2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Pengembangan Alat
Evaluasi Aspek Keterampilan ”.Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Penjas OR.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan yang berjudul “ Pengembangan Alat
Evaluasi Aspek Keterampilan ” ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya di
Fakultas Olahraga Kesehatan (FOK).
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terjadinya proses belajar, sedangkanteori instruksional mendeskripsikan strategi atau
metode pembelajaran yang optimal untukmemudahkan proses belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam suatu proses belajar mengajar, yang melaksanakan evaluasi adalah guru,
yaituorang yang merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai
figuryang selalu berinteraksi dengan murid memerlukan evaluasi formatif secara teratur agar
dapatmemperbaiki atau menyempurnakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Selain
itu,gurulah yang paling menghayati permasalahan yangdihadapi oleh murid-muridnya
sehinggadapat mencari upaya cara menanganinya.
Evaluasi atau penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah tindakan yang
telahdikerjakan cukup berhasil atau tidak. Jadi, yang dinilai atau dievaluasi adalah program,
yaitusuatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, lengkap dengna tujuan dari
kegiatantersebut.Ada tiga istilah yang sering digunakan, yaitu berikut ini :
1) Pengukuran
3) Pengambilan keputusan
Ketiga istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda karena tingkat penggunaannyayang
berbeda. Pada pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi ataudata secara
kuantitatif, sedangkan penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah
berhasil dan efisien. Jadi, untuk melakukan penilaian diperlukan data yang baik mutunya dan
salah satu sumber datanya adalah hasil pengukuran.
Untuk mengukur prestasi belajar diperlukan alat ukur yang disebut tes. Tes
adalahhimpunan pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang dites (testee). Dalam hal ini
olehsiswa. Dalam tes prestasi belajar, yang hendak diukur adalah tingkat kkemampuan
siswadalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan oleh guru.
4
a. Harus valid (sahih) atau hanya mengukur apa yang hendak diukur.Misal, tes untuk
bidang studi IPS, setiap buitir soalnya harus mengukur hanya pengetahuan IPS saja.
Namun, kandang-kadang tidak semua soal yang ada hanyamengukur pengetahuan
IPS. Ada beberapa soal yang sebetulnya mengukur pengetahuan agama atau bahasa.
Jika ada tes yang mengukur lebih dari satu aspek(misalnya, IPS, agama dan bahasa)
maka tes yang demikian disebut tes yang kurangvalid (kurang sahih)
b. Harus andal (reliable)
Keandalan, dalam hal ini meliputi kecermatan atau ketetapan (prescision)
dankeajegan (consistency) dari hasil pengukuran yang dilakukan. Sebuah tes dengan
jumlah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang tentu akan
memberiinformasi yang lebih teliti, dibandingkan tes yagn soalnya sedikit dan
tingkatkesukaraannya rendah (mudah) atau berat sukar (di luar target). Dengan akta
lain,soal-soal sebuah tes tidak boleh terlalu jauh di atas atau di bawah kemampuan
siswadan tingakt kesukaran butir-butir soal sebaiknya homogen. Tidak boleh terlalu
mudahatau terlalu sukar.
2. Merancang Alat Evaluasi atau Tes.
Sebelum menyusun sebuah tes, terlebih dahulu harus memperhatikan hal-hal berikut.
a. Tujuan tes
Dalam bidang pendidikan, tujuan tes dapat dipakai untuk mengetahui penguasaan
peserta didik dalam pokok bahasan atau subpokok bahasan tertentu setelah
materidiajarkan. Selain itu, dapat pula untuk mengethaui kesulitan belajar peserta
didik atausiswa (diagnostik tes). Oleh karena tu, tujuan tes harus dibuat berdasarkan
pokok bahasan/subpokok bahasan yang diajarkan.
b. Penyusunan kisi-kisi tesKisi-kisi tes atau tabel spesifikasi (test blue print), harus
dibuat sebelum seseorangmembuat atau menyusun tes. Kisi-kisi tes merupakan
rambu-rambu ruang lingkupdan isi soal yang akan diajukan. Sebelum membuat kisi-
kisi tes, terlebih dahulu harusmelihat kurikulum sekolah yang berlaku.
3. Menyusun Alat Evaluasi atau Tes
a. Dalam menyusun soal atau tes pertama-tama harus dibuat indikator tes atau
TIK,seperti telah disebutkan, yang langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Memilih Kompetensi Dasar (KD)
5
2) Memilih materi pokok, hasil belajar dan indikator materi
3) Membuat indikator tes atau TIK
4) Menulis soal berdasrakan indikator tes yang telah dibuat
6
Penyusunan strategi instruksional haruslah didasarkan atas tujuan instruksional yangakan
dicapai sebagai kriteria utama. Di samping itu, penyusunan tersebut didasarkan pula atas
pertimbangan lain, yaitu hambatan yang mungkin di hadapi pengembang instruksional atau
pengajar seperti waktu, biaya, dan fasilitas. Tidak ada strategi yang tepat untuk
mencapaisemua tujuan misalnya pada urutan kegiatan instruksional pada penyajian, belum
tentu selaluUCL (uraian, contoh, dan latihan) mungkin dapat berbentuk CUL. Sedangkan
urutan kegiataninstruksional pada pendahuluan yang tersusun DRT (deskripsi singkat,
relevansi, dan TIK)dan penutup yang terdiri dari TUT (tes formatif, umpan balik, dan tindak
lanjut) tampaknyatidak perlu mengalami perubahan. Setiap urutan kegiatan seperti DRT-
UCL-TUT atau urutanyang lain, selalu diikuti pemilihan metode dan media serta penentuan
waktu untuk mencapai tujuan instruksional khusus. Khusus penentuan waktu bagi setiap
kegiatan, di samping menggunakan kegiatan sebagai suatu kriteria, pengembang
instruksional juga menggunakan jenis metode dan media sebagai kriteria lain. Ini berarti
penentuan waktu setiap kegiatan tersebut dilakukan atas pertimbangan langkah dalam urutan
kegiatan seperti D,R,T,U,C,L,T,U dan komponen metode dan media yang digunakan.
Perubahan pada metode dan media tersebut memungkinkan perubahan waktu yang
dibutuhkan pengajar dan siswa. Oleh karena itu, penyusunan strategi instruksional harus
dilakukan dengan mengintegrasikan keempat komponen yang tergabung di dalamnya, yaitu
urutan kegiatan instruksional, metode, media dan waktu.
Berikut ini diuraikan bagaimana mengisi tabel untuk menyusun strategi instruksional
Menurut Ihwanadani:
1. Mengisi nomor TIK yang strategi instruksionalnya akan disusun. Ini berarti bahwa
pengembang instruksional akan menyusun satu strategi instruksional untuk satu TIK.
2. Kolom satu telah di isi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup. Urutan ini tidak
perlu di rubah. Pada kolom dua anda mulai memikirkan urutan kegiatan instruksional
yang sesuai untukmenghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercantum
dalam TIK.
a. Kolom pendahuluan ada tiga kegiatan yang harus anda isikan, yaitu: D (Deskripsi
Singkat), R (Relevansi), dan T(Tujuan Instruksional Khusus). Urutan mana yang
ingin anda gunakan? DRT, RTD, TDR, RDT, DTR atau TRD. Mengapa anda
memilihnya, mengapa tidak urutan yang lain? Rasional pemilihan urutan ini penting
7
untuk anda jawab sendiri agar anda lebih menyelami kebaikan urutan kegiatan yang
anda lakukan. Urutan mana pun yang anda pilih, ketiga kegiatan tersebut haruslah
lengkap.
b. Dalam penyajian anda kegiatan yang harus anda isikan dalam tabel, yaitu: U (Uraian),
C (Contoh), dan L (Latihan). Urutan mana yang akan anda pilih? UCL, CLU, LUC,
CUL, ULC atau LCU? Pemilihan tersebut sangat penting untuk anda jawab sendiri.
Beberapa pedoman yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan urutan
kegiatan dalam penyajian adalah sebagai berikut:
1) UCL adalah penyajian yang konservatif dimulai dengan memberikan uraian
tentang pengertian suatu konsep, prinsip atau prosedur, diikuti dengan contoh
penerapannya dalam kehidupan sehri-hari dan diakhiri dengan latihan untuk
menguasainya. Dalam metode instruksional urutan kegiatan dalam penyajian ini
disebut metode deduktif. Secara logis siswa akan bergerak dari hal yang bersifat
umum kepada yang khusus. Strategi ini sesuai untuk kebanyakan siswa dan
kebanyakan tujuan instruksional, khususnya untuk mengajarkan terminology dan
teknik melaksankan sesuatu yang sebelumnya masih belum dikenal siswa.
2) CLU adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh atau kasus diikuti oleh
latihan memecahkannya dan diakhiri dengan uraian atau generalisasi dari isi
pelajaran. Secara logis siswa akan bergerak dari yang khusus menuju yang umum.
Metode instruksional urutan ini dikenal dengan metode induktif. Strategi ini
sesuai untuk mengajarkan sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
untuk siswa yang telah mempunyai latar belakang atau pengalaman cukup dalam
bidang yang dipelajari.
3) LUC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian latihan atau percobaan diikuti
dengan uraian dan diakhiri dengan contoh. Urutan penyajian ini tepat digunakan
untuk menimbulkan dinamika siswa dalam belajar melalui coba- coba. Tetapi,
latihan tersebut tidak boleh diberikan terlalu lama agar tidak menimbulkan
frustasi. Siswa harus segera diberi uraian tentang isi pelajaran dan contoh
penerpannya. Urutan kegiatan ini sangat sesuai untuk mengajarkan sesuatu yang
tidak mudah menimbulkan bahaya bagi siswa yang telah mempunyai latar
belakang pengetahuan dalam bidang yang sedang dipelajari.
8
4) CUL adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh diikuti dengan uraian
tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang terkandung di dalamnya dan diakhiri
dengan latihan menerapkannya. Strategi ini sama dengan CLU, bergerak dari hal-
hal yang bersifat khusus menuju umum. Urutan penyajian ini lebih tepat untuk
siswa yang baru mempunyai pengalaman sedikit dalam bidang tersebut.
5) ULC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian uraian diikuti dengan uaraian
tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang dipelajari diikuti dengan latihan untuk
menguasainya dan akhirnya ditutup dengan contoh penerapan apa yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari- hari. Urutan penyajian ini sesuai untuk
mengajarkan keteampilan gerak melalui penjelasan, kemudian percobaan
melakukan gerak. Selanjutnya baru di susul dengan contoh untuk mambandingkan
apa yang dilakukannya dengan yang seharusnya.
6) LCU adalah penyajian yang memberikan kesempatan mencoba terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan contoh untuk perbandingan dan diakhiri dengan uraian
atau kesimpulan. Urutan penyajian ini tepat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas dan keberanian siswa mencobakan ide yang ada pada dirinya. Karena
proses ini melalui kegiatan mempelajari coba-coba, sesuatu yang tepat digunakan
untuk tidak berbahaya, tidak mengandung resiko tinggi atau digunakan untuk
siswa yang telah memiliki latar belakang cukup dalam bidang tertentu.
3. Seluruh kolom 2 diisi dengan pertimbngan di atas. Dengan selesainya pengisian seluruh
kolom 2 yang menunjukkan urutan kegiatan instuksional. Selanjutnya memasuki kolom 3
dengan rosedur pengisian yang berbeda. Bila anda perhatikan akan tampak bahwa kolom
3 masih berada di awah urutan kegiatan instruksional. Kolom tersebiut diisi dengan garis-
garis besar materi yang akan iberikan pengajar dalam setiap urutan kegiatan. Dalam
kolom 3 ini pendesain instruksional enuliskan materi atau isi pelajaran secara singkat
untuk setiap TIK dimulai dari pendahuluan sampai ada penutup. Dengan demikian isi
pelajaran tersebut tidak saja mencerminkan apa (what ) tetapi juga ara atau langkah-
langkah ( how ).
4. Sebelum meneruskan pada berisi R atau T, isilah lebih dahulu kolom 4, 5, dan 6 yang
sehubungan dengan baris D. kolom 4 tentang metode yang akan digunakan ntuk kegiatan
D, dan kolom 5 tentang media yang dipilih untuk digunakan, sedangkan kolom 6 entang
9
waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan D tersebut. Demikian pula pengisian R, T, dan
elanjutnya, diselesaikan baris demi baris.
10
2. Melakukan analisis intruksional Analisis instruksional adalah proses menjabarkan
perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Perilaku-perilaku
khusus disusun sesuai dengan kedudukannya, misalnya kedudukannya sebagai
perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih
dulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dulu atau secara
kronologis terjadi lebih awal.
3. Mengidentifikas Perilaku dan Karakteristik Siswa\ Mengidentifikasi perilaku awal
siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran,
serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk
menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti
pelajaran tersebut.
4. Menulis Tujuan Instruksional Khusus Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
terjemahan dari specific instructional objective. Literature asing menyebutkan
pula sebagai objective atau enabling objective untuk membedakannya dari general
instructional objective, goal, atau terminal objective, yang berarti tujuan
instructional umum (TIU) atau tujuan instruktional akhir. TIK dirumuskan dalam
bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable). TIK merupakan satu-
satunya dasar untuk menyusun kisi-kisi tes, karena itu TIK harus mengandung
unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat
mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di
dalamnya.
5. Menulis Tes Acuan Patokan
Tes acuan patokan dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan setiap siswa
terhadap perilaku yang tercantum dalam TIK. Adapun langkah-langkah dalam
menyusun tes acuan patokan adalah sebagai berikut: a) menentukan tujuan tes; b)
membuat table spesifikasi untuk setiap tes yaitu daftar perilaku, bobot perilaku,
persentase jenis tes, dan jumlah butir tes; c) menulis butir tes; d) merakit tes; e)
11
menulis petunjuk; f) menulis kunci jawaban; g) mengujicobakan tes; h)
menganalisis hasil ujicoba; i) merevisi tes.
12
Tujuan desain pembelajaran adalah mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi. Menurut Morisson, Ross & Kemp
(2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran, yaitu :
Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau
peserta ajar)
Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi pembelajaran)
Bagaiamanakan cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?
(prosedur evaluasi).
13
Model desain pembelajaran sangat diperlukan, karena dapat :
Pengembangan kemampuan guru atau dosen.
Pengembangan sumber belajar.
Pengembangan sistem pembelajaran.
Pengembangan organisasi.
5. Evaluasi sumatif dan formatif
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan,
organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi,
maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-dasar evaluasi dapat membantu
para pengembang kurikulum untuk merancang evaluasi yang sesuai kajian-kajian teoritis
yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil
belajar, tetapi juga harus dilakukan revisi desain pengajaran itu sendiri.
a. Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-
tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada
setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik“telah terbentuk” sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas
evaluasi formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam
bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175) perlu
meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya
evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
2. Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh
Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang
penjabarannya sebagai berikut:
14
1. Manfaat bagi siswa:
a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai
bahan program secara menyeluruh atau belum
b. Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa
untuk belajar giat
c. Untuk perbaikan belajar siswa
d. Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2. Manfaat bagi guru:
a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa
b. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dikuasai siswa
3. Manfaat bagi program sekolah:
a. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat atau tidak
b. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan
c. Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
hasil yang akan dicapai atau tidak
d. Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan
sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)
3. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit
pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya
mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung terbatas pada segi
kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus
pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif
15
tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran
yang cukup panjang.
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan
sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh
karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke
dalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya
pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
16
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan
untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
a. Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru
dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal
tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
b. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan,
guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar.
Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan
mencari sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa
yang perlu diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien
dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
c. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik
dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan
atau pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani
dan Ahmadi, 1991: 173-175)
9. Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif dengan berbagai
pengolahan:
a. Mengolah hasil setiap tujuan khusus pengajaran (TKP)
TKP merupakan penjabaran dari pokok bahasan dalam satuan pengajaran.
Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada setiap soal dari
keseluruhan peserta didik pengikut tes. Misalnya: pada satuan pelajaran IPA
untuk SD kelas V berdasarkan TKP-TKP yang ada disusun soal-soal tes sebagai
alat evaluasi. Setelah tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen
peserta didik yang gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : IPA Catur wulan I
Kelas V
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :
17
- tumbuh tumbuhan dan peristiwa alam
- hewan dan peristiwa alam
Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
- Sebutkan manfaat hutan bagi manusia ? 25 %
- Apakah yang terjadi ketika terjadi penebangan hutan secara liar ? 10 %
Soal no
1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta didik yang menjawab
dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta didik yang gagal. Jadi: 10 x 100 % =
25 % peserta didik yang gagal.
40
mempergunakan rumus:
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Skor akhir yang diperoleh peserta didik ialah skor ideal atau skor yang berupa raw
score (skor mentah) yang dicapainya, dibagi dengan skor ideal (skor tertinggi
yang mungkin dicapai bila semua soal dikerjakan benar), kemudian hasil baginya
dikalikan 10 (bila menggunakan skala 10 atau dikalikan dengan 100 (bila
menggunakan skala 100). Kalau peserta didik (Abdullah) memperoleh dari 20
soal tersebut skor realnya 86, maka nilai akhir peserta didik tersebut adalah: 86 x
10 = 8.6 (dalam skala 10)
100
b. Evaluasi Sumatif
18
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan
setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari
evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam
jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya evaluasi formatif yang
dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan
Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179), untuk membahas evaluasi
sumatif ini, perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami
bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau
hasil belajar peserta didik.
b. Manfaat Evaluasi Sumatif Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang
didapat dari evaluasi sumatif:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok
dalam menerima program berikutnya
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti
pada akhir program pengajaran.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang,
maka aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif
(pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
e. Cara Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran
penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika soal-
19
soalnya disusun atas dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti pada
evaluasi formatif. Akan tetapi penyusunan soal-soalnya harus didasarkan pada
tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di dalam program pengajaran
tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi sumatif itu untuk menentukan angka
kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan kenaikan
kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal harus
diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa sehingga
mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya perbandingannya
sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak demikian. Masalah
tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian dapat memberi
gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau kepandaian
tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini
diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus
mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang
kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu soal
itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu dicobakan. Untuk
itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai teknik penilaian
pendidikan yang menyangkut masalah “analisis soal”.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menilai: 1) penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan 2) penilaian
yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada dua pendekatan dalam mengevaluasi,
maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan
hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus
dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
20
2) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk
mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai
yang standar seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 – 100. Untuk merubah
nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian
tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b. Menghitung angka rata-rata
c. Menghitung standar devisi
d. Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
e. Penggunaan Hasil Evaluasi
21
10: skor 1-10
Contoh:
Di dalam evaluasi sumatif dari suatu bidang pengajaran dibuat soal-soal sebagai
berikut:
a) Tes bentuk B – S : 30 soal, skor 1 untuk setiap soal yang benar
b) Tes bentuk pilihan jamak : 50 soal, n = 3 skor 1 per soal yang benar
c) Tes bentuk uraian : 4 soal, skor 5 untuk setiap soal yang benar dan memakai
bobot 2 soal mudah berbobot 1 masing-masingnya.
- 1 soal sedang berbobot 2
- 1 soal sukar berbobot 3
Skor tertinggi yang mungkin dicapai peserta (disebut juga skor ideal) dari tes
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes benar – salah : 30 x 1 = 30
b) Tes pilihan jamak : 50 x 2 = 100
c) Tes bentuk uraian : 2 mudah : 2 x 5 x 1 = 10
1 sedang : 1 x 5 x 2 = 10
1 sukar : 1 x5 x 3 = 15
Jumlah skor ideal = 165
Di antara peserta didik suatu kelas yaitu kelas A, B dab C berhasil
mengerjakan soal- soal tes sebagai berikut:
nama Benar-salah Pilihan jamak Bentuk uraian
dibuat benar Dibuat benar Skor no 1 2 3 4
A 30 21 49 31 5 5 3 2
B 25 21 40 31 5 5 3 2
C 25 25 35 30 5 4 5 4
Skor mentah (raw score) mereka masing-masing, bila dengan “rumus
tebakan” (untuk B-S dan pilihan jamak) adalah sebagai berikut:
Si A = (21 – 9) x 1 + (31 – 18 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (2 x 3) = 78 3 – 1
Si B = (21 – 4) x 1 + (31 – 9 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (3 x 3) = 95 3 – 1
Si C = (25 – 0) x 1 + (30 – 5 ) x 2 + (9 x 1) + (5 x 2) + (5 x 3) = 111 3 – 1
Skor akhir A = 78 x 10 = 4,72 (atau 5) 165
22
Skor akhir B = 95 x 10 = 5,75 (atau 6) 165
Skor akhir C = 111 x 10 = 6,72 (atau 7) 165
b. Pengolahan berdasarkan “ukuran relatif (kelompok )”
Pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif ini ditujukan untuk menilai /
mengukur prestasi seseorang dibandingkan dengan nilai prestasi rata-rata dari
kelompoknya. Dengan kata lain, pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif
menentukan kedudukan peserta didik masing-masing di dalam kelasnya. Karena
pengukuran “prestasi seseorang” dalam pengolahan berdasarkan ukuran relatif ini
dibandingkan dengan hasil rata-rata kelompok dalam bilangan, maka kita pergunakan
teknik-teknik statistik yang sederhana yaitu teknik menyusun distribusi frekuensi.
Teknik Menyusun Distribusi Frekuensi Distribusi: penyebaran Frekuensi: berapa
kali datang yang sejenis pada suatu saat tertentu, atau berapa banyaknya yang sejenis
pada suatu kelompok atau berapa kali suatu kelompok muncul dalam kelompok
angka atau skor tertentu.
(1) Data yang mempunyai frekuensi sama
Hasil tes 8 orang peserta didik adalah sebagai berikut: Pada data sebelah kiri
ini kita lihat, bahwa setiap angka hanya diperoleh seorang peserta didik.
Frekuensi setiap angka sama yaitu satu.
(2) Teknik menyusun distribusi frekuensi tidak sama
pada suatu tes, 10 orang peserta didik memperoleh skor sebagai berikut:
dari data hasil tes seperti contoh di samping, ternyata:
yang memperoleh angka 75 = 1 orang
yang memperoleh angka 65 = 2 orang
yang memperoleh angka 60 = 4 orang
yang memperoleh angka 56 = 2 orang
yang memperoleh angka 55 = 1 orang
Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif
Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia
(Scriven) telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif.
Dalam evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk menetapkan keseluruhan
penilaian program. Termasuk menilai keseluruhan manfaat program tertentu
23
dalam hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara
total. Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk
menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam evaluasi
formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini memungkinkan
pengembang kurikulum untuk mengubah dan mengembangkan kurikulum
sebelum menetapkan bentuk final.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam
pelaksanaannya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Dengan tujuan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan meminimalisir kesukaran siswa dalam memahami
pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif penyusunan strategi instruksional
haruslah didasarkan atas tujuan instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Di
samping itu, penyusunan tersebut didasarkan pula atas pertimbangan lain, yaitu hambatan yang
mungkin di hadapi pengembang instruksional atau pengajar seperti waktu, biaya, dan fasilitas.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://amirulbahri.wordpress.com/2011/07/22/evaluasi-sumatif-dan-evaluasi-formatif/.
https://isnaizakiya29.wordpress.com/2014/05/24/desain-pembelajaran-perencanaan-
pembelajaran-dan-kurikulum/
http://kampuspendidikan.blogspot.co.id/2014/02/2-ketrampilan-hidup-yang-fundamental.html
26