Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI ASPEK KETERAMPILAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas OR
Dosen pengampu : Arya T Candra,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 8(6):

ZAKI DIVO MARZUKI 218520100791


M. RIJAL BAIHAQI 218520101271

PENDIDIKAN JASMANI KESEHTAN DAN REKREASI

FAKULTAS OLARAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Pengembangan Alat
Evaluasi Aspek Keterampilan ”.Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Penjas OR.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan yang berjudul “ Pengembangan Alat
Evaluasi Aspek Keterampilan ” ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya di
Fakultas Olahraga Kesehatan (FOK).

Banyuwangi, 19 Novembeer 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Keterampilan Teknis. ..................................................................................................................... 3
2.2 Menyusun Alat Penilaian Hasil Belajar .......................................................................................... 3
2.3 Menyusun Strategi Instraksional .................................................................................................... 6
2.4 Mengembangkan Bahan Instruksional. ......................................................................................... 10
2.5 Menyusun Desain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif dan Formatif. .......................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................ 25
PENUTUP............................................................................................................................................ 25
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................................................... 25
3.2 SARAN ....................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 26

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan ilmu psikologi berperan penting dalam
meningkatkankualitas pendidikan. Berbagai macam landasan pada psikologi ini
menunjang pembelajaranini menjadikan peserta didik merasa menyenangkan ketika di
dalam kelas dan materi pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Tercapainya
tujuan atau kompetensi yangmenunjukkan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.
Hal ini berpengaruh langsung pada peserta didik akan malasnya berangkat ke sekolah,
kurang memperhatikan penyampaianmateri yang disampaikan pendidik dan kurang
berminatnya peserta didik dalam mengerjakantugas yang diberikan oleh pendidik. Hal ini
menyebabkan adanya teori–teori belajar menjadikan bekal sebagai arahan pada pendidik
dalam menjalani proses belajar mengajardengan karater siswa yang beraneka ragam, unik
dan berbagai ciri.
Teori sebagai sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang
menetapkankaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung. Sedang Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman.Perubahan ini harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup
lama. Olehkarena itu sangat dibutuhkan teori-teori belajar. Kebutuhan akan teori menjadi
hal yang penting. Snelbecter dalam Ratna Wilis (1991:1), berpendapat bahwa perumusan
teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagian psikologi dan pendidikan untuk
dapat maju, berkembang dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam
setiap bidang. Untukitu pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
bersifat teoritis dan telahdiuji kebenarannya melalui ekspreimen sangat dibutuhkan.
Kebutuhan akan hal tersebutmelahirkan teori belajar dan teori instruksional. Teori belajar
bersifat deskriptif dalammembicarakan proses belajar, sedangkan teori instruksional lebih
bersifat preskriptif danmenerangkan apa yang harus dilaksanakan untuk membicarakan
masalah-masalah praktisdidunia pendidikan (Snelbecker, 1974 dalam teori, 1997),
sedangkan teori instruksionaladalah preskriptif. Artinya teori belajar mendeskripsikan

1
terjadinya proses belajar, sedangkanteori instruksional mendeskripsikan strategi atau
metode pembelajaran yang optimal untukmemudahkan proses belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang yang sudah penulis uraikan tersebut di atas, makadapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan teknis?
2. Bagaimana cara menyusun alat penilaian hasil belajar?
3. Bagaimana cara menyusun strategi instruksional?
4. Bagaimana mengembangkan bahan instraksional?
5. Bagaimana menyusun desain dan melaksanakan evaluasi sumatif dan formatif?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui keterampilan teknis.
2. Untuk mengetahui cara menyusun alat penilaian.
3. Untuk mengetahui cara menyusun strategi instruksional.
4. Untuk mengembangkan bahan instraksional.
5. Untuk menyusun desain dan melaksanakan evaluasi sumatif dan formatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterampilan Teknis.

Keterampilan teknis adalah kemampuan seseorang melaksanakan bidang tugas


yangdihadapi. Kemampuan ini memungkinkan seseorang disebut tukang, ahli atau pakar di
bidangnya. Sebagai misal, kemampuan pelajar menguasai mata pelajaran dan mengerjakansoal
ujian, tukang kebersihan membersihkan halaman, seorang pakar menganalisis masalah,dokter
menangani pasien, sopir menjalankan kendaraan dan sebagainya.

Kemampuan ini memiliki tingkatan-tingkatan, dan tingkatan tersebut menentukannilai


keahlian seseorang. Keterampilan teknis menentukan nilai keterpercayaan seseorang dihadapan
orang lain yang membutuhkan. Kemampuan tukang kayu membuat mebeler danteknisi
mereparasi kendaraan memungkinkannya dibutuhkan dan dihargai oleh mereka
yangmempekerjakan. Kemampuan siswa mengerjakan soal ujian akan menentukan nilai
yangdiberikan oleh guru atau dosen kepadanya.

Sekolah dan lembaga-lembaga pelatihan pada dasarnya hanya menekankan pembinaan


keterampilan teknis. Siswa dilatih untuk mampu mengerjakan soal melalui proses pembelajaran,
Pelajaran seni dan keterampilan mengajarkan kemampuan menerapkan bidangtersebut. Semakin
tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran menentukan level keberhasilanseseorang.

2.2 Menyusun Alat Penilaian Hasil Belajar

Evaluasi atau penilaian adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui


tingkatkeberhasilan dan efisiensi suatu program. Jadi, pada dasarnya yang dinilai adalah
program,yaitu suau kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, lengkap dengan tujuan
darikegiatan tersebut. Aspek yang dinilai dari program itu ada dua macam, yaitu
tingkatkeberhasilan dan tingkat efisiensi pelaksanaan program.

3
Dalam suatu proses belajar mengajar, yang melaksanakan evaluasi adalah guru,
yaituorang yang merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai
figuryang selalu berinteraksi dengan murid memerlukan evaluasi formatif secara teratur agar
dapatmemperbaiki atau menyempurnakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Selain
itu,gurulah yang paling menghayati permasalahan yangdihadapi oleh murid-muridnya
sehinggadapat mencari upaya cara menanganinya.

Evaluasi atau penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah tindakan yang
telahdikerjakan cukup berhasil atau tidak. Jadi, yang dinilai atau dievaluasi adalah program,
yaitusuatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, lengkap dengna tujuan dari
kegiatantersebut.Ada tiga istilah yang sering digunakan, yaitu berikut ini :

1) Pengukuran

2) Penilaian atau evaluasi

3) Pengambilan keputusan

Ketiga istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda karena tingkat penggunaannyayang
berbeda. Pada pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi ataudata secara
kuantitatif, sedangkan penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah
berhasil dan efisien. Jadi, untuk melakukan penilaian diperlukan data yang baik mutunya dan
salah satu sumber datanya adalah hasil pengukuran.

Pengambilan keputusan atau kebijaksanaan adalah tindakan yang diambil olehseseorang


atau lembaga berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh, atas dasar pengukuran dan
penilaian.

Untuk mengukur prestasi belajar diperlukan alat ukur yang disebut tes. Tes
adalahhimpunan pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang dites (testee). Dalam hal ini
olehsiswa. Dalam tes prestasi belajar, yang hendak diukur adalah tingkat kkemampuan
siswadalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan oleh guru.

1. Syarat-syarat tes yang baik


Tes yang baik mempunyai beberapa syarat-syarat penting sebagai berikut ini :

4
a. Harus valid (sahih) atau hanya mengukur apa yang hendak diukur.Misal, tes untuk
bidang studi IPS, setiap buitir soalnya harus mengukur hanya pengetahuan IPS saja.
Namun, kandang-kadang tidak semua soal yang ada hanyamengukur pengetahuan
IPS. Ada beberapa soal yang sebetulnya mengukur pengetahuan agama atau bahasa.
Jika ada tes yang mengukur lebih dari satu aspek(misalnya, IPS, agama dan bahasa)
maka tes yang demikian disebut tes yang kurangvalid (kurang sahih)
b. Harus andal (reliable)
Keandalan, dalam hal ini meliputi kecermatan atau ketetapan (prescision)
dankeajegan (consistency) dari hasil pengukuran yang dilakukan. Sebuah tes dengan
jumlah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang tentu akan
memberiinformasi yang lebih teliti, dibandingkan tes yagn soalnya sedikit dan
tingkatkesukaraannya rendah (mudah) atau berat sukar (di luar target). Dengan akta
lain,soal-soal sebuah tes tidak boleh terlalu jauh di atas atau di bawah kemampuan
siswadan tingakt kesukaran butir-butir soal sebaiknya homogen. Tidak boleh terlalu
mudahatau terlalu sukar.
2. Merancang Alat Evaluasi atau Tes.
Sebelum menyusun sebuah tes, terlebih dahulu harus memperhatikan hal-hal berikut.
a. Tujuan tes
Dalam bidang pendidikan, tujuan tes dapat dipakai untuk mengetahui penguasaan
peserta didik dalam pokok bahasan atau subpokok bahasan tertentu setelah
materidiajarkan. Selain itu, dapat pula untuk mengethaui kesulitan belajar peserta
didik atausiswa (diagnostik tes). Oleh karena tu, tujuan tes harus dibuat berdasarkan
pokok bahasan/subpokok bahasan yang diajarkan.
b. Penyusunan kisi-kisi tesKisi-kisi tes atau tabel spesifikasi (test blue print), harus
dibuat sebelum seseorangmembuat atau menyusun tes. Kisi-kisi tes merupakan
rambu-rambu ruang lingkupdan isi soal yang akan diajukan. Sebelum membuat kisi-
kisi tes, terlebih dahulu harusmelihat kurikulum sekolah yang berlaku.
3. Menyusun Alat Evaluasi atau Tes
a. Dalam menyusun soal atau tes pertama-tama harus dibuat indikator tes atau
TIK,seperti telah disebutkan, yang langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Memilih Kompetensi Dasar (KD)

5
2) Memilih materi pokok, hasil belajar dan indikator materi
3) Membuat indikator tes atau TIK
4) Menulis soal berdasrakan indikator tes yang telah dibuat

b. Kriteria indikator tes yang baik


1) Membuat ciri-ciri dari TIU yang hendak diukur
2) Membuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur
3) Berkaitan erat dengan materi pokk hasil belajar beserta indikator materi
4) Dapat dibuat soal
c. Kriteria pokok penulisan soal :
1) Harus sesuai dengan indikator tes
2) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
3) Pernyataan yang ada pada pokok soal atau pada pilihan jawaban harussingkat,
padat dan jelas
4) Pokok soal jangan memberi petunjukke arah jawaban yangbenar
5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
6) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
7) Pilihan jawaban jangan menggunakan pernyataan, semua pilihan jawabansalah
atau semua pilihan jawaban benar
8) Pilihan jawaban yang menggunakan angka, harus diurutkan dari kecil ke besar
9) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar
10) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal-soal sebelumnya.

2.3 Menyusun Strategi Instraksional


Strategi intruksional adalah suatu komponen sistem intruksional yang masihterbelakang.
Ia masih belum berkembang seperti komponen- komponen yang lain. MenurutDick dan
Carey (1985) mengatakan bahwa strategi intruksional menjelaskan komponen-komponen
umum dari suatu set bahan intruksional dan prosedur prosedur yang akandigunakan bersama
bahan- bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu padasiswa.

6
Penyusunan strategi instruksional haruslah didasarkan atas tujuan instruksional yangakan
dicapai sebagai kriteria utama. Di samping itu, penyusunan tersebut didasarkan pula atas
pertimbangan lain, yaitu hambatan yang mungkin di hadapi pengembang instruksional atau
pengajar seperti waktu, biaya, dan fasilitas. Tidak ada strategi yang tepat untuk
mencapaisemua tujuan misalnya pada urutan kegiatan instruksional pada penyajian, belum
tentu selaluUCL (uraian, contoh, dan latihan) mungkin dapat berbentuk CUL. Sedangkan
urutan kegiataninstruksional pada pendahuluan yang tersusun DRT (deskripsi singkat,
relevansi, dan TIK)dan penutup yang terdiri dari TUT (tes formatif, umpan balik, dan tindak
lanjut) tampaknyatidak perlu mengalami perubahan. Setiap urutan kegiatan seperti DRT-
UCL-TUT atau urutanyang lain, selalu diikuti pemilihan metode dan media serta penentuan
waktu untuk mencapai tujuan instruksional khusus. Khusus penentuan waktu bagi setiap
kegiatan, di samping menggunakan kegiatan sebagai suatu kriteria, pengembang
instruksional juga menggunakan jenis metode dan media sebagai kriteria lain. Ini berarti
penentuan waktu setiap kegiatan tersebut dilakukan atas pertimbangan langkah dalam urutan
kegiatan seperti D,R,T,U,C,L,T,U dan komponen metode dan media yang digunakan.
Perubahan pada metode dan media tersebut memungkinkan perubahan waktu yang
dibutuhkan pengajar dan siswa. Oleh karena itu, penyusunan strategi instruksional harus
dilakukan dengan mengintegrasikan keempat komponen yang tergabung di dalamnya, yaitu
urutan kegiatan instruksional, metode, media dan waktu.
Berikut ini diuraikan bagaimana mengisi tabel untuk menyusun strategi instruksional
Menurut Ihwanadani:
1. Mengisi nomor TIK yang strategi instruksionalnya akan disusun. Ini berarti bahwa
pengembang instruksional akan menyusun satu strategi instruksional untuk satu TIK.
2. Kolom satu telah di isi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup. Urutan ini tidak
perlu di rubah. Pada kolom dua anda mulai memikirkan urutan kegiatan instruksional
yang sesuai untukmenghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercantum
dalam TIK.
a. Kolom pendahuluan ada tiga kegiatan yang harus anda isikan, yaitu: D (Deskripsi
Singkat), R (Relevansi), dan T(Tujuan Instruksional Khusus). Urutan mana yang
ingin anda gunakan? DRT, RTD, TDR, RDT, DTR atau TRD. Mengapa anda
memilihnya, mengapa tidak urutan yang lain? Rasional pemilihan urutan ini penting

7
untuk anda jawab sendiri agar anda lebih menyelami kebaikan urutan kegiatan yang
anda lakukan. Urutan mana pun yang anda pilih, ketiga kegiatan tersebut haruslah
lengkap.
b. Dalam penyajian anda kegiatan yang harus anda isikan dalam tabel, yaitu: U (Uraian),
C (Contoh), dan L (Latihan). Urutan mana yang akan anda pilih? UCL, CLU, LUC,
CUL, ULC atau LCU? Pemilihan tersebut sangat penting untuk anda jawab sendiri.
Beberapa pedoman yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan urutan
kegiatan dalam penyajian adalah sebagai berikut:
1) UCL adalah penyajian yang konservatif dimulai dengan memberikan uraian
tentang pengertian suatu konsep, prinsip atau prosedur, diikuti dengan contoh
penerapannya dalam kehidupan sehri-hari dan diakhiri dengan latihan untuk
menguasainya. Dalam metode instruksional urutan kegiatan dalam penyajian ini
disebut metode deduktif. Secara logis siswa akan bergerak dari hal yang bersifat
umum kepada yang khusus. Strategi ini sesuai untuk kebanyakan siswa dan
kebanyakan tujuan instruksional, khususnya untuk mengajarkan terminology dan
teknik melaksankan sesuatu yang sebelumnya masih belum dikenal siswa.
2) CLU adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh atau kasus diikuti oleh
latihan memecahkannya dan diakhiri dengan uraian atau generalisasi dari isi
pelajaran. Secara logis siswa akan bergerak dari yang khusus menuju yang umum.
Metode instruksional urutan ini dikenal dengan metode induktif. Strategi ini
sesuai untuk mengajarkan sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
untuk siswa yang telah mempunyai latar belakang atau pengalaman cukup dalam
bidang yang dipelajari.
3) LUC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian latihan atau percobaan diikuti
dengan uraian dan diakhiri dengan contoh. Urutan penyajian ini tepat digunakan
untuk menimbulkan dinamika siswa dalam belajar melalui coba- coba. Tetapi,
latihan tersebut tidak boleh diberikan terlalu lama agar tidak menimbulkan
frustasi. Siswa harus segera diberi uraian tentang isi pelajaran dan contoh
penerpannya. Urutan kegiatan ini sangat sesuai untuk mengajarkan sesuatu yang
tidak mudah menimbulkan bahaya bagi siswa yang telah mempunyai latar
belakang pengetahuan dalam bidang yang sedang dipelajari.

8
4) CUL adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh diikuti dengan uraian
tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang terkandung di dalamnya dan diakhiri
dengan latihan menerapkannya. Strategi ini sama dengan CLU, bergerak dari hal-
hal yang bersifat khusus menuju umum. Urutan penyajian ini lebih tepat untuk
siswa yang baru mempunyai pengalaman sedikit dalam bidang tersebut.
5) ULC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian uraian diikuti dengan uaraian
tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang dipelajari diikuti dengan latihan untuk
menguasainya dan akhirnya ditutup dengan contoh penerapan apa yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari- hari. Urutan penyajian ini sesuai untuk
mengajarkan keteampilan gerak melalui penjelasan, kemudian percobaan
melakukan gerak. Selanjutnya baru di susul dengan contoh untuk mambandingkan
apa yang dilakukannya dengan yang seharusnya.
6) LCU adalah penyajian yang memberikan kesempatan mencoba terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan contoh untuk perbandingan dan diakhiri dengan uraian
atau kesimpulan. Urutan penyajian ini tepat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas dan keberanian siswa mencobakan ide yang ada pada dirinya. Karena
proses ini melalui kegiatan mempelajari coba-coba, sesuatu yang tepat digunakan
untuk tidak berbahaya, tidak mengandung resiko tinggi atau digunakan untuk
siswa yang telah memiliki latar belakang cukup dalam bidang tertentu.
3. Seluruh kolom 2 diisi dengan pertimbngan di atas. Dengan selesainya pengisian seluruh
kolom 2 yang menunjukkan urutan kegiatan instuksional. Selanjutnya memasuki kolom 3
dengan rosedur pengisian yang berbeda. Bila anda perhatikan akan tampak bahwa kolom
3 masih berada di awah urutan kegiatan instruksional. Kolom tersebiut diisi dengan garis-
garis besar materi yang akan iberikan pengajar dalam setiap urutan kegiatan. Dalam
kolom 3 ini pendesain instruksional enuliskan materi atau isi pelajaran secara singkat
untuk setiap TIK dimulai dari pendahuluan sampai ada penutup. Dengan demikian isi
pelajaran tersebut tidak saja mencerminkan apa (what ) tetapi juga ara atau langkah-
langkah ( how ).
4. Sebelum meneruskan pada berisi R atau T, isilah lebih dahulu kolom 4, 5, dan 6 yang
sehubungan dengan baris D. kolom 4 tentang metode yang akan digunakan ntuk kegiatan
D, dan kolom 5 tentang media yang dipilih untuk digunakan, sedangkan kolom 6 entang

9
waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan D tersebut. Demikian pula pengisian R, T, dan
elanjutnya, diselesaikan baris demi baris.

2.4 Mengembangkan Bahan Instruksional.


Dalam desain sistem pembelajaran, model biasanya menggambarkan langkah-
langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menarik. Jadi suatu model dalam pengembangan pembelajaran
adalah suatu proses yang sistematik dalam desain, konstruksi, pemanfaatan, pengelolaan,
dan evaluasi sistem pembelajaran.

Berdasarkan pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka diperlukan


sekurang-kurangnya lima kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran yaitu:
1) mempunyai tujuan; 2) keserasian dengan tujuan; 3) sistematik; 4) mempunyai kegiatan
evaluasi; dan 5) menyenangkan. Oleh karena itu, sistem pembelajaran dapat diibaratkan
sebagai proses produksi yang terdiri dari bagian input-proses-output, yang saling
terintegrasi.

Secara rinci tahap MPI (Model Pengembangan Instruksional dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional dan Menulis Tujuan Instruksional


Umum. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional adalah suatu proses untuk: a)
menentukan kesenjangan penampilan siswa yang disebabkan kekurangan
kesempatan mendapatkan pendidikan dan pelatihan pada masa lalu; b)
mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional yang paling tepat; c) menentukan
populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan instrusional tersebut. Dari
kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional diperoleh jenis pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang tidak pernah dipelajari atau belum dilakukan dengan
baik oleh siswa. Jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap tersebut masih
bersifat umum atau garis besar saja, yang merupakan hasil belajar yang
diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar ini disebut Tujuan
Instruksional Umum (TIU), karena sifatnya yang masih umum.

10
2. Melakukan analisis intruksional Analisis instruksional adalah proses menjabarkan
perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Perilaku-perilaku
khusus disusun sesuai dengan kedudukannya, misalnya kedudukannya sebagai
perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih
dulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dulu atau secara
kronologis terjadi lebih awal.
3. Mengidentifikas Perilaku dan Karakteristik Siswa\ Mengidentifikasi perilaku awal
siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran,
serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk
menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti
pelajaran tersebut.
4. Menulis Tujuan Instruksional Khusus Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
terjemahan dari specific instructional objective. Literature asing menyebutkan
pula sebagai objective atau enabling objective untuk membedakannya dari general
instructional objective, goal, atau terminal objective, yang berarti tujuan
instructional umum (TIU) atau tujuan instruktional akhir. TIK dirumuskan dalam
bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable). TIK merupakan satu-
satunya dasar untuk menyusun kisi-kisi tes, karena itu TIK harus mengandung
unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat
mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di
dalamnya.
5. Menulis Tes Acuan Patokan
Tes acuan patokan dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan setiap siswa
terhadap perilaku yang tercantum dalam TIK. Adapun langkah-langkah dalam
menyusun tes acuan patokan adalah sebagai berikut: a) menentukan tujuan tes; b)
membuat table spesifikasi untuk setiap tes yaitu daftar perilaku, bobot perilaku,
persentase jenis tes, dan jumlah butir tes; c) menulis butir tes; d) merakit tes; e)

11
menulis petunjuk; f) menulis kunci jawaban; g) mengujicobakan tes; h)
menganalisis hasil ujicoba; i) merevisi tes.

2.5 Menyusun Desain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif dan Formatif.


Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti
perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu
manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan
istilah planning yaitu “Persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah
penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu”. Desain pembelajaran menurut istilah dapat didefinisikan: “ Proses untuk
menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan
pengetahuan dan keterampilan pada diri pembelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth).”
Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian
untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan (Briggs). Proses untuk merinci
kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan
tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang
terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari
analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey
AECT 1994).
Suatu proses desain dan sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa
yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika
analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen (Morisson,
Ross & Kemp 2007).
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain
instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan
antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau
outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.
1. Tujuan Desain Pembelajaran

12
Tujuan desain pembelajaran adalah mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi. Menurut Morisson, Ross & Kemp
(2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran, yaitu :
 Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau
peserta ajar)
 Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
 Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi pembelajaran)
 Bagaiamanakan cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?
(prosedur evaluasi).

2. Peran Desain Pembelajaran


 Agar belajar dapat bermakna dan efektif.
 Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
 Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
 Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan.
3. Fungsi desain pembelajaran
 Meningkatkan kemampuan pembelajaran (instruktur, guru, widyaiswara, dosen,
dll)
 Menghasilkan sumber belajar.
 Mengembangkan sistem belajar mengajar.
 Mengembangkan organisasi menjadi organisasi belajar.
 Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
 Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan
 Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
 Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketetapan dan kelambatan kerja.
 Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
 Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
4. Model Desain Pembelajaran

13
Model desain pembelajaran sangat diperlukan, karena dapat :
 Pengembangan kemampuan guru atau dosen.
 Pengembangan sumber belajar.
 Pengembangan sistem pembelajaran.
 Pengembangan organisasi.
5. Evaluasi sumatif dan formatif
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan,
organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi,
maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-dasar evaluasi dapat membantu
para pengembang kurikulum untuk merancang evaluasi yang sesuai kajian-kajian teoritis
yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil
belajar, tetapi juga harus dilakukan revisi desain pengajaran itu sendiri.
a. Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-
tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada
setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik“telah terbentuk” sesuai dengan

tujuan pengajaran yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas
evaluasi formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam
bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175) perlu
meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya
evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
2. Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh
Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang
penjabarannya sebagai berikut:

14
1. Manfaat bagi siswa:
a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai
bahan program secara menyeluruh atau belum
b. Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa
untuk belajar giat
c. Untuk perbaikan belajar siswa
d. Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2. Manfaat bagi guru:
a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa
b. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dikuasai siswa
3. Manfaat bagi program sekolah:
a. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat atau tidak
b. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan
c. Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
hasil yang akan dicapai atau tidak
d. Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan
sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)

3. Waktu Pelaksanaan

Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit
pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya
mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.

4. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai

Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung terbatas pada segi
kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus
pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif

15
tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran
yang cukup panjang.

5. Cara Menyusun Soal

Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan
sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh
karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke
dalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya
pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.

6. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan


Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka sasaran penilaian adalah kecakapan
nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam penilaian evaluasi formatif
adalah penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak.
7. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. Cara-cara tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Dengan
melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh mana tujuan
khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal telah dicapai atau
dikuasai oleh kelas.
b. Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Dengan
kata lain, berapa persen kah dari bahan yang telah disajikan itu dikuasai kelas.
Cara pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan, apakah
keterangan apakah kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan telah tercapai.
c. Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik
dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru akan dapat
mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik atas bahan yang
telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat keberhasilan setiap peserta
didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria
keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
8. Penggunaan Hasil Evaluasi

16
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan
untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
a. Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru
dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal
tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
b. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan,
guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar.
Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan
mencari sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa
yang perlu diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien
dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
c. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik
dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan
atau pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani
dan Ahmadi, 1991: 173-175)
9. Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif dengan berbagai
pengolahan:
a. Mengolah hasil setiap tujuan khusus pengajaran (TKP)
TKP merupakan penjabaran dari pokok bahasan dalam satuan pengajaran.
Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada setiap soal dari
keseluruhan peserta didik pengikut tes. Misalnya: pada satuan pelajaran IPA
untuk SD kelas V berdasarkan TKP-TKP yang ada disusun soal-soal tes sebagai
alat evaluasi. Setelah tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen
peserta didik yang gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : IPA Catur wulan I
Kelas V
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :

17
- tumbuh tumbuhan dan peristiwa alam
- hewan dan peristiwa alam
Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
- Sebutkan manfaat hutan bagi manusia ? 25 %
- Apakah yang terjadi ketika terjadi penebangan hutan secara liar ? 10 %
Soal no
1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta didik yang menjawab
dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta didik yang gagal. Jadi: 10 x 100 % =
25 % peserta didik yang gagal.
40

2. Mengolah hasil evaluasi sebagai nilai harian

Pada pengolahan evaluasi ini, pengolahan didasarkan atas “ukuran mutlak”


dengan

mempergunakan rumus:
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Skor akhir yang diperoleh peserta didik ialah skor ideal atau skor yang berupa raw
score (skor mentah) yang dicapainya, dibagi dengan skor ideal (skor tertinggi
yang mungkin dicapai bila semua soal dikerjakan benar), kemudian hasil baginya
dikalikan 10 (bila menggunakan skala 10 atau dikalikan dengan 100 (bila
menggunakan skala 100). Kalau peserta didik (Abdullah) memperoleh dari 20
soal tersebut skor realnya 86, maka nilai akhir peserta didik tersebut adalah: 86 x
10 = 8.6 (dalam skala 10)
100
b. Evaluasi Sumatif

18
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan
setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari
evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam
jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya evaluasi formatif yang
dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan
Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179), untuk membahas evaluasi
sumatif ini, perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami
bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau
hasil belajar peserta didik.
b. Manfaat Evaluasi Sumatif Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang
didapat dari evaluasi sumatif:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok
dalam menerima program berikutnya
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti
pada akhir program pengajaran.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang,
maka aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif
(pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
e. Cara Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran
penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika soal-

19
soalnya disusun atas dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti pada
evaluasi formatif. Akan tetapi penyusunan soal-soalnya harus didasarkan pada
tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di dalam program pengajaran
tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi sumatif itu untuk menentukan angka
kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan kenaikan
kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal harus
diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa sehingga
mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya perbandingannya
sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak demikian. Masalah
tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian dapat memberi
gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau kepandaian
tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini
diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus
mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang
kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu soal
itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu dicobakan. Untuk
itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai teknik penilaian
pendidikan yang menyangkut masalah “analisis soal”.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menilai: 1) penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan 2) penilaian
yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada dua pendekatan dalam mengevaluasi,
maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan
hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus
dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik.

20
2) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk
mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai
yang standar seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 – 100. Untuk merubah
nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian
tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b. Menghitung angka rata-rata
c. Menghitung standar devisi
d. Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
e. Penggunaan Hasil Evaluasi

h. Pada evaluasi sumatif, hasilnya digunakan antara lain sebagai berikut:


a. Menentukan kenaikan kelas
b. Menentukan angka raport
c. Mengadakan seleksi
d. Menentukan lulus tidaknya peserta didik
e. Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik
lainnya dalam kelompok yang sama

i. Contoh Evaluasi Sumatif


Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi sumatif dengan
berbagai pengolahan: (Rohani dan Ahmadi, 1991: 192-194)
a. Pengolahan berdasarkan “ukuran mutlak”
Pengolahan skor mentah (raw score) dengan ukuran mutlak dalam standar atau skala
10 dengan mempergunakan ketentuan rumus
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal

21
10: skor 1-10
Contoh:
Di dalam evaluasi sumatif dari suatu bidang pengajaran dibuat soal-soal sebagai
berikut:
a) Tes bentuk B – S : 30 soal, skor 1 untuk setiap soal yang benar
b) Tes bentuk pilihan jamak : 50 soal, n = 3 skor 1 per soal yang benar
c) Tes bentuk uraian : 4 soal, skor 5 untuk setiap soal yang benar dan memakai
bobot 2 soal mudah berbobot 1 masing-masingnya.
- 1 soal sedang berbobot 2
- 1 soal sukar berbobot 3
Skor tertinggi yang mungkin dicapai peserta (disebut juga skor ideal) dari tes
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes benar – salah : 30 x 1 = 30
b) Tes pilihan jamak : 50 x 2 = 100
c) Tes bentuk uraian : 2 mudah : 2 x 5 x 1 = 10
1 sedang : 1 x 5 x 2 = 10
1 sukar : 1 x5 x 3 = 15
Jumlah skor ideal = 165
Di antara peserta didik suatu kelas yaitu kelas A, B dab C berhasil
mengerjakan soal- soal tes sebagai berikut:
nama Benar-salah Pilihan jamak Bentuk uraian
dibuat benar Dibuat benar Skor no 1 2 3 4
A 30 21 49 31 5 5 3 2
B 25 21 40 31 5 5 3 2
C 25 25 35 30 5 4 5 4
Skor mentah (raw score) mereka masing-masing, bila dengan “rumus
tebakan” (untuk B-S dan pilihan jamak) adalah sebagai berikut:
Si A = (21 – 9) x 1 + (31 – 18 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (2 x 3) = 78 3 – 1
Si B = (21 – 4) x 1 + (31 – 9 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (3 x 3) = 95 3 – 1
Si C = (25 – 0) x 1 + (30 – 5 ) x 2 + (9 x 1) + (5 x 2) + (5 x 3) = 111 3 – 1
Skor akhir A = 78 x 10 = 4,72 (atau 5) 165

22
Skor akhir B = 95 x 10 = 5,75 (atau 6) 165
Skor akhir C = 111 x 10 = 6,72 (atau 7) 165
b. Pengolahan berdasarkan “ukuran relatif (kelompok )”
Pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif ini ditujukan untuk menilai /
mengukur prestasi seseorang dibandingkan dengan nilai prestasi rata-rata dari
kelompoknya. Dengan kata lain, pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif
menentukan kedudukan peserta didik masing-masing di dalam kelasnya. Karena
pengukuran “prestasi seseorang” dalam pengolahan berdasarkan ukuran relatif ini
dibandingkan dengan hasil rata-rata kelompok dalam bilangan, maka kita pergunakan
teknik-teknik statistik yang sederhana yaitu teknik menyusun distribusi frekuensi.
Teknik Menyusun Distribusi Frekuensi Distribusi: penyebaran Frekuensi: berapa
kali datang yang sejenis pada suatu saat tertentu, atau berapa banyaknya yang sejenis
pada suatu kelompok atau berapa kali suatu kelompok muncul dalam kelompok
angka atau skor tertentu.
(1) Data yang mempunyai frekuensi sama
Hasil tes 8 orang peserta didik adalah sebagai berikut: Pada data sebelah kiri
ini kita lihat, bahwa setiap angka hanya diperoleh seorang peserta didik.
Frekuensi setiap angka sama yaitu satu.
(2) Teknik menyusun distribusi frekuensi tidak sama
pada suatu tes, 10 orang peserta didik memperoleh skor sebagai berikut:
dari data hasil tes seperti contoh di samping, ternyata:
yang memperoleh angka 75 = 1 orang
yang memperoleh angka 65 = 2 orang
yang memperoleh angka 60 = 4 orang
yang memperoleh angka 56 = 2 orang
yang memperoleh angka 55 = 1 orang
Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif
Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia
(Scriven) telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif.
Dalam evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk menetapkan keseluruhan
penilaian program. Termasuk menilai keseluruhan manfaat program tertentu

23
dalam hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara
total. Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk
menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam evaluasi
formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini memungkinkan
pengembang kurikulum untuk mengubah dan mengembangkan kurikulum
sebelum menetapkan bentuk final.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam
pelaksanaannya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Dengan tujuan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan meminimalisir kesukaran siswa dalam memahami
pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif penyusunan strategi instruksional
haruslah didasarkan atas tujuan instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Di
samping itu, penyusunan tersebut didasarkan pula atas pertimbangan lain, yaitu hambatan yang
mungkin di hadapi pengembang instruksional atau pengajar seperti waktu, biaya, dan fasilitas.

3.2 SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://amirulbahri.wordpress.com/2011/07/22/evaluasi-sumatif-dan-evaluasi-formatif/.

https://isnaizakiya29.wordpress.com/2014/05/24/desain-pembelajaran-perencanaan-
pembelajaran-dan-kurikulum/

http://kampuspendidikan.blogspot.co.id/2014/02/2-ketrampilan-hidup-yang-fundamental.html

26

Anda mungkin juga menyukai