Anda di halaman 1dari 36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah mixed methods atau metode

penelitian kombinasi. Metode penelitian kombinasi adalah suatu metode

penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode

kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam

suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid,

reliabel dan obyektif (Sugiyono, 2017). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kombinasi model Sequential Explanatory Desain.

Metode kombinasi model atau desain Sequential Explanatory Desain (urutan

pembuktian) adalah metode penelitian dengan pengumpulan data dan analisis data

kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan data kualitatif

pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif pada penelitian

pertama (Sugiyono, 2017). Adapun gambaran desain penelitian yang dilaksanakan

dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


Masalah dan Landasan Pengumpulan Hasil
rumusan teori dan dan analisis data pengujian
masalah hipotesis kuantitatif hipotesis

Kesimpulan Analisis data Pengumpulan


Penentuan
dan Saran kuantitatif dan dan analisis
sumber data
kualitatif data kualitatif
penelitian
Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian Kombinasi Sequential
Explanatory Desain

48
49

Untuk memperoleh data kuantitatif digunakan teknik pengumpulan data

dengan tes kemampuan berpikir kritis. Sedangkan data kualitatif diperoleh dengan

menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara

(Sugiyono, 2017). Penelitian kuantitatif menggunakan quasi experimental design

karena dalam penelitian ini peneliti tidak dapat sepenuhnya mengontrol semua

variabel luar yang memepengaruhi jalannya eksperimen. Kelompok pertama

diberi perlakuan pertama dan kelompok kedua diberi perlakuan kedua Pada desain

ini objek penelitian ditempatkan secara random kedalam kelas-kelas dan

ditampilkan sebagai variabel independen yang diberi pre-test dan post-test.

Tabel 2. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design


O1 X O2
(Sug iyono, 2017)
O3 O4
Keterangan :
O1 = Test kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum perlakuan
(pretes).
O2 = Test kemampuan berpikir kritis matematis siswa sesudah perlakuan
(posttest).
X = Pembelajaran menggunakan model brain based learning dengan
pendekatan open ended.
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Mts.Nurusshibiyan Singkawang yang

beralamat Jalan Bukit Batu Gg Santri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2019/2020, semester ganjil.

Adapun jadwal penelitian bisa dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Jadwal Penelitian


50

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kegiatan Hari/ Kegiatan Hari/
Waktu Waktu
Tanggal Tanggal
Senin, Selasa,
10.30- 07.00-
Pretest 21 Juli Pretest 23 Juli
11.10 07.40
2019 2019
Model Senin, Selasa,
11.10- Pembelajaran 07.40-
BBL 21 Juli 23 Juli
12.30 Langsung 09.00
dengan 2019 2019
dengan
pendekatan Rabu, Kamis,
07.00- Pendekatan 11.20-
Open 23 Juli 25 Juli
08.20 Saintific 12.40
Ended 2019 2019
Jum’at, Kamis,
08.00- 12.40-
Posttest 25 Juli Posttest 25 Juli
08.40 13.20
2019 2019
Jum’at,
Angket 08.40-
25 Juli
Motivasi 08.55
2019
Senin,
10.30-
Wawancara 29 Juli
11.00
2019

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dalam

penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas VIII Mts.

Nurusshibyan Singkawang yang terdiri dari 4 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C

dan VIII D.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Teknik sampelnya adalah sampling purposive

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan


51

penulis dalam penelitian ini adalah kelas di kelas VIII C sebagai subjek penelitian

didasarkan pada pertimbangan guru, yaitu berdasarkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal serta dalam berkomunikasi. Sedangkan teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah Non probality sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama

pada setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

(Sugiyono, 2017).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini perlu dijelaskan dan dibatasi agar

tidak terjadi kesalahpahaman dan pengertian antara penulis dan pembaca, maka

dari itu perlu dijelaskan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Brain Based Learning dengan Pendekatan Open

Ended

Model pembelajaran brain based learning adalah suatu model pembelajaran

yang diselaraskan dengan cara kerja otak siswa yang didesain secara ilmiah untuk

belajar, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa akan

belajar sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang sedang

dipelajari. pendekatan open ended adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan

masalah terbuka dimana memberikan keluasan kepada siswa untuk memperoleh

pengetahuan, pengalaman, menemukan, mengenali, dan menyelesaikan masalah

dengan cara yang berbeda. bahwa soal open ended dapat diartikan sebagai soal

yang memiliki strategi atau jawaban lebih dari satu penyelesaian. Adapun aspek

keterbukaan soal open ended yang dikaji adalah sebagai berikut.


52

1) Terbuka proses penyelesaian, yaitu soal itu memiliki beragam cara

penyelesaian.

2) Terbuka hasil akhirnya, yaitu soal itu memiliki banyak jawab yang benar.

3) Terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah menyelesaikan

suatu soal selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan

mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan

Model pembelajaran braind based learning dengan pendekatan open ended

adalah suatu model pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak siswa

yang didesain secara ilmiah untuk belajar, tetapi lebih mengutamakan pada

kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar sehingga siswa dapat dengan mudah

menyerap materi yang sedang dipelajari, dimana memberikan keleluasan kepada

siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, menemukan, mengenali, dan

menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda.

Keterkaitan langkah dalam model pembelajaran brain based learning

dengan pendekatan open ended yaitu (1) tahap persiapan, tahap ini terdapat

pendekatan open ended yaitu pada tahap pertama menghadapkan siswa pada

masalah (problem) terbuka dengan menekankan pada bagaimana siswa sampai

pada sebuah solusi. Tahap ini, guru menciptakan suasana didalam kelas dengan

menciptakan keingintahuan atau kegembiraan siswa dengan menghadapkan

siswa pada masalah dimana siswa digali agar sistem otaknya dapat berkembang

dalam menyelesaikan soal terbuka sebuah solusi. (2) Inisiasi dan Akuisisi, tahap

ini terdapat pendekatan open ended yaitu pada tahap kedua yaitu membimbing

siswa untuk menemukan pola dalam mengkonstruksi permasalahannya sendiri.


53

Pada tahap ini guru berinteraksi kepada siswa untuk menciptakan koneksi agar

guru dapat membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkonstruksi

permasalahannya sendiri. (3) Elaborasi, tahap ini ini terdapat pendekatan open

ended yaitu pada tahap ketiga yaitu membiarkan siswa memecahkan masalah

dengan berbagai penyelesaian dan jawaban yang beragam. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji,

dan memperdalam pembelajaran dalam memecahkan masalah dengan berbagai

penyelesaian dan jawaban yang beragam.. (4) Verifikasi dan Pengecekan

Keyakinan, tahap ini ini terdapat pendekatan open ended yaitu pada tahap

keempat yaitu Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuannya.

Jadi tahap model pembelajaran brain based learning dengan pendekatan

open ended adalah (1) pra-paparan, (2) persiapan, (3) inisiasi dan akuisisi, (4)

elaborasi, (5) inkubasi dan memasukkan memori, (6) verifikasi dan pengecekan

keyakinan, dan (7) perayaan dan integrasi.

2. Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific merupakan pendekatan dimana untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah. Penerapan pendekatan scientific dalam

pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,

mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.

Adapun langkah-langkah dalam pendekatan scientific adalah 5M yaitu, (1)

mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, dan (5) mengkomunikasikan.
54

Tahapan-tahapan pendekatan scientific memiliki tujuan agar siswa dapat

berpartisipasi dan terlibat aktif selama pembelajaran.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan dalam proses berpikir dalam

menyelesaikan masalah matematika yang melibatkan pengetahuan, penalaran, dan

pembuktian matematika. Indikator kemampuan berpikir kritis ada 3 yaitu: (1)

Mengidentifikasi asumsi yang diberikan, (2) Menentukan cara yang dapat dipakai

untuk menyelesaikan masalah, (3) Mengungkapkan konsep/teorema/definisi

dengan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah.

4. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dorongan siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan baik, dimana hal ini ditunjukkan dengan respon yang siswa

berikan pada lembar angket. Indikator motivasi belajar pada penelitian ini adalah

(1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, (3) ketekunan dalam mengerjakan matematika, (4) dapat

mempertahankan pendapatnya, (5) gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas

matematika.

5. Materi Pola Bilangan

Materi pola bilangan dalam penelitian ini adalah materi pola bilangan yang

dipelajari di kelas VIII tinggkat SMP/ sederajat. Materi pola bilangan yang akan

dibahas dalam penelitian ini terbatas pada indikator yaitu pola bilangan bulat,

genap, ganjil, segitiga, persegi, persegi panjang, segitiga pascal dan menentukan

pola umum pada pola bilangan.


55

E. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017).

a. Teknik Pengkuran

Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif

untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma

tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan (Nawawi, 2015). Peneliti

menggunakan teknik pengukuran karena data yang akan peneliti kumpulkan

berupa data kuantitatif yaitu berbentuk skor. Teknik pengukuran yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa soal pretes dan posttest kemampuan berpikir

kritis matematis dengan materi pola bilangan. Adapun tes yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk soal uraian yang terdiri dari 3 butir soal.

b. Teknik Komunikasi Langsung

Teknik komunikasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang

dilakukan dengan berhubungan langsung (tatap muka) dengan subjek

penelitiannya (Nawawi, 2015). Teknik komunikasi langsung dalam penelitian ini

adalah wawancara kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah diterapkan

model pembelajaran brain based learning dengan pendekatan open ended pada

materi pola bilangan.

c. Teknik Komunikasi Tidak Langsung


56

Teknik komunikasi tak langsung adalah cara mengumpulkan data yang

dilakukan dengan mengadakan hubungan tidak langsung atau dengan perantara

alat yang sudah tersedia maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu

(Nawawi, 2015). Teknik komunikasi tidak langsung dalam penelitian ini adalah

angket motivasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran brain based

learning dengan pendekatan open ended pada materi pola bilangan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017). Instrumen yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar tes kemampuan

berpikir kritis matematis.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.

Pengumpulan data melalui teknik tes dilakukan dengan memberikan instrumen tes

yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau soal untuk memperoleh kemampuan

siswa terutama pada aspek kognitif (Lestari, 2017). Jenis yang akan digunakan

untuk tes tertulis adalah tes dengan soal berbentuk uraian yang terdiri dari 3 soal.

Alasannya digunakannya tes uraian karena dapat mengukur aspek kognitif yang

lebih tinggi dan menghindari sifat terkaan dalam menjawab soal.

Adapun dalam penyusunan instrumen perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut.

1) Validitas
57

Sebuah tes dikatan valid menurut (Arikunto,2015) apabila tes tersebut

mengukur apa yang hendak diukur. Maksud dari validitas sebuah tes adalah untuk

mengetahui kesesuaian antara materi tes dengan kisi-kisi yang dibuat. Dalam

penelitian ini jenis validitas yang digunakan untuk mengukur kevalidan tes adalah

validitas isi dan validitas konstruk.

a) Validitas Isi

Menurut (Lestari, 2017) menyatakan bahwa valliditas isi suatu instrument

tes berkenaan dengan kesesuaian butir soal dengan indikator kemampuan yang

diukur, kesesuaian dengan standard kompetensi dan kompetensi dasar materi yang

diteliti, dan materi yang diteskan representatif dalam mewakili keseluruhan materi

yang diteliti. Validitas isi ini digunakan untuk menvaliditasi kesesuaian soal

pretest dan postest dengan kisi-kisi. Oleh karena itu alat tes dalam penelitian ini

sebelum dilakukan uji coba, terlebih dahulu diberikan kepada tiga orang penilai

atau validator untuk memberikan validasi yaitu dua orang dosen prodi pendidikan

matematika STKIP Singkawang dan satu orang guru bidang studi matematika

Mts. Nurusshibyan Singkawang. Rumus yang digunakan untuk menghitung

validitas isi adalah sebagai berikut.

x=
∑x
n
Keterangan:
x = mean atau rata-rata
∑ x = jumlah skor
n = jumlah siswa
Adapun kriteria validitas isi untuk penilaian secara umum dapat ditunjukkan

pada Tabel 4 sebagai berikut.


58

Tabel 4. Kriteria Validitas Isi

Nilai Kriteria
1,0 ≤ x< ¿1,8 Tidak Baik
1,8 ≤ x< ¿ 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ x< ¿ 3,4 Cukup
3,4 ≤ x< ¿ 4,2 Baik
4,2 ≤ x< ¿ 5,0 Sangat Baik

Pada kriteria dalam kategori sangat tidak valid sampai kurang valid maka

jangan digunakan alat ukur ini untuk penelitian (Ihsan, 2016). Alat ukur yang

baik dalam penelitian apabila dalam kategori cukup valid, valid dan sangat valid.

Perhitungan validitas RPP, validasi soal pretest dan posttest, dan validasi

angket motivasi siswa dilakukan dengan menghitung rata rata keseluruhan dan

disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut.


59

Tabel 5. Rekapitulasi Validasi Oleh Validator

Validator Rata-
NO Instrumen Keterangan
I II III rata
1. RPP 4 3,6 4,6 4,1 Baik
Soal Pretest Kemampuan
2. Berpikir Kritis Matematis 4,7 4 4,6 4,4 Sangat Baik
Siswa
Soal Posttest Kemampuan
3. Berpikir Kritis Matematis 4,8 4,4 4,3 4,5 Sangat Baik
Siswa
Angket Motivasi Belajar
4. 4,4 4,4 4,2 4,3 Sangat Baik
Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan validasi pada Tabel 5 dapat disimpulkan

bahwa untuk rata-rata perhitungan RPP, soal pretest dan posttest, angket motivasi

siswa berada pada kriteria baik dan sangat baik sehingga dapat digunakan untuk

penelitian. Adapun saran dari validator adalah memperbaiki RPP dan kalimat

dalam tes kemampuan berpikir kritis untuk mempermudah siswa memahai soal

yang diberikan. Adapun untuk penilaian validasi oleh validator dapat dilihat pada

Lampiran B-1.

b) Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah instrumen untuk menguji aspek-aspek yang akan

diukur dengan berlandaskan teori tertentu (Sugiyono, 2017). Validitas konstruk

mempersoalkan apakah yang ditanyakan merupakan bagian yang penting di dalam

suatu konsep atau merupakan bagian dari suatu instrument yang disusun (Yusuf,

2015). Validitas konstruk ini dilakukan dengan skor tes total siswa yang dijadikan

kategori. Untuk menghitung validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan

rumus Product Moment sebagai berikut.


60

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi
X = Jumlah skor butir soal
Y = Jumlah skor total tiap siswa uji coba
N = Jumlah siswa uji coba

Kemudian setelah menghitung instrument dengan menggunakan rumus

Product Moment langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan interpretasi

koefisien validitas yang disajikan pada Table 6 berikut ini.

Tabel 6. Kriteria Validitas Konstruk

Koefisien Validitas Interpretasi


0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Sedang
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Jihad, 2012)

Pada kriteria 00,20 < rxy ≤ 0,40 soal bisa diperbaiki atau diganti

(Jakni,2016). Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang

validitasnya memenuhi kriteria sedang, tinggi dan sangat tinggi, (0,40 < r xy ≤

1,00).

Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di Mts. Al-Fatah

Singkawang di kelas IX B yang berjumlah 24 siswa, diperoleh hasil perhitungan

validasi yang disajikan dalam Tabel 7 dijabarkan sebagai berikut.


61

Tabel 7. Rekapitulasi Validitas Konstruk Uji Coba Soal

Nilai Validitas
Butir Soal Interpretasi
Konstruk
1a 0,67 Tinggi
1b 0,54 Sedang
1c 0,65 Sedang
2a 0,61 Tinggi
2b 0,53 Sedang
2c 0,40 Sedang
3a 0,50 Sedang
3b 0,59 Sedang
3c 0,79 Tinggi

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal tes pada penelitian ini

memiliki validasi dengan kriteria sedang untuk soal nomor 1b, 1c, 2b, 2c, 3a, dan

3b, dan validasi dengan kriteria tinggi untuk soal nomor 1a, 2a, dan 3c, maka

rata-rata dari hasil validitas konstruk uji coba soal adalah 0,58 dengan kriteria

sedang. Adapun perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran B-6.

2) Realibilitas Soal Tes

Realibilitas suatu instrument adalah keajegan atau kekonsistenan instrument

tersebut apabila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang

berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan

hasil yang sama atau relatif sama (Lestari, 2017).

Untuk menguji tingkat realibilitas, maka tes diuji cobakan terlebih dahulu.

Uji coba dilakukan di Mts. Al-Fatah kemudian mengukur realibilitas soal tes

kemampuan berpikir kritis matematis siswa materi aritmatika sosial menggunakan

rumus sebagai berikut.

( )( ∑ Si
)
2
n
r 11= 1−
n−1 St
2
62

Keterangan :
r11 = Koefisien realibilitas
n = Banyaknya butir soal
2
Si = Jumlah varians skor setiap butir soal
2
St = Varians skor total
(Sukasono, 2006)

Klasifikasi interpretasi untuk reabilitas yang disajikan pada Tabel 8 sebagai

berikut.

Tabel 8. Kriteria Reabilitas

Nilai Kriteria
0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Soal dikatakan baik jika kriteria realibitas tinggi dan sangat tinggi, karena

kriteria suatu instrument penelitian dikatakan realible bila koefesien realibitas (r11)

> 60 (Siregar, 2015).

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di Mts. Al-Fatah Singkawang

diperoleh nilai tingkat reliabilitas yang disajikan dalam Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Rekapitulasi Tingkat Reliabilitas Uji Coba Soal

Tingkat
Butir Reliabilit
1a 1b 1c 2a 2b 2c 3a 3b 3c Reliabil
Soal as
itas
Juml 63 65 52 66 68 60 78 74 51
ah
1, 1, 2, 1, 1,6 1,5 1, 0,8 1,8 0,71 Tinggi
𝟐
𝒔𝒊 55 17 06 59 2 7 50 6 5

Berdasarkan perhitungan reliabilitas diperoleh nilai reliabilitasnya yaitu 0,67

dengan reliabilitas tinggi. Hal ini berarti soal yang diuji cobakan reliable atau
63

dapat dipercaya, sehingga kedua soal tersebut layak untuk digunakan. Adapun

perhitungan untuk reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran B-7.

3) Tingkat Kesukaran

Menurut (Yusuf, 2015) menyatakan kebaikan suatu tes juga akan ditentukan

oleh tingkat kesukaran masing-masing item. Item yang terlalu mudah atau item

yang terlalu sukar merupakan hal yang tidak baik.Untuk menghitung tingkat

kesukaran soal dapat menggunakan rumus (Lestari, 2017) sebagai berikut.

x
IK =
SMI

Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
x = Rata-rata skor jawaban pada suatu soal
SMI =Skor minimum ideal

Klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran yang disajikan pada Tabel

10 sebagai berikut.

Tabel 10. Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kriteria


IK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
(Sukasono, 2006)

Menurut (Lestari, 2017) indeks kesukaran butir soal dikatakan baik apabila

dalam soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Maka dalam

penelitian ini, indeks kesukaran dari butir soal yang akan digunakan berada pada

kriteria mudah, sedang, sukar.


64

Berdasarkan pada hasil uji coba soal yang telah dilakukan dapat diketahui

hasil dari tingkat kesukaran soal yang disajikan dalam tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Uji Coba

Butir Soal Tingkat Kesukaran Kriteria


1a 0,61 Sedang
1b 0,67 Mudah
1c 0,51 Sedang
2a 0,65 Sedang
2b 0,67 Mudah
2c 0,61 Sedang
3a 0,77 Mudah
3b 0,73 Mudah
3c 0,49 Sedang

Berdasarkan Tabel 11 tampak bahwa nilai tingkat kesukaran tes dari 9 soal

untuk kategori mudah berjumlah 4 butir soal yaitu 1b, 2b, 3a dan 3b sedangkan

dengan kriteria sedang berjumlah 5 butir soal yaitu 1a, 1c, 2a, 2c, dan 3c dengan

rata-rata tingkat kesukaran 0,63 dengan kategori sedang. Adapun perhitungan

hasil tingkat kesukaran uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran B-8.

4) Daya Pembeda

Menurut (Sukasono, 2006) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan

seberapa jauh kemampuan sesuat butir soal tersebut untuk membedakan anatara

siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai

atau berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D). Seluruh peserta didik yang ikut tes dikelompokan

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (tidak

pandai). Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir

soal adalah sebagai berikut.


65

x A −x B
DP=
SMI

Keterangan :
DP = Daya Pembeda
xA = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
xB = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh siswa
jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna)

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang disajikan pada Tabel 12

sebagai berikut.

Tabel 12. Kriteria Daya Pembeda

Nilai Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Sukasono, 2006)

Pada kriteria 0,00 < DP ≤ 0,20 soal bisa diperbaiki atau diganti (Yanto,

2014). Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memenuhi

kriteria daya pembeda cukup, baik dan sangat baik.

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan, maka diperoleh hasil perhitungan

untuk daya pembeda soal yang dijabarkan dalam Tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13. Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Soal

Butir Soal Nilai Daya Pembeda Kriteria


1a 0,27 Cukup
1b 0,22 Cukup
1c 0,29 Cukup
2a 0,29 Cukup
2b 0,25 Cukup
2c 0,25 Cukup
3a 0,25 Cukup
3b 0,20 Cukup
66

3c 0,39 Cukup
Berdasarkan Tabel 13 tampak terlihat bahwa nilai daya pembeda tes dari 9

soal semua berada pada kategori cukup. Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa

secara keseluruhan nilai tingkat kesukaran tes berada pada kategori cukup, yang

artinya tes layak digunakan untuk penelitian. Adapun rekapitulasi hasil daya

pembeda dapat dilihat pada Lampiran B-7.

b. Angket Motivasi Belajar Siswa

Lembar angket dalam penelitianini untuk mengetahui motivasi belajar siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Lembar angket diberikan ke siswa pada akhir

pertemuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Lembar angket ini terdiri

dari dua kelompok item, yaitu item yang mendukung pertanyaan atau favorable

dan item yang tidak mendukung pertanyaan atau unfavorable. Angket dalam

penelitian ini disusun dengan pernyataan bersifat tertutup dengan skala 1-5 (skala

Likert) dan berupa pertanyaan positif-negatif. Adapun kriteria dalam angket

motivasi siswa ditunjukkan pada tabel 14 sebagai berikut.

Tabel 14. Kriteria Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor


SS (Sangat Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju) 5
S (Setuju) TS (Tidak Setuju) 4
RG (Ragu-ragu) RG (Ragu-ragu) 3
TS (Tidak Setuju) S (Setuju) 2
STS (Sangat Tidak
SS (Sangat Setuju) 1
Setuju)

c. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam

menyelesaikan tes kemampuan berpikir kritis pada materi aritmatika sosial.


67

Sebelum melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrumen berupa

pedoman wawancara yang berisi wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan

tertulis. Penggunaan pedoman wawancara memiliki keunggulan yaitu data hasil

wawancara mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyiono,2015)

Setelah data penelitian terkumpul dari hasil pengumpulan data melalui tes,

kemudian data diolah sesuai langkah-langkah sebagai berikut.

a. Untuk menjawab sub rumusan masalah 1 yaitu untuk mengetahui perbedaan

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi

aritmatika sosial antara kelas yang menerapkan model pembelajaran braind

based learning (BBL) dengan pendekatam open ended dengan kelas kontrol

yang menggunakan pendekatan saintifik dikelas VII sekolah Mts.

Nurusshibiyan Singkawang, data yang dianalisis adalah data nilai pretest dan

postest, langkah-langkahnya sebagai berikut.

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan skor alternatif jawaban dan

pedoman penskoran yang digunakan.

2) Menghitung rata-rata pre-test dan post-test baik pada kelas eksperimen dan

kontrol.

3) Menghitung N-Gain
68

4) Menentukan peningkatan dan rata-rata setiap indikator dengan perhitungan N-

Gain dengan rumus dapat dilihat sebagai berikut.

Sp1−Sp2
N−Gain=
SM −Sp2

Keterangan:
Sp1 = Skor Post-test
Sp2 = Skor Pre-test
SM = Skor maksimal (100)

Interpretasi gain score menurut Hake (Cellycia, 2016) akan disajikan dalam

tabel 15 berikut.

Tabel 15. Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria


g>0,7 Tinggi
0,30¿ g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
(Lestari, 2017)

5) Untuk menentukan uji statistik yang digunakan terlebih dahulu ditentukan uji

normalitas data dan homogenitas varians. Langkah yang di lakukan adalah

langkah-langkah berikut.

a) Uji Normalitas

Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut.

b) Menentukan hipotesis

H 0=¿Kelas berdistribusi normal

H a =¿Kelas tidak berdistribusi normal

c) Selanjutnya akan dihitung dengan rumus statistik uji Liliefors, yaitu sebagai

berikut.
69

Lhit =Maks │ F ( Zi )−S (Zi)│

Keterangan:
F ( Zi ) = Fungsi distribusi komulatifnormal standar
Xi−x
Zi =
Sd
x = Rata-rata
Sd = Simpangan baku

(1) Menghitung rata-rata ( x ¿¿ dan standar deviasi (Sd)

Untuk menghitung rata-rata hasil gain score pre-test dan post test dengan

rumus:
n

∑ xi
x= i=1
n

Keterangan :
x = rata-rata
Xi = skor siswa
n = jumlah seluruh data

(2) Menentukan standar deviasi (Sd)

SD=
√ ∑ fi( xi−x)2
(n−1)

Keterangan:
SD = Simpangan Baku
x = nilai rata-rata
xi = titik tengah
fi = frekuensi
n = jumlah sampel

d) Adapun kriteria pengujian taraf signifikan 5% atau 0,05 adalah sebagai

berikut.
2 2
Jika x hitung <x tabel maka H 0 diterima dan H a ditolak, artinya sampel berasal

dari data yang berdistribusi normal .


70

Jika x 2hitung ≥ x 2tabel maka H 0 ditolak dan H a diterima, artinya sampel berasal

dari data yang berdistribusi tidak normal

6) Jika data berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas

menggunakan rumus Uji Fisher. Adapun langkah-langkah perhitungan uji

homogenitas menggunakan Uji Fisher sebagai berikut.

a) Mencari varian variabel X dan Y. Variabel X dan Y disini dimaksudnya

adalahkelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu dengan rumus berikut.

2
√ 2 2

Si = n ∑ X −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ dan Si = n ∑ Y −¿ ¿ ¿ ¿ ¿
2

b) Kemudian, pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan

rumus uji-F, yaitu dengan rumus berikut.

varians terbesar
F=
varians terkecil

c) Kriteria pengujian dengan taraf sigifikan 5%

Jika Fhitung ¿ F tabel, berarti homogen.

Jika Fhitung ¿ F tabel, berarti tidak homogen.

7) Jika data berdistribusi normal dan varians homogen, maka dapat melanjutkan

dengan perhitungan menggunakan uji independent sample t- Test. Dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menentukan Hipotesis

Ho = μ1 ≤ μ2 (kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen

kurang dari atau sama dengan kelas kontrol)

H a = μ1 ≥ μ2 (kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen

lebih baik dari kelas kontrol)


71

b) Menghitung nilai thitung dengan rumus sebagai berikut:

X 1− X 2
t hitung =

√ √
2 2
( n1−1 ) S1 + ( n2−1 ) S 2 1 1
. ( + )
n1+ n2−2 n1 n2

Keterangan :
n1 = Jumlah data kelas eksperimen
n2 = Jumlah data kelas kontrol
2
S1 = varians kelas eksperimen
2
S2 = varians kelas kontrol
X 1 = Rata-rata N-Gain kelompok eksperimen
X 2 = Rata-rata N-Gain kelompok kontrol

c) Menentukan nilai t hitungdengan α = 0,05 dan db = n−1

d) Melakukan pengujian dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel dengan

kriteria pengujian:

jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak sebaliknya jika t hitung>t tabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima.

8) Jika salah satu data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya

adalah menggunakan statistik no-parametrik, dalam hal ini menggunakan Uji

U Mann-Whitney. Langkah-langkah Uji U Mann-Whitney adalah sebagai

berikut.

a) Menetukan Hipotesis

Ho = μ1 ≤ μ2 (kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen

kurang dari atau sama dengan kelas kontrol)


72

H a = μ1 ≥ μ2 (kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen

lebih baik dari kelas kontrol)

b) Menentukan besar sampel yaitu n1 dan n2

Keterangan:
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2

c) Menghitung harga U dari masing-masing sampel dengan rumus sebagai

berikut.

Sampel pertama dengan n1

n2 (n 1+1)
U 1=n1 n 2+ − ∑ R1
2

Sampel kedua dengan n2

n2 ( n2+1)
U 2=n1 n 2+ − ∑ R2
2

Keterangan:
U 1 = Jumlah peringkat untuk kelas eksperimen
U 2 = Jumlah peringkat untuk kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel untuk kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel untuk kelas kontrol
R1 = Jumlah rangking pada sampel untuk kelas eksperimen
R2 = Jumlah rangking pada sampel untuk kelas kontrol

Pilih nilai U terkecil dari nilai U 1 dan U 2 sebagai nilai U

d) Menentukan Zhitung dengan rumus sebagai berikut

u−E(u)
Z hit =
σu

Dengan E ( u )=
n1 n 2
2 √
n n ( n + n +1)
dan standar deviasi SD= 1 2 1 2
12
73

e) Kriteria pengambilan keputusan

Ha ditolak jika Ztabel ≤ Zhitung ≤Ztabel

Ha diterima jika Zhitung¿ Ztabel atau Zhitung¿ Ztabel

b. Untuk menjawab sub rumusan masalah 2 yaitu untuk mengetahui ketercapaian

ketuntasan kemampuan berpikir kritis matematis siswa (KKM=75) baik secara

klasikal maupun individual pada materi aritmatika sosial setelah diterapkan

model pembelajaran brain based learning (BBL) dengan pendekatan open

ended pada kelas VII sekolah MTs. Nurusshibyan Singkawang, langkah-

langkahnya sebagai berikut.

1) Langkah-langkah ketuntasan individual

Untuk menentukan ketuntasan individual maka akan digunakan rumus t-

test one sampel. Sebelum digunakan uji hipotesis dengan uji t.

a) Menentukan Hipotetis untuk menentukan ketuntasan belajar individual yaitu.

Ho = μ ≤ 75 (rata-rata siswa belum mencapai KKM)

Ha = μ ˃ 75 (rata-rata siswa mencapai KKM)

b) uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t independent sample dengan taraf

5% dengan rumus.

x−φ0
t=
s
√n
Keterangan :
x = rata-rata
φ 0 = KKM
S = Simpangan Baku
n = Banyak Sample

c) Kriteria pengujian
74

Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel dengan dk= (n-1) dan taraf signifikan 5%.

2) Langkah-langkah ketuntasan klasikal

Untuk menentukan ketuntasan klasikal maka akan digunakan rumus uji

proporsi. Sebelum digunakan uji hipotesis dengan uji proporsi, Hipotesis untuk

menentukan ketuntasan belajar klasikal yaitu.

Ho = ℼ ≤ 75% (proporsi siswa mendapat nilai KKM ≥ 75 belum mencapai 75% )

Ha = ℼ ˃ 75% (proporsi siswa mendapat nilai KKM ≥ 75 mencapai 75%)

Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka

penguian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji proporsi dengan

taraf 5% dengan rumus.

x
−φ0
n
z=

√ φ 0 (1−φ0)
n

Keterangan :
x = banyak peserta didik yang tuntas secara individual
φ 0 = nilai yang dihipotesiskan
n = Banyak Sample
Kriteria : Ho ditolak jika z hitung ≥ t tabel dengan taraf signifikan 5% atau z ≥

z 0,5−a

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Menurut Sugiyono (2015) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian.


75

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam penelitian ini

adalah setelah pengumpulan data kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada

penelitian. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban diwawancarai setelah analisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu, diperoleh data yang dianggap kreadibel.

Terdapat tiga aktivitas dalam analisis data yang dikemukan oleh Miles dan

Huberman (Sugiyono, 2017) yaitu data reduction (reduksi data), data display

( penyajian data) dan conculation drawing/veritycation (penarikan kesimpulan).

a. Reduksi Data

Menurut (Sugiyonono, 2017) mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola,

serta membuang yang tidak perlu. Tahap reduksi dalam penelitian ini meliputi: (1)

mengoreksi hasil tes jawaban siswa, (2) mengoreksi hasil jawaban angket

motivasi belajar siswa untuk mendapatkan siswa yang akan jadi subjek penelitian,

(3) hasil pekerjaan siswa dari subjek penelitian merupakan data mentah untuk

ditransformasikan pada catatan lapangan sebagai bahan untuk wawancara, (4)

hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi,

kemudian diolah menjadi data yang siap digunakan,.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
76

kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

sebagaimana dikutip oleh (Sugiyono, 2017) menyatakan bahwa yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks dan bersifat naratif. Penyajian data dalam tahap ini berupa, (1) menyajikan

hasil angket siswa yang telah diberi, (2) menyajikan hasil pekerjaan siswa dari tes

yang diberikan, (3) menyajikan hasil wawancara yang telah dilakukan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan

merupakan temuan yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kasual/interaktif dan hipotesis/teori. Setelah dilakukan penskoran, hasil skor

diurutkan dari tertinggi sampai terendah. Kemudian dilakukan pengelompokan

siswa yaitu kelompok atas, tengah dan bawah. Setelah itu, dapat dilihat tingkat

kriteria kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa serta motivasi

belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran brain based learning

dengan pendekatan open ended.

d. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam metode penelitian kualitatif menggunakan

istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Uji keabsahan data meliputi uji

kreadibilitas data (validitas), dependalibitas (reliabilitas) dan konfirmabilitas

(obyektivitas). Namun, uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

kreabilitas data. Kreabilitas data artinya kepercayaan terhadap data. Suatu temuan
77

atau data dapat dikatakan kredibeljika tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada byek yang diteliti. Uji

kreadibilitas dilakukan dengan cara triangulasi, meningkatkan ketekunan, dan

menggunakan bahan referensi.

1) Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2017). Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tringulasi sumber. Tringulasi sumber ini dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber seperti kepala

sekolah, guru mata pelajaran, dan siswa yang bersangkutan.data dari sumber-

sumber tersebut kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan

yang sama, yang berbeda, dan dispesifikasikan sehingga menghasilakan suatu

kesimpulan.

2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau

tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat

memberikan deskripsi data yang akurat tentang apa yang diamati.

3) Menggunakan Bahan Referensi

Penggunaan bahan referensi maksudnya adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil

wawancara harus perlu didukung dengan adanya rekaman atau laporan


78

wawancara. Dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan akan dilengkapi

dengan foto-foto dan laporan wawancara, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya

dan mendukung kreadibilitas data yang ditemukan peneliti.

Untuk menjawab permasalahan ke-3,4 dan 5 yaitu untuk mengetahui tingkat

kemampuan berpikir kritis matematis pada materi pola bilangan ditinjau dari

motivasi belajar siswa ( tinggi, sedang dan rendah) ketika diterapkan model

pembelajaran brain based learning aind based learning (BBL) dengan

pendekatam open ended pada kelas VIII sekolah Mts. Nurusshibyan Singkawang,

akan digunakan proses perhitungan sebagai berikut.

a. Penskoran

Setelah pelaksanaan tes tertulis selesai dilakukan selanjutnya pekerjaan

siswa diperiksa dan dilanjutkan dengan penskoran. Skor yang diberikan untuk

setiap soal sesuai berdasarkan rubrik penskoran.

b. Analisis Data Tes

Setelah mengoreksi dan memberikan skor terhadap jawaban siswa

berdasarkan pedoman penskoran tes yang telah dibuat, kemudian langkah

berikutnya dilakuakan adalah menganalisa hasil yang diperoleh, yaitu dengan

menghitung nilai jawaban benar dari masing-masing indikator pada soal yang

diberikan kepada siswa. Pada tiap indikator kemampuan berpikir kritis matematis

siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus.

skor yang diperoleh siswa


N= x 100
skor maksimum

Dengan N adalah nilai jawaban benar siswa per indikator kemampuan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Tahap selanjutnya adalah


79

mengelompokan siswa kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah

sesuai dengan tingkat kategori skor siswa.

Untuk memperoleh kategori tinggi, sedang, dan rendah digunakan rumus

interval kelas (Slamet, 1993). Jumlah tes ada 3 soal. Pada soal, nilai terendah

adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 100, maka kemungkinan nilai tertinggi yang

diperoleh adalah 0 dan kemungkinan nilai terendah yang diperoleh adalah 100.

Adapun rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.

Nilai Tertinggi−Nilai Terendah


Interval=
Banyaknya Kategori

100−0 100
Berdasarkan rumus diatas didapat interval ( ¿= =33,3 .
3 3

Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapatlah tingkat kategori kemampuan

berpikir kritis matematis siswa pada tabel 16 sebagai berikut.

Tabel 16. Tingkat Kategori kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Interval Nilai Kategori


0 ≤ N <33,3 Rendah
33,3 ≤ N < 66,6 Sedang
66,6 ≤ N <100 Tinggi

Untuk menghitung rata-rata skor pencapaian seluruh siswa pada setiap

indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada setiap indikator

kemampuan berpikir kritis matematis siswa ( X n ) digunakan rumus sebagai berikut.

Jumlah skor per indikator


X n=
Banyaknya siswa

Selanjutnya akan dihitung persentase skor siswa pada tiap-tiap indikator

sebagai berikut.
80

Jumlah skor siswa


X n= ×100 %
jumlah skor maksimal

Setelah mendapatkan nilai X ntersebut dapat diketahui perolehan skor siswa

per indikator dalam menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis. Untuk

mengklasikasikan kriteria persentase skor siswa dapat dilihat pada Tabel 17

sebagai berikut.

Tabel 17. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Per


Indikator

No Indikator Soal Rata-rata Persentase


1. 1 2 3
Total

d. Penskoran Data Angket

Setelah penyebaran angket dilakukan, selanjutnya jawaban siswa dperiksa

dan dilanjutkan dengan penskoran. Skor diberikan untuk setiap jawaban angket

akan disesuaikan berdasarkan rubik pedoman penskoran angket motivasi belajar

pada tabel dilihat pada tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18. Kriteria Penskoran Angket (Kusioner)

No Skor
Alternatif Jawaban Pertanyaan Pertanyaan
Positif Negatif
1 SS (Sangat Setuju) 5 1
2 S (Setuju) 4 2
3 KS (Kurang Setuju) 3 3
4 R (Ragu-Ragu) 2 4
5 STS (Sangat Tidak 1 5
Setuju)

e. Analisis Data Angket

Setelah memberikan skor terhadap jawaban angket siswa berdasarkan

pedoman pennskoran yang telah dibuat kemudian langkah selanjutnya yang


81

dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh yaitu dengan menghitung

nilai jawaban siswa pada angket yang diberikan. Pada tiap indikator motivasi

belajar siswa untuk masing-masing penyataan dalam angket dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut.

skor yang di peroleh siswa


P= X 100
Skor maksimum

Dengan P adalah skor jawaban siswa per indikator motivasi belajar siswa.

Setelah dilakukan penskoran, kemudian dilakukan pengelompokan siswa yang

dapat dilihat dari kategori interprestasi motivasi belajar pada tabel 19 sebagai

berikut.

Tabel 19. Tingkat Kategori Angket Motivasi Belajar

Kategori Tinggi Sedang Rendah

Skor Nilai ≤ x + SD x−SD≤ Nilai ≤ x+ SD Nilai ≤ x −SD

Keterangan:
x = Rata-rata
SD = Simpangan baku atau standar deviasi

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari simpangan baku sebagai

berikut.

SD=
√ ∑ fi( xi−x)2
(n−1)

Keterangan:
SD = simpangan baku
x = nilai rata-rata
xi = titik tengah
fi = frekuensi
n = jumlah sampel (Siregar, 2015)
82

Setelah mendeskripsikan nilai pencapaian siswa tiap indikator butir angket

yang dikelompokan berdasarkan variasi jawaban siswa pada tiap butir angket

yang kemudian dimasukan kedalam Tabel 20. Dari Tabel 20 tersebut dapat

diketahui perolehan skor siswa per indikator motivasi belajar.

Tabel 20. Skor Motivasi Belajar Siswa Per Indikator

Jumlah
Skor Per Indikator
No Kode Siswa Skor Kategori
1 2 3 4 5
1.
Total

Untuk memperoleh kategori kemampuan berpikir kritis matematis siswa

secara per indikator digunakan rumus interval kelas dengan 4 kategori yaitu

sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik. Banyaknya pernyataan berjumlah 25.

Skor terendah tiap pernyataan adalah 1 x 20=20 dan kemungkinan skor tertinggi

5 x 20=100. Adapun rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.

Skor Tertinggi−Skor Terendah


Interval=
Banyaknya Kategori

80
Berdasarkan rumus diatas didapat interval ( 100−20 )= =20. Berdasarkan
4

perhitungan tersebut maka didapatlah tingkat kategori motivasi belajar per

indikator pada Tabel 21 sebagai berikut.

Tabel 21. Tingkat Kategori Motivasi belajar Per Indikator

Interval Nilai Kategori


80< X ≤ 100 Sangat Baik
60< X ≤ 80 Baik
40< X ≤60 Kurang Baik
20 ≤ X ≤ 40 Tidak Baik
83

Untuk Menghitung rata-rata skor pencapaian seluruh siswa pada setiap

indikator motivasi belajar (X n) digunakan rumus sebagai berikut.

Jumlah Skor Seluruh Siswa Per Indikator


X n= X 100 %
Skor Maksimal Per Indikator x Banyak Siswa

Setelah data diolah peneliti membuat Tabel 22. Selain dibuat dalam bentuk

tabel, peneliti juga akan menanpilkan data dalam bentuk grafik untuk melihat skor

siswa (motivasi belajar tinggi, sedang, rendah) pada setiap indikator kemampuan

berpikir kritis matematis.

Tabel 22. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Ditinjau dari


Motivasi Belajar

Jumlah Skor
No Kode Siswa
Angket Kategori Tes Kategori
1.
Total
Selanjutnya dengan tabel tersebut serta sesuai dengan jawaban dari hasil tes

siswa dan hasil wawancara siswa, akan dipresdiksikan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa dalam menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kritis pada

materi pola bilangan siswa ditinjau dari motivasi belajar.

Anda mungkin juga menyukai