Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333043650

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 5,800

1 author:

Ike Ria Samosir


State University of Medan
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kemampuan berpikir kritis matematika siswa View project

All content following this page was uploaded by Ike Ria Samosir on 14 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

IKE RIA SAMOSIR

Ikeriasamosir127@gmail.com

Abstrak

Salah satu kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan siswa adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk memecahkan masalah
sehari-hari maupun permasalahan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan di dalam
proses berpikir kritis siswa akan menganalisis, memikirkan ulang, ataupun memunculkan ide-
ide baru. Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda-beda.Dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis diperlukan beberapa cara baik melalui
pendekatan, pelatihan maupun cara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuitingkatkemampuan berpikir kritis matematika yang dimilikiolehsiswa. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengkaji hasil penelitian para
penulis lain terkait kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa dalam pembelajaran
berbasis masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan
mengkaji data dari beberapa jurnal yang telah di teliti oleh para penulis. Data yang dikumpulkan
pada penelitian ini berupa data kemampuan berpikir kritis matematis. Pengumpulan data
dilakukan dengan meneliti dari data yang sudah ada dan di kaji kembali, untuk mendapatkan
data yang akurat dari berbagai jurnal yang terlebih dahulu telah di teliti.

Kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kritis matematika, berpikir kritis dalam pembelajaran
berbasisMasalah,

Pendahuluan

Salah satu fokus dari tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013 adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, serta menggunakan konsep ataupun algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.Hal senada yang diungkapkan oleh Hasibuan &
Surya (2016) bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan dasar untuk menganalisis argumen
dan dapat mengembangkan pola fikir secara logis. Menurut Tsui (dalam Hasibuan & Surya,
2016), berpikir kritis penting bagi masa depan siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan
siswa untuk menghadapi banyak tantangan yang akan muncul dalam hidup mereka, karir dan
pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab pribadi mereka

Menurut Nasution, (2017) Pendidikan matematika memega-ng peranan penting untuk


mempersiapkan indi-vidu dan masyarakat dalam mengantisipasi perubahan keadaan di dalam
kehidupan se-hari-hari. Kemampuan berpikir kreatif sangat di-perlukan dalam kehidupan di era
globalisasi dan era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diwarnai dengan
keadaan ya-ng selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Meskipun kemampuan berpikir
kreatif merupakan salah satu fokus dalam pembela-jaran matematika, pada kenyataannya pen-
gembangan kemampuan berpikir kreatif siswa jarang sekali diperhatikan. Pentingnya kema-

1
mpuan berpikir kreatif matematis ini belum terpatri dalam diri siswa. Pembelaja-ran matematika
juga dinilai belum menekan-kan pada pengembangan daya nalar, logika, dan proses berpikir
siswa.

Kemampuan berpikir kritis merupakan komponen penting yang harus dimiliki siswa
terutama dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu
membuat atau merumuskan, mengidentifikasi, menafsirkan dan merencanakan pemecahan
masalah.Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang yang
saling berkaitan erat, Hal ini dikarenakan materi matematika dapat dipahami melalui
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kritis dilatih melalui belajar matematika. Oleh karena
itu, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika atau kemampuan berpikir kritis
matematis adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan
masalah matematika tak terkecuali siswa sekolah Menengah Pertama (SMP), ( Mahmuzah,
2015).

Menurut surya, (2016)Salah satu yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran


matematika yaitu keterampilan berpikir kritis, sesuai dengan tujuan pendidikan matematika.
Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui berpikir kritis dan begitu juga
sebaliknya berpikir kritis dilatih melalui belajar kimia. Fachrurazi, (2011) Selain
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis perlu dilakukan oleh guru dalam pembelajaran matematika. Kemampuan
komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika,
sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir
matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika.
Syahbana, (2012) Pendekatan yang diperkirakan baik untuk diterapkan pada
pembelajaranmatematika dan dalam rangka merangsang munculnya kemampuan
berpikir kritismatematis siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Samosir, Surya, (2017) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan
hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi,
bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang
diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses
pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting
untuk dilakukan.

Kajian teori

Menurut ( Fardani, Surya) Secara garis besar terdapat dua jenis / macam berpikir yaitu
antaralain sebagai berikut :

1. Berpikir Autistik
Berpikir autistik (melamun) atau dengan kata lain fantasi, menghayal dan wishful thinking
adalah contoh dari autistik. Dengan terjadinya proses berpikir autistik, maka orang melarikan
diri dari kenyataan serta melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis
.

2
2. Berpikir Realistik
Berpikir realistik atau dengan kata lain disebut juga dengan nalar (reasoning) adalah berpikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Floyd L. Runch (dalam Fardani, Surya,) menyebutkan bahwa terdapat tiga macam berpikir
realistik yakni antara lain sebagai berikut :
1. Berpikir deduktif
Berpikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan dimulai dari pernyataan
umum kemudian ke hal-hal yang khusus. Pada ilmu logika disebut dengan silogisme.
2. Berpikir induktif
Berpikir induktif adalah pernyataan dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil
kesimpulan secara umum. Sehingga berfikir induktif ini kebalikan dari berfikir deduktif.

3. Berpikir evaluatif
Berpikir evaluatif adalah proses berpikir kritis dengan menilai baik-buruknya serta tepat atau
tidaknya sebuah ide atau gagasan. Pada berpikir evaluatif ini kita hanya menilai menurut kriteria
tertentu dan tidak menambah atau mengurangi ide/gagasan tersebut .

Dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai berpikir kritis, maka dapat diartikan
bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur serta secara
sistematis guna memahami informasi yang secara mendalam, sehingga kemudian membentuk
sebuah keyakinan tentang kebenaran dari informasi yang didapatkan atau pendapat-pendapat
yang di sampaikan. Proses aktif menunjukkan bahwa keinginan dan atau motivasi guna
menemukan jawaban serta mencapai pemahaman (Hendra Surya, 2013:159).

Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan sekali berpikir kritis.
Karena matematika itu sendiri tidak lepas dari dari kegiatan sehari-hari manusia dalam dunia
nyata. Jika kita mampu menerapkannya dengan baik dalam pembelajaran matematika di dalam
kelas, sudah pasti kita turut ambil andil dalam pembentukan karakter bangsa beberapa tahun ke
depan.

Menurut Syarifah, Surya (2016) adapun manfaat berpikir kritis dalam pembelajaran matematika
antara lain:
• Berpikir kritis mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam pembelajaran
matematika dan juga kehidupan sehari-hari.
• Berpikir kritis dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
• Berpikir kritis dapat membedakan antara fakta dan opini. Terutama fakta dan opini yang
didapat dari dunia digital. Jawaban dengan cara yang berbeda dari setiap orang dapat
memicu rasa ingin tahu atas kebenaran dari masalah tersebut.
• Berpikir kritis membantu kita untuk tetap tenang sekalipun dalam masalah yang sulit.

Cara berpikir kritis pada dasarnya datang dari dalam diri seseorang, mengembangkan cara
berpikir kritis dapat membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang tidak gegabah dan
mengambil keputusan maupun mencari penyelesaian suatu masalah. Terutama dalam
penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika. Berikut ialah cara berpikir kritis ialah:
• Selalu berpikir dengan kepala dingin. Setiap kali dihadapkan dengan masalah
matematika, jangan terlalu cepat memutuskan untuk tidak tahu atau tidak bisa
menyelesaikannya. Tidak juga langsung gegabah bertanya kepada teman sebelum
mebaca masalah yang disajikan.

3
• Tidak mendahulukan emosi dibandingkan logika. Kebanyakan siswa apabila
dihadapkan pada permasalahan dalam matematika langsung menampilkan emosi
ketidak sukaannya dari pada berpikir cara penyelesaiannya.
• Selalu berpikir tentang segala kemungkinan yang terjadi. Masalah dalam matematika
terkadang memiliki banyak cara penyelesaian, namun kebanyakan siswa gagal
memahami soal karena tidak membacanya sehingga merasa tidak tahu, atau terkadang
hanya mengikuti contohnya saja. Sehingga apabila soal kedua berbeda dengan soal
pertama, ia akan segera kebingungan dan menyerah.
• Selalu siap dengan apa yang harus dihadapi dan menanggung resikonya. Kebanyakan
siswa dalam kelas memilih untuk mencontek, atau menyerah dari pada melanjutkan
pencariannya dalam memecahkan masalah. Ia lebih takut salah dari pada berusaha.
• Mengambil keputusan berdasarkan data yang faktual dan bersifat fakta. Kebiasaan
siswa yang harus dirubah adalah selalu menerka jawaban tanpa melakukan
penyelesaiannya terlebih dahulu. (Fardani & Surya).

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan mengkaji data dari
beberapa jurnal yang telah di teliti oleh para penulis.Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
berupa data kemampuan berpikir kritis matematis. Pengumpulan data dilakukan dengan
meneliti dari data yang sudah ada dan di kaji kembali, untuk mendapatkan data yang akurat dari
berbagai jurnal yang terlebih dahulu telah di teliti.

Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian(Mahmuzah,2015) dengan pengujian normalitas dan
homogenitas, diketahui bahwa data N-gain kemampuan berpikir kritis kedua kelas berdistribusi
normal dan variansinya juga homogen sehingga statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah uji parametrik yaitu uji anava dua jalur. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian terhadap hipotesis penelitian berikut yaitu:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran


dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional ditinjau berdasarkan level siswa.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran (problem posing dan konvensional) dengan level
siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Purba,dkkkemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pemecahan masalah pada materi fpb dan kpk masih rendah diketahui dari kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal yang diberikan masih banyak yang salah dalam mengerjakan, ketika
diwawancara siswa banyak memberi alasan tidak tau mengerjakan nya,dan ada juga menjawab
lupa cara pengerjaan nya.
Berdasarkan penelitian Hasibuan, Surya (2016) bahwa tingkat berfikir kritis siswa kelas X
RPL SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara masih pada kategori sangat rendah, terutama
pada indikator 1,2,3 dan 4. Dan rendah pada indikator ke 5, hal ini mungkin disebabkan karena
keterbatasan waktu dan kurang terbiasanya siswa berfikir kritis dan memiliki kebiasaan berfikir
praktis.
Berdasarkan penelitian Nasution, (2017) yangmembedakan kemampuan berpikir siswa
melalui pembelajaran PBM dengan pembelajaran konvensional menggunakan analisis statistik

4
inferensial untuk menganalisis hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, kemudian
dilakuakn dengan uji statistik ANACOVA ternyata kemampuan berpikir kritis siswa masih
dibawah rata-rata. Berarti peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbe-da secara signifikan dengan peningkatan ke-
mandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.
Berdasarkan penelitian Fachrurazi,(2011) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Hasil ini menunjukkan
bahwa siswa yang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah
memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dari siswa yang pembelajaran matematika
dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian Syahbana (2011) yang dilakukan dengan uji anova
1. Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritismatematis
siswa antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan ContextualTeaching and
Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional.
2. Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritismatematis antara
siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, danrendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level pengetahuanawal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematissiswa

Pembahasan

Gieles (Syahbana, 2011) mengartikan berpikir adalah berbicara dengan dirinyasendiri


dalam batin, yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,membuktikan sesuatu,
menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, menelitisesuatu jalan pikiran, dan mencari
bagaimana berbagai hal itu berhubungan satu samalain. Solso et al (Syahbana, 2011) juga
mengemukakan anak pada tahap operasi formal ini, sifat berpikirnya umum, menyeluruh, dan
proposisional, sudah mampu membuat hipotesis dan mengujinya terhadap realitas, serta
perkembangan idealisme yang kuat. Anak pada tahap operasi formal sudah mampu bergerak
melampaui dunia jasmaniah dan realitas fisik menuju dunia hipotetik atau realitas abstrak yang
lain.
Menurut Nasution, (2017) Untuk mengungkapkan hubungan anta-ra kreativitas dan hasil
matematika peserta didik dengan penilaian yang digunakan untuk mengukur kreativitas
matematika yaitu ori-ginality, flexibility, elaboration, dan fluecy.

Menurut teori Piaget (dalam Nasution, 2017) juga dapat di-jadikan dasar dalam dalam
pembelajaran pada kelas eksperimen meng-anut tiga prinsip utama dalam pembelajaran. Prinsip
pertama adalah belajar aktif, yakni pa-da kelas eksperimen siswa diberi kesempatan untuk
belajar secara mandiri. Model pembela-jaran Berbasis Masalah (PBM) menciptakan suasana
yang mendukung perkembangan ke-mampuan berpikir kreatif siswa secara man-diri. Model
pembelajaran Berbasis Masalah juga memenuhi prinsip pembelajaran Piaget yang kedua, yakni
siswa dikondisikan untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan dis-kusi kelompok. Selain
untuk belajar berinte-raksi sosial, diskusi kelompok juga mengan-tarkan siswa pada
perkembangan kognitif ya-ng mengarah pada banyak alternatif panda-ngan sehingga dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Prinsip ketiga yaitu pmbelajaran ber-makna juga menjadi dasar
dalam penelitian ini. Siswa yang memperoleh pengetahuan de-ngan pengalamannya sendiri
dapat menjadi-kan pembelajaran lebih bermakna.

Indikator Kemampuan Berfikir Kritis Ennis (Hasibuan, Surya 2016) mengungkapkan kemam-
puan berpikir kritis yang dikelom-pokkan ke dalam lima indikator kemampuan, yaitu:

5
a. Klarifikasi dasar (elementary clari-fication).
b. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the basis for the decison).
c. Menyimpulkan (inference)
d. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification).
e. Dugaan dan keterpaduan (supposit-ion and integration).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka pemakalah menyimpulkan bahwa kemampuan


berpikir kritis matematika pada siswa masih rendah, seperti yang dikatakan Fardani, Surya
(2016) siswa diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis lebih baik lagi dalam
menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membangun karakter bangsa yang
kuat pula.
Agar kemampuan berfikir kritis ini dapat di tingkatkan guru harus bisa secara perlahan
mengubah kebiasaan siswa yang berfikir praktis menjadi kebiasaan berfikir kritis dan perlu
menjalin kerjasama antara guru dan siswa dengan baik. Kemampuan berpikir kritis diperlukan
siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari maupun permasalahan di masa yang akan datang.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa adalah pendekatan open ended

DAFTAR PUSTAKA

Fardani, Z. Surya. E.Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran


Matematika Untuk Membangun Karakter Bangsa. Hal 1-6.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SD [Versi elektronik).
Edisi khusus (1), 76-89.

Hasibuan, S. H & Surya. E. 2016. Analysis Of Critical Thinking Skills Class X


Smk Patronage State North Sumatra Province Academic Year 2015/2016.(Jurnal Saung
Guru: Vol. VIII No.2 April (2016))

Hendra, Surya. 2013. Cara Belajar Orang Genius. Jakarta: Elex Media Komputindo

Hanum Syarifah dan Edy Surya. 2016. Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X Smk
Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Sounng Guru.
Vol.VIII No.2.
Mahmuzah, R. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Smp Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang. Volume 4 (1).

Nasution,R. Puspa. 2017. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan
Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran
Konvensional Di Smpn 4 Padangsidimpuan. Jurnal Paidagogeo. Vol.2 No.1. hal 46-
62.

6
Purba, N, Elly, dkk.Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan Masalah Pada
Materi Fpb Dan Kpk.hal 1-8

Syahbana, Ali. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatica, 2(1), 45-57.

Samosir, N, Rosauli.,Edy Surya. 2017. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


yang Diajar dengan Menggunakan Model Discovery Learning dan Kooperatif Tipe
Make A Match dengan Media Kartu Soal pada Materi Teorema Pythagoras. Hal 1-14.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai