Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar”

Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Syahrial S.Pd.,M.pd

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Anisa Siregar 1213311099


2. Jean Emeninta S 1213311093
3. Rianta Dika M 1213311102
4. Rohyana Salmi R 1213311081
5. Andini Andriani 1213311163

PRODI S1 – PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Syahrial, S.Pd, M.Pd.
Pada mata kuliah Pengembangan Kreativitas Seni SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan kami sebagai penulis dan pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahrial, S.Pd, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Evaluasi pendidikan yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini serta membagi sebagian pengetahuannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah yang di tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Maret 2024

Kelompok 4

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3
2.1. Definisi ............................................................................................................................................... 3
2.2. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar yang Baik .................................................................................................... 3
2.2.1 Validitas ........................................................................................................................................ 3
2.2.2 Reliabel......................................................................................................................................... 4
2.2.3 Objektif......................................................................................................................................... 4
2.2.4 Praktis dan Ekonomis ................................................................................................................... 5
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar ................................................................ 5
2.4 Bentuk Tes Hasil Belajar ...................................................................................................................... 6
2.4.1 Tes Hasil Belajar Bentuk Subjektif ................................................................................................ 6
2.4.2 Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif ................................................................................................. 8
2.5 Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar................................................................................................ 11
2.5.1 Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis ................................................................................................ 11
BAB III .......................................................................................................................................................... 13
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 13
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi


yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Berdasarkan pengertian
tersebut, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian menjadi suatu proses yang sengaja direncanakan
untuk memperoleh informasi atau data. Informasi atau data yang dikumpulkan tersebut
haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.

Dalam proses pembelajaran, peran pokok sekolah dan guru adalah menyediakan dan
memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru dituntut
untuk mendorong kegiatan-kegiatan yang membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya.
Namun, evaluasi yang dilakukan dengan tidak tepat dapat mematikan semangat belajar siswa.
Dengan demikian, evaluasi yang menurunkan gairah belajar siswa tentu saja bertentangan
dengan kegiatan pengajaran.

Evaluasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan mutu dan hasil
belajar siswa. Kegiatan tersebut membantu guru untuk memperbaiki cara mengajar dan
membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan
pengajaran. Untuk itulah, dibutuhkan teknik dalam menyusun dan melaksanakan tes hasil
belajar yang akan dijelaskan dalam makalah ilmiah ini. Makalah ilmiah ini berjudul Teknik
Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ilmiah ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik penyusunan tes hasil belajar?


2. Bagaimana teknik pelaksanaan tes hasil belajar?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar


2. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan tes hasil belajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1158), kata teknik berarti pengetahuan
dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin).
Kata ini pun berarti cara (kepandaian dan sebagainya) membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni. Kata teknik pun dapat diartikan sebagai metode atau sistem
mengerjakan sesuatu.

Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:1112), kata penyusunan berarti proses, cara, perbuatan menyusun (seperti menyusun
kamus, ensiklopedia). Sementara, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:627) menyebutkan
bahwa kata pelaksanaan berarti proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan,
dan sebagainya). Dengan demikian, secara harafiah, teknik penyusunan dan pelaksanaan
berarti proses, cara, atau perbuatan menyusun dan melaksanakan. Dalam konteks ini, proses
tersebut berkaitan dengan tes hasil belajar.

2.2. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar yang Baik

2.2.1 Validitas
Validitas berbeda dengan valid. Validitas adalah kata benda yang berarti tepat, benar,
sahih, absah. Sedangkan, kata validitas berarti ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan.
Syarat sebuah tes sebagai alat pengukur dikatakan valid jika tes tersebut dengan tepat, benar,
sahih, dan absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu, sebuah tes dikatakan
memiliki validitas jika tes tersebut secara tepat, benar, sahih, atau absah telah dapat
mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Misalkan: andaikan tes ditujukan untuk mengukur kemampuan berbicara, tesnya harus dalam
bentuk tes lisan, bukan menulis. (Arikunto, 2018:72-73)

3
Secara garis besar, terdapat dua jenis validitas, yakni validitas logis (logical validity) dan
validitas empiris (empirical validity). Validitas logis merupakan jenis validitas yang dianalisis
secara pemahaman logis apakah tes tersebut valid berdasarkan teori-teori dari para ahli.
Sedangkan, validitas empiris merupakan jenis validitas yang dianalisis berdasarkan data-data
empiris. Data empiris merupakan data pengalaman yang berupa skor/nilai yang nantinya akan
dikorelasikan.

Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid jika tes hasil belajar tersebut dengan secara
tepat, benar, sahih, atau 4bash telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
waktu tertentu. (Sugianto, 2016:2)

2.2.2 Reliabel
Kata reliabilitas diterjemahkan dengan stabilitas, konsistensi, atau kemantapan.
Sebuah tes hasil belajar dinyatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan terhadap
subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya konsisten,
tetap dan stabil, meskipun tes tersebut diberikan berulangkali.

Reliabilitas atau ketetapan mengacu kepada konsistensi hasil tes. Meskipun diberikan
beberapa kali kepada peserta didik yang sama, hasil tes tersebut akan tetap atau konsisten.
Konsisten tidak harus sama. Namun, secara keseluruhan jika hasil tes turun, hasil semua peserta
tes akan turun, begitu pun sebaliknya. Kondisi konsisten ini diibaratkan orang yang berbicara
konsisten, pembicaraan tidak akan berubah-ubah. Alhasil, pembicaraan tersebut dapat dipercaya.
Begitupula dengan konsisten dalam 4uatut . 4uatut es disebut reliabel (tetap/konsisten) jika tes
tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur. (Sugianto, 2016:2)

2.2.3 Objektif
Objektivitas mengacu kepada ketetapan/konsistensi pada sistem skor yang telah
ditetapkan. Objektivitas menunjukkan tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi
sistem skor. Jadi, hasil tes benar-benar menunjukkan kemampuan peserta tes dengan apa adanya.

Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang objektif jika tes
tersebut tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi, disusun dan dilaksanakan apa adanya.
Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa

4
materi tes tersebut bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau
sejalan dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. (Achdiyat, 2017: 71)

2.2.4 Praktis dan Ekonomis


Praktis mengacu kepada kepraktisan dan kemudahan dalam pengadministrasian.
Praktis menunjukkan bahwa tes tersebut mudah dilaksanakan, mudah diperiksa dan dilengkapi
dengan petunjuk yang jelas. Jadi, tes tersebut sifatnya sederhana dan lengkap. Sementara,
ekonomis menunjukkan bahwa tes tersebut tidak memerlukan biaya yang mahal, waktu yang
lama dan tenaga yang banyak. Yang penting tes tersebut dapat diselenggarakan dengan baik.
Dari ciri-ciri tes hasil belajar yang baik di atas, setidaknya terdapat dua karakteristik
yang harus menjadi perhatian dan dianggap paling penting yang menjadi dasar dalam
menentukan keterpercayaan suatu tes sebagai alat ukur/instrumen, baik sebagai instrumen
keberhasilan proses belajar mengajar maupun sebagai instrumen suatu penelitian
kuantitatif.Kedua karakteristik tersebut adalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas (ketetapan).
Sebuah hasil tes/instrumen dapat dipertanggungjawabkan jika tes/instrument tersebut valid
(sahih) dan reliabel (tetap). (Sugianto, 2016:3-4)

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar

Menurut Achdiyat (2017:72-73), prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes terdiri dari enam
hal:

1. Sesuai tujuan instruksional, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan. Hal ini akan memudahkan guru dalam
menyusun soal tes hasil belajar.

2. Soal-soal tes hasil belajar adalah sampel representatif dari populasi bahan pelajaran
yang telah diajarkan. Dengan demikian, soal-soal tersebut mewakili seluruh performance
yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.

3. Sesuai tujuan tes hasil belajar, variasi soal-soal diperlukan untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan.

5
4. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, desain tes hasil belajar harus sesuai dengan
fungsinya. Contoh desain tes hasil belajar yang dimaksud adalah placement test,
formative test, summative test, dan diagnostic test.

5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya, setelah tes
hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang sama, hasil tes tersebut
selalu sama atau relatif sama.

6. Tes hasil belajar harus dapat dijadikan instumen yang menyajikan informasi. Informasi
ini berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru sendiri.

2.4 Bentuk Tes Hasil Belajar

Bentuk tes hasil belajar terdiri dari dua macam, yaitu:

2.4.1 Tes Hasil Belajar Bentuk Subjektif


a. Pengertian Tes Subjektif

Tes subjektif atau uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut
(Arikunto, 2018:177):

1. Bentuk tes ini adalah pertanyaan atau perintah yang jawabannya berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.

2. Bentuk tes ini menuntut penjelasan yang berupa komentar, penafsiran, dan perbandingan
atas pertanyaan atau perintah yang diberikan.

3. Jumlah soal tes uraian sifatnya terbatas, lima sampai sepuluh soal.

b. Penggolongan Tes Subjektif

Tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan (Achdiyat, 2017:74), yaitu:

6
1. Tes uraian bentuk bebas atau terbuka Jawaban atas tes uraian berikut sepenuhnya
diserahkan kepada peserta tes. Peserta tes bebas merumuskan, mengorganisasikan dan
menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.

2. Tes uraian bentuk terbatas Jawaban atas tes uraian bentuk terbatas sifatnya lebih terarah
atau dibatasi. Setiap soal tes uraian bentuk terbatas tertuang dalam bentuk susunan
kalimat yang cukup pendek. Namun, jawaban atas soal tersebut berupa uraian kalimat
deskriptif yang terarah dan terbatas.

c. Ketepatan Penggunaan Tes Subjektif

Sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes uraian digunakan dengan tepat jika
digunakan kepada peserta tes yang terbatas jumlahnya. Tes uraian tersebut bertujuan
mengungkap daya ingat dan pemahaman peserta tes terhadap materi pelajaran, serta
mengungkap kemampuan peserta tes dalam memahami berbagai konsep dan aplikasinya.
(Achdiyat, 2017:74)

d. Keunggulan dan Kelemahan Tes Uraian

Keunggulan dan kelemahan tes uraian dapat dijelaskan sebagai berikut (Arikunto,
2018:178):

1. Keunggulan Tes Uraian

 Mudah disiapkan dan disusun.

 Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.

 Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun


dalam bentuk kalimat yang bagus.

 Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan


gaya bahasa dan caranya sendiri.

 Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.

7
2. Kelemahan Tes Uraian

 Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

 Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan
dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).

 Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

 Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih


banyak dari penilai.

 Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

2.4.2 Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


a. Pengertian Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Demikian
pula jumlah soal yang diujikan dalam tes objektif jauh lebih banyak daripada tes subjektif.
(Arikunto, 2018:179)

b. Penggolongan Tes Objektif

Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat dibedakan menjadi lima
golongan (Achdiyat, 2017:79-90), yaitu:

1. Tes Objektif Bentuk Benar-Salah (True-False)

Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan
dengan dua kemungkinan jawab: benar atau salah. Tugas peserta tes adalah
membubuhkan tanda tertentu pada huruf B jika pernyataan tersebut benar, atau
huruf S jika pernyataan tersebut salah.

2. Tes Objektif Bentuk Menjodohkan (Matching)

8
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa satu seri pertanyaan
dengan satu set jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban yang telah tersedia sehingga sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan.

3. Tes Objektif Bentuk Isian (Fill in)

Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berbentuk cerita atau
karangan. Beberapa kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu dikosongkan
atau tidak dinyatakan, sedangkan peserta tes bertugas untuk mengisi bagian-bagian
yang telah dikosongkan tersebut.

4. Tes Objektif Bentuk Melengkapi (Completion)

Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa susunan kalimat
yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan. Bagian tersebut diganti dengan titik-titik
yang harus diisi, dilengkapi, dan disempurnakan oleh peserta tes.

5. Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya terdiri atas pertanyaan
atau pernyataan yang sifatnya belum selesai. Untuk menyelesaikannya, peserta
tes harus memilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawaban yang
telah disediakan pada masing-masing soal.

c. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif

Sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes objektif dapat digunakan dengan tepat.
Syaratnya adalah tes tersebut digunakan dengan jumlah peserta tes yang cukup banyak. Hal ini
didukung dengan kemampuan dan bekal pengalaman penyusun tes yang luas dan waktu yang
cukup longgar dalam menyiapkan penyusunan soal tes objektif tersebut agar di kemudian hari,
soal-soal tersebut dapat digunakan pada kesempatan tes hasil belajar yang akan datang.

9
Tes objektif memungkinkan analisis dan kualitas jawaban. Pada prinsipnya, tes objektif
hendak mewujudkan prinsip objektivitas. Dengan demikian, pengukuran dan penilaian dapat
lebih seimbang dan proporsional.

d. Keunggulan dan Kelemahan Tes Objektif

Keunggulan dan kelemahan tes objektif dapat dijelaskan sebagai berikut (Arikunto,
2018:180):

1. Keunggulan Tes Objektif:

a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif


mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya
unsur-unsur subjektif, baik dari segi siswa maupun dari segi guru yang memeriksa.

b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes,
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.

d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi

2. Kelemahan

a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan


kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi .

c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

d) “Kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

10
2.5 Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar

2.5.1 Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis


Agar pelaksanaan tes tertulis dapat berlangsung dengan baik, pelaksanaan tes tertulis
hendaknya dijauhkan dari keramaian dan kebisingan. Ruang tes pun hendaknya cukup
leluasa dan tidak memungkinkan untuk kerjasama. Ruang tes ini pun perlu didukung dengan
penerangan yang baik.

Pelaksanaan tes tertulis pun hendaknya didukung dengan tersedianya meja dan kursi yang
memadai. Agar pelaksanaan tes dapat dilakukan bersamaan, lembar soal hendaknya diletakkan
dalam posisi terbalik. Segala bentuk sanksi kecurangan hendaknya sudah ditentukan lebih dulu
sebelum tes dilaksanakan.

Pada saat pelaksanaan tes, pengawas hendaknya berlaku wajar. Kehadiran peserta tes
dibuktikan dengan daftar hadir yang ditandatangani oleh seluruh peserta tes, lengkap dengan
berita acara. Jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya peserta tes segera
menghentikan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan tes. (Achdiyat, 2017:100-102)

2.5.2 Teknik Pelaksanaan Tes Lisan

Sebelum tes lisan dilaksanakan, pemberi tes sudah menyiapkan beberapa jenis soal
yang akan diajukan kepada peserta tes dengan pedoman jawaban, kriteria, waktu tes, variasi soal,
dan pedoman penskoran yang tegas agar tes yang diberikan valid, baik dari segi isi maupun
konstruksinya. Untuk itu, pemberian skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh peserta tes
menjalani tes lisan.

Pada saat tes lisan, pemberi tes hendaknya tidak menunjukkan sikap subjektif dengan
membimbing peserta tes. Prinsip yang hendak ditegakkan adalah prinsip objektivitas dan prinsip
keadilan. Dengan demikian, tes lisan harus berlangsung secara wajar. Sejauh mungkin, dapat
diusahakan agar tes lisan berlangsung secara individual. (Achdiyat, 2017:102-104)

2.5.3 Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan

Pelaksanaan tes perbuatan digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat
psikomotorik (keterampilan). Tes ini hendaknya dilaksanakan secara individual. Tujuannya

11
adalah mengamati dengan teliti, cara yang ditempuh oleh pemberi tes dalam menyelesaikan
tugas yang telah ditentukan. Untuk itu, pemberi tes hendaknya tidak melakukan perbuatan yang
dapat mempengaruhi peserta tes agar dapat mencapai kadar objektivitas yang tinggi. Dengan
demikian, pemberi tes hendaknya menyiapkan instrumen lembar penilaian yang di dalamnya
telah ditentukan kriteria penilaiannya. (Achdiyat, 2017:105)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai yang diberikan dalam ujian adalah penghargaan yang diberikan oleh penguji
kepada peserta tes atas jawaban benar yang diberikan oleh peserta tes. Artinya, semakin
banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan tepat, penghargaan yang diberikan akan
semakin tinggi.

Tes hasil belajar dapat diselenggarakan dengan tertulis, dengan lisan, dan dengan tes
perbuatan. Perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut adanya perbedaan dalam
pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-hasilnya. Sementara, 13 eknik
penyusunan tes hasil belajar ditinjau dari bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk subjektif maupun bentuk objektif. Keduanya memiliki
keunggulan dan kelemahan tersendiri.

3.2 Saran

Makalah ilmiah ini menggaris bawahi pentingnya penyusunan dan pelaksanaan tes
hasil belajar dengan tepat agar tujuan pembelajaran yang ditentukan dapat dicapai. Untuk itu,
penulis menyarankan agar memperhitungkan kompleksnya proses pendidikan peserta didik dan
mengukur pemahaman peserta didik dengan memperhitungkan gradasi kesulitan soal yang
diujikan. Dengan demikian, tes yang diberikan kepada peserta didik secara khusus dapat
menjadi alat ukur keberhasilan proses pendidikan yang dialami oleh peserta didik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, Maman et all. 2017. Evaluasi dalam Pembelajaran. Tangerang: PT Pustaka

Mandiri

Arikunto, Azwar, Saifuddin. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sugianto, Aris. 2016. Ciriciri (Karakteristik) Tes yang Baik. Palangka Raya:IAIN Palangka Raya

Suharsimi. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai