Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENYUSUNAN BENTUK TES BENAR SALAH, DAN BENTUK


TES MENJODOHKAN

Disusun oleh:

KELOMPOK 5
PSPM 2021 A

1. DEWI MAWARNI (4211111001)


2. KASRONI F. SIMANJUNTAK (4213111026)
3. MURNI NOVA RYANTI (4213111092)

Dosen Pengampu:
Drs. Yasifati Hia, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Dosen pengampu
yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

Adapun makalah ini berisi tentang penyusunan bentuk tes benar salah, dan bentuk tes
menjodohkan. Materi yang ada dalam makalah ini kami paparkan berdasarkan buku, jurnal
atau artikel yang berkaitan dengan materi yang kami bahas.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran
dan masukan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan
bermanfaat bagi kita semua. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kata-kata
yang kurang berkenan. Terima kasih.

Medan, 11 September 2022

Penulis
Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

2.1 Tes Benar Salah.....................................................................................................4


2.1.1 Pengertian....................................................................................................4
2.1.2 Karakteristik................................................................................................5
2.1.3 Kemampuan yang diukur dalam Tes...........................................................6
2.1.4 Jenis Soal.....................................................................................................7
2.1.5 Penskoran.....................................................................................................8
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan........................................................................9
2.1.7 Contoh Soal.................................................................................................10
2.1.8 Kaidah Penulisan Soal.................................................................................10
2.2 Tes Menjodohkan..................................................................................................11
2.2.1 Pengertian....................................................................................................11
2.2.2 Karakteristik................................................................................................13
2.2.3 Kemampuan yang diukur dalam Tes...........................................................13
2.2.4 Jenis Soal.....................................................................................................14
2.2.5 Penskoran.....................................................................................................14
2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan........................................................................14
2.2.7 Contoh Soal.................................................................................................15
2.2.8 Kaidah Penulisan Soal.................................................................................15
2.3 Perbedaan Penulisan dalam Tes Menjodohkan.................................................17

BAB III PENUTUP...........................................................................................................18

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya


berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua
individu yang sama persis, baik dari segi fisik maupun psikisnya.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut
telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat
peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat
penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata
pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta
didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus
merupakan sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah
diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah
diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal
yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil
belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan.
Keenam, tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan
belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk
essai. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan
melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat

1
cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang
tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal
kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu
jenis dari tes objektif adalah tes benar-salah dan sebab akibat, pada makalah ini akan
dibahas mengenai tes benar-salah dan menjodohkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan dalam
pembahasan ini adalah:

1. Karakteristik tes benar- salah?


2. Kemampuan yang di ukur dalam tes benar-salah?
3. Jenis soal dalam tes benar - salah?
4. Cara penskoran dalam tes benar-salah?
5. Keunggulan dan kelemahan dalam tes benar-salah?
6. Kaidah penulisan dalam tes benar-salah?
7. Karakteristik tes menjodohkan ?
8. Kemampuan yang di ukur dalam tes menjodohkan ?
9. Jenis soal dalam tes menjodohkan?
10. Cara penskoran dalam tes menjodohkan ?
11. Keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan ?
12. Kaidah penulisan dalam tes menjodohkan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang terdapat dalam


pembahasan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes benar-salah


2. Untuk mengetahui kemampuan yang di ukur dalam tes benar-salah
3. Untuk mengetahui jenis soal dalam tes benar-salah
4. Untuk mengetahui cara penskoran dalam tes benar-salah
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dalam tes benar-salah
6. Kaidah penulisan dalam tes benar-salah
7. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dalam tes menjodohkan

2
8. Untuk mengetahui kemampuan yang diukur dalam tes menjodohkan
9. Untuk mengetahui jenis soal dalam tes menjodohkan
10. Untuk mengetahui cara penskoran dalam tes menjodohkan
11. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan
12. Untuk mengetahui kaidah penulisan dalam tes menjodohkan

1.4 Manfaat

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam pembahasan ini,


adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik: untuk lebih menyadari dan berusaha mengembangkan


berbagai ragam penelitian sesuai dengan perkembangan paradigma penelitian
ilmiah.
2. Bagi mahasiswa: untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan berbagai
penelitian teknologi pendidikan berkaitan dengan evaluasi dalam pendidikan
dan pelatihan.
3. Bagi masyarakat umum: memberikan sumbangan tentang tulisan yang
berkaitan dengan evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan karena masih
sulitnya mendapat referensi tentang evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan
khususnya bidang falsafah ilmiah dan landasan berfikir penelitian pendidikan
serta kawasannya dalam pemasyarakatan di bidang teknologi pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tes Benar-Salah


2.1.1 Pengertian
Tes benar-salah pada umumnya berupa pernyataan (statement), ada
yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah ditekankan mengandung atau
tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak dinilai siswa. Siswa
menjawab dengan menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau
benar dalam arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran. Pada ragam
lain yakni betul-salah terdiri atas kalimat, hitungan atau ungkapan yang harus
dinilai betul atau salah tergantung pada tepat atau tidaknya penulisan, tata
bahasa atau perhitungannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:210) Bentuk tes benar salah (B-
S) adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan
suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah. Peserta didik di
minta untuk menentukan pilhannya mengenai pertanyaan atau pernyataan
dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu
fungsi tes ini adalah untuk mengukur kemampuan siswa untuk membedakan
antara mana yang fakta dan mana yang pendapat. supaya soal dapat berfungsi
dengan baik materi yang hendak ditanyakan hendaknya bersifat homogen.
Dalam soal tes benar salah, siswa diminta melingkari tanda B jika
pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika salah.
Menurut Arikunto (2015:181) bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat dari
segi mengerjakan/menjawab soal) yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan
bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction), yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

Sedangkan, dalam hamzah ali (2014:134), ada empat variasi yang dapat
dibuat dari macam soal benar salah yaitu:
1. Jenis tes benar-salah biasa

4
Bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda
dengan melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut
dinilai benar dan melingkari atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu
dinilai salah.
2. Jenis tes benar-salah dengan alasan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi
juga memberikan alasannya apabila pernyataan itu dinilai salah.
3. Jenis tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi
membetulkan jika pernyataan itu dinilai salah.
4. Jenis tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan
tersebut. Akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan
jika pernyataan itu dinilai salah.

Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli


mengenai tes benar salah dapat disimpulkan bahwa Tes dengan bentuk soal
benar salah lebih luas cakupan materi yang diujikan dan tidak memakan tempat
karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja. Kita mudah
menyusunnya dan dapat digunakan berkali-kali, dapat dilihat secara cepat dan
objektif. Disamping itu, petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Pada tes ragam ya tidak, terdiri atas pertanyaan langsung yang harus dijawab
dengan ya atau tidak.

2.1.2 Karakteristik
Dalam tes yang tradisional, bentuk soal jawaban singkat adalah bentuk
soal yang sangat sederhana yang terdiri atas dua kelompok pernyataan.
Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri yang berupa huruf B dan S
yang harus dipilih peserta didik atas respon pernyataan yang disebelah kanan.
Kelompok kedua terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang harus direspon
oleh peserta didik. Jika pernyataan atau pertanyaan benar menurut peserta
didik, maka mereka akan melingkari atau mencoret huruf B pada huruf B-S.
jika pernyataan atau pertanyaan salah menurut peserta didik, maka mereka
akan melingkari atau mencoret huruf S pada huruf B-S. Peserta didik atau

5
peserta tes dapat juga melingkari atau member tanda hitam pada lembaran
jawaban yang telah disediakan, yang terlepas dari lembaran soal.
Menurut Surapranata (2004 93) Jika huruf B-S harus sama banyak
dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan. Agar soal berfungsi dengan baik,
maka hal yang dinyatakan hendaknya homogen dari segi isi. Ciri khusus dari
bentuk soal benar salah adalah terbatasnya mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Kalaupun
hendak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi. paling tidak
dapat digunakan untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang
homogen".
Soal soal tipe benar salah berupa pernyataan pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari
huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S
jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah termasuk dalam tes objektif, karena
tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban sehingga siswa tinggal memilih
satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan atau
menjawab soal) yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan
bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without Correction), yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

2.1.3 Kemampuan yang diukur


Bentuk soal benar salah sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik yang sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi
kebenaran fakta yang disajikan dalam soal. Apabila fakta yang disajikan dalam
menurut peserta didik benar, peserta didik akan menjawab benar. Sebaliknya,
apabila fakta yang disajikan menurut peserta didik salah, maka peserta didik
akan menjawab salah. Untuk menjawab kemampuan kompotensi dasar
maupun indikator yang sederhana, pernyataan atau pertanyaan yang dibuat
juga sangat sederhana. Hal umum yang berlaku dalam bentuk soal benar-salah

6
adalah peserta didik mengenal pertanyaan atau pernyataan soal adalah salah,
tetapi mereka masih tidak mengetahui dengan pasti hal mana yang benar.
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa
pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah. Petunjuk
penyusunan tes benar-salah adalah :
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud
untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
2. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir
soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak
bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
3. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
4. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
5. Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran
seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya:
semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.

Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
answer test), tes "ya/tidak" (yes-no test) dan merupakan tes model baru (new
type test) dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes benar atau salah, peserta tes
tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan menurut
pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan
cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.

2.1.4 Jenis Soal


Berbagai macam bentuk soal benar salah terdiri atas benar-salah, benar-
tidak beanr, tepat tidak tepat, ya tidak, fakta atau pendapat, atau setuju tidak
setuju. Untuk masing masing bentuk soal tersebut hanya ada dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Karena bentuk jawaban benar-salah
merupakan bentuk yang paling umum, maka soal ini sering dinamakan sebagai
bentuk soal salah betul.

7
Berdasarkan jawaban peserta didik dan berdasarkan penskorannya, soal
bentuk benar salah hanya diklasifikasikan menjadi satu macam, yaitu soal yang
menuntut peserta didik memilih salah satu jawaban, B untuk jawaban benar
dan S untuk jawaban salah (Surapranata, 2004:100). Bentuk benar salah ada
dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan
bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau tanpa memberikan jawaban yang benar.

Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya jika dilihat
dari segi pola pengerjaannya yang terdiri dari:

1. Tes Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari
pernyataan-pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar
atau salah saja.
2. Tes Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti
bentuk pertama juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia
memilih kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
3. Tes Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti
bentuk pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal
yang disalahkan (jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap
pernyataan/ soal yang bersangkutan).
4. Tes Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan
menghasilkan beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu
dirumuskan dalam pernyataan/ soal yang mempunyai kemungkinan benar
atau salah.

2.1.5 Penskoran
Penskoran soal benar salah sangat sederhana, yaitu skor I diberikan
untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Penskoran semacam ini
dinamakan skor dinamakan penskoran dikotomi (Surapranata, 2004:100).

8
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan
Menurut Surapranata (2004:100-103) Terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan bentuk soal benar yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka
mengembangkan soal.

Kelebihan:
1. Dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi serta pemberian skor
dimana benar skornya 1 dan salah skornya 0.
3. Dapat digunakan berkali-kali.
4. Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti.
6. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
7. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama berkaitan dengan ingatan.
Kelemahan:
1. Mendorong peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban walaupun
mereka tidak mengetahui jawaban yang benar (banyak kesempatan untuk
main untung-untungan)
2. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain.
3. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
4. ”kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

9
2.1.7 Contoh Soal
Pernyataan B S
1. 1500+200 ×2=1900
2. 1, 2, 3 termasuk bilangan bulat
3. √3 27=8

2.1.8 Kaidah Penulisan Soal


Menurut Arikunto (2005:162) ada beberapa petunjuk penyusunan
dalam membuat soal benar salah, yaitu:
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud
untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
2. Usakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab sama dengan soal yang
harus dijawab S. Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat
teratur misalnya B-S-B-S atau SS-BB-BB-SS.
3. Hindari item yang bisa diperdebatkan.
4. Hindari kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi
yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak
terlalu, tidak pernah, dan sebagainya.
5. Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran
terhadap daya ingat
6. Hindarkan pernyataan yang sangat umum

Sedangkan, Adapun kaidah penulisan soal benuk Benar-Salah adalah:


a. Materi
i. Soal harus sesuai dengan indikator.
ii. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
b. Konstruksi
i. Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang
sejelas-jelasnya.
ii. Hindarkan pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak
pasti, seperti:
iii. barangkali, kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
iv. Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif ganda.
v. Hindarkan pernyataan yang panjang dan kompleks

10
vi. Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus
mutlak benar dan mutlak salah.
vii. Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal
yang salah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban
siswa. Mengingat bahwa siswa yang tidak mengetahui masalah
yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
viii. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara
acak.
ix. Setiap soal hanya mengandung satu gagasan.
x. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal
yang lain.
xi. Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari
buku. Setiap pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan
keperluan. Apabila tidak, hal ini akan terlalu menekan nilai aspek
menghafal. Artinya penekannya atau perhatiannya terlalu
ditekankan pada pengetahuan yang didapat dari hasil menghafal.
xii. Hindarkan hal yang kurang perlu dan bersifat teka-teki atau tebak-
tebakan
xiii. Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
xiv. Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber
yang mengemukakan pendapat.
c. Bahasa / Budaya
i. Tulislah dengan kalimat atau pernyataan berita.
ii. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan siswa.
iii. Gunakan bahasa Indonesia baku.
iv. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

2.2 Tes Menjodohkan


2.2.1 Pengertian
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan
kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat
tersebut (memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering
juga di sebut matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk
dalam kelompok tes objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan,
terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan
yang di sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di
sebut juga daftar respon atau jawaban.
Sebagian para ahli evaluasi pendidikan menyebut daftar stimulus
dengan daftar premis Hal ini karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa,

11
atau kata tunggal, berfungsisebagai preposisi yang memberikan stimuli pada
para siswa untuk di cari jawaban yang cocok dari kolom ke dua atau kolom
respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya terbatas
pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau
definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini
sesuai dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items
are appropriate for identifying the relationship things; atau item tes
menjodohkan adalah tepat untuk mengidentifikasi hubungan antar sesuatu.
Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan: 1) Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan
satu seri jawaban; 2) Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-
jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan
pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee
harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada
kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai
petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut. Item tes menjodohkan, jika di
susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan terminologi.
Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika
mereka tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan
mengukur batasan atau asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu
membuat para guru dan evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya
dalam mengukur kemampuan pengetahuan para peserta didik.
Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan
tentang fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai
materi premis atau kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika
keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain perlu di
pertimbangkan penggunaannya.

2.2.2 Karakteristik
Menurut Surapranata (2004:109), dalam bentuk tes yang tradisional,
soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri dari dua kelompok

12
pemyataan. Kelompok pertama, ditulis pada lajur sebelah kiri (bagian atau
kolom A), biasanya merupakan pernyataan soal atau pertanyaan sering juga
disebut premis atau stimulus yang berupa kalimat atau phrasa. Kelompok
kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan (bagian atau
kolom B), biasanya merupakan pernyataan atau pertanyaan respon berupa kata,
bilangan, ambar, dan symbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau
memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang
terdapat pada lajur sebelah kiri. dengan respon yang terdapat pada lajur sebelah
kanan. Dalam kebanyakan bentuk soalmenjodohkan ini, biasanya peserta didik
diminta untuk mencari pasangan yang berhubungan. Premis dapat juga
diletakkan di sebelah atas (bagian A) sementara respon dibawahnya (bagian
B)".

2.2.3 Kemampuan yang diukur dalam Tes


Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik yang sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana, dan kemamouan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal. Makin banyak
hubungan antar premis dengan respon dapat dibuat, maka makin banyak soal
yang disajikan.
Jumlah respon harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
stimulus atau premis. Tes diatas terdiri atas 5 pernyataan (premis) dan 6
kemungkinan jawaban pada kolom sebelah kanan (respon). Biasanya jumlah
respon lebih banyak satu atau dua dari jumlah premis. Agar soal berfungsi
dengan baik, maka hal yang ditanyakan pada bagian premis hendaknya
homogeny dari segi isi. Bagian respon, selain homogeny juga merupakan hal
yang kemungkinan menjadi jawaban benar sangat besar. Hal ini akan
memungkinkan berkurangnya faktor menerka.
Menurut Surapranata (2004:11) Ciri khusus bentuk soal menjodohkan
adalah terbatas mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana. Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur
kemampuan yang lebih tinggi, paling tidak dapat digunakan untuk kemampuan
mengukur antara dua hal yang homogeny antara premis dan respon. Makin

13
banyak hubungan antara premis dengan respon dapat dibuat, maka makin baik
soal yang disajikan.

2.2.4 Jenis Soal


Menurut Surapranata (2004:117) Bentuk soal menjodohkan hanya ada
satu macam, yaitu bentuk soal dengan stimulus yang diletakkan di sebelah kiri
atau atas dan respon yang diletakkan disebelah kanan atau bawah.

2.2.5 Penskoran
Penskoran dalam soal pilihan ganda dapat dilakukan setelah soal
tersebut digunakan. Penskoran soal pilihan ganda, sebagaimana telah
disebutkan terdahulu, sangat mudah dilakukan. Skor 1 diberikan apabila
jawaban benar dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah.

2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan


Menurut Gronlund, N.E. (1976) Beberapa hal berikut ini menunjukkan
keunggulan dan kelemahan bentuk soal menjodohkan, yaitu:
a. Kelebihan Bentuk Soal Menjodohkan
1. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan
maksud dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
3. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya
sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara
langsung melihat proses berpikir siswa.
4. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan.
b. Kelemahan
1. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan
2. Penulis soal cenderung tidak cermat
3. Sulit menemukan pasangan yang homogen

14
2.2.7 Contoh Soal
Pertanyaan Jawaban
1. Besar sudut lurus A. Rasional
2. Rumus luas segitiga B. 3
3. Jumlah sisi lingkaran C. Tidak ada
4. Contoh bangun ruang D. 180
5. Bilangan yang bisa dinyatakan dalam bentuk a/b E. Lingkaran
6.Berapa nilai x jika terdapat persamaan F. Bola
2x+5=3x+2
7. Terdiri dari titik-titik yang memiliki jarak sama G. Alas x tinggi x ½
terhadap satu titik

2.2.8 Kaidah Penulisan Soal


Menurut Arikunto (2005:172) Petunjuk-petunjuk yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk matching adalah 17:
1. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak
lebih dari sepuluh soal (item).
2. Jumlah yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya.
3. Antara item-item yang tergabung dalam seri matching test harus
merupakan pengertian yang benar-benar homogen.
4. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami
5. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator
6. Kumpulan soal diletakkan disebelah kiri, sedangkan jawabannya
diletakkan di sebelah kanan
7. Susunlah item-item dan alternatif jawaban denga sistematika tertentu.
8. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu
halaman.
9. Gunakan kalimat yang singkat, tepat dan jelas
10. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah
soal

Selain itu, ada pendapat yang mengatakan mengenai kaidah penulisan soal
bentuk menjodohkan adalah:
a. Materi

15
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk
menjodohkan.
3. Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok,
baik kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1. Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan
homogen, paralel sejajar.
2. Soal disusun sebelah kiri dengan bemomor, pilihan jawaban
disusun di sebelah kanan dengan nomor urut dengan huruf.
3. Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara
sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara
kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan jawaban
dapat disusun menurut abjad.
4. Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang
sama. Bila tidak demikian dapat membingungkan siswa dan
dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk
membolak balik halaman saja.
5. Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10-15 butir
soal Daftar-daftar yang panjang cenderung akan menjadi
terlalu heterogen dan dengan demikian memungkinkan adanya
petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang
waktu yang terlalu banyak.
6. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada
soalnya. Hal in dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan
jawaban dengan tepat.
7. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan
yang pendek.
8. Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa/budaya
1. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan siswa.
2. Gunakan bahasa Indonesia baku.

16
3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
4. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan
bentuk pilihan-ganda. Bedanya, bentuk menjodohkan terdiri
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
5. Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan
tersebut mungkin sebagai tambahan sebagai aturan pada
umumnya untuk penyusunan soal objektif.

2.3 Perbedaan Item Tes dari berbagai Jenis Tes


Berikut ini adalah perbedaan item tes dari bentuk benar salah dan tes menjodohkan.
Karakteristik Benar-Salah Menjodohkan
Penulisan soal Mudah Mudah
Jumlah pokok bahasan Luas
Aspek yang diukur Terbatas Terbatas
Penekanan pada keluasan Penekanan pada keluasan
Persiapan peserta didik
materi materi
Jawaban peserta didik Memilih benar atau salah Menjodohkan jawaban
Kemampuan menebak Kemampuan menebak
Faktor yang merusak skor
tinggi tinggi
Penskoran Mudah, cepat, objektif Mudah, cepat, objektif

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya Tes merupakan salah satu bentuk instrumen
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes benar-salah pada umumnya
berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah
ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak
dinilai siswa. Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan
akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan (pertama
dan kedua) dihubungkan dengan kata "sebab". Kedua pernyataan itu dapat benar,
salah, atau dapat juga pernyataan yang satu benar, yang lain salah.
Selanjutnya, bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan
kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut
(memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom
kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban. Item tes
menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan
terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa
atau asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan
evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan
pengetahuan para peserta didik.
Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat pengetahuan
yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi. Item tes menjodohkan
pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang memiliki makna
spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau kolom respons, fakta harus

18
sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain
perlu di pertimbangkan penggunaannya.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpuan yang telah diuraikan diatas, maka untuk pembahasan


ini dapat disarankan dengan adanya evaluasi pendidikan dan pelatihan ini, semoga
pendidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan evaluasi pendidikan dan
pelatihan ini tidak hanya dijadikan sebagai acuan konstektual saja, tetapi terealisasikan
dengan sebaik-baiknya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gronlund, N.E. 1976. Measurement an Evaluation in Teaching. New york: Macmillan


Publishing CO (Dalam Buku Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Dr. Suke
Silverius, 1991, Jakarta, PT. Grasindo).

Hamzah. Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5
(Jakarta: PT. Bumi Aksara).

Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

20

Anda mungkin juga menyukai