Judul : Analisis kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari gaya belajar siswa
pada materi aritmatika sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak diperlukan dan digunakan.
Matematika banyak digunakan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan- penerapan
bidang ilmu lain maupun dalam pembangunan dalam matematika itu sendiri. Menurt
susanto matematika adalah salah satu ilmu pendidikan yang penting dalam kehidupan
seharihari dan mendasari berbagai ilmu pengetahuan lainnya (dalam Galuh, 2020).
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Sedangkan menurut Siagian (2016)
Matematika adalah salah satu cabag ilmu pengetahuan yang mempunyai peran
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat
bantu maupun dalam pengembangan matematika. Pembelajran matematika di
sekolah umumnya masih menggunakan metode ceramah sehimgga kemampuan
berpikir kritis siswa sangan sulit dikembangkan (Fatmawati, Mardiyana, dan
Triyanto, 2014). Pembelajaran matematika disekolah kebanyakan siswa hanya
memperhatikan saja dan guru yang berperan aktif, dalam pembelajarannya peserta
didik jarang i latih dengan soalsoal yang tidak rutin sehingga siswa tidak terbiasa
( Yunita, Rosyana, Hendriana, 2018). Menurut Zetriulita, dkk (2016) Kemampuan
berpikir kritis matematis adalah kemampun matematika tingkat tinggi yang dalam
penelitian ini di ukur dengan penggunaan indikator: (1) Kemampuan penguasaan
konsep, (2) Kemampuan menggeneralisasi yaitu kemampuan melengkapi data
informasi yang mendukung, (3)kemampuan menganalisa algoritma yaitu kemampuan
mengevaluasi atau memeriksa suatu algoritma.
Berpikir kritis dalam pembelajaran matematika sangat penting karena siswa
juga dapat mempelajari unsur-unsur yang tidak terdefinisi kemudian ke unsur-unsur
yang terdefinisi. Berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar kita
dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita
2
anggap terbaik tentang suatu kebenran dapat kita lakukan dengan benar ( king dan
goodson dalam muliana , 2016). Berpikir kritis dipelukan ketika kita mencoba
memahami informasi yang akan digunakan untuk mencetuskan ide dan gagasan
(Firdaus et. al, 2015).
Berpikir kritis itu penting karena bisa membantu siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Peter (2018) menyatakan
bahwa siswa itu penting karena siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Berpikir kritis dan pembelajaran
matematika adalah satu tidak bisa di pisah. Menurut Sulistiani (2016) menyatakan
berpikir kritis dan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiani (2016) menyatakan bahwa terdapat
dampak positif yang dialami siswa dari keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran matematika, antara lain: (1) Melatih keterampilan memecahkan
masalah(2) Munculnya pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang tepat.(3)
Aktif membangun argumen dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat dan logis.
Oleh karena itu, langkah-langkah berpikir kritis saling berkaitan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh.
Orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis matematis dapat menganalisa
sebuah objek, sehingga dapat menanyakan hipotesis dan mengujinya dengan fakta,
serta menentukan penyelesaiannya (Habibi, dkk ,2020). sejalan denga pendapat
Chanche, seorang psikolog kognitif yang mendefinisikan berpikir kritis sebagai
kemampuan untuk menganilis fakta, menghasilkan dan mengatur ide,
mempertahankan pendapat, membuat perbaningan, menarik ksimpulan,
mengevaluasi agumen dan menyelesaikan masalah (Paulina dalam Habibi, dkk ,
2020).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran di MTs.N
singkawang kelas 7 tergolong pasif karena peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran dikelas yang ditunjukkan oleh beberapa hal yaitu siswa kurang aktif
bertanya pada guru , peserta didik sulit mengajukan pendapat, kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kemampuan analisis, penalaran
dan komunikasi masih tergolong rendah, sehingga belajar yang siswa dapatkan relatif
rendah. Sehingga peserta didik membutuhkan gaya belajar yang sesuai. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Informasi dalam pelajaran dapat
3
disampaikan dengan cara yang berbeda sehingga dapat diserap oleh semua siswa
dengan gaya belajar siswa masing – masing.
Gaya belajar salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar (Sayu Putri Ningrat, Dkk, 2018). Menurut Deporter dan Henarcki ada tipe
tiga gaya belajar yaitu visual, audiotorial, dan kinestetik (Sayu Putri Ningrat, Dkk,
2018). Siswa yang belajar dengan gaya belajar visual cenderung belajar melalui apa
yang mereka lihat, siswa dengan belajar auditorial cenderung belajar melalui apa
yang mereka dengar, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung
belajar lewat gerakan dan sentuhan. Setiap siswa pasti memiliki salah satu gaya
belajar tersebut dan tiak menutup kemungkinan satu siswa memiliki dua gaya belajar
sekaligus.
Walaupun masing – masing dari kita belajar menggunakan ketiga modalitas
ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya, jadi diantara ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan gaya belajar
merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu
belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi
pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang
beda. Gaya belajar bersifat individual bagi setiap orang. Salah satu materi yang
Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti menganggap pemahaman logika
matematika dirasakan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan penalaran
matematis. Hal ini di dasarkan karena logika digunakan untuk melakukan penalaran,
yaitu pembuktian secara logis, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
penurunan-penurunan kesimpulan yang valid dan tidak valid.Tidak hanya itu, logika
juga sebuah pengetahuan dasar yang merumuskan dan mensistematikkan dalam
setiap ilmu pengetahuan karena setiap ilmu pengetahuan banyak menggunakan
logika, khususnya aritmatika sosial.
Berdasarkan permasalahan yang telah di bahas pada paragraf sebelumnya ,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Pada
Materi Aritmatika Sosial di SMK N 5 Singkawang “
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang diebutkan sebelumnya, dapat diindentifikasi
permasalahan dalam peneltian ini adalah:
4
F. Manfaat Peneliti
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut :
1. Secara Umum
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan dipaparkan kajian teoritis terkait masalah penelitian yang diteliti.
Untuk melengkapi pengetahuan mengenai penelitian ini, peneliti juga memaparkan mengenai
sejumlah hasil penelitian terdahulu terkait masalah yang penulis teliti.
A. Landasan Teori
Bagian ini menguraikan tentang kajian teoritis yang menunjang masalah penelitian.
Adapun landasan Teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dalam tingkat
tinggi dalam memecahkan masalah secara sistematis dan baik secara kritis dan
kreatif. Menurut pendapat Jhonson (2010: 187) kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses
berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Kemampuan berpikir kritis
perlu dikembangkan sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar.Karena
kemampuan berpikir kritis harus diasah sejak dini agar siswa terbiasa dengan
pola berpikir yang kritis dan kreatif.
Menurut Paul (dalam Liberna, 2012: 197) berpikir kritis adalah proses disiplin
intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi berbagai
informasi yang ia kumpulkan atau ia ambil dari pengalaman, pengamatan,
refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannnya. Jadi,
seseorang yang berpikir kritis akan selalu aktif dalam memahami dan
menganalisis semua informasi yang ia dapatkan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis itu merupakan kemampuan yang berpikir dengan baik,
kemampuan yang didorong oleh diri sendiri, memecahkan masalah dengan
7
mencari, mampu membuat keputusan yang tepat dan terbaik dalam memecahkan
masalah matematika.
b. Indikator Kemampuan Berpikir KritisMatematis
Tabel 2.1 Karakteristik Fisiologis dan Bahasa Gaya Belajar Preferensi Sensori
Gaya
Fisiologi Bahasa
Belajar
Visual a) Gerakan bola mata ke a) “Saya bisa melihat
arah atas maksud anda.”
b) Bernafas dengan b) “Ini kelihatannya
pernapasan dada bagus.” “Bisakah
c) Nada suara tinggi anda bayangkan?”
d) apas pendek/dangkal c) “Hal ini tampak
e) Mengakses informasi cukup rumit.”
dengan melihat ke atas
f) Tempo bicara cepat
Audiotorial a) Gerakan bola mata a) “Ini terdengar
sejajar telinga bagus.”
b) Napas merata di daerah b) “Ini masih kurang
diafragma terdengar jelas.”
c) Suara jelas dan kuat c) “Ini terdengar
d) Bicara sedikit lebih menarik.”
lambat dari orang
visual
e) Mengakses informasi
dengan
menengadahkan kepala
Kinestetik a) Gerakan bola mata ke a) “Ini rasanya
arah bawah kurang pas.”
14
takkan dapat bekerja dengan baik. Betapapun cerdas dan rajinnya siswa,
tapi kalau sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuan dalam
belajarnya.
2. Emosional
Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian,
yaitu emosi yang menyenangkan atau emosi positif dan emosi yang tidak
menyenangkan atau emosi negative. Emosi berpengaruh besar pada
kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat
proses belajar Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan
mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif
dapat memperlambat belajar dan bahkan menghentikan sama sekali. Oleh
24 karena itu belajar yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan
emosi positif pada diri siswa. Untuk menciptakan emosi pada diri siswa
harus dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.
3. Sosiologis
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah -
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah sosial. Seperti masalah keluarga, masalah
persahabatan, masalah kelompok dan lain-lain. Misalnya, ada siswa yang
merasa belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain
merasa bahwa belajar sendirilah yang paling efektif bagi mereka.
4. Lingkungan
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat- alat
belajar, dan keadaan cuaca. Misalnya, ada siswa yang memerlukan
lingkungan belajar yang teratur dan rapi, tetapi ada siswa lain yang lebih
suka menggelar sesuatunya supaya semuanya dapat terlihat.
7 Materi aritmatika sosial
aritmatika sosial merupakan salah satu pokok pelajaran matematika yang
tterdapat pada kelas VII semester 2.
19
A. Aritmatika sosial merupakan salah satu cabang matematika yang sering di jumpai
dalam kehidupan sehari, cabang ilmu ini erat kaitannya dengan perhitungan
keuangan di ritel.
Dalam aritmatika sosial ini tentang kegiatan yang terkait dengan dunia
perekonomian antara lain: penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, bunga,
pajak, bruto, neto, tara.
B. Persentase Untung dan Rugi
1 Persentase keuntungan
Persentase keuntungan di gunakan untuk mengetahi keuntungan dari suatu
penjualan terhadap modal yang di keluarkan.
Misal: PU=Persentase keuntungan, HB = Harga beli(modal), HJ = Harga Jual(Total
Pemasukan)
HJ−HB
Rumus Persentase keuntungan Pu= x 100 %
HB
Contoh:
Pak Dedi membeli motor bekas dengan harga Rp 4.000.000 dalam waktu satu
minggu motor tesebut di jual dengan harga Rp 4.200.000. Tentukan persentase
Keuntungan Pak Dedi
Penyelesaian:
U =HJ-HB
= 4.200.000 – 4.000.000
= 200.000
U
Pu = x 100 %
HB
200.000
Pu = x 100%
4.000 .000
Pu = 5%
Jadi persentase keuntungan yang di peroleh Pak Dedi adalah 5%
2 Persentase Kerugian
Persentase Kerugai digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari
suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal:
PR = Persentase Kerugian
20
HB = Harga Beli
HJ = Harga Jual
HB−HJ
Rumus Persentase Kerugian PR = x 100 %
HB
Contoh:
Pak Rudi membeli sepetak tanah dengan harga Rp 40.000.000, karena
terkendala masalah keluarga, Pak Rudi terpaksa menjual tanah dengan harga
38.000.000. Tentukan Persentase Kerugian yang di tanggung oleh Pak rudi
Penyelesaian:
R = 40.000.000-38.000.000
R = 2.000.000
R
PR = x 100 %
HB
2.000 .000
PR = x100%
40.000 .000
PR = 5%
Jadi Persentase Kerugian Pak Rudi adalah 5%
D. Diskon(Potongan)
Saat pergi ketoko, mini market, atau tempat-tempat jualankadang kita
menjumpai diskon 10%,20%. Secara Umum, diskon merupakan potongan harga yang
diberikan oleh penjual terhadap suatubarang.
21
Misal:
Suatu barang bertuliskan harga Rp 200.000 dengan diskon 15%. Ini berarti barang
tersebut mendapatkan potongan sebesar 15% x 200.000 = 30.000, sehingga harga
barang setelah di potong adalah 200.000 – 30.000 = 170.000
E. Pajak
Pajak adalah besaran nilai suatu barang atau jasa yang wajib dibayarkan oleh
masyarakat kepada pemerintah
F. Bruto,Neto dan Tara
Bruto adalah berat dari suatu benda bersama bungkusnya.
Misalnya: diketahui pada bungkus snack tertuliskan bruto 350 gram.Ini berarti berat
isinya dan bungkusnya adalah 350 gram
Neto adalah berat dari suatu benda tanpa pembungkus benda tersebut.
Misal dalam bungkus suatu snack tertulis 300 gram, ini bermakna bahwa berat
snack tanpa plastik pembungkusnya adalah 300 garam.
Tara adalah selisih antara bruto dengan neto.
Misal diketahui pada bungkus snack tertuliskan bruto 350 gram, sedangkan
netonya adalah 300 gram. Ini berarti bahwa taranya adalah bruto – neto = 350 –
300 = 50 gram
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan
dijadikan acuan penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, merevisi,
memodifikasi, dan sebagainya.Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Menurut penelitian Tina Sri Sumartini dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” pada tahun
2015 menunjukan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. siswa pada kelas eksperimen
22
memperoleh rataan lebih besar dari kelas kontrol. besarnya kenaikan rataan pada
keas eksperimen dari pretes dan postest sebesar 22,2% dari skor idel, sedangkan
kenaikan rataan kelas kntrol dari pretest ke postess sebesar 15,8 % dari skor
ideal.secara sepintas, gambaran tersebut menunjukan bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
2. Menurut penelitian A.M.S. Afif, dkk dengan judul “Analisis Kemampuan
Matematis Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Dalam Problem Based Learning
(PBL)” pada tahun 2016 menunjukan bahwa gaya belajar hanya pada tipe gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Presentase keberadaan gaya belajar
visual, auditorial da kinestetk berturut-turut adalah 20,6%, 64,7% dan 5,9 % ini
berarti keberadaan tipe gaya belajar auditorial paling banyak dibandingkan tipe
gaya belajar lain, kemudian disusul pada posisi kedua yaitu tipe gaya belajar
visual kemudia kinestetik.
3. Menurut Muhammad ridwan dengan judul “Profil Kemampuan Matematis Siswa
Ditinjau Dari Gaya Belajar” pada tahun 2017 menunjukan bahwa profil
kemampuan penalaran matemats siswa visual dan kinestetik memiliki
kemampuan manipulasi, menarik kesimpulan, memberikan alasan atau bukti
adalah cukup. Kemampuan penalaran matematis siswa visual dalam memberikan
argumennya kurang. Sedangkan, kemampuan penalaran matematis siswa dalam
kinestetik dalam menarik kesimpulannya kurang, serta kemampuan memberikan
kesahihan jawaban atau argumen, ia memberikan jawaban dengan unik dan jelas.
Profil kemampuan penalaran matematis siswa auditorial memiliki kemampuan
memanipulasi, memberikan alasan atau bukti, dan memberikan argumen atau
kesahihan jawaban adalah baik. Sedangkan, menarik kesimpulannya cukup.
Dari ketiga hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kemampuan penalaran yang
ditinjau dari gaya belajar siswa .Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah dari segi materi yang akan diteliti, karakter siswa dan Sekolah.Berdasarkan
analisis judul yang pernah digunakan beberapa peneliti di atas maka peneliti juga melakukan
penelitian ini untuk mengungkapkan lebih dalam tentang kemampuan penalaran matematis
yang ditinjau dari gaya belajar siswa pada materi Aritmatematika kelas VII MTs.N
Singkawang.
C. rangka Pikir
23
kemampuan berpikir kritis itu merupakan kemampuan yang berpikir dengan baik,
mencari, mampu membuat keputusan yang tepat dan terbaik dalam memecahkan
masalah matematika.
Analisis Wawancara
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai jenis penelitian , tempat dan waktu penelitian ,
subjek dan objek penelitian. Sumber data , prosedur penelitian , teknik dan instrumen
pengumpulan data , serta keabsahan data . Selain itu untuk menjawab setiap rumusan masalah
yang ada akan dipaparkan terkait teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian.
A. Jenis Penelitian
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada MTs.N Singkawang yang beralamat di Jalan
Ratu Sepudak Kelurahan Naram Kec Singkawang utara kota Singkawang
6. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tahun ajaran 2022/2023, semester ganjil
26
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah narasumber atau informasi (Prastowo, 2016: 195), yaitu
orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam
penelitian.Subjek yang digunakan peneliti kali ini adalah satu kelas di MTs.N
Singkawang pengambilan kelas berdasarkan wawancara dengan Guru mata pelajaran
yang menyatakan bahwa kelas VII merupakan rata rata rendah ditinjau dari gaya
belajar dalam mata pembelajaran matematika . Adapun sebanyak 32 siswa kelas VII.
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan
karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut ( Arikunto,
2009:20). Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, yang menyatakan
bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih tergolong rendah . Objek
dalam penelitian ini adalah kemampuan matematis berpikir Kritis siswa yang
ditinjau dari gaya belajar siswa pada materi aritmatika sosial.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dan untuk memperjelas dalam penafsiran judul penelitian,
peneliti merasa perlu menjelaskan istilah yang dapat mewakili judul secara keseluruhan.
1. Kemampuan berpikir kritis Matematis
Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan untuk berpikir atau
pemahaman mengenai permasalahan – permasalahan matematis secara logis untuk
memperoleh penyelesaian , memilah apa yang penting secara logis untuk memperoleh
penyelesaian memilah apa yang penting dan tidak penting dalam menyelesaikan atau
memberikan alasan atau penyelesaian dari suatu permasalahan.
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ;
1. Mengajukan dugaan
Yaitu kemampuan peserta didik dalam merumuskan berbagai kemungkinan
dalam menyelesaikan soal sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
27
2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta fakta sifat sifat dan hubungan
Yaitu peserta didik dituntut memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dari materi yang telah diajarkan
3. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi
dan generalisasi
Yaitu dimana peserta didik dituntut memiiki penalaran matematis dengan
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi
dan generalisasi
4. Menarik kesimpulan
Hasil dari permasalahan dan membuat kesimpulan yang masuk akal dari data data
yang diperoleh
2. Gaya belajar
Gaya belajar menurut Gunawan ( 2012 ) merupakan cara yang lebih baik disukai dalam
melakukan kegiatan brpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Gaya belajar
masing –masing siswa tentunya berbeda satu sama lain. Oleh karena gaya belajar yang
berbeda maka pentingnya guru untuk menganalisis gaya belajar siswa sehingga
diperoleh informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka dalam memahami
perbedaan di dalam kelas dan dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna
a. Teknik Pengukuran
28
Teknik pengukuran adalah suatu alat berupa tes yang digunakan untuk mengukur ada
atau tidaknya serta besar kemampuan objek yang sudah diteliti
(Arikunto,2013:266).Teknik pengukuran yangdigunakan dalam penelitian ini berupa soal
uraian kemampuan penalaran matematis yang diberikan kepada siswa agar peneliti
mendapatkan data yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan penalaran matematis dalam menyelesaikan soal Logika Matematika
b. Teknik Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi tidak langsung yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket. Komunikasi tidak langsung adalah pengumpulan data berupa
angket, yang dilakukan dengan cara member perangkat pertanyaan atau pernyataan yang
telah tertulis kepada siswa untuk dijawab. Menurut Sugiyono (2014) “koesioner” (angket)
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Tujuan penyebaran
angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu
masalah.Berdasarkan bentuknya, biasanya menggunakan angket berstruktur (structured
questionnaire).Jawaban pertanyaan yang diajukan.Responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan dirinya.
c. Teknik Komunikasi Langsung
Menurut Sugiyono (2017: 102) instrument adalah alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa tes.
Menurut Arikunto (2013: 193) Tes adalah seretan pertanyaan atau latihan serta lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok. Berkaitan dengan teknik
pengumpulan data yang digunakan, maka instrument pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes uraian. Menurut Hamzah
(2014:42) tes essay atau tes uraian adalah tes yang dikerjakan siswa menuntutnya
untuk mengungkapkan respon atau menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban
soal itu.
Jenis tes yang digunakan yaitu tes dengan soal berbentuk uraian atau essay.
Alasan yang digunakan tes uraian atau tes essay adalah agar lebih mudah untuk
mengetahui kemampuan penalaran matematis dengan melihat berbagai prosedur atau
langkah-langkah siswa yang terdapat pada indikator kemampuan penalaran matematis
Langkah pertama dalam penyusunan soal tes adalah membuat kisi – kisi soal
yang berpedoman pada kurikulum 2013 dapat dilihat di lampiran .didalam kisi kisi
soal yang disusun memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator ,uraian
materi dan nomor soal
Penulisan butir soal disesuaikn dengan kisi – kisi dapat dilihat dilampiran .Selain
penulisan butir soal maka disusun pula kunci jawaban dan pedoman pesnskoran
untuk soal tes akhir
30
Setelah soal tes dibuat seseuai dengan soal yang ada dan pesnkorannya
disesuaikan dengan kisi kisi dapat dilihat dilampiran
4. Validitas Instrumen
Untuk memahami validitas instrument Arikunto (2010) ,menjelaskan Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau keshahihan
sesuatu instrument . Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan ,Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas yang
tinggi. Sebaliknya , instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan berupa lembar validasi soal . Untuk
mengetahui apakah instrument yang telah dibuat oleh peneliti benar – benar valid
maka instrument harus divalidasi oleh validator. Dalam penelitian ini ,validitas diuji
adalah validitas logis dan validitas internal.
1. Validitas isi
Menurut (Lestari, 2017) menyatakan bahwa valliditas isi suatu instrument tes
berkenaan dengan kesesuaian butir soal dengan indikator kemampuan yang diukur,
kesesuaian dengan standard kompetensi dan kompetensi dasar materi yang diteliti,
dan materi yang diteskan representatif dalam mewakili keseluruhan materi yang
diteliti. Adapun hal-hal yang harus di validitas isi dalam penelitian ini yang
berkaitan dengan instrument penelitian yang digunakan adalah soal posttest
kemampuan penalaran matematis siswa, kisi-kisi soal, kunci jawaban dan pedoman
penskoran.Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas isi adalah sebagai
berikut.
x=
∑x
n
Keterangan:
x = mean atau rata-rata
∑ x = jumlah skor
n = jumlah siswa
Adapun kriteria validitas isi untuk penilaian secara umum dapat ditunjukkan pada tabel
2.sebagai berikut.
31
Pada kriteria dalam kategori sangat tidak valid sampai kurang valid maka jangan
digunakan alat ukur ini untuk penelitian (Ihsan, 2016). Alat ukur yang baik dalam
penelitian apabila dalam kategori cukup valid, valid dan sangat valid.
2. Validitas Konstruk
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi
X = Jumlah skor butir soal
Y = Jumlah skor total tiap siswa uji coba
N = Jumlah siswa uji coba
Interval Kriteria
r xy ≤ 0,00 Tidak valid
0,00<r xy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
0,20<r xy ≤ 0,40 Validitas rendah
(Sukasno, 2006)
0,40<r xy ≤ 0,60 Validitas cukup
0,60<r xy ≤ 0,80 Validitas tinggi Adapun dalam
( )( ∑ Si
)
2
n
r 11 = 1−
n−1 St
2
Keterangan :
r11 = Koefisien realibilitas
n = Banyaknya butir soal
Si2 = Jumlah varians skor setiap butir soal
2
St = Varians skor total (Sukasono, 2006)
4. Tingkat Kesukaran
Menurut (Yusuf, 2015) menyatakan kebaikan suatu tes juga akan ditentukan
oleh tingkat kesukaran masing-masing item. Item yang terlalu mudah atau item
yang terlalu sukar merupakan hal yang tidak baik.Untuk menghitung tingkat
kesukaran soal dapat menggunakan rumus(Lestari, 2017) sebagai berikut.
x
IK =
SMI
Dengan :
IK = Indeks kesukaran
x = Rata-rata skor jawaban pada suatu soal
SMI =Skor minimum ideal
5. Daya Pembeda
Menurut (Sukasono, 2006) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan
seberapa jauh kemampuan sesuat butir soal tersebut untuk membedakan antara
siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai
atau berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Seluruh peserta didik yang ikut tes
dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan
kelompok bawah (tidak pandai). Rumus yang digunakan untuk menghitung
daya pembeda setiap butir soal adalah sebagai berikut.
x A −x B
DP=
SMI
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
xA = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
xB = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh
siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna)
b. Angket
Angket adalah cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu
masalah, dan merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna ( Notoatmojo, 2010:147-148).Untuk mengetahui gaya belajar
siswa digunakan angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang menyajikan
pertanyaan dan pilihan jawaban sehingga responden hanya dapat
memberikantanggapanterbataspadapilihanyangdiberikan. Adapun skala sikap yang
digunakan oleh peneliti yaitu menurut Chislett dan Chapman (Yudianto, 2014) yakni
skor yang diperoleh untuk angket gaya belajar VAK, dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut.
a. Menghitung jumlah opsi A yang dilingkari siswa sebagai jawaban untuk gaya
belajar visual.
b. Menghitung jumlah opsi B yang dilingkari siswa sebagai jawaban untuk gaya
belajar auditorial.
c. Menghitung jumlah opsi C yang dilingkari siswa sebagai jawaban untuk gaya
belajar kinestetik.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstuktur atau terbuka . Maksud dari wawancara tidak terstuktur atau terbuka disini
adalah bahwa pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap
narasumber .Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
penelitian tidak menggunakan pedoman wawancara tersusun secara matematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara tersusun secara matematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
d. keabsahan data
1. pengujian
Menurut Sugiyono (2015: 366) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi credibility (validitas),dependability (reliabilitas) dan confirmability
(obyektivitas). Namun, uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji credibility
atau kredibilitas data.Uji kredibilitas data merupakan kepercayaan terhadap suatu
data.Dikatakan kredibel apabila data yang dilaporkan penulis sesuai dengan keadaan
pada objek penelitian. Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara triangulasi,
meningkatkan ketekunan dan menggunakan bahan referensi.
37
2. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu (Sugiyono, 2015: 372). Menurut Sutopo (2006) validitas data
dalam penelitian kualitatif, Triangulasi teknik ada empat yaitu: (1) triangulasi
data/sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu dengan menggunakan sumber
data seperti hasil wawancara, hasil observasi, dll, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi
metodologis penggunaan lebih dari dua metode dalam mempelajari yang sama dalam
penelitian, dan (4) triangulasi teoritis yaitu penggunaan sejumlah teori dalam menafsir
seperangkat data hasil penelitian, akan tetapi jarang sekali tercapai, karena mempunyai
asumsi-asumsi yang berbeda.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi teknik data/sumber yaitu
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber seperti kepala sekolah,
guru mata pelajaran, dan siswa yang bersangkutan, yaitu data diperoleh melalui tes soal
untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis, tes gaya belajar untuk mengetahui
gaya belajar siswa, kemudian melakukan wawancara untuk meyakinkan kebenaran hasil
tes soal dan tes gaya belajar serta dokumentasi agar data tersebut akurat.
Data yang diperoleh dari berbagai cara akan dianalisis, dideskripsikan, dikategorikan
dan dispesifikasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
3. Meningkatkan Ketekunan
wawancara atau laporan wawancara. Dalam laporan penelitian ini, data-data yang
dikemukakan akan dilengkapi dengan foto-foto dan laporan wawancara sehingga
menjadi lebih akurat dan mendukung kredibilitas data yang ditemukan penulis.
Penulis menggunakan handphone sebagai media dokumentasi kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian seperti melakukan uji coba soal, pelaksanaan tes kemampuan
penalaran matematis, tes gaya belajar siswa serta pelaksanaan wawancara dengan
subjek penelitian.
Sedangkan uji dependability (dependabilitas) atau disebut juga reliabilitas
adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian
tersebut. Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu
diuji reliabilitasnya, jika proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliabel (Sugiyono, 2015: 377). Uji dependability dalam
penelitian ini yaitu mengecek data yang diperoleh dari hasil uji coba soal kesekolah
lain. Data yang diperoleh tersebut dedeskripsikan, dikategorikan dan dispesifikasikan
sehingga menghasilkan kesimpulan yang reliabel.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci dengan melakukan analisis data melalui reduksi
39
data.Menurut Sugiyono (2015: 338) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan. Tahap reduksi data
dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Memberikan angket gaya belajar kepada siswa untuk mengetahui motivasi yang
ada pada masing-masing siswa.
b. Memberikan tes soal kemampuan penalaran matematis indikator untuk mengetahui
hasil tes kemampuan masing-masing siswa.
c. Hasil pekerjaan siswa yang menjadi subjek penelitian merupakan data mentah
ditransformasikan pada catatan sebagai bahan untuk wawancara.
d. Melakukan wawancara dengan beberapa subjek penelitian, kemudian hasil
wawancara tersebut disederhanakan dan diolah sehingga menjadi data yang akurat.
2. Data Display (Penyajian Data)
Table 9
Contoh tabel katagori gaya belajar siswa
siswa
Visual audio kinestetik
1
2
3
c. Penskoran
Setelah Pelaksanaan tes tertulis selesai dilakukan , selanjutnya pekerjaan
siswa siperiksa dan dilanjutkan dengan pesnkoran .Skor diberikan untuk setiap
soal sesuai berdasarkan rubrik penskoran
d. Analisis data tes
Kemampuan penalaran matematis untuk menghitung nilai siswa yang
diperoleh berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran matematis dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
Skor Mentah(SM )
Nilai = X 100
Skor Maksimum Ideal (SMI )
Skor mentah merupakan skor yang dicapai atau diperoleh siswa, tahap selanjutnya
mngklasifikasikan kriteria nilai siswa berdasarkan tabel 10 sebagai berikut
Tabel 10 Kriteria Nilai Siswa
Setelah dilakukan penskoran dan di skor diubah ke dalam bentuk nilai, maka
dilihat jumlah siswa dari pada setiap criteria tersebut. Hasil dari pengelompokan
jumlah siswa pada tiap kriteria tingkat kemampuan penalaran matematis akan
disajikan pada table 11
Tabel 11
Contoh Tabel Tingkat kemampuan siswa
Pada indikator ke 1, 2, 3
42