Anda di halaman 1dari 6

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hal yang melatarbelakangi saya menyusun proposal ini adalah karena adanya kesenjangan antara tujuan
pembelajaran matematika yang hendak dicapai dan kenyataan di lapangan. Adapun tujuan pembelajaran
matematika diIndonesia tercantum dalam (Permendikbud) No. 21 tahun 2016 untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, cermat dan teliti. Salah satu kemampuan berpikir yang
dikembangkan dalam matematika adalah kemampuan berpikir reflektif. Berdasarkan tujuan tersebuttampak
bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran
matematika.

Akan tetapi, pada kenyataannya, beradasarkan hasil studi yang dilakukan oleh The Trend International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 dan Program for International Student Assesment
(PISA) tahun 2015 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa Indonesia masih
tergolong rendah.

Rendahnya kemampuan berpikir reflektif matematis siwa juga terjadi di SMP Negeri 36 Bandarlampung
Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar siswa mengalami kesulitan ketika menghadapi permasalahan
yang berbentuk soal kontekstual yang berkaitan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa
mengalami kesulitan untuk melakukan analisis dan menghubungkan masalah yang diberikan dengan
masalah yang pernah dihadapi sebelumnya. Hal demikian merupakan indikator dari kemampuan berpikir
reflektif matematis siswa. Begitu pula untuk hasil wawancara dengan guru, diketahui nilai rata-rata
Penilaian Tengah Semester (PTS) yang memuat soal menguraikan dan merekontruksi situasi-situasi pada
materi bilangan bulat dan himpunan sebesar 68,57. Nilai ini masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu sebesar 74. Hasil observasi dan wawancara tersebut memberikan kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa masih rendah.

Selain kemampuan berpikir reflektif, terdapat faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan masalah tertentu. Faktor internal yang dimaksud adalah self-efficacy siswa. Peserta didik juga
memerlukan self-efficacy didalam kehidupan sehari-hari sehingga meningkatkan self-efficacy peserta didik
perlu diperhatikan sebagai pendukung dalam proses berpikir reflektif. Pada wawancara beberapa siswa SMP
Negeri 36 Bandarlampung, siswa lebih terfokus pada kesulitan soal yang diberikan. Siswa kesulitan dalam
menghubungkan pengetahuan lamanya untuk mendapatkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Jika
siswa diberikan soal non rutin, siswa tidak percaya diri atau merasa “takut salah” sehingga banyak dari
mereka yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-efficacy
siswa dengan melakukan pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk memahami materi secara
mendalam dan luas dengan mengaitkan pengetahuan yang pernah diperoleh dengan materi yang baru
sehingga kepercayaan diri siswa akan timbul. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review
(PQ4R).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai “Apakah
model pembelajaran PQ4R efektif ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-efficacy
siswa?”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran PQ4R efektif ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-efficacy siswa.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang
berkaitan dengan model pembelajaran PQ4R serta kaitannya dengan kemampuan berpikir reflektif
matematis dan self-efficacy siswa.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan mengenai proses pembelajaran terkait
efektivitas model pembelajaran PQ4R serta kaitannya dengan kemampuan berpikir reflektif matematis dan
self-efficacy siswa. Selain itu, dapat menjadi masukan dan bahan kajian pada penelitian serupa di masa yang
akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis
Berdasarkan pendapat Fisher (2001: 2), Noer (2010: 41), Gurol (2011: 32), Nindiasari (2017: 73), dan
Zulmaulida (2012: 13) dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif adalah kemampuan mengidentifikasi apa
yang diketahui, mengaitkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk menyelesaikan masalah baru yang
berkaitan dengan pengetahuan lainnya. indikator kemampuan berpikir reflektif matematis yang diukur dalam
penelitian ini adalah reacting, comparing, dan contemplating.

2. Self-Efficacy
Berdasarkan pendapat Turgut (2013: 1) dan Bandura (2009: 12) dapat disimpulkan bahwa self-efficacy
merupakan keyakinan diri seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan-tindakan dalam
penyelesaian suatu masalah. Indikator self efficacy adalah Pandangan siswa terhadap kemampuan
matematika yang dimilikinya, Pandangan siswa tentang keterampilan matematika, Kemampuan siswa
membandingkan kemampuan matematikanya dengan orang lain, Pandangan siswa tentang kemampuan
matematika yang dimiliki oleh dirinya dan orang lain, Pandangan siswa tentang kemampuan matematika
yang dimilikinya, dan Pandangan tentang kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa pada matematika

3. PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review)


Berdasarkan pendapat Thomas, E.L., & Robinson, H.A (1972), Suprijono (2013: 103-104), Sukmadinata
(2007: 188), dan Anderson (2011: 128-129), dapat disimpulkan metode PQ4R merupakan suatu metode
membaca yang membantu siswa memahami dan mengingat materi yang sudah dipelajari dalam ingatan
jangka panjang, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengalaman awal belajar
melalui aktivitas membaca, sehingga siswa dapat mengolah materi yang telah mereka pelajari secara lebih
luas dan mendalam. Enam langkah dalam metode PQ4R yaitu P (Preview), Q (Question), R (Read), R
(Reflect), R (Recite), dan R (Review).

4. Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan pendapat Depdiknas, 2008: 730, Kemendikbud (2014: 26), dan Permendikbud No. 103 tahun
2014 dapat disimpulkan Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang telah menggunakan
pendekatan saintifik dengan langkah-langkah yang ada di buku guru yang meliputi lima pengalaman belajar
yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

5. Efektivitas Pembelajaran
Berdasarkan pendapat Raharjo (2015: 70), Muslih (2014: 8), Warsita (2008: 287), Simanjuntak (1993:
80), Mulyasa (2006: 193), Depdiknas (2009: 4), dapat disimpulkan efektivitas pembelajaran adalah tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehingga, suatu pembelajaran dikatakan efektif jika seorang pendidik mampu
mengajar sekolompok siswa dengan metode tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Kerangka Pikir
Pada metode PQ4R, pembelajaran tidak berpusat pada guru. Guru hanya sebagai fasilitator, siswa dituntut
lebih banyak aktif dalam pembelajaran dan berusaha mencari informasi yang mereka butuhkan dengan
3
bahan ajar yang diberikan oleh guru. Pada metode pembelajaran ini, siswa melalui enam tahap pembelajaran
sesuai dengan nama metodenya yaitu preview (meninjau), question (bertanya), read (membaca), reflect
(refleksi), recite (merenung), dan review (memeriksa).

Pada tahap preview (meninjau), siswa membaca selintas dengan cepat bahan bacaan. Pada tahapan ini guru
memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca dan menginformasikan kepada siswa bagaimana
menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Diberikannya bahan bacaan kepada siswa
untuk dibaca dan menginformasikan pembelajaran yang hendak dicapai akan meningkatkan self efficacy
siswa yaitu dimensi pencapaian kinerja dengan indikator pandangan siswa terhadap kemampuan matematis
yang dimilikinya dan pandangan siswa tentang keterampilan matematika.

Pada tahap question (bertanya), guru meminta siswa agar memperhatikan makna bacaan dan meminta siswa
untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi pada lembar pertanyaan yang telah disediakan.
Pada tahap ini, siswa membuat pertanyaan dari bahan bacaan yang diberikan akan meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yaitu reacting.

Pada tahap read (membaca), guru memberikan tugas kepada siswa agar membaca bahan bacaan dengan
seksama, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka susun sebelumnya. Bila
terdapat siswa belum mendapat jawaban dari pertanyaannya, maka guru akan menanggapi dan membantu
siswa mencari informasi dari pertanyaan yang telah mereka susun. Pada tahap ini self efficacy dimensi
pengalaman orang lain karena dengan siswa bertanya kepada guru, siswa dapat membandingkan
kemampuan matematikanya dengan orang lain dan pandangan siswa terkait kemampuan matematika yang
dimiliki dirinya dan orang lain.

Pada tahap refect (merefleksi), siswa diminta bukan sekedar mengingat atau menghafal materi pelajaran
tetapi mencoba memecahkan masalah dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa
dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu dari materi yang telah mereka pelajari
untuk memecahkan permasalahan dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
Tahap ini akan meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yaitu comparing dan self
efficacy siswa yaitu dimensi persuasi verbal dengan indikator kemampuan siswa memahami makna kalimat
matematis dalam soal-soal berpikir kreatif matematis.

Pada tahap recite (merenung), siswa diminta untuk membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran
yang telah dipelajari. Pada tahap ini siswa dapat melihat kembali catatan yang mereka buat. Hal ini akan
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yaitu contemplating dan self efficacy siswa
yaitu dimensi indeks psikologi dengan indikator pandangan siswa tentang kemampuan matematika yang
dimilikinya.

Pada tahap review (memeriksa), siswa diminta untuk membaca kembali inti sari yang telah mereka buat, dan
meminta siswa membaca atau menanyakan kembali, jika terdapat materi yang belum mereka pahami. Pada
tahap ini, siswa akan mengingat dan memahami materi yang sudah dipelajari dalam ingatan yang panjang.
Hal ini akan meningkatkatkan self efficacy siswa yaitu dimensi indeks psikologi dengan indikator pandangan
tentang kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa pada matematika.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PQ4R diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir
reflektif matematis dan self efficacy siswa. Sedangkan pada pembelajaran konvensional kemampuan berpikir
reflektif matematis dan self efficacy siswa cenderung kurang berkembang.

C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 36
Bandarlampung tahun pelajaran 2019/2020 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku yaitu Kurikulum 2013.
4
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran PQ4R efektif ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-efficacy
siswa.
2. Hipotesis Khusus
a. Peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dengan model pembelajaran PQ4R lebih
tinggi dari peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dengan pembelajaran
konvensional.
b. Self-efficacy siswa dengan model pembelajaran PQ4R lebih tinggi daripada self-efficacy siswa dengan
pembelajaran konvensional.
c. Persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-efficacy terkategori
baik pada kelas yang menggunakan pembelajaran PQ4R lebih dari 60% dari jumlah siswa.

III. METODE PENELITIAN


A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Negeri 36 Bandar
Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII yang terdistribusi menjadi enam
kelas yaitu VIII A sampai VIII F.

Dalam penelitian ini, dipilih dua kelas sebagai sampel, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas
sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PQ4R, sedangkan pada
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yaitu kurikulum 2013. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 124). Pertimbangan yang digunakan adalah sebelum penelitian
kelas yang dipilih diajar oleh guru yang sama sehingga pengalaman belajar yang diperoleh siswa relatif
sama. Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilih kelas VIII C dan VIII D yang diajar oleh ibu Emilya
sebagai sampel penelitian. Kemudian pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan melalui
pengundian. Setelah dilakukan pengundian, terpilih kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dengan
pembelajaran PQ4R dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) yang terdiri dari satu variabel
bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pembelajaran PQ4R dan pembelajaran
konvensional. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir reflektif matematis dan self-
efficacy siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design,

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian


Prosedur pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap akhir.

D. Data Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu: 1) data kemampuan berpikir reflektif
matematis awal siswa yang ditunjukkan oleh skor pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 2) data
kemampuan berpikir reflektif matematis akhir siswa yang ditunjukkan oleh skor posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, 3) data peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang
ditunjukkan dengan skor gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan 4) data self-efficacy siswa yang
ditunjukkan dengan skala self-efficacy pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data


5
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa berupa tes tertulis, sedangkan angket
digunakan untuk mengumpulkan data self-efficacy siswa berupa skala self efficacy. Pengambilan data
kemampuan berpikir reflektif matematis dan data self efficacy dilakukan dua kali yaitu sebelum
pembelajaran dan sesudah pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu instrumen tes dan instrumen non tes.
Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa, sedangkan
instrumen non tes digunakan untuk mengukur self-efficacy siswa terhadap pembelajaran matematika.

1. Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tes kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.
Bentuk tes yang digunakan adalah tipe uraian. Materi yang diujikan adalah Bangun Ruang Sisi Datar. Tes
yang diberikan adalah sama untuk kedua kelas. Penilain hasil tes dilakukan sesuai dengan pedoman
penskoran tiap butir soal kemampuan berpikir reflektif matematis.

Agar data yang diperoleh akurat, tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang
baik. Instrumen tes yang baik harus memenuhi kriteria valid, reliabel dengan kriteria tinggi atau sangat
tinggi, daya pembeda dengan interpretasi cukup, baik, atau sangat baik, serta tingkat kesukaran dengan
interpretasi mudah, sedang, atau sukar. Prosedur yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes yaitu
menyusun kisi-kisi soal dan menyusun butir tes, kunci jawaban serta pendoman penskoran berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat.

2. Instrumen Nontes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala self-efficacy yang diberikan kepada
siswa kelas yang mengikuti pembelajaran PQ4R dan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah
mendapat perlakuan. Skala self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.
jawaban pada skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Angket self-efficacy akan dibuat dalam bentuk 12 pernyataan
positif dan 14 pernyataan negatif. Penskoran skala self-efficacy menggunakan hasil pengisian angket self-
efficacy. Penyusunan skala self-efficacy diawali dengan membuat kisi-kisi kemudian dilakukan uji validitas
isi, uji konsistensi internal, dan reliabilitas angket self-efficacy siswa.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir
reflektif awal dan kemampuan berpikir reflektif akhir serta data self-efficacy awal dan self-efficacy akhir
dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (N-gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir reflektif dan self-efficacy siswa yang mengikuti
pembelajaran PQ4R dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data skor peningkatan (gain)
berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data siswa pada kelas
pembelajaran PQ4R dan kelas konvensional memiliki varians yang homogen atau tidak homogen.

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, akan diperoleh beberapa kemungkinan, yaitu:
1) Jika data kemampuan berpikir reflektif siswa berdistribusi normal dan bersifat homogen maka untuk
menguji hipotesis dapat menggunakan uji-t.
2) Jika data kemampuan berpikir reflektif siswa berdistribusi normal dan tidak bersifat homogen maka
untuk menguji hipotesis dapat menggunakan uji-t’.
6
3) Jika data kemampuan berpikir reflektif siswa tidak berdistribusi normal maka digunakan uji
nonparametrik. Uji non parametrik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney
U atau uji-U.

Untuk menguji hipotesis bahwa presentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis
menggunakan pembelajaran PQ4R dengan peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional terkategori baik lebih dari 60% jumlah siswa, maka dilakukan uji
proporsi pada kelas tersebut.
a. Uji proporsi untuk data berdistribusi normal
b. Jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji non-parametrik
yaitu uji Tanda Binomial (Binomial Sign Test).

Anda mungkin juga menyukai