walaupun
mereka tidak mengetahui jawaban yang benar (banyak kesempatan untuk
main untung-untungan)
2. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain.
3. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
4. ”kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
9
2.1.7 Contoh Soal
Pernyataan B S
1. 1500+200 ×2=1900
2. 1, 2, 3 termasuk bilangan bulat
3. √3 27=8
10
vi. Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus
mutlak benar dan mutlak salah.
vii. Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal
yang salah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban
siswa. Mengingat bahwa siswa yang tidak mengetahui masalah
yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
viii. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara
acak.
ix. Setiap soal hanya mengandung satu gagasan.
x. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal
yang lain.
xi. Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari
buku. Setiap pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan
keperluan. Apabila tidak, hal ini akan terlalu menekan nilai aspek
menghafal. Artinya penekannya atau perhatiannya terlalu
ditekankan pada pengetahuan yang didapat dari hasil menghafal.
xii. Hindarkan hal yang kurang perlu dan bersifat teka-teki atau tebak-
tebakan
xiii. Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
xiv. Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber
yang mengemukakan pendapat.
c. Bahasa / Budaya
i. Tulislah dengan kalimat atau pernyataan berita.
ii. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan siswa.
iii. Gunakan bahasa Indonesia baku.
iv. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
11
atau kata tunggal, berfungsisebagai preposisi yang memberikan stimuli pada
para siswa untuk di cari jawaban yang cocok dari kolom ke dua atau kolom
respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya terbatas
pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau
definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini
sesuai dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items
are appropriate for identifying the relationship things; atau item tes
menjodohkan adalah tepat untuk mengidentifikasi hubungan antar sesuatu.
Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan: 1) Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan
satu seri jawaban; 2) Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-
jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan
pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee
harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada
kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai
petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut. Item tes menjodohkan, jika di
susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan terminologi.
Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika
mereka tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan
mengukur batasan atau asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu
membuat para guru dan evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya
dalam mengukur kemampuan pengetahuan para peserta didik.
Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan
tentang fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai
materi premis atau kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika
keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain perlu di
pertimbangkan penggunaannya.
2.2.2 Karakteristik
Menurut Surapranata (2004:109), dalam bentuk tes yang tradisional,
soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri dari dua kelompok
12
pemyataan. Kelompok pertama, ditulis pada lajur sebelah kiri (bagian atau
kolom A), biasanya merupakan pernyataan soal atau pertanyaan sering juga
disebut premis atau stimulus yang berupa kalimat atau phrasa. Kelompok
kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan (bagian atau
kolom B), biasanya merupakan pernyataan atau pertanyaan respon berupa kata,
bilangan, ambar, dan symbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau
memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang
terdapat pada lajur sebelah kiri. dengan respon yang terdapat pada lajur sebelah
kanan. Dalam kebanyakan bentuk soalmenjodohkan ini, biasanya peserta didik
diminta untuk mencari pasangan yang berhubungan. Premis dapat juga
diletakkan di sebelah atas (bagian A) sementara respon dibawahnya (bagian
B)".
13
banyak hubungan antara premis dengan respon dapat dibuat, maka makin baik
soal yang disajikan.
2.2.5 Penskoran
Penskoran dalam soal pilihan ganda dapat dilakukan setelah soal
tersebut digunakan. Penskoran soal pilihan ganda, sebagaimana telah
disebutkan terdahulu, sangat mudah dilakukan. Skor 1 diberikan apabila
jawaban benar dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah.
14
2.2.7 Contoh Soal
Pertanyaan Jawaban
1. Besar sudut lurus A. Rasional
2. Rumus luas segitiga B. 3
3. Jumlah sisi lingkaran C. Tidak ada
4. Contoh bangun ruang D. 180
5. Bilangan yang bisa dinyatakan dalam bentuk a/b E. Lingkaran
6.Berapa nilai x jika terdapat persamaan F. Bola
2x+5=3x+2
7. Terdiri dari titik-titik yang memiliki jarak sama G. Alas x tinggi x ½
terhadap satu titik
Selain itu, ada pendapat yang mengatakan mengenai kaidah penulisan soal
bentuk menjodohkan adalah:
a. Materi
15
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk
menjodohkan.
3. Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok,
baik kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1. Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan
homogen, paralel sejajar.
2. Soal disusun sebelah kiri dengan bemomor, pilihan jawaban
disusun di sebelah kanan dengan nomor urut dengan huruf.
3. Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara
sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara
kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan jawaban
dapat disusun menurut abjad.
4. Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang
sama. Bila tidak demikian dapat membingungkan siswa dan
dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk
membolak balik halaman saja.
5. Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10-15 butir
soal Daftar-daftar yang panjang cenderung akan menjadi
terlalu heterogen dan dengan demikian memungkinkan adanya
petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang
waktu yang terlalu banyak.
6. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada
soalnya. Hal in dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan
jawaban dengan tepat.
7. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan
yang pendek.
8. Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa/budaya
1. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan siswa.
2. Gunakan bahasa Indonesia baku.
16
3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
4. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan
bentuk pilihan-ganda. Bedanya, bentuk menjodohkan terdiri
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
5. Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan
tersebut mungkin sebagai tambahan sebagai aturan pada
umumnya untuk penyusunan soal objektif.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya Tes merupakan salah satu bentuk instrumen
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes benar-salah pada umumnya
berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah
ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak
dinilai siswa. Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan
akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan (pertama
dan kedua) dihubungkan dengan kata "sebab". Kedua pernyataan itu dapat benar,
salah, atau dapat juga pernyataan yang satu benar, yang lain salah.
Selanjutnya, bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan
kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut
(memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom
kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban. Item tes
menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan
terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa
atau asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan
evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan
pengetahuan para peserta didik.
Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat pengetahuan
yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi. Item tes menjodohkan
pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang memiliki makna
spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau kolom respons, fakta harus
18
sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain
perlu di pertimbangkan penggunaannya.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5
(Jakarta: PT. Bumi Aksara).
20