Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Penelitian Tindakan Kelas

Disusun guna Memenuhi Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas


Dosen pengampu Dr. Sunarty Suly Eraku, S.Pd, M.Pd

Disusn Oleh:

Moh.Ramadhan(451420046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirahim puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas
izin dan kuasanyaalah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu/Bapak selaku dosen mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan saya pada mata kuliah tersebut.

Saya juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuanya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini

Saya menyadari, makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna.
oleh karena itu kritik saran yang memebangun akan saya nantikan demi
kesempurmaan makalah ini kemudian lebih dan kurangnya saya mohon maaf .

Gorontalo, 29 Februari 2023

Moh Ramadhan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI........................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan............................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 22
2.1 Hakikat Penelitian Kelas................................................................................................23
2.2 Jenis-jenis dan Model Penelitian Tindakan Kelas...........................................................24
2.3 Metode Penelitian Tindakan Kelas.................................................................................25
2.4 Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas........................................................................26
2.5 Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas...........................................................27
2.6 Penyusunan Laporan Peneltiian Tindakan Kelas............................................................28
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan............................................................................................. ........................30
3.2 Saran ........................................................................................................... ....................31
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui
peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan,
atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran
dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya
meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif
ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan
semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui
sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
belajar. Dan ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan


pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan
perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat teoritis akademik. Paradigma
demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya
Manajemen Mutu Berbasis Sekolah (MMBS). Pendekatan MMBS menitikberatkan pada upaya
perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga
kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavors for quality improvement),
dan bersifat pragmatis naturalistik. MMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar
jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep.

Melalui Penelitian Berbasis Tindakan (PBT) masalah-masalah pendidikan dan


pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan
pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan, dapat diaktualisasikan secara
sistematis. Upaya PBT diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture)
di kalangan dosen di LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK manawarkan peluang sebagai
strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya
bersifat kolaboratif (collaborative).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan tadi maka adapun rumusan
masalahnya adalah :
1. Apa itu Hakikat Penelitian Kelas ?
2. Apa saja Jenis-jenis dan Model Penelitian Tindakan Kelas ?
3. Apa saja Metode Penelitian Tindakan Kelas ?
4. Bagaimana Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas ?
5. Bagaimana Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ?
6. Bagaimana Penyusunan Laporan Peneltiian Tindakan Kelas ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan tadi
maka adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Apa itu Hakikat Penelitian Kelas ?
2. Apa saja Jenis-jenis dan Model Penelitian Tindakan Kelas ?
3. Apa saja Metode Penelitian Tindakan Kelas ?
4. Bagaimana Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas ?
5. Bagaimana Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ?
6. Bagaimana Penyusunan Laporan Peneltiian Tindakan Kelas ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

2.1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai
dibicarakan di dunia pendidikan. Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang
membentuk pengertian tersebut.
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungan bahasa pengertian tiga kata inti, yaitu: penelitian, tindakan, dan
kelas. Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelasmerupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.1
Dalam PTK, peneliti/guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama guru
lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam
proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis
terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK,
pendidik dapat memperbaiki praaktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.

Pada intinya, PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di
kelas, dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada
anggapan bahwa permasalahan penelitian tindakan kelasdiperoleh dari persepsi atau lamunan
seorang peneliti. Jadi, agak sulit di terima jika dosen meneliti tanpa kolaborasi dengan guru
melakukan PTK di SD/SMP/SMA. Maka dari itu dapat diartika bahwa penelitian tindakan
sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dan spiral, yang
memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan
situasi.

2.1.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Dengan memahami karakteristik ini akan membantu para mahasiswa sebagai peneliti
dalam menyusun penelitiannya sendiri dengan lebih baik atau membaca, mengevaluasi, dan
menggunakan suatu hasil dari penelitian tindakan yang telah diterbitkan. Karakteristik yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Fokus Penelitian Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan ialah untuk menangani suatu problema aktual
padasetting pendidikan. Dengan demikian, para peneliti penelitian tindakan mengkaji
isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan. Isu-isu ini dapat
merupakan permasalahan dari seorang guru di dalam ruang kelas atau sebuah problema
yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung lembaga pendidikan.

2. Pendidik-Peneliti Memiliki Kegiatan Praktis


Ketika para peneliti penelitian tindakan terlibat dalam suatu kajian, mereka merasa
tertarik pada pengujian kegiatan praktik mereka sendiri, bukan mengkaji praktik-
kegiatan orang lain. Dalam hal ini, para peneliti penelitian tindakan terjun ke dalam
penelitian partisipatori atau penelitian self-reflective di mana mereka mengalihkan
pandangan pengamatan mereka pada ruang kelas, sekolah, atau praktik-praktik
pendidikan mereka sendiri.
3. Kolaboratif
Para peneliti tindakan berkolaborasi dengan orang lain, seringkali melibatkan ko-
partisipan di dalam penelitian. Para ko-partisipan ini bisa individu di dalam sekolah atau
personal dari luar sekolah, seperti misalnya para peneliti dari universitas atau kelompok
asosiasi profesional.
4. Suatu Proses yang Dinamis
Para peneliti tindakan yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis meliputi
pengulangan kegiatan, seperti misalnya suatu “spiral” dari beberapa kegiatan. Ide
penting ialah bahwa peneliti “spiral” kembali maju mundur di antara refleksi atau
merenungkan suatu problema, pengumpulan data, dan tindakan suatu team school-
based.
5. Suatu Rencana Tindakan
Langkah selanjutnya ialah mengidentifikasi suatu rencana tindakan. Pada beberapa
poin di dalam proses kegiatan penelitian tersebut, peneliti penelitian tindakan
merumuskan suatu rencana tindakan untuk merespon terhadap problema.
Perencanaan ini mungkin penting karena penyajian data kepada para penyandang
dana, membangun suatu program sebagai perintis, menyelia beberapa progran yang
sifatnya berkompetisi, atau mengimplementasikan suatu agenda penelitian yang sedang
berjalan untuk menyelidiki praktik kegiatan yang baru.
6. Penelitian Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator melaporkan dan
dipublikasikan dalam jurnal dan buku-buku, para peneliti penelitian tindakan
melaporkan hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidik, yang selanjutnya
segera dapat menggunakan hasilnya.
Meskipun para peneliti tindakan kelas menerbitkan jurnal kesarjanaan, secara tipikal
mereka lebih tertarik pada berbagi informasi dengan individu yang dapat
mempromosikan perubahan dan memberlakukan perencanaan di dalam kelas atau
gedung-gedung lembaga pendidikan. Para peneliti berbagi hasilnya dengan para guru,
kepala sekolah, dan personil di kantor wilayah pendidikan.2
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom
action research) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata dalam pembelajaran nyata
yang cukup merisaukan guru yang memegang bidang studi tertentu atau dosen
pengampu matakuliah tertentu.
2. Kolaborasi antara guru dengan guru atau guru dengan siswa untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang berkualitas dan melakukan perbaikan yang
berkelanjutan.
3. Motivasi untuk peningkatan pembelajaran bidang studi atau mata kuliah yang harus
muncul atau tumbuh dari dalam diri pribadi guru (instrinsic motivation).
4. Objektivitas, validitas dan reliabilitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan
selama kegiatan penelitian itu berlangsung.
5. Proses dan hasil pembelajaran harus didokumentasikan dan dilaporkan secara
sistematik sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.

2.2 Jenis dan Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Pada prinsipnya dterapkannya PTK dimaksudkan untuk mengatasi suatu


permasalahan yang terdapat di dalam kelas.

1. Desain PTK Model Kurt Lewin

Model ini merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya berbagai model penelitian
tindakan lainnya, khususnya PTK. Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan AR. Konsep pokok penelitiannya terdiri dari empat komponen, yaitu: (a).
Perencanaan /planning, (b). Tindakan/acting, (c). Pengamatan/observing, dan (d).
Refleksi/reflecting. Hubungan keempat komponen tersebut merupakan suatu siklus.

2. Desain PTK Model Kemmis & McTaggart

Desain ini merupakan pengembangan konsep dasar dari K. Lewin, hanya saja
komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Karena
kenyataannya antara implementasi “acting” dan “observing” merupakan dua kegiatan yang tak
terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu “acting”
maka “observing” harus dilaksanakan. Jadi merupakan satu perangkat atau untaian yang setiap
perangkat berisi empat komponen sebagai siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Jumlah siklusnya bergantung permasalahan
yang perlu dipecahkan.

3. Desain PTK Model John Elliot

Desain ini pun merupakan pengembangan dari konsep dasar model K. Lewin. Di sini
bahwa dalam satu “tindakan” terdiri dari beberapa langkah (step), yaitu langkah tindakan 1, 2,
dan langkah tindakan 3. Dengan dasar pemikiran bahwa dalam suatu mata pelajaran terdiri dari
beberapa pokok bahasan (PB) dan setiap PB terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat
diselesaikan dalam satu kali tindakan di dalam suatu KBM.

4. Desain PTK Model Hopkins

Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya Hopkins (1993:
191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start – audit – perencanaan
konstruk – perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria keberhasilan) – implementasi dan
evaluasi: implementasi (menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) – cek hasil
– pengambilan stok – audit dan pelaporan. Dari beberapa desain model PTK yang ada, maka
desain yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain model Kemmis
dan McTaggart.
2.3 Metode Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan


pengembangan dari penelitian tindakan (action research). Yang membedakan adalah
adanya tambahan kata kelas (classroom) yang digunakan untuk menjadi pembeda
antara penelitian tindakan yang dilakukan pada bidang pendidikan dengan penelitian
tindakan pada bidang yang lain. Penelitian tindakan kelas sering disebut dengan PTK
untuk lebih memudahkannya. Saat ini PTK tidaklah asing lagi di telinga kita, terlebih
lagi para guru. Karena, para guru telah banyak yang melaksanakan PTK di kelasnya
masing-masing. Banyak manfaat yang dapat diambil dengan diadakannya PTK,
(Anonim, 2012).
Manfaat-manfaat tersebut diantaranya adalah :
1. Dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran
yang mana menjadi tugas utamanya
2. Dapat meningkatkan sikap profesional guru
3. Adnaya peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa
4. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas
5. Dapat meningkatkan kualitas penggunaan media, atau alat bantu belajar
6. Dapat meningkatkan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur proses dan hasil belajar siswa
7. Dapat meningkatkan pengembangan pribadi siswa di sekolah
8. Dapat meningkatkan kualitas penerapan kurikulum
9. Serta masih banyak manfaat lainnya.
Dengan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan mengadakan PTK, maka tidak
mengherankan bila saat ini banyak guru yang melaksanakan penelitian jenis ini. Dalam
PTK, terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaannya yaitu :
1. Perencanaan, merupakan langkah awal dari penelitian. Dalam tahap ini guru
sebagai peneliti telah menentukan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu,
dalam tahap ini peneliti merencakan berbagai Metode Penelitian Tindakan Kelas
yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan, merupakan langkah kedua dari penelitian tindakan kelas. Dalam
tahap ini guru melaksanakan berbagai metode PTK yang telah direncanakan pada
tahap sebelumnya.
3. Pengamatan, merupakan langkah berikutnya. Dalam tahap ini guru melakukan
pengamatan atau observasi terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Refleksi, merupakan langkah terakhir dari suatu siklus PTK. Dalam tahap ini guru
melakukan renungan, dan menarik kesimpulan apakah Metode Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan di kelasnya berdampak
positif atau negatif.
Bila mana guru belum puas dengan hasil yang diperoleh dari siklus pertama ini maka
dapat melanjutkan pada siklus ke dua, yakni melakukan perencanaan dengan data-data
dari refleksi siklus pertama, pelaksanaan, pengamatan, dan melakukan refleksi lagi,
begitu seterusnya siklus tersebut berulang kali berputar, sampai pada akhirnya guru
tersebut telah puas dengan hasil yang diperolehnya.
Metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru akan bermacam-macam.
Misalnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat
menggunakan metode diskusi atau ceramah. Metode lainnya dalam pembelajaran
adalah :
1. Metode global, merupakan metode dimana siswa membaca keseluruhan materi,
kemudian meringkasnya.
2. Metode problem solving, merupakan metode yang dapat merangsang berfikir siswa
sehingga dapat mengeluarkan pendapatnya.
3. Peer teaching method, merupakan metode mengajar yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh temannnya.
4. Metode pengajaran beregu, merupakan metode mengajar dimana pendidiknya lebih
dari satu orang yang masing-masing memiliki tugas, dan salah satu pendidiknya
dapat berperan sebagai koordinator.
5. Drill method, merupakan metode mengajar yang memberikan pelatihan
keterampilan berulang-ulang.
6. Metode resitasi, merupakan metode pengajaran dimana siswa diharuskan untuk
membuat ringkasan dengan kalimatnya sendiri.
7. Metode demonstrasi, merupakan metode pengajaran dimana guru/ siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses.
8. Metode PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) sebuah
model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip
utama dalam proses pembelajarannya, yaitu proses interaksi, proses komunikasi,
proses refleksi, dan proses eksplorasi.

2.4 Analisis Data

Data memiliki beberapa ciri yang dapat diklasifikasikan menurut kekhususan

tertentu, sesuai dengan maksud penelitian atau sumber data yang digunakan. Oleh karena itu

data dapat diklasifikasikan sebagi berikut : Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian

dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan

data kuantitatif (yang berbentuk angka).

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data

kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,

analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan

lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui

pemotretan atau rekaman video. Menurut Bungin (2001:124) data kualitatif diungkapkan

dalam bentuk kalimat serta uraian uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek. Jenis data ini

kebanyakan digunakan pada penelitian kualitatif. Contohnya : “amat cantik”, “cantik”, “kurang

cantik”, “tidak cantik”.

Data kualitatif amat bersifat subjektif, karenanya penelitian yang menggunakan data

kualitatif, sesungguhnya harus berusaha sedapat mungkin untuk menghindari sikap subjektif

yang dapat menghamburkan objektivitas data penelitian.

a. Data Kasus

Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelasakan kasus kasus tertentu. Data kasus

hanya berlaku untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk generalisaikan data atau menguji

hipotesis tertentu. Lebih memungkinkan data kasus mendalam dan komprehensif dalam
mengekspresikan suatu objek penelitian. Wilayah data kasus tergantung pada seberapa luas

penelitian kasus tertentu. Oleh karenanya data kasus bisa seluas indonesia, provinsi, kabupaten,

kecamatan, desa, dapat beberapa orang, bahkan satu orang. Dapat juga lembaga tertentu, suatu

pranata tertentu dan lain sebagainya.

b. Data Pengalaman Individu

Data ini adalah salah satu bentuk data kualitatif yang sering digunakan dalam penelitian

kualitatif. Data pengalaman individu dimaksud adalah bahwa keterangan mengenai apa yang

dialami oleh individu sebagai warga masyarakat tertentu yang menjadi objek penelitian. Data

pengalam pribadi ini sungguh sungguh sarat dengan unsur unsur subjektif sehingga kadang

kdang tidak sesuai dengan realita keadaan masyarakat yang menjadi objek penelitia. Walaupun

demikian subjektivitas tersebut dapat dipakai sebagai bagian dari realita masyarakat yang

diteliti dan bukan maksud untuk menerangkan realita masyarakat yang diteliti.

Guna dari data semacam ini adalah si peneliti dapat memperoleh suatu pandangan dari

dalam melalui reaksi, tanggapan, interprestasi dan penglihatan para warga subjek penelitian

serta memperdalam pengertian secara kualitatif mengenai detail yang tidak dapat diperoleh

melalui wawancara ataupun observasi semata. Misalnya seseorang yang sedang meneliti

pemain sepakbola yang dialami masyarakat.

2. Data Kuantitatif

Data ini lebih mudah dimengerti bila dibandingkan dengan data kualitatif. Data

kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data

kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau

statistika. Contoh data kuantitatif antara lain: tinggi badan, berat badan, kecepatan lari,

sepakbola dan sebagainya. Selanjutnya data kuantitatif bisa dibedakan sebagai berikut:

a. Data Nominal
Data nominal atau sering disebut juga data kategori, data yang diperoleh melalui

pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori obyek hanya

menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk

angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak dapat

dibandingkan. Ukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana, di mana angka yang

diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan

apa-apa. Objek dikelompokkan dalam set-set dan kepada semua anggota set diberikan angka.

Set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa (mutually exclusive and exhaustive)

(Nazir, 2005:130). Logika perbandingan “>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk

menganalisis data nominal. Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),

perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam analisis data nominal.

Contoh data nominal antara lain: Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu: ( 1

: Laki-laki), ( 2 : Perempuan). Angka (1) untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan hanya

merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-

angka tersebut tidak memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas tidak

berarti lebih besar dari angka (1), karena laki-laki tidak memiliki makna lebih besar dari

perempuan. Terhadap kedua data (angka) tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematika

(+, -, x, : ). Misalnya (1) = laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3), karena tidak ada

kategori (3) yang merupakan hasil penjumlahan (1) dan (2).

b. Data Diskrit

Data Diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara

membilang. Arikunto (2002:96) data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.

Contoh data diskrit misalnya: (1) Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Klojen sebanyak

20. (2) Jumlah siswa laki-laki di SD 1 Penanggungan sebanyak 67 orang. (3) Jumlah penduduk
di Kabupaten Ponorogo sebanyak 246.867 orang. Karena diperoleh dengan cara membilang,

data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).

c. Data kontinum

Data Kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh berdasarkan

hasil pengukuran. Arikunto (2002:96) data dari variabel kontinum disebut data kontinum,

berupa tingkatan, angka berjarak atau ukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat

atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum

misalnya: (1) Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter. (2) IQ Budi adalah 120. (3) Suhu

udara di ruang kelas 24o Celcius. Data kontinum juga dapat dipisah pisahkan seperti berikut:

1) Data Ordinal

Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun

secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat

diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian, jarak

atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan

di mana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan (Nazir, 2005:130). Himpunan

tidak hanya dikategorikan pada persamaan atau perbedaan, tetapi juga dari pernyataan lebih

besar atau lebih kecil (Saryono, 2011:39). Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal

memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan

menggunakan fungsi pembeda yaitu “>” dan “<”. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam

suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi matematika ( +, – , x , : ).

Contoh jenis data ordinal antara lain: Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan

sebagai berikut: (1) Taman Kanak-kanak (TK), (2) Sekolah Dasar (SD), (3) Sekolah

Menengah Pertama (SMP), (4) Sekolah Menengah Atas (SMA), (5) Diploma, (6) Sarjana.

Analisis terhadap urutan data di atas menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi

dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan SMP. Namun demikian, data
tersebut tidak dapat dijumlahkan, misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini,

operasi matematika ( + , – , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal.

Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar

tertinggi sampai terendah. Siswa pada peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari

pada siswa peringkat (2).

2) Data Interval

Data interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria

tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat data

interval dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality

interval) atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan

jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan

pengurangan ( +, – ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak

adanya angka Nol mutlak pada data interval. Berikut dikemukakan tiga contoh data interval,

antara lain:

a) Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam

ukuran derajat. Rentang temperatur antara 0 0 Celcius sampai 10 Celcius memiliki jarak

yang sama dengan 10 Celcius sampai 20 Celcius. Oleh karena itu berlaku operasi

matematik ( +, – ), misalnya 150 Celcius + 150 Celcius = 300 Celcius. Namun demikian

tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang bersuhu 15 0 Celcius memiliki ukuran panas

separuhnya dari benda yang bersuhu 300 Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan

bahwa benda dengan suhu 00 Celcius tidak memiliki suhu sama sekali. Angka 0 0 Celcius

memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya, jika diukur dengan menggunakan

Termometer Fahrenheit diperoleh 00 Celcius = 320 Fahrenheit.


b) Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai 110 memiliki

jarak yang sama dengan 110 sampai 120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang

yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang memiliki IQ 100.

c) Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya

skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah

alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala interval, misalnya:

Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”

Skor (4) untuk jawaban “Setuju”

Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”

Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”

Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”

Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-sifat yang

sama dengan data interval.

3) Data rasio

Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal,

data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang

sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat

diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ). Sifat-sifat yang membedakan

antara data rasio dengan jenis data lainnya (nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan

memperhatikan contoh berikut:

a) Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter adalah data rasio. Benda yang

panjangnya 1 meter berbeda secara nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter sehingga

dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat data nominal).

Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek

(sifat data ordinal). Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter
memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang panjangnya 2 meter

dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh

dua hal yaitu: (1) Angka 0 meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya tidak ada benda

yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2 kali lebih panjang dibandingkan

dengan benda yang panjangnya 1 meter yang menunjukkan berlakunya semua operasi

matematik. Kedua hal tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal,

ataupun data interval.

b) Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua

sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata dengan

benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang terberat

sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg. dengan 2 kg memiliki

rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2 kg. dengan 3 kg.

Angka 0 kg. menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2 kg,

2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg.

d. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh

penyidik untuk tujuan yang khusus (Surakhmad, 1982:162). Maksudnya data yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga

sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer,

peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup

discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

e. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2015:193). Maksudnya data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder

dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal,

dan lain-lain. Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam

menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian. Bungin (2001:128)

data sekunder kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu:

1) Internal data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder. Umpama kalau pada

perusahaan, dapat berupa faktur, laporan penjualan, pengiriman, hasil riset yang lalu dan

sebagainya.

2) Eksternal data, yaitu data yang diperoleh dari sumber luar. Umpamanya data sensus dan

data registrasi, serta data yang diperoleh dari badan atau lembaga yang aktivitasnya

menggumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan/dalam berbagai masalah.

2.5 Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Setelah mengetahui tentang pengertian, karakteristik, tujuan, dan manfaat dari


penelitian tindakan kelas, maka berikut akan diuraikan mengenai penyusunan proposal
penelitian tindakan kelas. Adapun komponen yang terkandung dalam proposal penellitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut.

1. Judul Penelitian
Judul sebuah penelitian hendaknya, singkat, padat, dan jelas. Sebuah judul harus
sudah menggambarkan tujuan penelitian dari penelitian tindakan kelas sehingga terlihat
upaya peningkatan atau perubahan perilaku dengan melalui intervensi tindakan yang
akan dilakukan.

Contoh judul proposal PTK untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa


Jawa di jenjang sekolah dasar, yaitu “Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Ragam Krama di Kelas VI SD

Dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning dan Role


Playing”. Dari judul tersebut terlihat bahwa ada sebuah upaya, yaitu meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam Krama bagi siswa kelas VI, dengan melalui
intervensi tindakan yang dilakukan, yaitu dengan pembelajaran cooperative learning
dan role playing.

2. Pendahuluan
Bagian ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat hasil penelitian. Bagian latar belakang masalah berisi gambaran
situasi yang ada yang perlu diubah, disertai fakta-fakta yang berasal dari pengamatan
guru. Selain itu, juga perlu dikemukakan argumentasi teoritik tentang tindakan yang
akan dilakukan dan perubahan yang diinginkan. Argumentasi teoritik atau alasan teoritik
ini dapat mengacu pada hasil penelitian yang relevan atau dapat juga dari teori-teori para
ahli yang relevan dengan permasalahan yang akan diungkapkan.

Rumusan masalah berisi indentifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah.


Kegiatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi atau
menginventaris masalah-masalah yang terkait dengan judul penelitian. Kemudian
diadakan pembatasan masalah, yaitu dengan cara memilih masalah-masalah yang paling
mendesak untuk dipecahkan. Hasil pembatasan masalah tersebut kemudian
dirumuskan dalam rumusan masalah yang biasanya dalam bentuk kalimat Tanya.
Contoh dari rumusan masalah adalah sebagai berikut.

“Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: apakah dengan pendekatan Cooperative Learning dan role
playing dapat: (1) meningkatkan motivasi siswa kelas VI SDN Keputran X Yogyakarta
dalam pembelajaran bahasa Jawa?, (2) meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Jawa ragam krama siswa kelas VI SDN Keputran X Yogyakarta?”

3. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan


Bagian ini berisi kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk
memecahkan masalah penelitian dan rumusan hipotesis tindakan. Kajian teori
sebaiknya memuat teori-teori yang relevan dengan variable-variabel yang sedang
menjadi fokus penelitian, biasanya dapat dilihat dari variable yang disebutkan dalam
judul penelitian atau tujuan penelitian.

4. Metode Penelitian
Bagian ini tediri atas: rancangan penelitian dan prosedur penelitian. Rancangan
penelitian terdiri atas model, setting penelitian, serta jenis dan cara pengumpulan data.
Sedangkan prosedur penelitian perlu dikemukakan persiapan, pelaksanaan tindakan,
pemantauan atau monitoring dan evaluasi, serta analisis hasil dan refleksi.

5. Rencana Anggaran
Rencana anggaran yang termuat dalam proposal harus disesuaikan dengan
ketentuan dari sponsor atau penyandang dana, baik mengenai jenis kegiatan yang dapat
didanai, persentase biaya untuk setiap kegiatan, maupun besra biaya maksimal untuk
setiap kegiatandan secara keseluruhan.

6. Jadwal Penelitian
Penyajian jadwal penelitian ini sebaiknya disajikan dalam bentuk matrik agar
mudah dibaca dan dipahami.

7. Personalia Penelitian
Personalia penelitian juga harus sesuai dengan “pesan sponsor” artinya bahwa
jumlah peneliti maupun criteria bidang ilmu untuk setiap peneliti harus disesuaikan
dengan ketentuan sponsor.

8. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Teori-teori
yang menjadi acuan referensi saja atau yang disebutkan dalam bagian proposal saja
yang ditulis dalam daftar pustaka ini, baik yang berasal dari buku-buku maupun hasil
mendownload dari internet.

9. Lampiran
Hal-hal yang harus dilampirkan antara lain adalah biodata ketua dan anggota
tim peneliti atau curriculum vitae. Juga termasuk di dalamnya adalah pengalaman
penelitian, sebaiknya yang disebutkan adalah pengalaman penelitian selama 5 tahun
terakhir dan relevan atau ada kaitannya dengan judul penelitian yang diajukan sebagai
judul proposal PTK.

2.6 Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas

A. Pengertian Laporan Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan berasal dari istilah actian research. yang muncul pada tahun 1940
an sebagai salah satu model penelitian yang berkembang di tempat kerja dimana peneliti
melakukan tugas pekerjaan pokok se hari-harinya. Termasuk ke dalam pekerjaan pokok sehari-
hari ini antara lain adalah kegiatan yang terjadi di kelas yang tidak hanya sebnagai tempat
bekerja bagi para guru, namun dapat juga menjadi obyek penelitian oleh guru yang
bersangkutan; demekian pula sekolah, kegiatan pengelolaan sekolah juga dapat menjadi tempat
penelitian bagi para kepala sekolah. Penelitian tindakan juga dapat dilakukan di desa atau di
tempat dimana kegiatan masyarakat berlangsung oleh seseorang yang menjadi penyuluh
masyarakat. Mereka semua, dapat melakukan kegiatan penelitian yang dipergunakan untuk
memperbaiki kinerja mereka tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional
pada umumnya.

Laporan penelitian tindakan kelas merupakan karya tulis ilmiah yang disusun secara
sistematis berdasarkan penelitian terhadap suatu gejala. Laporan penelitian tindakan kelas
memberikan gambaran lengkap tentang gejala yang terjadi / dialami, permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran di kelas, dan upaya tindakan yang dilakukan guru di kelasnya
guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam laporan penelitian tersebut,
selain permasalahan dan tindakan yang dilakukan diuraikan pula bagai mana hasilnya setelah
dilakukan tindakan-tindakan tertentu terutama pengaruhnya terhadap perbaikan dan
peningkatan mutu pembelajaran di kelas.

D. Sistematika Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Laporan penelitian tidak hanya akan dibaca dan dimanfaatkan oleh peneliti itu sendiri
atau si pembuat laporan, tetapi akan dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain yang
memerlukannya. Orang lain tersebut dapat berupa pihak yang memberi tugas, penguji untuk
karya ilmiah dalam bentuk skripsi. thesis, dan disertasi, maupun masyarakat luas yang ingin
mengtahui hasil-hasil penelitian guna pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu laporan penelitian termasuk laporan penelitian tindakan kelas harus disusun secara
sistematis, logis dan tertata sedemikian rupa, sehingga bagian demi bagiannya mudah
ditemukan, mudah dibaca dan mudah dipahami oleh siapa pun yang memerlukannya.

Sistematika laporan penelitian adalah pengaturan isi laporan penelitian berdasarkan


komponen-komponen dan urutannya sehingga laporan tersebut membentuk satu kesatuan yang
utuh. Sampai saat ini telah banyak sekali format sistematika laporan yang dapat digunakan
sebagai panduan dalam menulis laporan hasil penelitian. Senua format sistematika laporan
pada dasarnya mempunyai cakupan yang hampir sama. Perbedaanya hanya terletak pada
susunan atau uruutsn penyajian, penekanan materi yang dilaporkan, dan perlu tidaknya suatu
bagian dipaparkan kepada para pembaca.

Pada dasarnya sistematika laporan penelitian tindakan kelas, tidak berbeda dengan
laporan penelitian pada umumnya, yang terdiri atas bagian awal, bagian inti dan bagian akhir,
seperti terlihat pada sistematika sebagai berikut:

A. Bagian awal Laporan memuat komponen-komponen :

1. Halaman Judul (Cover luar dan cover dalam)


2. Lembar Pengesahan
3. Abstrak
4. Pengantar
5. Daftar Isi ( bila ada daftar tabel dan daftar gambar)
B. Bagian Inti/Isi Laporan mencakup komponen-komponen :
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Maslah
c. Tujuan pnelitian
d. Manfaat Penelitian
2. Kajian Pustaka

a. Kajian teori
b. Hasil penelitian terdahulu
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Subyek Penelitian ( Lokasi, Waktu, mata pelajaran,
kelas, karakteristik siswa dsb.)

b. Deskripsi per-siklus kegiatan (rencana, pelaksanaan,


pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data,
refleksi) dst.

4. Hasil Penelitian dan pembahasan


a. Deskripsi per-siklus (data tentang rencana, pengamatan
pelaksanaan, refleksi), kenerhasilan, kegagalan lengkap
dengan data.

b. Pembahasan dari setiap siklus


5. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
b. Saran
C. Bagian Akhir Laporan terdiri atas komponen-komponen

1. Daftar Pustaka
2. Lampiran

A. Penjelasan Isi Komponen Laporan Penelitian Tindakan Kelas

1. Bagian awal laporan Penelitian, memuat halaman judul, lembar pengesahan,


abstrak, kata pengantar dan daftar isi. daftar tabel dan daftar gambar

a. Halaman Judul
Halaman judul memuat judul penelitian, nama peneliti lokasi, subyek, waktu /tahun
dilaksanakan penelitian, dan lembaga tempat peneliti bertugas serta peruntukan apa
penelitian itu dilakukan. Halaman judul biasanya terdiri atas cover luar dan cover dalam.

Judul dirumuskan dengan kalimat yang jelas, singkat, komunikatif dan menggambarkan
upaya atau tindakan yang penting untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.

b. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan meuat tanda tangan yang menunjukkan legalitas laporan penelitian
yang terdiri atas
1) tanda tangan peneliti (ketua Peneliti),
2) tanda tangan pendamping penelitian apabila penelitian tersebut
dilaksanakan secara kolaboratif,

3) tanda tangan atasan ( Kepala sekolah, penilik atau kepala dinas), dekan
fakultas, ketua lembaga penelitian dan ain berikut stempel lembaganya

lihat contoh :
c. Abstrak
Abstrak menyajikan saripati komponen-komponen penelitian mulai dari judul,
permasalahan, tujuan, prosedur pelaksanaan penelitian, hasil temuan dan rekomendasi.
Melalui abstrak para pembaca dalam waktu yang cepat aakan memperoleh gambaran
umum dan menyeluruh tentang hasil penelitian yang dilaporkan. Abstrak yang baik
tidak lebih dari satu halaman, diketik satu spasi.

d. Kata Pengantar
Yang penting dalam kata pengantar adalah uraian yang mengantarkan para pembaca
laporan kepada permaslahan yang diteliti, dan tindakan yang dilakukan untuk
perbaikan pembelajaran. Dalam kata pengantar dapat pula disampaikan ucapan dan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
penelitian

e. Daftar Isi
Menyajikan sistematika isi laporan secara lebih rinci disertai halaman untuk setiap
bagian, judul bab dan sub-sub bab, sehingga memudahkan para pembaca untuk
mencaridan memahaminya. Apabila terdapat gambar dan tabel yang dimuat maka perlu
dicantumkan pula daftar tabel dan daftar gambar. 2. Bagian Inti /Isi Laporan
Penelitian Tindakan Kelas

Bagian inti memuat pendahuluan, kajian pustaka, prosedur pelaksanaan penelitian,


hasil penelitian dan pembahasan, dan Kesimpulan serta saran.

a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan komponen awal isi laporan penelitian yang memuat
latar belakang masalah, identifikasi dan analisis masalah, perumusah masalah,
tujuan penelitian ( tujuan perbaikan), manfaat penelitian, garis besar metode
penelitian dan teknik pengumpulan serta pengolahan data, lokasi dan sampel
penelitian.
1) Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah berisi uraian yang menjelaskan mengapa masalah itu
timbul dan penting dipecahkan melalui penelitian. Dalam latar belakang penelitian
tindakan kelas memuat alasan yang terkait dengan kegelisahan dan kepedulian
peneliti terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran yang sedang
dilakukannya di kelas. Disamping itu berbagai kondisi empiris di lapangan yang
mendorong dilakukannya identifikasi masalah dan perumusan masalah dan
mendorong perlunya penelitian tindakan dan peningkatan mutu pembelajaran
dilakukan. Ungkapkan pula kerugian apa yang akan timbul apabila masalah tersebut
dibiarkan tidak diteliti dan dipecahkan, dan keuntungan apa yang akan diperokleh
apabila masalah tersebut diteliti dan dipecahkan.

2) Perumusan Masalah
Hasil identifikasi dan analisis masalah yang dilakukan dengan baik akan membantu
seorang peneliti mudah merumuskan masalah yang akan diteliti. Pengetahuan yang
luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para pakar
terdahulu akan sangat membantu memudahkan merumuskan masalah yang akan
diteliti. Untuk mempermudah perumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk
kalimat tanya, setelah didahului uraian tentang masslah penelitian, variabel-
variabel yang diteliti serta kaitan antar variabel.

3) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam PTK terkait dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang
nmenggambarkan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan.
Oleh karena itu tujuan penelitian harus konsisten dengan rumusan masalah dan
sekaligus mencerminkan proses penelitiannya. Rumusan tujuan penelitian
biasanya terdiri atas tujuan umum yang menggambarkan secara singkat tentang apa
yang ingin dicapai melalui penelitian, dan tujuan khusus yang secara spesifik
dirumuskan dalam bentuk butir-butir yang mengacu pada pertanyaan-pertanyaan
penelitian.

4) Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini cantum nilai kegunaan hasil penelitian khusunya bagi peningkatan
kualitas pembelajaran, bagi guru, bagi sekolah bahkan umumnya manfaat hasil
penelitian bagi inovasi pendidikan pada umumnya dan bnagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

5) Metode Penelitian
Metode penelitian yang diuraikan dalam pendahuuan ini hanya garis besarnya
yang mencakup juga garis besar teknik pengumpulan dan pengolahan data.

Sedangkan secara rinci metode penelitian diuraikan pada prosedur penelitian.


b. Kajian Pustaka
Memuat hasil kajian pustaka berupa teori-teori, pengalaman empiris hasil
penelitian terdahulu, pendapat para pakar yang relevan dengan masalah yang
menjadi fokus penelitian. Kajian Pustaka dimaksudkan untuk menampilkan
mengapa dan bagaimana teori dan hasil penelitian terdahulu dipergunakan oleh
peneliti.

c. Prosedur Pelaksanaan penelitian


Pada bagian ini diuraikan tahapan dan siklus pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang mencakup subyek penelitian terdiri atas tempat ( di mana penelitian
dilakukan, di elas, di sekolah); waktu penelitian ( termasuk jadwal dan siklus
penelitian), dalam mata pelajaran apa, karakteristik siswa yang menjadi sampel
penelitian meliputi (jumlah, usia, jenis kelamin, kemampuan, prestasi, latar belakang
sosial ekonomi, psikologis dan lain-lain).

Cantumkan pula prosedur setiap siklus kegiatan penelitian mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengumpulan data, refleksi.

Ada lima tahapan pelaksanaan penelitian tindakan, namun dalam kenyataannya


tahapan ini merupakan siklus kegiatan (Raka Joni 1998). Adapun tahapan-tahapan
tersebut meliputi:

1) Pengembangan Fokus Masalah Penelitian, Proses analisis masalah perlu


dilakukan dengan hati yang jernih, hati-hati dan cermat sebab
keberhasilan pada masalah analisis ini akan menentukan keberhasilan
keseluruhan proses pelaksanaan PTK. Untuk itu perlu pemecahan
masalah, mencari beberapa alternatif pemecahan masalah yang kiranya
mudah dan aplikatif.

2) Perencanaan Tindakan, Maksudnya adalah memformulasikan tindakan


yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam PTK disebut
hipotesis tindakan yaitu suatu perubahan yang diduga bakan terjadi jika
suatu tindakan dilakukan.
3) Subyek yang Diteliti, Dalam hal menjelaskan subyek penelitian atau
sumber informasi/data, perlu dikemukakan elemen-elemen mana, obyek
mana atau siapa-siapa yang merupakan sumber data, tergantung pada isi
teori atau konsep yang digunakan.

4) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi, Jika semua telah dipersiapkan


maka selanjutnya adalah melaksanakan pada siklus, yang diikuti dengan
kegiatan observasi dan refleksi. Observasi adalah upaya mengamati dan
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Dalam observasi hal-hal yang harus diperhatikan adalah perencanaan
bersama, fokus, penentuan kriteria, keterampilan observasi dan umpan
balik. Sedangkan dalam melakukan observasi ada tiga fase kegiatan,
yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas dan pembahasan umpan
balik. Observasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan video, tape
recorder atau catatan siswa.

5) Analisis dan Refleksi, tindakan ini adalah mengembangkan kemampuan


berpikir, reflektif yaitu kemampuan untuk mencermati kembali secara
rinci semua yang telah dilakukan.

6) Perencanaan Tindakan Lanjutan, hasil analisis dan refleksi akan


memutuskan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat
mengatasi masalah atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau
belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan lanjutan.

7) Teknik Pengolahan dan Analisis Data, teknik pengolahan dan analisis


data akan dilakukan secara kualitatif, mengkategorikan dan
mengklarifikasi berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian
ditafsirkan dalam konteks keseluruhan permasalahan penelitian.

8) Tahap Validasi, tahap validasi dilakukan melalui teknik: saturasi atau


penjenuhan, member check, audit trail dan expert opinion.

Pada tahap ini yang disajikan adalah cerita tentang apa yang terjadi
dalam pelaksanaan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan refeleksi,
berapa lama kegiatan itu dilakukan siapa yang membantu pelaksanaan
penelitian, instruimen apa yang digunakan, teknik apa yang dgunakan untuk
pengumpulan dan pengolahan dtta dan sebagainya.

d. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bagian ini disajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan penelitian
dan perbaikan. Setiap sajian hasil dapat langsung disertai dengan pembahasan
yang mmerupakan alasan mengapa hasilnya seperti itu.
Pembahasan hasil harus dikaitkan dan mengacu pada teori, pengalaman praktis
atau hasil penelitian terdahulu yang terdapat dalam kajian pustaka. Pada
umumnya pembahasan ini merupakan hasil refleksi mengenai rencana dan
tindakan yang dikaitkan dengan berbagai teori. Kualitas pembahasan hasil
penelitian menggambarkan tingkat profesionalitas peneliti untuk memperbaiki
mutu pembelajaran.

e. Kesimpulan dan Saran


Pada bab ini disajikan pemaknaan / pemaknaan penelitian berupa
kesimpulan tentang hasil penelitian yang diperoleh.

Saran mesti disusun merujuk pada kesimpulan, yang merujuk pada tujuan
penelitian. Saran dapat ditujukan pada pembuat kebijakan, pengguna hasil
penelitian bersangkutan dan kepada para peneliti berikutnya yang berminat
melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagian Akhir Laporan Penelitian.

Bagian akhir suatu laporan penelitian memuat daftar pusta dan lampiran.

a. Daftar pustaka, memuat semua sumber tertulis (buku,


artikel, jurnal, dokumen resmi atau sumber lain dari
internet) dapat pula dalam bentuk tercetak seperti CD,
Video, film atau kaset yang pernah dikutif atau
digunakan dalam penelitian dan penulisan laporannya
sebagai bentuk karya ilmiah. Cara menulis daftar pustaka
Pola UPI (2006) berurutan secara alfabetis, tanpa nomor
urut. Sumber tertulis/tercetak yang memakan tempat
lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar baris satu
spasi. Sedanghkan jarak antara sumber-sumber
tertulisyang saling berurutan adalah dua spasi. Cara
penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada contoh
khusus cara penulisan.

b. Lampiran
Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan
penulisan laporannya. Misalnya lembar instrumen, pedoman observasi,
catatan lapangan, foto-foto kegiatan dan lain-lain. Setiap lampiran diberi
nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya. Di samping itu setiap
lampiran diberi judul lampiran.

F. Penutup
Semoga makalah berisi laporan penelitian tindkan kelas ini bermanfaat dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas pada khususnya dan mutu pendidikan nasional
pada umunya.

G. Daftar Pustaka:

Joni, R. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Makalah dalam Penataran Calon Pelatih Proyek
Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.

Kemmis, S and McTaggart, R. (1982) The Action Research Planner. Victoria:Deakin


University.

McNiff, J. (1992) Action Research: Principles and Practice. London: Routledge Publication
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam PTK, peneliti/guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau


bersama guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi
aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara reflektif
dapat menganalisis, mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas.
Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK, pendidik dapat memperbaiki
praaktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.

Pada intinya, PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya


muncul di kelas, dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit
dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan penelitian tindakan
kelasdiperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti. Jadi, agak sulit di terima
jika dosen meneliti tanpa kolaborasi dengan guru melakukan PTK di
SD/SMP/SMA. Maka dari itu dapat diartika bahwa penelitian tindakan sebagai
suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dan spiral,
yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi,
kompetensi, dan situasi.

3.2 Saran

Diharapkan kepada pembaca untuk untuk dapat memberikan saran ataupun


kritik setelah membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindi
Persada

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung:


Yrama Widya.

Soenarto. 2006. Permasalahan, Rancangan dan Solusi Penelitian Tindakan


Kelas. Makalah Pelatihan Metodologi PTK Bagi Dosen Muda
PTN SeJateng – DIY. Kerjasama UNY - Dirjen Dikti Depdiknas
Jakarta.

Joni, R. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Makalah dalam Penataran Calon


Pelatih Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Jakarta
: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sukardi (2007) Penelitian Tindakan sebagai Upaya Peningkatan


Profesional Guru, Makalah Diklat Widya Iswara di P3GK
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai