Anda di halaman 1dari 38

1

Judul : Analisis kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari gaya belajar siswa
pada materi aritmatika sosial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak diperlukan dan digunakan.
Matematika banyak digunakan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan- pejarannya
penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pembangunan dalam matematika itu
sendiri. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Pembelajran matematika di
sekolah umumnya masih menggunakan metode ceramah sehimgga kemampuan
berpikir kritis siswa sangan sulit dikembangkan (Fatmawati, Mardiyana, dan
Triyanto, 2014). Pembelajaran matematika disekolah kebanyakan siswa hanya
memperhatikan saja dan guru yang berperan aktif, dalam pembelajarannya peserta
didik jarang i latih dengan soalsoal yang tiak rutin sehingga siswa tidak terbiasa
( Yunita, Rosyana, Hendriana, 2018). Menurut TIMSS 2015 peserta didik masih
lemah alam kecakapan kognitif tingkat tinggi sepert menalar menganalisa, dan
mengevaluasi sehingga kemampuan berpikir kritis peserta diik masih tergolong
rendah.
Berpikir kritis dalam pembelajaran matematika sangat penting karena siswa
juga dapat mempelajari unsur-unsur yang tidak terdefinisi kemudian ke unsur-unsur
yang terdefinisi. berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar kita
dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita
anggap terbaik tentang suatu kebenran dapat kita lakukan dengan benar ( king dan
goodson dalam muliana , 2016). berpikir kritis itu adalah suatu pikiran reflektif yang
difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan ( wiyana pertiwi,
2018).
Berpikir kritis itu penting karena bisa membantu siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Peter (2018) menyatakan
bahwa siswa itu penting karena siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis
2

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.Berpikir kritis dan pembelajaran


matematika adalah satu tidak bisa di pisah.Menurut Sulistiani (2016) menyatakan
berpikir kritis dan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiani (2016) menyatakan bahwa terdapat
dampak positif yang dialami siswa dari keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran matematika, antara lain: (1) Melatih keterampilan memecahkan
masalah(2) Munculnya pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang tepat.(3)
Aktif membangun argumen dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat dan logis.
Oleh karena itu, langkah-langkah berpikir kritis saling berkaitan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran di MTs.N
singkawang kelas 7 tergolong pasif karena peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran dikelas yang ditunjukkan oleh beberapa hal yaitu siswa kurang aktif
bertanya pada guru , peserta didik sulit mengajukan pendapat, kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kemampuan analisis, penalaran
dan komunikasi masih tergolong rendah, sehingga belajar yang siswa dapatkan relatif
rendah. Sehingga peserta didik membutuhkan gaya belajar yang sesuai. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Informasi dalam pelajaran dapat
disampaikan dengan cara yang berbeda sehingga dapat diserap oleh semua siswa
dengan gayanya masing – masing.
Gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk menapatkan
informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian internal dalam siklus
belajar aktif ( Kolb dalam Riding dan Rayner, 2002). Definisi lain dikemukanan oleh
Gunawan ( 2006) yag mengatakan bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih
kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, meproses dan mengerti suatu
informasi. Untuk memaksimalkan kemampuan siswa dalam menyerap, mengatur dan
mengolah informasi, terlebih dahulu dikenali gaya belajar siswa tersebut yaitu visual,
auditorial, dan kinestetik. Siswa yang belajar dengan gaya belajar visual cenderung
belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa dengan belajar auditorial cenderung
belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan siswa dengan gaya belajar
kinestetik cenderung belajar lewat gerakan dan sentuhan.
Walaupun masing – masing dari kita belajar menggunakan ketiga modalitas
ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya, jadi diantara ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan gaya belajar
3

merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu


belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi
pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang
beda. Gaya belajar bersifat individual bagi setiap orang. Salah satu materi yang
Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti menganggap pemahaman logika
matematika dirasakan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan penalaran
matematis. Hal ini di dasarkan karena logika digunakan untuk melakukan penalaran,
yaitu pembuktian secara logis, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
penurunan-penurunan kesimpulan yang valid dan tidak valid.Tidak hanya itu, logika
juga sebuah pengetahuan dasar yang merumuskan dan mensistematikkan dalam
setiap ilmu pengetahuan karena setiap ilmu pengetahuan banyak menggunakan
logika, khususnya logika matematika
Berdasarkan permasalahan yang telah di bahas pada paragraf sebelumnya ,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Pada
Materi Aritmatika Sosial di SMK N 5 Singkawang “

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang diebutkan sebelumnya, dapat diindentifikasi
permasalahan dalam peneltian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa di SMK N 5 Singkawang terindikasi
masih rendah
2. Penelitian juga menunjukkan bahwa berpkir kritis ditinjau dari gaya belajar siswa
terhadap materi aritmatika sosial masih rendah
3. Gaya belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis
pada materi aritmatika sosial
C. Pembatas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka penelitian
ini difokuskan pada kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan ruang
lingkup materi aritmatika sosial , kemampuan berpikir kritis matematis siswa
ditinjau berdasarkan gaya belajar siswa, serta bentuk kesalahan kemampuan berpikir
kritis matematis
4

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kemampuan berpikir kritis ditinjau dari gaya belajar dalam
menyelesaikan materi arirmatika sosial di SMK N 5 Singkawang ?
2. Bagaimanakah Kemampuan berpikir kritis matematis yang ditinjau dari gaya
belajar pada materi aritmatika sosial di SMK N 5 Singkawang?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesalahan kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan soal pada materi aritmatika sosial di SMK N 5 Singkawang?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi sub-sub tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis ditinjau dari gaya belajar
menyelesaikan materi arirmatika sosial di SMK N 5 Singkawang.
2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis yang ditinjau dari gaya belajar
pada materi aritmatika sosial di SMK N 5 Singkawang
3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan kemampuan
berpikir kritis dalam menyelesaikan materi arirmatika sosial di MTs.N Singkawang.

F. Manfaat Peneliti
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut :
1. Secara Umum
Memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan yakni mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari gaya belajar siswa dengan
beberapa uraian kalimat.
2. Secara Khusus
a. Bagi Siswa
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis yang ditinjau dari
gaya siswa sehingga mereka dapat memperbaiki.
b. Bagi Guru
Memberikan pengetahuan baru mengenai penggunaan kemampuan berpikir
kritis ditinjau dari gaya belajar matematis model,metode, dan pendekatan yang
dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran materi aritmatika sosial.
c. Bagi Sekolah
5

Dapat dijadikan masukan dan pertimbangan sebagai salah satu bahan pengajaran
dalam menggunakan metode,pendekatan, dan model pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan
pengetahuan yang diperoleh.

G. Variabel penelitian
Sugiyono (2017) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara itu, variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel, yaitu variabel bebas atau variabel
independen dan variabel terikat atau variabel dependen.
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya terikat ( Sugiyono, 2017) . Varaibel bebas dalam
penelitian ini yaitu gaya belajar siswa.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas ( Sugiyono , 2017). Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu kemampuan penalaran matematis.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dipaparkan kajian teoritis terkait masalah penelitian yang diteliti.
Untuk melengkapi pengetahuan mengenai penelitian ini, peneliti juga memaparkan mengenai
sejumlah hasil penelitian terdahulu terkait masalah yang penulis teliti.

A. Landasan Teori

Bagian ini menguraikan tentang kajian teoritis yang menunjang masalah penelitian.
Adapun landasan Teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dalam tingkat

tinggi dalam memecahkan masalah secara sistematis dan baik secara kritis dan

kreatif. Menurut pendapat Jhonson (2010: 187) kemampuan berpikir kritis

merupakan kemampuan berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses

berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Kemampuan berpikir kritis

perlu dikembangkan sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar.Karena

kemampuan berpikir kritis harus diasah sejak dini agar siswa terbiasa dengan

pola berpikir yang kritis dan kreatif.

Menurut Paul (dalam Liberna, 2012: 197) berpikir kritis adalah proses disiplin

intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi berbagai

informasi yang ia kumpulkan atau ia ambil dari pengalaman, pengamatan,

refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannnya. Jadi,

seseorang yang berpikir kritis akan selalu aktif dalam memahami dan

menganalisis semua informasi yang ia dapatkan.


7

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kritis itu merupakan kemampuan yang berpikir dengan baik,

kemampuan yang didorong oleh diri sendiri, memecahkan masalah dengan

mencari, mampu membuat keputusan yang tepat dan terbaik dalam memecahkan

masalah matematika.

b. Indikator Kemampuan Berpikir KritisMatematis

Siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika siswa mampu

memenuhi indikator-indikator yang ada dalam berpikir kritis.Kemampuan berpikir

kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal dapat diukur melalui beberapa

indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang dikemukakan para ahli.Menurut

Facione dalam Haryani (2011:124) mengemukakan ada enam kemampuan berpikir

kritis yaitu:

a. Interpretasi yaitu kemampuan untuk memahami, menjelaskan dan memberi makna

data atau informasi.

b. Analisis yaitu kemapuan untuk mengidentifikasi hubungan dari informasi-

informasi yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran atau pendapat.

c.  Evaluasi yaitu kemampuan untuk menguji kebenaran.

d.  Inferensi yaitu kemapuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur

yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan yang masuk akal.

e. Eksplanasi yaitu kemapuan untuk menjelaskan atau menyatakan hasil pemikiran

berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks.

f. Regulasi diri yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur berpikirnya.

Menurut R.H Ennis yang dikutip Rifa Rakhmasari (2010: 29-32) terdiri atas dua

belas komponen yaitu:

1. Merumuskan masalah;
8

2. Menganalisi argumen;

3. Menanyakan dan menjawab pertanyaan;

4. Menilai kredibilitas sumber informasi;

5. Melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi;

6. Membuat deduksi dan menilai deduksi;

7. Membuat induksi dan menilai induksi;

8. Mengevaluasi;

9. Mendefinisikan dan menilai definisi;

10. Mengidentifikasi asumsi;

11. Memutuskan dan melaksanakan; dan

12. Berinteraksi dengan orang lain.

Dari kedua pendapat di atas dapat dilihat bahwa masing-masing penjelasan

memiliki keterkaitan yaitu memiliki kesamaan arti dalam membahas indikator

berpikir kritis walaupun kalimat yang digunakan berbeda. contoh yang memiliki

kesamaan arti yaitu Interpretasi yaitu kemampuan untuk memahami, menjelaskan dan

memberi makna data atau informasi dengan Menilai kredibilitas sumber informasi,

Analisis yaitu kemapuan untuk mengidentifikasi hubungan dari informasi-informasi

yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran atau pendapat dengan

mengidentifikasi asumsi, dan Regulasi diri yaitu kemampuan seseorang untuk

mengatur berpikirnya dengan menganalisis argumen.


9

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir kritis

dalam penelitian ini, meliputi:

a. Merumuskan masalah

Yaitu menunjukkan bahwa data atau informasi yang ada pada

permasalahan sudah dipahami. Selain mengetahui apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan, subjek juga mengetahui data atau informasi yang ada pada

masalah.

b. Regulasi diri

Yaitu bermakna tentang pemahaman terhadap kognitif seseorang untuk

dapat menganalisis, mengevaluasi, mempertanyakan, mengkonfirmasi,

memvalidasi, mengoreksi penalaran.

c. Evaluasi

Yaitu menaksir kebenaran dari identifikasi persoalan, hasil dari

pemecahannya dan membuat kesimpulan yang masuk akal dari data-data

yang diperoleh.

2. Gaya belajar
a. Pengertian Gaya belajar
Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai
bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang
untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru
melalui persepsi yang beda. Gaya belajar bersifat individual bagi setiap orang.
Menurut DePorter dan Hernacki (2000)gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi
informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan
informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah
ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan
konkret). Dijelaskan pila, terdapat tiga macam gaya belajar, yaitu:
(a) gaya belajar visual,
10

(b) gaya belajar auditori, dan


(c) gaya belajar kinestetik
Robert Sternberg (dalam Paul Ginnis) mendefnisikan gaya belajar sebagai
“suatu cara untuk menggunakan kemampuan seseorang. Tiap-tiap orang memiliki
kemampuan yang berbeda untuk itu cara untuk menggunakan kemampuan tersebut
juga berbeda”6 . Sedangkan J. W. Keefe mendeskripsikan gaya belajar “sebagai
suatu karakter individual dan pendekatan yang konsisten terhadap
pengorganisasian dan pemerosesan informasi
Dari beberapa definisi gaya belajar diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam proses belajar yang meliputi
bagaimana seseorang menyerap, mengatur, dan mengelola informasi yang
didapatkan sehingga pelajaran dapat dipahami dan berjalan secara efektif.Adapun
gaya belajar yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
a. Gaya belajar auditorial
Gaya belajar auditorial merupakan salah satu gaya belajar yang dimiliki siswa
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.Gaya belajar auditorial lebih
mengedepankan indra pendengar. Belajar melalui mendengar sesuatu dapat
dilakukan dengan mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat, dan
instruksi (perintah) verbal (Ula, 2013).Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih
mudah mencerna, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan jalan
mendengarkan secara langsung. Mereka cenderung belajar atau menerima
informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Siswa dengan gaya belajar
auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.
Dengan demikian, gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dimana
seseorang merasa paling baik belajar dari suara dengan bercerita
( mempresentasikan sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Seperti
penuturan Gilakjani (2012;284), siswa dengan gaya belajar auditorial menemukan
informasi melalui mendengarkan dan menafsirkan informasi dari lapangan.
Biasanya siswa dengan gaya belajar ini mendapatkan pengetahuan dengan cara
membaca dengan keras dan diperkirakan kurang memiliki pemahaman penuh dari
informasi yang tertulis.
Adapun ciri ciri gaya belajar audio adalah
1 . Suka mengingat sesuatu dari apa yang didengarkan daripada yang dilihat
2 . Senang mendengarkan
11

3 . Mudah terdistraksi dengan keramaian


4 Kesulitan dalam tugas atau pekerjaan yang melibatkan visual
5 Pandai menirukan nada atau pun irama suara
6 Senang membaca dengan menggunakan suara atau menggerakan bibir
7 Biasanya merupakan pembaca yang fasih
8 Mudah dalam mengingat nama saat berkenalan dengan orang baru
b. Gaya belajar visual
Gaya belajar visual merupakan salah satu gaya belajar yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa.Gaya belajar visual adalah salah satu gaya belajar siswa yang
pada dasarnya lebih menekankan pada bagaimana seorang siswa lebih mudah
mempelajari materi pelajarannyamelalui melihat, memandangi, atau mengamati
objek belajarnya.
Gaya belajar visual membantu siswa memusatkan perhatian dan konsentrasi
terhadap materi yang dipelajari melalui melihat, memandangi, atau mengamati
materi pelajaran tersebut. Dengan melihat, mamandangi, dan mengamati objek
yang dipelajari saat membacanya, membantu siswa memusatkan perhatian dan
konsentrasi terhadap materi belajarnya sehingga siswa akan lebih mudah
memahami materi tersebut Hal ini didukung oleh pendapat Ahmadi dan Supriyono
(2004: 84) yang mengemukakan bahwa seseorang yang bertipe visual akan cepat
mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan grafik atau gambar
dengan kata lain lebih mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat
dengan alat penglihatannya.
adapun ciri ciri gaya belajar visual adalah :
1. Mudah mengingat dari yang dilihat daripada yang didengar
2. Lebih suka membaca daripada membacakan
3. Berbicara dengan tempo yang cukup tepat
4. Lebih menyukai melakukan demonstrasi daripada pidato
5. Sulit menerima instruksi secara verbal kecuali di tulis
6. Tidak mudah terdistraksi dengan keramaian
7. Suka menggambar apapun dikertas
c. Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah belajar melalui aktifitas fisik dan keterlibatan
langsung yang dapat berupa “ menangani”, bergerak, menyentuh, dan merasakan /
mengalami sendiri ( Ula, 2013 ).Siswa yang memiliki kecendrungan dengan ciri
12

gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar atau menerima informasi melalui
gerakan atau sentuhan.
Bagi siswa dengan gaya belajar kinestetik, kondisi fisik merupakan salah satu
faktor yang berperan penting karena mereka akan langsung melakukan tindakan
secara fisik dalam kegiatan pembelajaran mereka.Jika ia belajar dengan kondisi
yang sehat proses dan hasil belajarnya akan lancar dan maksimal . Berbeda halnya
dengan seseo hrang yang belajar dengan kondisi fisik yang kurang sehat proses dan
hasil belajarnya akan terganggu .
Adapun ciri ciri gaya belajar kinestetik adalah :
1. Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak 
2. Berbicara dengan perlahan 
3. Menanggapi perhatian fisik 
4. Suka menggunakan berbagai peralatan dan media 
5. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 
6. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang 
7. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar 
8. Belajar melalui praktek
9. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 
10. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 
11. Banyak menggunakan isyarat tubuh 
12. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama 
13. Menggunakan kata-kata yang menandung akso 
14. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita 
15. Kemungkinan tulisannya jelek 
16. Ingin melakukan segala sesuatu 
17. Menyukai permainan dan olah raga.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan gaya belajar visual akan mudah dalam proses pembelajaran saat guru
menjelaskan pelajaran matematika dengan menampilkan gambar berupa table.
Grafik, diagram dan lain sebagainya. Lalu, siswa dengan gaya belajar auditori
seperti yang disebutkan di atas untuk memahami soal yang diberikan dalam
proses pembelajaran akan mengeraskan suaranya saat membaca soal yang
diberikan berupa tulisan dan akan mengubah soal dalam bentuk gambar ke
bentuk tulisan agar lebih mudah membaca dan memahami soal matematika
13

yang diberikan. Siswa yang bergaya belajar kinestetik, saat proses


pembelajaran khususnya ketika berhitung , siswa tersebut akan terbiasa
menggunakan jari jemarinya untuk melakukan operasi hitung matematika, hal
ini bukan dikarenakan keterlambatan otak mereka , melainkan hanya
kebiasaan yang sering mereka lakukan dengan gaya belajar kinestetik ini.
Berdasarkan pemaparan di atas, siswa dengan gaya belajar visual dari
apa yang mereka lihat , siswa dengan gaya belajar auditorial belajar dari apa
yang mereka dengar, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik belajar
dari sentuhan dan gerakkan. Jadi, secara khusus gaya belajar akan
mempermudah seorang siswa dalam meyeleksi , menerima ,
menyerap ,menyimpan, mengolah, dan memproses informasi yang diberikan
selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Materi aritmatika sosial


aritmatika sosial merupakan salah satu pokok pelajaran matematika yang
tterdapat pada kelas VII semester 2.
A. Aritmatika sosial merupakan salah satu cabang matematika yang sering di jumpai
dalam kehidupan sehari, cabang ilmu ini erat kaitannya dengan perhitungan
keuangan di ritel.
Dalam aritmatika sosial ini tentang kegiatan yang terkait dengan dunia
perekonomian antara lain: penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, bunga,
pajak, bruto, neto, tara.
B. Persentase Untung dan Rugi
1 Persentase keuntungan
Persentase keuntungan di gunakan untuk mengetahi keuntungan dari suatu
penjualan terhadap modal yang di keluarkan.
Misal: PU=Persentase keuntungan, HB = Harga beli(modal), HJ = Harga Jual(Total
Pemasukan)
HJ−HB
Rumus Persentase keuntungan Pu= x 100 %
HB
Contoh:
Pak Dedi membeli motor bekas dengan harga Rp 4.000.000 dalam waktu satu
minggu motor tesebut di jual dengan harga Rp 4.200.000. Tentukan persentase
Keuntungan Pak Dedi
14

Penyelesaian:
 U =HJ-HB
= 4.200.000 – 4.000.000
= 200.000
U
 Pu = x 100 %
HB
200.000
Pu = x 100%
4.000 .000
Pu = 5%
Jadi persentase keuntungan yang di peroleh Pak Dedi adalah 5%
2 Persentase Kerugian
Persentase Kerugai digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari
suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal:
PR = Persentase Kerugian
HB = Harga Beli
HJ = Harga Jual
HB−HJ
Rumus Persentase Kerugian PR = x 100 %
HB
Contoh:
Pak Rudi membeli sepetak tanah dengan harga Rp 40.000.000, karena
terkendala masalah keluarga, Pak Rudi terpaksa menjual tanah dengan harga
38.000.000. Tentukan Persentase Kerugian yang di tanggung oleh Pak rudi
Penyelesaian:
 R = 40.000.000-38.000.000
R = 2.000.000
R
 PR = x 100 %
HB
2.000 .000
PR = x100%
40.000 .000
PR = 5%
Jadi Persentase Kerugian Pak Rudi adalah 5%

C. Menentukan Bunga Tunggal


Berkaitan dengan bungan pinjama di bank atau selainnya.
15

Contoh:
Pak Rudi renca membangaun usaha produksi sepatu. Untuk memenuhi kebutuhan
modalnya, Pak Rudi berencana meminjam uang di bank sebesar Rp 200.000.000
dengan jangka waktu peminjaman 1 tahun dengan bunga sebesar 20% pertahun.
Berapa bunga yang harus di bayarkan oleh Pak Rudi selama 1 tahun.
Penyelesaian:
Bunga di Bank = 20% x 200.000.000
=40.000.000
Jadi bunga yang harus di banyar Pak Rudi selama 1 tahun sebesar Rp 40.000.0000

D. Diskon(Potongan)
Saat pergi ketoko, mini market, atau tempat-tempat jualankadang kita
menjumpai diskon 10%,20%. Secara Umum, diskon merupakan potongan harga yang
diberikan oleh penjual terhadap suatubarang.
Misal:
Suatu barang bertuliskan harga Rp 200.000 dengan diskon 15%. Ini berarti barang
tersebut mendapatkan potongan sebesar 15% x 200.000 = 30.000, sehingga harga
barang setelah di potong adalah 200.000 – 30.000 = 170.000

E. Pajak
Pajak adalah besaran nilai suatu barang atau jasa yang wajib dibayarkan oleh
masyarakat kepada pemerintah
F. Bruto,Neto dan Tara
 Bruto adalah berat dari suatu benda bersama bungkusnya.
Misalnya: diketahui pada bungkus snack tertuliskan bruto 350 gram.Ini berarti berat
isinya dan bungkusnya adalah 350 gram
 Neto adalah berat dari suatu benda tanpa pembungkus benda tersebut.
Misal dalam bungkus suatu snack tertulis 300 gram, ini bermakna bahwa berat
snack tanpa plastik pembungkusnya adalah 300 garam.
 Tara adalah selisih antara bruto dengan neto.
Misal diketahui pada bungkus snack tertuliskan bruto 350 gram, sedangkan
netonya adalah 300 gram. Ini berarti bahwa taranya adalah bruto – neto = 350 –
300 = 50 gram
16

B. Kajian Penting Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan
dijadikan acuan penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, merevisi,
memodifikasi, dan sebagainya.Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Menurut penelitian Tina Sri Sumartini dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” pada tahun
2015 menunjukan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. siswa pada kelas eksperimen
memperoleh rataan lebih besar dari kelas kontrol. besarnya kenaikan rataan pada
keas eksperimen dari pretes dan postest sebesar 22,2% dari skor idel, sedangkan
kenaikan rataan kelas kntrol dari pretest ke postess sebesar 15,8 % dari skor
ideal.secara sepintas, gambaran tersebut menunjukan bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
2. Menurut penelitian A.M.S. Afif, dkk dengan judul “Analisis Kemampuan
Matematis Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Dalam Problem Based Learning
(PBL)” pada tahun 2016 menunjukan bahwa gaya belajar hanya pada tipe gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Presentase keberadaan gaya belajar
visual, auditorial da kinestetk berturut-turut adalah 20,6%, 64,7% dan 5,9 % ini
berarti keberadaan tipe gaya belajar auditorial paling banyak dibandingkan tipe
gaya belajar lain, kemudian disusul pada posisi kedua yaitu tipe gaya belajar
visual kemudia kinestetik.
3. Menurut Muhammad ridwan dengan judul “Profil Kemampuan Matematis Siswa
Ditinjau Dari Gaya Belajar” pada tahun 2017 menunjukan bahwa profil
kemampuan penalaran matemats siswa visual dan kinestetik memiliki
kemampuan manipulasi, menarik kesimpulan, memberikan alasan atau bukti
adalah cukup. Kemampuan penalaran matematis siswa visual dalam memberikan
argumennya kurang. Sedangkan, kemampuan penalaran matematis siswa dalam
kinestetik dalam menarik kesimpulannya kurang, serta kemampuan memberikan
kesahihan jawaban atau argumen, ia memberikan jawaban dengan unik dan jelas.
17

Profil kemampuan penalaran matematis siswa auditorial memiliki kemampuan


memanipulasi, memberikan alasan atau bukti, dan memberikan argumen atau
kesahihan jawaban adalah baik. Sedangkan, menarik kesimpulannya cukup.

Dari ketiga hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kemampuan penalaran yang
ditinjau dari gaya belajar siswa .Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah dari segi materi yang akan diteliti, karakter siswa dan Sekolah.Berdasarkan
analisis judul yang pernah digunakan beberapa peneliti di atas maka peneliti juga melakukan
penelitian ini untuk mengungkapkan lebih dalam tentang kemampuan penalaran matematis
yang ditinjau dari gaya belajar siswa pada materi Aritmatematika kelas VII MTs.N
Singkawang.

C. rangka Pikir

Berdasarkan pemaparan kajian teori diatas, diketahui bahwa kemampuan berpikir

kritiss matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh

siswa.Tapi pada kenyataannya berdasarkan hasil peneliti terdahulu menyatakan bahwa

kemampuan penalaran matematis siswa ditinjau dari gaya belajar masih masuk kategori

rendah. Pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis yang dimiliki oleh setiap siawa ini

serta masih rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan soal

mendorong peneliti untuk melakukan analisis tentang kemampuan berpikir kritis matematis

siswa ditinjau dari gaya belajar pada materi aritmatika sosial kelas VII MTs.N Singkawang

Penelitian dilakukan dengan memberikan angket gaya belajar kepada siswa yang

berisi beberapa pernyataan postif dan negative. Pernyataan tersebut merupakan cirri – cirri

dari masing – masing jenis gaya belajar yaitu audio,visual dan kinestetik. Siswa dengan gaya

belajar berbeda kemudian akan diberikan tes kemampuan penalaran matematis yang

mengandung 3 indikator yaitu Merumuskan masalah, Regulasi diri, dan Evaluasi. Soal yang

diberikan berbentuk esay kemudian menganalisis tes tersebut dengan cara menghitung

presentase masing – masing indikator kemampuan penalaran berpkir kritis matematis .


18

Langkah terakhir yaitu melakukan wawancara kepada 6 siswa dilihat dari gaya belajar

auditorial, visual dan kinestetik,

Kerangka pikir dalam materi ini ditunjukkan pada gambar 1berikut.

kemampuan berpikir kritis itu merupakan kemampuan yang berpikir dengan baik,

kemampuan yang didorong oleh diri sendiri, memecahkan masalah dengan

mencari, mampu membuat keputusan yang tepat dan terbaik dalam memecahkan

masalah matematika.

Rendahnya kemampuan penalaran Rendahnya kemampuan berpikir kritis


berpikir kritis peserta didik dalam matematis siswa dilihat dari gaya
menyelesaikan soal aritmatika sosial belajar

Siswa ke7 MTs.N 5 SINGKAWANG

Pemberian Angket Gaya Pemberian Tes Kemampuan


Belajar Siswa berpikir kritis matematis
Tingkatan

Audio Visual Kinestetik

Hasil Angket Hasil Tes

Tinggi Sedang Rendah

Analisis Wawancara

DESKRIPSI Kemampuan brpikir Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal


Dilihat Gaya Belajar Pada Materi aritmatika sosial

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir


19
20

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai jenis penelitian , tempat dan waktu penelitian ,
subjek dan objek penelitian. Sumber data , prosedur penelitian , teknik dan instrumen
pengumpulan data , serta keabsahan data . Selain itu untuk menjawab setiap rumusan masalah
yang ada akan dipaparkan terkait teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif.


Pendekatan dikatakan kualitatif karena data yang diperoleh dianalisis tanpa
menggunakan prosedur statistic atau cara kuantifikasinya(Moleong, 2014). Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengungkapkan kejadian atau fakta,
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung
dengan menyuguuhkan apa yang sebenarnya terjadi.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini lebih mengacu pada pendekatan
kualitatif, yakni penelitian yang menggunakan data kualitatif kemudian mendeskripsikan
data tersebut untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terperinci tentang
kemampuan penalaran matematis ditinjau dari gaya belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada MTs.N Singkawang yang beralamat di Jalan
Ratu Sepudak Kelurahan Naram Kec Singkawang utara kota Singkawang

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun ajaran 2022/2023, semester ganjil
21

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah narasumber atau informasi (Prastowo, 2016: 195), yaitu

orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam

penelitian.Subjek yang digunakan peneliti kali ini adalah satu kelas di MTs.N

Singkawang pengambilan kelas berdasarkan wawancara dengan Guru mata pelajaran

yang menyatakan bahwa kelas VII merupakan rata rata rendah ditinjau dari gaya

belajar dalam mata pembelajaran matematika . Adapun sebanyak 32 siswa kelas VII.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan
karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut ( Arikunto,
2009:20). Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, yang menyatakan
bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih tergolong rendah . Objek
dalam penelitian ini adalah kemampuan matematis berpikir Kritis siswa yang
ditinjau dari gaya belajar siswa pada materi aritmatika sosial.

D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dan untuk memperjelas dalam penafsiran judul penelitian,
peneliti merasa perlu menjelaskan istilah yang dapat mewakili judul secara keseluruhan.
1. Kemampuan berpikir kritis Matematis
Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan untuk berpikir atau
pemahaman mengenai permasalahan – permasalahan matematis secara logis untuk
memperoleh penyelesaian , memilah apa yang penting secara logis untuk memperoleh
penyelesaian memilah apa yang penting dan tidak penting dalam menyelesaikan atau
memberikan alasan atau penyelesaian dari suatu permasalahan.
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ;

1. Mengajukan dugaan
22

Yaitu kemampuan peserta didik dalam merumuskan berbagai kemungkinan


dalam menyelesaikan soal sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta fakta sifat sifat dan hubungan
Yaitu peserta didik dituntut memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dari materi yang telah diajarkan
3. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi
dan generalisasi
Yaitu dimana peserta didik dituntut memiiki penalaran matematis dengan
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi
dan generalisasi
4. Menarik kesimpulan
Hasil dari permasalahan dan membuat kesimpulan yang masuk akal dari data data
yang diperoleh
2. Gaya belajar
Gaya belajar menurut Gunawan ( 2012 ) merupakan cara yang lebih baik disukai dalam
melakukan kegiatan brpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Gaya belajar
masing –masing siswa tentunya berbeda satu sama lain. Oleh karena gaya belajar yang
berbeda maka pentingnya guru untuk menganalisis gaya belajar siswa sehingga
diperoleh informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka dalam memahami
perbedaan di dalam kelas dan dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna

3. Materi Arimatika Sosial


Logika matematika merupakan salah satu pokok pelajaran matematika yang terdapat
pada kelas VII semester 2. Adapun pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini
adalah perrnyataan dan ingkaran, konjungsi , disjungsi , implikasi dan bimplikasi yang
mengacu pada indikator pada penelitian ini adalah siswa dapat menarik kesimpulan
menyusun bukti , memberikan alasan atau bukti

E. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

1. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Teknik Pengukuran
23

Teknik pengukuran adalah suatu alat berupa tes yang digunakan untuk mengukur ada

atau tidaknya serta besar kemampuan objek yang sudah diteliti

(Arikunto,2013:266).Teknik pengukuran yangdigunakan dalam penelitian ini berupa soal

uraian kemampuan penalaran matematis yang diberikan kepada siswa agar peneliti

mendapatkan data yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan penalaran matematis dalam menyelesaikan soal Logika Matematika

b. Teknik Komunikasi Tidak Langsung

Komunikasi tidak langsung yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket. Komunikasi tidak langsung adalah pengumpulan data berupa

angket, yang dilakukan dengan cara member perangkat pertanyaan atau pernyataan yang

telah tertulis kepada siswa untuk dijawab. Menurut Sugiyono (2014) “koesioner” (angket)

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Tujuan penyebaran

angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu

masalah.Berdasarkan bentuknya, biasanya menggunakan angket berstruktur (structured

questionnaire).Jawaban pertanyaan yang diajukan.Responden diminta untuk memilih satu

jawaban yang sesuai dengan dirinya.

c. Teknik Komunikasi Langsung

Komunikasi langsung yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

(interview). Komunikasi langsung adalah proses untuk mendapatkan data dengan secara

langsung bertatap muka dengan siswa. Menurut Siregar (2012:18) wawancara adalah

proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab,

sambil tatap muka antara pewawancara dengan responden. Tujuan wawancara dalam

penelitian ini digunakan untuk melihat kesesuaian jawaban siswa ketika menyelesaikan

soal Aritmatika sosial


24

2. Instrumen Pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2017: 102) instrument adalah alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Tes Kemampuan Berpikir kritis matematis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa tes.

Menurut Arikunto (2013: 193) Tes adalah seretan pertanyaan atau latihan serta lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok. Berkaitan dengan teknik

pengumpulan data yang digunakan, maka instrument pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes uraian. Menurut Hamzah

(2014:42) tes essay atau tes uraian adalah tes yang dikerjakan siswa menuntutnya

untuk mengungkapkan respon atau menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban

soal itu.

Jenis tes yang digunakan yaitu tes dengan soal berbentuk uraian atau essay.

Alasan yang digunakan tes uraian atau tes essay adalah agar lebih mudah untuk

mengetahui kemampuan penalaran matematis dengan melihat berbagai prosedur atau

langkah-langkah siswa yang terdapat pada indikator kemampuan penalaran matematis

Adapun dalam penyusunan instrument pengumpulan data dalam penelitian ini

perlunya diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Validitas Instrumen

Untuk memahami validitas instrument Arikunto (2010) ,menjelaskan Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau keshahihan

sesuatu instrument . Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan ,Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas yang
25

tinggi. Sebaliknya , instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan berupa lembar validasi soal . Untuk

mengetahui apakah instrument yang telah dibuat oleh peneliti benar – benar valid

maka instrument harus divalidasi oleh validator. Dalam penelitian ini ,validitas diuji

adalah validitas logis dan validitas internal.

1. Validitas isi

Menurut (Lestari, 2017) menyatakan bahwa valliditas isi suatu instrument tes
berkenaan dengan kesesuaian butir soal dengan indikator kemampuan yang diukur,
kesesuaian dengan standard kompetensi dan kompetensi dasar materi yang diteliti,
dan materi yang diteskan representatif dalam mewakili keseluruhan materi yang
diteliti. Adapun hal-hal yang harus di validitas isi dalam penelitian ini yang
berkaitan dengan instrument penelitian yang digunakan adalah soal posttest
kemampuan penalaran matematis siswa, kisi-kisi soal, kunci jawaban dan pedoman
penskoran.Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas isi adalah sebagai
berikut.

x=
∑x
n
Keterangan:
x = mean atau rata-rata
∑ x = jumlah skor
n = jumlah siswa

Adapun kriteria validitas isi untuk penilaian secara umum dapat ditunjukkan pada tabel
2.sebagai berikut.

Tabel 2Kriteria Validitas Isi


Nilai Kriteria
1,0 ≤ x< ¿1,8 Sangat Kurang Valid
1,8 ≤ x< ¿ 2,6 Kurang Valid
2,6 ≤ x< ¿ 3,4 Cukup Valid
3,4 ≤ x< ¿ 4,2 Valid
4,2 ≤ x< ¿ 5,0 Sangat Valid
(Nurgianto, 2004)
26

Pada kriteria dalam kategori sangat tidak valid sampai kurang valid maka jangan
digunakan alat ukur ini untuk penelitian (Ihsan, 2016). Alat ukur yang baik dalam
penelitian apabila dalam kategori cukup valid, valid dan sangat valid.

2. Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah instrumen untuk menguji aspek-aspek yang akan


diukur dengan berlandaskan teori tertentu (Sugiyono, 2017). Validitas konstruk
mempersoalkan apakah yang ditanyakan merupakan bagian yang penting di dalam
suatu konsep atau merupakan bagian dari suatu instrument yang disusun(Yusuf,
2015). Validitas konstruk ini dilakukan dengan skor tes total siswa yang dijadikan
kategori. Untuk menghitung validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan
rumus Product Moment sebagai berikut.

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi
X = Jumlah skor butir soal
Y = Jumlah skor total tiap siswa uji coba
N = Jumlah siswa uji coba

Kemudian setelah menghitung instrument dengan menggunakan rumus Product


Moment langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan interpretasi koefisien
validitas yang disajikan pada tabel 3berikut ini.

Tabel 3 Kriteria Validitas Konstruk


Koefisien Validitas Interpre
tasi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat
Tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat
Rendah
(Jihad, 2012)
27

Pada kriteria 00,20 < rxy ≤ 0,40 soal bisa diperbaiki atau diganti
(Jakni,2016:165). Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang
validitasnya memenuhi kriteria sedang, tinggi dan sangat tinggi, (0,40 < rxy ≤ 1,00)

3. Reabilitas instrument

Realibilitas suatu instrument adalah keajegan atau kekonsistenan instrument


tersebut apabila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang
berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan
hasil yang sama atau relatif sama(Lestari, 2017).
Untuk menguji tingkat realibilitas, maka tes diuji cobakan terlebih dahulu.
Uji coba dilakukan di MTs.N Singkawang, kemudian mengukur realibilitas soal
tes kemampuan penalaran matematis siswa materi logika logika matematika
menggunakan rumus sebagai berikut.

r 11 =( )(
n
n−1
1−
∑ Si 2
St 2 )
Keterangan :
r11 = Koefisien realibilitas
n = Banyaknya butir soal
Si2 = Jumlah varians skor setiap butir soal
2
St = Varians skor total
(Sukasono, 2006)

Klasifikasi interpretasi untuk reabilitas yang disajikan pada Tabel 4 sebagai


berikut.
Tabel 4 Kriteria Reabilitas
Nilai Kriteria
0,00 < rxy ≤ Sangat
0,20 Rendah
0,20 < rxy ≤ Rendah
0,40
0,40 < rxy ≤ Cukup
0,60
0,60 < rxy ≤ Tinggi
0,80
0,80 < rxy ≤ Sangat Tinggi
1,00
(Sukasono, 2006)
28

Soal dikatakan baik jika kriteria realibitas tinggi dan sangat tinggi, karena
kriteria suatu instrument penelitian dikatakan realible bila koefesien realibitas (r11)
> 60 (Siregar, 2015).

4. Tingkat Kesukaran

Menurut (Yusuf, 2015) menyatakan kebaikan suatu tes juga akan ditentukan
oleh tingkat kesukaran masing-masing item. Item yang terlalu mudah atau item
yang terlalu sukar merupakan hal yang tidak baik.Untuk menghitung tingkat
kesukaran soal dapat menggunakan rumus(Lestari, 2017) sebagai berikut.
x
IK =
SMI

Dengan :
IK = Indeks kesukaran
x = Rata-rata skor jawaban pada suatu soal
SMI =Skor minimum ideal
Klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran yang disajikan pada
Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5 Kriteria Tingkat Kesukaran


Tingkat Kesukaran Kriteria
IK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 <IK ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 <IK ≤ 1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
(Sukasono, 2006)
Menurut (Lestari, 2017)indeks kesukaran butir soal dikatakan baik apabila
dalam soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Maka dalam
penelitian ini, indeks kesukaran dari butir soal yang akan digunakan berada pada
kriteria mudah, sedang, sukar.
29

5. Daya Pembeda

Menurut (Sukasono, 2006) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan
seberapa jauh kemampuan sesuat butir soal tersebut untuk membedakan anatara
siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai
atau berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Seluruh peserta didik yang ikut tes
dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan
kelompok bawah (tidak pandai). Rumus yang digunakan untuk menghitung
daya pembeda setiap butir soal adalah sebagai berikut.
x A −x B
DP=
SMI
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
xA = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
xB = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh
siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna)

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang disajikan pada Tabel 6


sebagai berikut.
Tabel 6 Kriteria Daya Pembeda
Nilai Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 <DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 <DP ≤ 0,70 Baik
0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Sukasono, 2006)
Pada kriteria 0,00 < DP ≤ 0,20 soal bisa diperbaiki atau diganti (Yanto,2014).

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memenuhi Kriteria daya

pembeda cukup, baik dan sangat baik

b. Angket

Angket adalah cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu
masalah, dan merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna ( Notoatmojo, 2010:147-148).Untuk mengetahui gaya belajar
30

siswa digunakan angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang menyajikan
pertanyaan dan pilihan jawaban sehingga responden hanya dapat
memberikantanggapanterbataspadapilihanyangdiberikan.
Adapun skala sikap yang digunakan oleh peneliti adalah skala likert,dimana setiap
Item dilengkapi dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai(SS) , Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)Skor diberikan bergantung pada
bentuk pernyataan itemnya.

Kriteria penskoran sebagai berikut.

Tabel 7 Skor Skala Likert

AlternatifJawaban SkorItem

SangatSesuai(SS) 4

Sesuai(S) 3

TidakSesuai(TS) 2

SangatTidakSesuai(STS) 1

c. Wawancara

Menurut Anas Sudijono wawancara adalah cara menghimpun bahan – bahan


keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.Ciri utama dari
wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara peneliti dengan sumber
informasi. Wawancara digunakan peneliti untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti dan juga sebagai pelengkap data , untuk menilai atau mengetahui keadaan subjek
dalam menyelesaikan tes, dimana subjek yang diajak wawancara diminta pendapat dan
ide- idenya. Jawaban dari subjek yang diwawancari inilah yang dijadikan sebagai dasar
untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya kesulitan dalam menyelesaikan soal
materi logika

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstuktur atau terbuka . Maksud dari wawancara tidak terstuktur atau terbuka disini
adalah bahwa pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber .Wawancara
31

tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana penelitian tidak menggunakan
pedoman wawancara tersusun secara matematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara tersusun secara matematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

d. keabsahan data

1. pengujian
Menurut Sugiyono (2015: 366) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

meliputi credibility (validitas),dependability (reliabilitas) dan confirmability

(obyektivitas). Namun, uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji credibility

atau kredibilitas data.Uji kredibilitas data merupakan kepercayaan terhadap suatu

data.Dikatakan kredibel apabila data yang dilaporkan penulis sesuai dengan keadaan

pada objek penelitian. Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara triangulasi,

meningkatkan ketekunan dan menggunakan bahan referensi.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu (Sugiyono, 2015: 372). Menurut Sutopo (2006) validitas data dalam

penelitian kualitatif, Triangulasi teknik ada empat yaitu: (1) triangulasi data/sumber

yaitu menggali kebenaran informasi tertentu dengan menggunakan sumber data seperti

hasil wawancara, hasil observasi, dll, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metodologis

penggunaan lebih dari dua metode dalam mempelajari yang sama dalam penelitian, dan

(4) triangulasi teoritis yaitu penggunaan sejumlah teori dalam menafsir seperangkat data

hasil penelitian, akan tetapi jarang sekali tercapai, karena mempunyai asumsi-asumsi

yang berbeda.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi teknik data/sumber yaitu

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber seperti kepala sekolah,
32

guru mata pelajaran, dan siswa yang bersangkutan, yaitu data diperoleh melalui tes soal

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis, tes Motivasi Belajar untuk

mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, kemudian melakukan wawancara untuk

meyakinkan kebenaran hasil tes soal dan tes motivasi belajar serta dokumentasi agar

data tersebut akurat.

Data yang diperoleh dari berbagai cara akan dianalisis, dideskripsikan, dikategorikan

dan dispesifikasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

3. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan (Sugiyono, 2015: 370).Dengan meningkatkan ketekunan

penulis dapat menelaah kekurangan data yang telah terkumpul maupun mengecek

kembali ada yang salah atau tidak, sehingga data yang diperoleh benar-benar valid

dan kredibel.Untuk meningkatkan ketekunan penulis membaca hasil penelitian berupa

tes kemampuan berpikir kritis, hasil angket motivasi belajar, hasil wawancara serta

hal-hal yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh kesesuaian dari hasil data

dengan objek yang sebenarnya.

4. Menggunakan Bahan Referensi

Penggunaan bahan referensi sebagai pendukung untuk membuktikan data yang

telah diperoleh.Seperti data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara atau laporan wawancara. Dalam laporan penelitian ini, data-data yang

dikemukakan akan dilengkapi dengan foto-foto dan laporan wawancara sehingga

menjadi lebih akurat dan mendukung kredibilitas data yang ditemukan penulis.

Penulis menggunakan handphone sebagai media dokumentasi kegiatan yang berkaitan

dengan penelitian seperti melakukan uji coba soal, pelaksanaan tes kemampuan
33

penalaran matematis, tes gaya belajar siswa serta pelaksanaan wawancara dengan

subjek penelitian.

Sedangkan uji dependability (dependabilitas) atau disebut juga reliabilitas

adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian

tersebut. Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan

proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu

diuji reliabilitasnya, jika proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka

penelitian tersebut tidak reliabel (Sugiyono, 2015: 377). Uji dependability dalam

penelitian ini yaitu mengecek data yang diperoleh dari hasil uji coba soal kesekolah

lain. Data yang diperoleh tersebut dedeskripsikan, dikategorikan dan dispesifikasikan

sehingga menghasilkan kesimpulan yang reliabel.

e. Teknik Analisis data


Analisis dalam pengertian umum adalah suatu kegiatan untuk menyelidiki,

menguraikan dan atau menelusuri akar persoalan suatu masalah (Muliawan, 2014:

193). Teknik analisis secara umum dibedakan menjadi analisis induktif dan

deduktif.Dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis induktif, yaitu teknik

penguraian data dan informasi bersifat menyimpulkan, artinya memilih, memilah dan

mengumpulkan data serta informasi yang berbeda-beda kedalam satu pengertian yang

bersifat umum.Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Miles and

Huberman (Sugiyono, 2015: 337) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secaraterus-

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh Aktivitas dalam analisis data

yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.


34

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci dengan melakukan analisis data melalui reduksi

data.Menurut Sugiyono (2015: 338) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan. Tahap reduksi data

dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Memberikan angket motivasi belajar kepada siswa untuk mengetahui motivasi

yang ada pada masing-masing siswa.

b. Memberikan tes soal kemampuan berpikir kritis indikator untuk mengetahui hasil

tes kemampuan masing-masing siswa.

c. Hasil pekerjaan siswa yang menjadi subjek penelitian merupakan data mentah

ditransformasikan pada catatan sebagai bahan untuk wawancara.

d. Melakukan wawancara dengan beberapa subjek penelitian, kemudian hasil

wawancara tersebut disederhanakan dan diolah sehingga menjadi data yang akurat.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2015: 341).

Manfaat penyajian data dapat memudahkan untuk menentukan atau merencanakan

langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap penyajian data dalam penelitian ini

sebagai berikut.

a. Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang dijadikan sebagai bahan untuk wawancara.
35

b. Menyajikan hasil wawancara yang telah dilakukan.

3. Conclusion Drawing/verification

Setelah menyajikan data, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari

data-data yang diperoleh.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang belum pernah ada.Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih belum jelas kebenarannya sehingga setelah diteliti

menjadi sebuah penemuan yang akurat, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.Penarikan kesimpulan merupakan salah satu cara untuk menjawab

rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu dengan membandingkan hasil pekerjaan

siswa dan wawancara.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut.

1. Untuk menjawab permasalahan yang ke 1,2, dan 3 tentang bagaimanakah tingkat

kemampuan Berpikir Kritis matematis ditinjau dari gaya belajar siswa pada materi

Aritmatika sosial kelas VII MTs.N Singkawang digunakan proses penghitungan

sebagai berikut.

a. Menskor angket gaya belajar

Skor diberikan untuk setiap jawaban angket akan disesuaikan berdasarkan


rubik pedoman penskoran angket gaya belajar pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Kriteria Penskoran Angket (Kusioner)

No Skor
Alternatif Jawaban Pertanyaan Pertanyaan
Positif Negatif
1 SS (Sangat Setuju)
2 S (Setuju)
3 KS (Kurang Setuju)
4 R (Ragu-Ragu)
5 STS (Sangat Tidak
Setuju)
36

b. Mengkategorikan gaya belajar siswa


Untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa maka dilihat dari skor
atau pilihan jawaban siswa untuk masing-masing tipe gaya belajar selanjutnya
untuk memutuskan siswa tersebut termasuk kedalam kategori belajar yang mau
maka dilihat pilihan jawaban yang paling tinggi.
Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan siswa pada tiap gaya belajar
tersebut akan dipilih perwakilan-perwakilan untuk setiap kriteria gaya belajar dan
kategori kemampuannya. Sebagai contoh dimisalkan beberapa siswa memiliki
gaya belajar visual dan dari berapa sisa tersebut kemampuannya ada yang
berkatagori tinggi, sedang, dan rendah maka akan dipilih perwakilan masing-
masing satu orang untuk di analisis jawabanya. dan dilakukan wawancara.
Demikian juga untuk kriteria gaya belajar yang lainnya.
Table 9
Contoh tabel katagori gaya belajar siswa

No. Nama siswa Gaya belajar Katagori gaya belajar


Visual audio kinestetik siswa
1
2
3

c. Penskoran

Setelah Pelaksanaa tes tertulis selesai dilakukan , selanjutnya pekerjaan

siswa siperiksa dan dilanjutkan dengan pesnkoran .Skor diberikan untuk setiap

soal sesuai berdasarkan rubrik penskoran

d. Analisis data tes

Kemampuan penalaran matematis untuk menghitung nilai siswa yang

diperoleh berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran matematis dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut.

Skor Mentah(SM )
Nilai = X 100
Skor Maksimum Ideal (SMI )

Skor mentah merupakan skor yang dicapai atau diperoleh siswa, tahap selanjutnya
37

mngklasifikasikan kriteria nilai siswa berdasarkan tabel 10 sebagai berikut


Tabel 10 Kriteria Nilai Siswa

Rentang Nilai Kriteria


70 < N ≤ 100 Tinggi
60 < N ≤ 70 Sedang
0 ≤ N ≤ 60 Rendah
(Modifikasi Hendriana & soemarmo, 2017: 52)

Setelah dilakukan penskoran dan di skor diubah ke dalam bentuk nilai, maka

dilihat jumlah siswa dari pada setiap criteria tersebut. Hasil dari pengelompokan

jumlah siswa pada tiap criteria tingkat kemampuan penalaran matematis akan

disajikan pada table 11

Tabel 11
Contoh Tabel Tingkat kemampuan siswa
Pada indikator ke 1, 2, 3

No. soal Skor


No. Nama siswa Kriteria
1 2 3 4 Total

Jumlah

Selanjutnya juga akan dilihat nilai perindikator , untuk menghitung rata-rata

pencapaian seluruh siswa pada setiap indikator kemampuan penalaran matematis (

x n) dengan rumus sebagai berikut

rata−rata skor keseluruhan siswa pada tiapindikator


x n= x 100 %
skor maksimal
38

Anda mungkin juga menyukai