Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bentuk nyata dari pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa pada bangku sekolah. Hakikat belajar yang
dialami oleh siswa pada dasarnya adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk
membangun rasa percaya diri para siswa dengan berbagai karakteristik yang
berbeda-beda hingga mereka mampu menguatkan ragam kecerdasan yang
dimilikinya, meliputi kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional. Secara ideal
pendidikan nasional pada era reformasi menekankan pada perlunya perwujudan
proses pendidikan yang mampu menciptakan lingkungan belajar dan
pembelajaran yang mampu menumbuhkembangkan potensi peserta didik
(Wardani, 2014 : 3.31).
Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di
kelas cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi
pembelajaran tradisional. Artinya, guru mentransformasikan ilmu pengetahuannya
dengan menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berpusat pada guru
(teacher centered).
Salah satu materi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)
yang diajarkan di tingkat SD Kelas V adalah materi zat aditif. Materi zat aditif
merupakan salah satu materi kajian PJOK yang erat hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari. Materi ini dapat memberikan pemahaman pada siswa
bahwa makanan dan minuman berkemas yang dikonsumsi dengan jumlah banyak
memiliki kandungan zat aditif buatan (sintetis) yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Namun, pada materi ini umumnya siswa menemui kesulitan dalam belajar.
Hal ini ditunjukkan dari ketuntasan belajar siswa Kelas V SDN 3 Pojok pada
materi zat aditif saat observasi awal hanya sebesar 52,17%.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, permasalahan
utama siswa mendapatkan hasil belajar yang rendah adalah kurang tepatnya
metode pembelajaran yang digunakan guru pada proses pembelajaran
berlangsung, sehingga kondisi pengajaran belum kondusif. Oleh karena itu, perlu
diatasi agar siswa tuntas KKM. Salah satu bentuk solusinya adalah dengan
menerapkan salah satu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
keadaan siswa Kelas V SDN 3 Pojok Tahun Pelajaran 2020-2021. Berdasarkan
masalah tersebut, guru sebagai penulis akan menggunakan metode pembelajaran
Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zat-zat
aditif.

1. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang ditemukan oleh peneliti, adalah sebagai
berikut.
a. Partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah;
b. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

2. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan, analisis masalah yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
a. Jumlah siswa yang mau mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa
yang mau menjawab pertanyaan dari guru hanya lima orang dari dua puluh
tujuh siswa;
b. Pemahaman siswa terhadap materi zat aditif yang bersifat abstrak masih
rendah sebab siswa kurang memiliki pengalaman belajar yang bermakna.

B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan metode Problem Solving pada materi zat-zat aditif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Pojok Kecamatan
Campurdarat tahun pelajaran 2020-2021 ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar PJOK
materi zat-zat aditif siswa kelas V SDN 3 Pojok tahun pelajaran 2020-2021
melalui penerapan metode Problem Solving.

2
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoriris
dan praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi
ilmiah dalam mengembangkan konsep, teori, dan data empiris tentang hasil
belajar.
2. Secara Praktis
a. Bagi Khasanah Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian berkaitan dengan hasil
belajar siswa.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil strategi pembelajaran yang
tepat dalam menunjang kualitas proses pembelajaran dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Problem Solving


Metode Problem Solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian
masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah
secara menalar.
Tabel 2.1 Tahap – Tahap Metode Problem Solving menurut J.Dewey

Tahap – Tahap Kemampuan Yang Diperlukan

Merumuskan Masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk


memperinci menganalisis masalah dari
berbagai sudut

Merumuskan Hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,


sebab – akibat dan alternatif penyelesaian

Mengumpulkan dan mengelompokkan Kecakapan mencari dan menyusun data


data sebagai bahan pembuktian menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, dan
hipotesis tabel

Pembuktian Hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data,


kecakapan menghubung – hubungkan dan
menghitung keterampilan mengambil keputusan
dan kesimpulan

Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat altenatif penyelesaian,


kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang
terjadi pada setiap pilihan

Dari penjelasan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode


Problem Solving adalah cara megajar guru yang bertujuan mengetahui bagaimana
tindakan dan pemikiran - pemikiran siswa dalam memecahkan masalah dengan
logis, kritis, mandiri, dan analitis untuk menarik kesimpulan dari masalah.
Langkah – langkah dalam metode Problem Solving dimulai dari (1) Menyiapkan
isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan, (2) Menyajikan masalah, (3)
Mengumpulkan data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut, (4) Merumuskan hipotesis, (5) Menguji hipotesis, dan (6)
Menyimpulkan. Metode ini mengarah ke proses pemecahan masalah yang
4
dilakukan oleh siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemandiran dan
hasil belajar siswa.

B. Hasil Belajar
Menurut Gagne (dalam Sapriati: 1.48), ”belajar merupakan suatu proses
yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat,
dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa
tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru”. Dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses atau latihan yang dilakukan
oleh seseorang secara langsung yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu dan
sifatnya relatif tetap.
Bloom dalam Suprijono (2009:6); Bloom dalam Sumiati dan Asra
(2009:204) menjelaskan hasil belajar digolongkan dalam tiga domain, antara lain:
a) domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui, dan pemecahan masalah. Hasil belajar kognitif meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan menciptakan/mengkreasikan; b)
domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, apresiasi, dan penyesuaian
perasaan sosial. Krathwohl dalam Purwanto (2008:51) ”membagi hasil belajar
afektif menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan, partisipasi, organisasi, dan
internalisasi”, dan c) domain psikomotor mencakup tujuan berkaitan dengan
keterampilan yang bersifat motorik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah seluruh nilai tertinggi yang dicapai seseorang selama
mengikuti kegiatan pembelajaran dan dinilai secara utuh baik pada ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.

BAB III

5
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V pada semester genap tahun pelajaran
2020/2021. Jumlah siswa kelas V pada penelitian adalah 27 siswa.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN 3 Pojok Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dengan kegiatan siklus 1 dilaksanakan
pada hari Selasa, 6 April 2021 dan kegiatan siklus 2 dilaksanakan pada hari
Kamis, 8 April 2021.
4. Pihak yang Membantu
Pada penelitian ini dibantu oleh Ibu Wiwin Andriani, S.Pd. selaku teman
sejawat.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Proses penelitian dalam PTK ini terdiri dari 4 komponen yang meliputi:
perencanaan, tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen
tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan akan berhubungan
dengan siklus berikutnya.

Gambar 3.1 Diagram Alur Pelaksanaan PTK


C. Lokasi dan Waktu Penelitian
6
Pada penelitian ini mengambil tempat di SDN 3 Pojok Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal
1 April 2021 sampai dengan 12 April 2021.

D. Teknik Analisis Data


Adapun untuk menghitung persentase ketuntasan belajar mengacu pada
pendapat Arikunto (2002:92):

P=

Berdasarkan hasil analisis dari intake, daya dukung lingkungan belajar,


dan kompetensi dasar nilai ketuntasan belajarnya adalah ≥ 75. Siswa dinyatakan
tuntas belajar apabila telah mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 75.
Adapun untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa mengacu
pada pendapat Arikunto (2002:89)

X =

Keterangan : X = nilai rata – rata


= jumlah semua nilai siswa

= jumlah Siswa

BAB IV
7
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Data diukur saat pra tindakan, siklus 1, dan siklus 2. Pelaksanaan hasil
penelitian dibahas pada paparan data berikut ini.
1. Pra Tindakan
Pada saat dilakukan kegiatan pra tindakan pada tanggal 1 April 2021 dengan
pendekatan konvensional melalui teknik ceramah, jumlah siswa yang mau
mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa yang mau menjawab pertanyaan
dari guru hanya tiga orang dari dua puluh tiga siswa, pemahaman siswa terhadap
materi zat-zat aditif yang bersifat konseptual masih rendah sebab siswa kurang
memiliki pengalaman belajar yang bermakna.
2. Data Kemampuan Awal Siswa
Distribusi frekuensi kemampuan awal siswa disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal Siswa (Pre Test)
No Interval F Kriteria Keterangan
1. 44 – 54 0 Sangat Jelek Nilai Terendah = 55
2. 55 – 64 3 Jelek Nilai Tertinggi = 86
3. 65 – 74 8 Cukup KKM = 75
4. 75 – 84 9 Baik % Ketuntasan Belajar = 52,17 %
5. ≥ 85 3 Sangat baik
Jumlah 23 - -
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

3. Siklus 1
Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa
pada siklus 1 pada tanggal 6 April 2021 adalah kegiatan daring.
Data Nilai Post Test PJOK Materi Zat Aditif Siklus 1
Distribusi frekuensi nilai post test siswa siklus 1 disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Siswa Siklus 1 (Post Test 1)
No Interval F Kriteria Keterangan
1. 44 – 54 0 Sangat Jelek Nilai Terendah = 72
2. 55 – 64 0 Jelek Nilai Tertinggi = 95
3. 65 – 74 7 Cukup KKM = 75
4. 75 – 84 13 Baik % Ketuntasan Belajar = 69,57 %
5. ≥ 85 3 Sangat baik
Jumlah 23 - -
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

8
4. Siklus 2
Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa
pada siklus 2 pada tanggal 8 April 2021 adalah kegiatan luring atau pembelajaran
tatap muka terbatas.
Data Nilai Post Test PJOK Materi Zat Aditif Siklus 2
Distribusi frekuensi nilai post test siswa siklus 2 disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Siswa Siklus 2 (Post Test 2)
No Interval F Kriteria Keterangan
1. 44 – 54 0 Sangat Jelek Nilai Terendah = 75
2. 55 – 64 0 Jelek Nilai Tertinggi = 100
3. 65 – 74 5 Cukup KKM = 75
4. 75 – 84 13 Baik % Ketuntasan Belajar = 78,26 %
5. ≥ 85 5 Sangat baik
Jumlah 23 - -
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan nilai dari pra tindakan, kegiatan siklus 1, dan kegiatan siklus
2 bahwa penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar
PJOK materi zat-zat aditif di SDN 3 Pojok Kecamatan Campurdarat Kabupaten
Tulungagung.

BAB V

9
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar PJOK materi zat-zat aditif di SDN 3 Pojok Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung.

B. Saran
1. Guru perlu membagikan daftar kelompok diskusi sebelum pelaksanaan
kegiatan inti pembelajaran agar pembentukan kelompok tidak menimbulkan
suasana gaduh di dalam kelas dan menyita banyak waktu;
2. Demi melatih kejujuran, guru mengecek tugas masing-masing siswa sesuai
pembagian tugas sebelumnya di WaG terkait informasi yang harus dicari oleh
masing-masing siswa terkait materi yang akan dipelajari;
3. Guru perlu melakukan pengaturan waktu yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode Problem Solving.

DAFTAR RUJUKAN

10
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Maghfiroh, Alfi, dkk. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving


Dipadu Metode Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A MTS Surya
Buana Malang. Jurnal. Malang: UM Press.

M. Maryam, Siti, dkk. 2019. Penerapan Metode Problem Solving Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IV UPT SD Negeri 95
Kecamatan Suppa. Makassar: UNM Press.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sapriati, Amalia dkk. 2014. Pembelajaran IPA di SD (edisi 1). Tangerang


Selatan: UT Press.

Slavin, Robert E. 2006. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik


(Diterjemahkan dari Cooperative Learning: theory, research, and
practice, London: Allyman Bacon, 2005). Bandung: Nusa Media.

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wardani,IG.A.K. 2014. Perspektif Pendidikan SD (edisi 1). Tangerang Selatan:


UT Press.

11

Anda mungkin juga menyukai