Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

BENTUK-BENTUK TES

Dosen Pengampu:
Dr.Ida Bagus Putu Mardana, M.Si.
Ina Yuliana, M.Pd.

Disusun oleh:
Made Wahyuni 2113071016
Artia Hanna 2113071033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN IPA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asesmen dan Evaluasi
Pembelajaran yang berjudul “Bentuk-bentuk tes”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak
Dr.Ida Bagus Mardana,M.Si. dan ibu Ina Yuliana,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Asesmen dan
Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bidang studi Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari isi
maupun susunannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Selain itu penulis juga berharap semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Demikian yang
dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita bersama.

Singaraja,7 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Bentuk-Bentuk Tes .............................................................................................. 4
2.2 Bentuk-Bentuk Tes ................................................................................................................ 5
2.1.1 Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian .................................................................................. 5
2.1.2 Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif ............................................................................... 8
2.3 Teknik Penyusun Tes ............................................................................................................ 16
2.3.1 Teknik Penyusun Tes Uraian(Essay)........................................................................... 16
2.3.2 Teknik Penyusun Tes Objektif .................................................................................... 17
2.4 Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar .................................................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis atau
bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan,
selalu mengadakan evaluasi artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu
periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah
dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.Tes merupakan salah
satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan
informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa
kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Dalam proses
pendidikan tes dan pengukuran merupakan faktor sangat perlu diperhatikan
karena hasil evaluasi amat diperlukan untuk menentukan berbagai macam
tujuan dan pengambilan keputusan antara lain seleksi, penempatan, prediksi,
pengembangan kurikulum, perbaikan proses belajar-mengajar, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan program pendidikan. Berkaitan dengan
bidang pendidikan, evaluasi secara khusus bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah menguasai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Untuk dapat membuat
keputusan dengan tepat maka dalam evaluasi dibutuhkan informasi tentang
tujuan tujuan belajar siswa yang telah dicapai dengan akurat, relevan, dan
komprehensif. Agar informasi yang diperoleh betul-betul merupakan gambaran
kemampuan siswa yang sebenarnya maka diperlukan instrumen pengukuran
dan prosedur pelaksanaan pengukuran yang dapat memperoleh hasil yang
berpedoman dengan objektivitas tinggi karena seringkali kita temukan
pengukuran dan pengambilan keputusan mengandung subjektivitas disebabkan
proses evaluasi merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan yang kompleks.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa seorang guru perlu menguasai bentuk-
bentuk tes.Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan fokus pada pembahasan
mengenai bentuk-bentuk tes.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah konsep tes hasil belajar
2. Bagaimanakah Bentuk-bentuk tes
3. Bagaimanakah penyusunan bentuk-bentuk tes hasil belajar
4. Bagaimanakah teknik pelaksanaan tes hasil belajar

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
1. Memahami konsep tes hasil belajar
2. Memahami bentuk-bentuk tes hasil belajar
3. Memahami teknik penyusunan bentuk-bentuk tes hasil belajar
4. Memahami teknik pelaksanaan tes hasil belajar

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah terhadap penulis maupun pembaca yaitu:
1. Bagi Pembaca
Makalah ini mengharapkan pembaca memperoleh manfaat mengenai
pemahaman terhadap konsep evaluasi atau penilaian pembelajaran dengan
bentuk-bentuk tes serta menambah pengetahuan di bidang pendidikan
terutama dalam hal asesmen dan evaluasi.
2. Bagi Penulis
Makalah ini mengharapkan penulis memperoleh manfaat mengenai konsep
bentuk-bentuk tes yang digunakan dalam proses evaluasi pembelajaran,
serta dapat melatih penulisan karya ilmiah dalam bentuk makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tes Hasil Belajar
Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia, yang dimaksud disini adalah dengan
menggunakan alat berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang bernilai tinggi. Dalam perkembangannya dan seiring kemajuan zaman tes
berarti ujian atau percobaan.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes,
menurut Anne Anastasi (1976) dalam karya tulisnya yang berjudul
Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas,
serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach (1990)
dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan
suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang
atau lebih. Sedangkan menurut F. L. Goodenough dalam Anas Sudijuno (2012),
tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu
sama lain.
Dari pengertian para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur
yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru
sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
peserta didik.
Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan a test will
be defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s
behaviour (Brown & Page,1970). Definisi tersebut mengandung dua hal pokok
yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu pertama adalah kata
4 systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun,

3
dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu
yang telah ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a)
sistematis dalam isi, artinya butir-butir soal (item) suatu tes hendaknya disusun
dan dipilih berdasarkan kawasan dan ruang lingkup tingkah laku yang akan dan
harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya
dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi)
artinya tes itu hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi
yang telah ditentukan ; dan (c) sistematis di dalam pengolahannya, artinya data
yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan
dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an individual’s is
behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu
tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi)
tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan.
Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal yang
harus dijawab dan atau dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka
disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini sependapat dengan seorang
ahli yang menyatakan bahwa The type of ability test that describes what a
person has learned to do is called an achievement test (Thorndike & Hagen,
1975). Berdasarkan pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah
butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tertentu (ada yang mudah, sedang,
dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang
sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test.
Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
atau permasalahan.

2.2. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar


Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi
2 bagian yakni tes hasil belajar bentuk uraian dan tes hasil belajar bentuk
objektif.

4
2.2.1. Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
Tes bentuk uraian disebut juga tes subjektif. Di dalam tes ini peserta
didik memiliki kebebasan memilih dan menetukan jawaban. Kebebasan ini
berakibat data jawaban bervariasi sehingga tingkat kebenaran dan
kesalahan juga bervariasi. Hal inilah yang mengundang subjektifitas,
penilai ikut berperan menentukan penilaian dan pemberian skor.
Menurut Suharsimi Arikunto (2001:162), tes bentuk uraian adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Nana Sudjana (1991:35)
mengemukakan bahwa tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun,
dan memadukan gagasan-gagasan yang telah dimilikinya dengan kata-kata
sendiri. (Suke Silverius,1991:54).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes uraian
sangat tepat untuk pengukuran dan penilaian terhadap kemampuan siswa
dalam hal memahami, menganalisis, memecahkan masalah,
menginterpretasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
a. Jenis-jenis Tes Uraian (Essay)
Menurut Nana Sudjana (1991:37) bentuk tes uraian dibedakan
menjadi:
1. Uraian Bebas (Free Essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan
uraian bebas sifatnya umum.Kelemahan tes ini ialah sukar
menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan
kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru
sebagai penilainya.
2. Uraian Terbatas

5
Peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang
ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi sedemikian rupa,
sehingga kebebasan tersebut menjadi kebebasan yang terarah.
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal
tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi
ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-
indikatornya.
3. Uraian Terstruktur
Uraian terstruktur dianggap sebagai bentuk soal antara soal-soal
objektif dan soal–soal esai. Uraian terstruktur merupakan soal
jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
menjawabnya. Uraian terstuktur berisi unsur-unsur: pengantar soal,
seperangkat data, dan serangkaian subsoal.
Keuntungan soal bentuk uraian terstruktur antara lain:
a) Satu soal bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan.
b) Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data
tertentu sehingga lebih jelas dan terarah.
c) Soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan
berdasarkan tingkat kesukarannya.
b. Kelebihan dan Kekurangan Tes Uraian (Essay)
Chabib Thoha (1991:55-57) juga mengemukakan beberapa
kelebihan dan kelemahan tes uraian. Beberapa kelebihan tes uraian,
antara lain adalah:
1) Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pikiran
sendiri.
2) Dapat menghindarkan sifat tekanan dalam menjawab soal.
3) Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan
persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat
diungkapkan menjadi satu hasil pemikiran terintegrasi secara utuh.

6
4) Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat
yang disusun sendiri, sehingga melatih untuk dapat menyusun
kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan cepat.
5) Soal bentuk uraian ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik,
sintetik dan evaluatif.
Sedangkan kelemahan tes ini antara lain:
1) Bahan yang diujikan relatif sedikit, sehingga lebih sulit untuk
mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
2) Soal jenis ini bila digunakan terus-menerus dapat berakibat peserta
didik belajar dengan cara untung-untungan, hanya mempelajari
soal-soal yang sering dikeluarkan, materi yang jarang keluar tidak
pernah dibaca.
3) Penilaian yang dilakukan terhadap hasil jawaban tes ini cenderung
subjektif, hal ini disebabkan :
a. Variasi jawaban terlalu banyak dan tingkat kebenarannya
menjadi bertingkat-tingkat, sehingga dalam menetapkan
kriteria benar dan salah menjadi agak kabur.
b. Pemberian skor jawaban kadang-kadang tidak reliable, sebab
ada faktor-faktor lain yang berpengaruh, seperti tulisan peserta
didik, kelelahan penilai, situasi pada saat penilaian berlangsung,
dan sebagainya.
4) Membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa hasilnya;
5) Sulit mendapatkan soal yang memiliki validitas dan reabilitas
tinggi;
6) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun
regional.

2.2.2. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban

7
yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan
menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan. Tes Objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Anas sudjiono,
1995:106). Menurut Suke Silverius (1991:54) yang dimaksud dengan tes
objektif/tes pilihan adalah tes yang jawaban pertanyaannya dipilih dari
kemungkinan kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes objektif
tepat digunakan dengan alasan sebagai berikut.
1. Jumlah siswa cukup banyak.
2. Guru telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang luas
dalam menyusunnya.
3. Guru memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan nya.
4. Guru sudah merencanakan bahwa soal bentuk objektif
akan dipergunakan berulang kali.
5. Guru mempunyai keyakinan penuh bahwa akan dapat
dilakukan penganalisaan kualitas soal tersebut, dilihat dari derajat
kesukaran, daya pembeda, dan faktor distraktor.
6. Guru berkeyakinan bahwa dengan menggunakan tes bentuk
Objektif maka prinsip objektivitas memungkinkan untuk diwujudkan.
Secara umum tes objektif memiliki keunggulan dan kelamahanya masing-
masing. Keunggulan dan kelemahan tersebut yaitu sebagai berikut.
Adapun keunggulan tes objektif yaitu sebagai berikut.
1. Representatif, dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan.
2. Objektif, dalam hal pengoreksian, pemberian skor, dan penentuan hasilnya.
3. Pengoreksiannya mudah dibanding tes uraian.
4. Pengoreksiannya dapat dilakukan oleh orang lain.
5. Lebih mudah dianalisis, baik dari tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan
reliabilitasnya.
Sedangkan kelemahan tes objektif yaitu sebagai berikut.

1. Tidak mudah dalam penyusunannya.

8
2. Kurang dapat mengukur dan mengungkap proses berpikir yang lebih tinggi.
3. Siswa mempunyai peluang untuk melakukan spekulasi.
4. Siswa mempunyai peluang untuk melakukan kerja sama dengan siswa lain.
Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat dibedakan menjadi lima
golongan, yaitu sebagai berikut.
a. Tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
Tes objektif bentuk True-false merupakan salah satu bentuk tes objektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam test hasil belajar berupa pernyataan
(pernyataan dimana ada yang benar dan ada yang salah). Tugas testee adalah
membubuhkan tanda tertentu atau mencoret huruf B apabila menurut mereka
pernyataan itu benar, atau mencoret huruf S apabila menurut mereka pernyataan
itu salah.Pada umumnya bentuk soal benar salah dapat dipakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. (Nana
Sudjana,1991:45). Jadi, tes objektif bentuknya adalah kalimat atau pernyataan
yang mengandung dua kemungkinan jawab, benar atau salah, dan testee diminta
menentukan pendapat mereka mengenai penyataan tersebut dengan cara seperti
yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.Bentuk tes benar-
salah ada 2 macam jika dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal, yaitu
sebagai berikut.
a. Dengan pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
b. Tanpa pembetulan, yaitu siswa hanya diminta melingkari/mencoret huruf B
atau S tanpa memberikan jawaban yang betul
Keunggulan tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
a. Mudah dalam menyusun/pembuatannya mudah
b. Dapat digunakan berulang kali
c. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas/tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja
d. Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas
e. Bagi testee, cara mengerjakannya mudah
f. Bagi tester, cara mengoreksinya juga mudah

9
Kelemahan tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
a. Mudah ditebak dan diduga
b. Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan
Jawaban
c. Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap
d. daya ingat dan pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan
e. Umumnya tes objektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-
butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali.
Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan
dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah
b. Tes objektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
Matching test merupakan suatu tes yang sering dikenal dengan istilah tes
menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes
mempertandingkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam
seri jawaban.Tes Objektif bentuk menjodohkan (Matching test) merupakan salah
satu bentuk tes objektif dengan ciri-ciri yaitu sebagai berikut.
a. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
b. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah
tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus
mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok
pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang
diberikan dalam tes tersebut.
Keunggulan tes objektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a. Pembuatannya mudah
b. Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan objektif
c. Apabila tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat
dihilangkan

10
d. Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti:
1) Antara problem dan penyelesaiannya
2) Antara teori dan penemunya
3) Antara sebab dan akibatnya
4) Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
5) Antara istilah dan definisinya
Kelemahan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja
b. Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar,
yaitu digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk
lain
c. Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan
membuat tafsiran (interpretasi)
d. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang
sebenarnya kurang perlu untuk diujikan
c. Tes Objektif bentuk melengkapi (Completion test).
Completion test merupakan tes yang sering dikenal dengan istilah tes
melengkapi atau menyempurnakan.Tes objektif bentuk melengkapi
memiliki ciri-cirinya yaitu sebagai berikut.
a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan
b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik
c. Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan
jawaban
Jadi, tes objektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes objektif bentuk fill
in. Perbedaannya ialah, pada tes objektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu
merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes objektif bentuk completion
tidak harus seperti itu. Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat
berlainan antara yang satu dengan yang lain.
Keunggulan tes objektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a. Tes model ini mudah dalam penyusunannya

11
b. Jika dibandingkan dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif jenis ini lebih
menghemat tempat
c. Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka
persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini
d. Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak
sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja
Kelemahan tes objektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a. Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk
mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja
b. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk
diujikan
c. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati
dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya
d. Tes objektif bentuk Isian (Fill in test)
Tes objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-
kata penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee
adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut.
Keunggulan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a. Cara penyusunannya mudah
b. Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya
c. Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu
hal/bidang
Kelemahan tes objektif bentuk Isian (Fill in test)
a. Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya
banyak memakan tempat
b. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan
saja
c. Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka
d. Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari
bahan yang semestinya diteskan

12
e. Tes Objektif bentuk Pilihan ganda (Multiple Choice item test)
Tes Objektif bentuk multiple choice item yaitu tes yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawab yang
telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan. Tes objektif bentuk
pilihan ganda dapat dibedakan menjadi delapan model, yaitu sebagai berikut.
a. Model melengkapi lima pilihan
Terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang belum lengkap,
disertai oleh 5 kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi jawaban
tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu diantara lima kemungkinan
jawaban yang menurut keyakinan testee paling tepat (=merupakan jawaban
yang benar)
b. Model melengkapi berganda
Soal jenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice model melengkapi
lima pilihan, yaitu terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, disertai
beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal
jenis ini, kemungkinan jawaban betul bisa satu, dua, tiga, atau empat.
(1) Jawaban (A), jika (1), (2), dan (3) benar.
(2) Jawaban (B), jika (1) dan (3) benar.
(3) Jawaban (C), jika (2) dan (4) benar.
(4) Jawaban (D), jika hanya (4) yang benar.
(5) Jawaban (E), jika semuanya benar.
c. Model asosiasi dengan empat atau lima pilihan
Terdiri dari empat atau lima istilah/pengertian, yang diberi tanda huruf abjad
didepannya, dan diikuti beberapa pernyataan yang diberi nomor urut
didepannya. Dari setiap pernyataan tersebut, testee diminta memilih salah satu
istilah/pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee paling
tepat.
d. Model analisis hubungan antar hal
Terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh kalimat keterangan.
Yang ditanyakan kepada testee adalah, apakah pernyataan tersebut betul, dan

13
apakah keterangan tersebut juga betul, testee harus memikirkan, apakah
pernyataan tersebut disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah
pernyataan tersebut tidak disebabkan oleh keterangan tersebut.Dengan kata
lain, apakah ada hubungan antara pernyataan dan alasan.
1) Jawaban (A), jika pernyataan dan alasan keduanya benar, dan alasan betul
merupakan sebab dari pernyataan.
2) Jawaban (B), jika pernyataan dan alasan keduanya benar, tetapi alasan
bukan merupakan sebab dari pernyataan.
3) Jawaban (C), jika pernyataan benar, tetapi alasan tidak merupakan pikiran
yang benar (salah).
4) Jawaban (D), jika pernyataan salah, tetapi alasan benar.
e. Model analisis kasus
Pada butir soal jenis ini, seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus.
Dari kasus tersebut, testee ditanya mengenai berbagai hal dan kunci-kunci
jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus
tersebut.
f. Model Hubungan Dinamik
Model tes jenis ini menuntut testee untuk memiliki bekal
pengertian/pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungn
dinamik. Model tes ini lebih cocok diterapkan pada kelompok mata pelajaran
eksak, seperti: Biologi, kimia, Fisika, dsb.
g. Model Hal Kecuali
Pada model tes jenis ini, kolom sebelah kiri dicantumkan 3 macam
gejala/kategori (A, B, atau C), sedangkan pada kolom sebelah kanan ada 5
hal/keadaan (1, 2, 3, 4, 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal
yang berada disebelah kiri. Jawaban yang dikehendaki oleh tester adalah, agar
testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat
keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal/keadaan
itu. Jadi, testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu 1 huruf
abjad dan 1 nomor.
h. Model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar

14
Pada tes objektif model ini, terdapat gambar/diagram/peta/grafik yang diberi
tanda huruf abjad A, B, C, dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang
hal-hal tertentu yang berkaitan dengan tanda-tanda tersebut.
Keunggulan tes Pilihan Ganda
a. Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau mewakili materi
yang telah diajarkan kepada peserta didik
b. Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif
c. Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi
d. Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai bantuan
mengoreksi hasil tes tersebut
e. Butir soal pada tes objektif jauh lebih mudah dianalisis
f. Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus
segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
Kelemahan tes bentuk Pilihan Ganda
a. Menyusun butir tes objektif tidak semudah menyusun tes uraian
b. Umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi atau
mendalam
c. Terbuka bagi testee untuk bermain spekulasi

2.3. Teknik Penyusunan tes


2.3.1. Teknik Penyusunan Tes Uraian (Essay)
Menurut Suke Silverius (1991: 71-72) kaidah-kaidah yang perlu
diperhatikan pada waktu menyusun atau menulis butir-butir soal uraian
antara lain:
1) Rumusan pertanyaan hendaknya menggunakan kata tanya atau
perintah seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
analisis, berilah tanggapan, hitunglah, dan buktikan.
2) Soal hendaknya dirumuskan dengan kalimat sederhana sesuai dengan
tingkat kemampuan bahasa siswa.
3) Rumuskan kalimat soal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, baik yang

15
berkenaan dengan ejaan, penulisan kata, ataupun penempatan tanda
baca.
4) Gunakan kata-kata yang tidak menimbulkan salah pengertian atau
yang dapat menimbulkan penafsiran ganda sehingga dapat
mengaburkan maksud soal serta dapat membingungkan siswa dalam
merumuskan jawaban.
5) Hindarilah kalimat soal yang mengandung unsur-unsur yang dapat
menyinggung perasaan siswa karena berhubungan dengan agama
yang dipeluknya, kebiasaan daerah atau kebudayaan setempat, atau
hal-hal lain yang dapat menyinggung perasaan siswa.
6) Tetapkanlah waktu yang disediakan untuk menjawab soal tersebut
dan banyaknya kalimat atau halaman yang diperlukan.
7) Tidak diperkenakan memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih
dari sejumlah pertanyaan yang ada untuk dikerjakan.
8) Untuk memungkinkan objektifitas dalam penskorannya, maka
penggunaan tes uraian objektif sangat dianjurkan.
9) Lengkapilah setiap butir soal dengan kunci atau kriteria jawaban
sebagai pedoman penskoran.
10) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
2.3.2. Teknik Penyusunan Tes Objektif
Penyusunan tes objektif membutuhkan waktu yang relatif lama dan
ketekunan yang tinggi, serta harus cermat dan hati-hati dalam
menentukan pengecohnya demi menghindari atau setidak-tidaknya
memperkecil peluang menebak jawaban. Untuk itulah diperlukan kaidah
penulisan agar mutu soalnya dapat dijamin. Kaidah-kaidah tersebut
menurut buku Pedoman Penulisan Soal yang diterbitkan oleh Pusat
Pengujian dalam Suke Silverius (1991 : 73-78) antara lain sebagai
berikut:
1) Pernyataan atau pertanyaan pada pokok soal (stem) harus
dirumuskan secara jelas.

16
2) Option harus logis, baik dari segi isi maupun dari hubungannya
dengan stem.
3) Usahakan agar option (alternatif jawaban) homogen, baik dari segi
isi/materi maupun panjang pendeknya pernyataan.
4) Kalau optionnya bilangan maka urutkan dari kecil ke besar atau dari
besar ke kecil.
5) Sedapat mungkin hindari penggunaan pernyataan yang bersifat
negatif, lebihlebih negatif ganda, karena akan membingungkan
siswa. Namun, apabila terpaksa harus menggunakan pernyataan
negatif, maka kata “tidak”, “kecuali”, “tanpa”, dan sebagainya ditulis
seluruhnya dengan huruf besar dan digaris bawahi atau dicetak
miring.
6) Hindari penggunaan option yang terakhir dengan “semua jawaban di
atas salah”.
7) Hindari penggunaan option yang terakhir dengan “semua jawaban di
atas benar”.
8) Pokok soal (stem) hendaknya terdiri atas materi yang diperlukan saja
sehingga tidak mengaburkan maksud soal itu sendiri.
9) Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.
10) Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis dan pengecoh berfungsi.
11) Usahakan untuk tidak memberikan “petunjuk” untuk jawaban yang
benar.
12) Di dalam pokok soal (stem) diusahakan tidak menggunakan
ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti
“kebanyakan”, “seringkali”, atau “kadang-kadang”.
13) Usahakan agar butir soal yang satu tidak bergantung pada jawaban
butir soal yang lain.
14) Dalam merakit soal, usahakan agar jawaban yang benar (kunci
jawaban) tersebar di antara a, b, c, d, dan e, dan ditentukan secara
acak.

17
2.4. Teknik pelaksanaan tes hasil belajar
Dalam praktik, pelaksanaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara
tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan.
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a. Agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat ketenangan,
seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan yang jauh dari
keramaian, kebisingan, suara hiruk-pikuk dan lalu lalangnya orang.
Adalah sangat bijaksana apabila di luar ruangan tes dipasang papan
pernberitahuan.
b. Ruang tes harus cukup longgar, tempat duduk di atur dengan jarak
tertentu yang memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak sehat
diantara testee.
c. Ruangan tes sebaiknya memiliki sistem pencahayaan dan pertukaran
udara yang baik.
d. Jika dalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki
alas tempat penulis,maka sebelum tes dilaksanakan hendaknya sudah
disiapkan alat berupa alas tulis yang terbuat dari triplex, hardboard atau
buhur, lainnya.
e. Agar testee dapat memulai mengerjakan soal tes secara bersamaan,
hendaknya lembar soal-soal tes diletakkan secara terbalik, sehingga
tidak memungkinkan bagi testee untuk membaca dan mengerjakan soal
lebih awal daripada teman-temannya.
f. Dalam mengawasi jalannya tes, pengawas hendaknya berlaku wajar.
Artinya jangan terlalu banyak bergerak, terlalu sering berjalan-jalan
dalam ruangan tes sehingga mengganggu konsentrasi test. Sebaliknya,
pengawas tes juga jangan selalu duduk di kursi sehingga dapat
membuka peluang bagi testee yang tidak jujur untuk bertindak curang.
g. Sebelum berlangsungnya tes, hendaknya sudah ditentukan lebih dahulu
sanksi yang dapat dikenakan kepada testee yang berbuat curang.

18
h. Sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang harus
ditandatangani oleh seluruh peserta tes.
i. Jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya testee diminta untuk
menghentikan pekerjaannya dan secepatnya meninggalkan ruangan tes.
j. Untuk mencegah timbulnya berbagai kesulitan dikemudian hari, pada
Berita Acara Pelaksanaan Tes harus dituliskan secara lengkap, berapa
orang testee yang hadir dan siapa yang tidak hadir, dengan menuliskan
identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian, nama dan
sebagainya), dan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan atau
kelainan-kelainan harus dicatat dalam berita acara pelaksanaan tes
tersebut.
2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan
Beberapa petunjuk praktis berikut ini kiranya akan dapat dipergunakan
sebagai Pegangan dalam pelaksanaan tes lisan, yaitu :
a. Sebelum tes lisan dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan
inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada testee dalam
tes lisan tersebut, sehingga tes lisan dapat diharapkan memiliki validitas
yang tinggi, baik dari segi isi maupun konstruksinya.
b. Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan
itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban
betulnya.
c. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah
seluruh testee menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus
sudah dapat ditentukan di saat masing-masing testee selesai dites.
d. Tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan
sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
e. Dalam rangka menegakkan prinsip objektivitas dan prinsip keadilan,
dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan
sekali-kali "memberikan angin segar" atau "memancing-mancing"
dengan kata-kata, kalimat-kalimat atau kode-kode tertentu yang sifatnya
menolong testee tertentu alasan "kasihan" atau karena tester menaruh

19
"rasa simpati" kepada testee yang ada dihadapinya itu. Menguji, pada
hakikatnya adalah "mengukur" dan bukan "membimbing" testee.
f. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Pernyataan tersebut
mengandung makna bahwa tes lisan itu jangan sampai menimbulkan
rasa takut, gugup atau panik di kalangan testee.
g. Sekalipun acapkali sulit untuk dapat diwujudkan, namun sebaiknya
tester mempunyai pedoman atau ancar-ancar yang pasti, berapa lama
atau berapa waktu yang disediakan bagi tiap peserta tes dalam
menjawab soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan pada tes lisan tersebut.
h. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes lisan hendaknya dibuat
bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang ditanyakan
itu sama, namun cara pengajuan pertanyaannya dibuat berlainan atau
beragam.
i. Sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara
individual (satu demi satu).
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan
Tes perbuatan pada umumnya digunakan untuk mengukur taraf
kompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana
penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir
yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut. Dalam
melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh tester, yaitu:
a. Tester harus mengamati dengan secara teliti, cara yang ditempuh oleh
testee dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan.
b. Agar dapat dicapai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya
tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi
testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut.
c. Dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu,
hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian
yang di dalamnya telah ditentukan hal-hal apa sajakah yang harus
diamati dan diberikan penilaian.

20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas
dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai
yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik. Dari segi bentuk
soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni Tes
Bentuk Uraian (Essay) dan Tes Objektif.Tes bentuk uraian adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3, yaitu : tes uraian bebas
dan tes uraian terbatas.
Tes objektif dibedakan menjadi 5 golongan yaitu,bentuk benar-
salah(true false test),menjodohkan(matching test),melengkapi(completion
test),isian(fill in test),dan bentuk pilihan ganda(multiple item choice).dalam
penyusunan tes perlu diperhatikan kaidah-kaidah tertentu pada waktu
menyusun atau menulis butir-butir soal.serta dalam praktik/pelaksanaan tes
hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis(tes tertulis),dengan secara
lisan(tes lisan) dan dengan tes perbuatan.

3.2. Saran
Penulis menyadari dalam menulis makalah ini masih banyak terjadi
kesalahan yang harus diperbaiki baik dalam penulisan maupun penyampaian,
masih jauh dari katasempurna. Tentunya penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan mengenai bentuk-bentuk tes
dalam proses evaluasi. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk tes kiranya harus
dipelajari dengan baik terutama bagi mahasiswa yang mengambil program studi
keguruan untuk menambah profesionalitas profesi guru.

21
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Silverius, S. (1991). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo.

Rahma.2021.Bentuk – Bentuk Penilaian dengan Teknik Tes dalam


Pembelajaran.https://naikpangkat.com/bentuk-bentuk-penilaian-dengan-teknik-tes-dalam-
pembelajaran/ diakses pada tanggal 9 November 2022

Munthe.2018.Makalah Macam-Macam Bentuk Tes Hasil


Belajar.https://www.scribd.com/document/378905527/Makalah-macam-macam-bentuk-
Tes-hasil-Belajar-docx diakses pada tanggal 9 November 2022

Ahmad Farhan Nashar.ANALISIS BENTUK-BENTUK TES HASIL


BELAJAR.https://danimubarak.academia.edu/AhmadFarhanNashar?swp=tc-au-
45271050 diakses pada tanggal 9 November 2022

22

Anda mungkin juga menyukai