Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN DIENIS


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Matematika SD/MI
Dosen Pengampu : Aryadi Nursantoso, M.Pd.

Oleh:
Agustina Eka Anggraeni (2019030051)
Ridwanto (2019030211)
Ahmad Fauzi (2019030204)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Wonosobo, 07 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….  

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………

BAB I PENDAHUHULAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………………….


2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………
3. Tujuan ………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Belajar  menurut Z. P. Dienes   …………………………


1. Mengenal Dienes ………………………………………………………..
2. Teori Belajar Dienes …………………………………………………….
B. Penerapan Teori Belajar Dienes dalam Pembelajaran Matematika …………
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Dienes ……………………………….

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………………….
2. Saran ……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh
pendidik yang bertujuan untuk mengukur dan mengendalikan mutu pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui informasi tentang
perkembangan kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan.
Menurut Brownell (dalam Reys, Suydam, Linquist, & Smith, 1998) oleh Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan (2007: 163) matematika dapat dipandang sebagai
suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan antar aspek-
aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan
melainkan aspek penalaran atau intelegensi anak.
Sejauh ini dalam evaluasi pembelajaran matematika hanya menekankan pada
mengukur sejauh mana pengetahuan siswa terhadap suatu materi tanpa memperhatikan
kemampuan yang dimiliki siswa. Padahal dalam mempelajari matematika
membutuhkan beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa yang salah satunya
kemampuan penalaran matematik.
Wijaya Ariyadi (2012: 2) menyatakan bahwa Indonesia telah berpartisipasi
dalam Programme for International Student Assessment (PISA) sejak PISA
pertama kali dilaksanakan di tahun 2000. Dari hasil PISA Matematika tahun
2009, sekitar sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33.1%) hanya bisa
mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara
eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan
secara tepat. Hanya 0.1% siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan
mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir
dan penalaran.
Berdasarkan pernyataan di atas menunjukan bahwa kemampuan berpikir dan
penalaran matematik siswa masih rendah. Hal tersebut dikarenakan kurang dilatihnya
kemampuan berpikir matematik. Andrew Noyes (2007), dalam bukunya yang berjudul
“Rethinking School Mathematics”, dikutip oleh Wijaya (2012: 5) meyakini bahwa
banyak siswa cenderung dilatih untuk melakukan perhitungan matematika daripada
dididik untuk berpikir matematis.

1
2

Berdasarkan hasil pengamatan dan melakukan wawancara dengan guru mata


pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Rajagaluh, dalam evaluasi pembelajaran
matematika guru cenderung menilai ketuntasan belajar siswa atau hasil belajar siswa,
dengan mengesampingkan penilaian kemampuan matematika siswa terutama
kemampuan penalaran. Sebagian besar kemampuan penalaran matematik siswa di
SMP Negeri 1 Rajagaluh masih rendah.
Kemampuan penalaran matematik merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki oleh siswa dan dilatihkan sejak dini. Pentingnya kemampuan tersebut
terlihat di dalam Standar Isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan
bahwa tujuan mata pelajaran matematika di SMP/MTs adalah agar siswa mampu
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
Begitupun didalam Kurikulum 2013, dijelaskan pada Kompetensi Inti (KI.4)
bahwa dalam pembelajaran matematika untuk SMP kelas VIII dan IX adalah
mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret sesuai dengan yang dipelajari
disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori. Dalam
kurikulum 2013 mengharapkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan
menggunakan kemampuan berpikir siswa, yang salah satunya adalah kemampuan
penalaran matematik.
Salah satu alat atau instrumen yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran
adalah tes. Menurut pakar pendidikan seperti Sudijono (1996), Anastasi dan Turabian
(1997), Cronbach (1984), Bruce (1978) dan Norman (1976) dalam Ali Hamzah (2014:
100) Tes diartikan sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis yang dipergunakan
untuk mengukur dan menilai suatu pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap
seperangkat konten dan materi tertentu.
Instrumen tes yang digunakan harus sesuai dengan apa yang hendak akan
diukur dan instrumen yang telah terstandarisasi. Menurut Hendriana (2014: 56)
menyatakan bahwa suatu alat ukur harus memiliki tiga karakteristik utama yaitu
validitas, reliabilitas, objektivitas, keterpakaian dan ekonomis. Tes dikatakan standar
jika tes tersebut mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi serta telah diuji
kelayakan penggunaannya. Hasil dari tes tersebut dapat menunjukan tingkat
kemampuan siswa pada bidang tertentu.
3

Tes uraian dapat bersifat tertutup yaitu mempunyai satu jawaban atau cara
penyelesaian, atau bersifat terbuka (open-ended) yaitu mempunyai lebih dari satu
jawaban dan atau cara penyelesaian (Hendriana & Utari Soemarmo, 2014: 73). Tes
yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi biasanya menggunakan tes uraian
tertutup. Soal yang diberikan dalam tes tersebut disebut sebagai masalah tertutup atau
pertanyaan yang biasa digunakan pada soal yang hanya menuntut siswa untuk
menyelesaikan atau menghitung. Tes tersebut menyebabkan kurangnya kreativitas
siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Padahal setiap siswa
mempunyai karakteristik berbeda dalam penyelesaian masalah, terutama pada soal
matematika.
Untuk mencapai tujuan evaluasi dalam pembelajaran matematika perlu
dikembangkan instrumen atau soal-soal yang bisa menumbuhkan pola pikir matematik
terutama kemampuan penalaran siswa. Menurut Hendriana (2014: 17) menyatakan
bahwa guru harus aktif mengembangkan kemampuan kreatif siswa, gunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka (divergen), karena pertanyaan seperti tersebut
menuntun siswa untuk membuat dugaan, membuat hipotesis, mengecek benar
tidaknya hipotesis, meninjau penyelesaian secara menyeluruh, kemudian mengambil
kesimpulan.
Namun karena kebanyakan siswa cenderung dilatih dengan pemberian soal-
soal yang mengarah pada sejauh mana pengetahuan siswa terhadap suatu materi,
sedangkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan
bernalar jarang dilakukan. Salah satu kendalanya yaitu guru belum mampu membuat
sendiri soal-soal yang terkait untuk mengukur kemampuan penalaran matematik siswa
karena masih sedikitnya referensi terkait soal penalaran matematik. Atas dasar inilah
dilakukan penelitian pengembangan mengenai instrumen untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa. Instrumen tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan penalaran matematik siswa dalam proses evaluasi
pembelajaran Matematika.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mengukur kemampuan penalaran matematik
siswa dalam evaluasi pembelajaran matematika masih jarang dilakukan Dengan
demikian, peneliti akan membahas penelitian mengenai bagaimanakah
“Pengembangan Tes Jenis Open-ended untuk Mengukur Kemampuan Penalaran
Matematik Siswa”.
4

Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Beberapa siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menuntut
untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan
penalaran matematik. Salah satu kendalanya adalah guru jarang memberikan latihan
soal yang merangsang siswa untuk menyelesaikannya dengan menggunakan
kemampuan penalaran matematik.
2. Sebagian besar guru belum mampu membuat sendiri soal-soal yang terkait untuk
mengukur kemampuan penalaran matematik. Diantara kendalanya adalah masih
sedikitnya referensi terkait soal penalaran matematik yang dikembangkan.
3. Evaluasi proses pembelajaran matematika yang terkait kemampuan penalaran
matematik siswa jarang dilakukan. Diantara kendalanya adalah belum tersedianya
instrumen tes evaluasi yang khusus untuk mengukur kemampuan penalaran
matematik siswa.
4. Instrumen untuk mengakses kemampuan penalaran matematik masih belum banyak
tersedia.
Batasan Masalah
Permasalahan yang terkait evaluasi pembelajaran matematika sebagaimana
yang telah diidentifikasi diatas maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar
penelitian ini menjadi terfokus dan terarah, yaitu :
1. Permasalahan yang dibahas hanya terkait pada belum tersedianya intrumen tes
evaluasi yang khusus untuk mengukur kemampuan penalaran matematik siswa.
Sehingga fokus kajian penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen tes
kemampuan penalaran matematik siswa.
2. Produk yang dikembangkan berupa instrumen tes jenis open-ended untuk
mengukur kemampuan penalaran matematik siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang telah diuraikan diatas maka pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah potensi masalah terkait pengembangan tes penalaran matematik
siswa?
5

2. Bagaimanakah konstruk dan desain instrumen tes untuk mengukur kemampuan


penalaran matematik siswa?
3. Bagaimanakah hasil validasi pada instrumen tes untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa berdasarkan expert judgment?
4. Bagaimanakah desain hasil revisi instrumen tes untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa yang telah dikembangkan?
5. Bagaimanakah analisis data hasil ujicoba instrumen tes untuk mengukur
kemampuan matematik siswa yang telah dikembangkan?
6. Bagaimanakah kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan hasil tes yang
telah dikembangkan?
Tujuan Penelitian
Berawal dari pembatasan dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui potensi masalah terkait pengembangan tes penalaran matematika
siswa.
2. Untuk mengetahui konstruk dan desain instrumen tes untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa.
3. Untuk mengetahui hasil validasi pada instrumen tes untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa berdasarkan expert judgment.
4. Untuk mengetahui desain hasil revisi instrumen tes untuk mengukur kemampuan
penalaran matematik siswa yang telah dikembangkan.
5. Untuk mengetahui analisis data hasil ujicoba instrumen tes untuk mengukur
kemampuan matematik siswa yang telah dikembangkan.
6. Untuk mengetahui kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan hasil tes
yang telah dikembangkan.
Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian adalah:
1. Secara Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperkaya hasil
penelitian yang telah ada dan dapat memberikan informasi mengenai
pengembangan tes yang terstandar untuk mengukur kemampuan penalaran
matematik siswa.
6

b. Menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama


mengenai pengembangan tes jenis open-ended untuk mengukur
kemampuan penalaran matematik siswa.
c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga dan dapat
dijadikan sebagai bekal dalam penyusunan karya ilmiah selanjtunya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Sebagai latihan dalam menyelesaikan permasalahan dengan
soal-soal kemampuan penalaran matematik siswa.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan
sistem penilaian tes dalam mata pelajaran disekolah. Untuk
mengetahui perkembangan setiap peserta didik dan kemampuan
penalaran matematik yang dimiliki siswa, serta untuk mengetahui
dapat tidaknya peserta didik mengikuti program pengajaran
berikutnya atau tingkat yang lebih tinggi.
c. Bagi Peneliti
Sebagai suatu pengalaman berharga bagi seorang calon
guru profesional yang selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk
mengembangkan instrumen dalam evaluasi pembelajaran.
d. Bagi peneliti lain
Agar menjadi motivasi untuk mengadakan penelitian yang
lebih mendalam tentang pembuatan sumber belajar khususnya dalam
pengembangan tes standar untuk mengukur kemampuan penalaran
matematik.
Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini
adalah sebagai
berikut:
1. Instrumen tes kemampuan penalaran matematik siswa,
2. Instrumen tes kemampuan penalaran matematik siswa dapat digunakan
dalam evaluasi pembelajaran matematika.
7

Anda mungkin juga menyukai